Anda di halaman 1dari 12

Cara Swansburg (1999)

Jumlah rata-rata pasien/ hari x jumlah perawat/ pasien/ hari

Jam kerja/ hari

Contoh: Pada rumah sakit A, jumlah tempat tidur pada unit Bedah 20 buah, rata-rata pasien perhari
15 orang, jumlah jam perawatan 5 jam/ pasien/ hari, dan jam kerja 7 jam/hari

Cara menghitung

Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:

Jumlah shift dalam seminggu: 11 x 7 = 77 shift

Bila jumlah perawat sama setiap hari dengan 6 hari kerja/ minggu dan 7 jam/ hari maka jumlah
perawaty yang dibuthkan = 77 : 6 = 12,83 atau 13 orang.

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam

sistem kesehatan suatu negara untuk meningkatkan kesehatan hidup masyarakat.

Ketenagaan membutuhkan masa persiapan yang terpanjang dibandingkan dengan

sumber daya yang lain dan tergantung yang menyalurkan mobilisasi atau usaha-

usaha untuk pemerataan pelayanan.

Dalam merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia telah menyusun modul dasar susunan personalia (DSP) yang

memuat tentang metode perhitungan tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja.

Dalam metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan

tugas dan fungsinya.

Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu indicator

keberhasilan rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumberdaya

manusia yang cukup dengan kualitas yang tinggi professional sesuai dengan

fungsi dan tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya pelayanan

dirumah sakit, bahkan Huber (cit. Nurdjanah, 1999)melaporkan bahwa 70%

tenaga kesehatan dirumah sakit adalah perawat.Sedang Gillies (1994)

memperkirakan bahwa sekitar 75% tenaga keperawatan dirumah sakit adalah

perawat, dan 60-70% dari total anggaran digunakan untuk menggaji

perawat.Kualitas asuhan keperawatan dapat dapat mencapai hasil ayng optimal

apabila beban kerja dan sumber daya perawat yang ada memiliki proporsi yang

seimbang. Berdasarkan penelitian WHO (1997),beberapa Negara di Asia

Tenggara termasuk Indonesia ditemikan fakta bahwa perawat yang bekerja

dirumah sakit menjalani peningkatan beban kerja dan masih mengalami

kekurangan perawat. Hal ini disebabkan karena peran perawat belum

didefinisikan dengan baik, dan perawt yang lain masih banyak yang tidak

mementingkan absensi. Dengan tanpa dipungkiri lagi bahwa perawat merupakan

kelompok terbesar di era rumah sakit sehingga baik buruknya pelayanan

rumahsakit adlh merupakan citra dari kelompok perawat sebagai jasa pemberian

pelayanan keperawatan.

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat

ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat

yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang

strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan

perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat

ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori

tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu

diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan

merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit. (Windy

Rakhmawati, S.Kp, M.Kep).

B. RUMUSAN MASALAH

Dari fakta di atas menunjukan bahwa ketenagakerjaan merupakan indicator

penting untuk keberhasialn suatu rumah sakit melakukan pelayanan pada

msyarakat. Dari factor tersebut maka diambil rumusan masalah “Sistem

klasifikasi pasien dan perhitungan tenaga.”


C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan umumnya adalah agar mengetahui perhitungan ketenagakerjaan yang

efektif dan efisien dan sistem klasifikasi pasien

2. Tujuan Khusus

a). Mengetahui definisi klasifikasi pasien

b). Mengetahui tujuan system klasifikasi pasien

c). Mengetahui system klasifikasi pasien

a) Mengetahui tentang perhitungan tenaga perawatan yang ada di rumah sakit.

b) Mengetahui hakekat dan prinsip – prinsip dalam ketenagkerjaan

c) Mengetahui metode perhitungan dalam keperawatan

d) Dengan adanya pre planning ini diharapkan agar menambah pengetahuan tentang

pembagian tenaga perawat di sebuah unit di rumah sakit secara efektif dan

efisien.

BAB 2

LANDASAN TEORI

I. KLASIFIKASI PASIEN

A. Definisi

Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah dan

kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi,

pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi

perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.

B. Tujuan Sistem klasifikasi Pasien

Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai

untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang

dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien

adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan

menentukan nilai produktivitas.

Setiap kategori deskriptor empat perawatan (aktifitas sehari-hari, kesehatan

umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan sekitar pengobatan)

dipakai untuk menunjukkan karakteristik dan tingkat perawat yang dibutuhkan


pasien di dalam klasifikasi tersebut.

Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal ini

dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan kategori

yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.

C. Sistem klasifikasi Pasien

Kategori keperawatan klien menurut Swanburg (1999) terdiri dari :

1. Self-care

Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak keperawatan

dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri.

Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24

jam.

2. Minimal care

Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan

pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur posisi.

Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24

jam.

3. Intermediate care

Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif

5,5 jam/24 jam.

4. Mothfied intensive care

Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif

7,5 jam/24 jam.

5. Intensive care

Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12

jam/24 jam.

Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah metode menurut

Donglas (1984), yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga

kategori, yaitu perawatan miniaml, perawatan intermediate, dan perawatan

maksimal atau total.

1. Perawatan minamal

Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi,

dan ganti pakaian, termasuk minum. Meskipun demikian klien perlu diawasi

ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain pada klien dengan

klasifikasi ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan

minimal, status psikologis stabil, dan persiapan pprosedur memerlukan

pengobatan.

2. Perawatan intermediate

Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada

klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan diri,

makan dan minum. Ambulasi serta perlunya observasi tanda vital setiap 4 jam.

Disamping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan pengobatan lebih dan

sekali. Kateter Foley atau asupan haluarannya dicatat. Dan klien dengan

pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

3. Perawatan maksimal atau total

Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada

klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya. Posisi yang

diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan selang NGT (Naso

Gastrik Tube), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap

(suction), dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disorientasi.

II PERHITUNGAN TENAGA

C. Perhitungan Tenaga Perawat.

Didalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan adanya faktor

yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :

a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit

b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien

c. Rata-rata hari perawatan klien

d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung

e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan

f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung

g. Pemberian cuti

Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-
hal, sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.

a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan

jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi

dan harapan pasien dan keluarga.

b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan

pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan

pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.

c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out keperawatan,

fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau

diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang

dilaksanakan.

d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan

pembinaan dan pengembangan.

2. Rumusan perhitungan tenaga perawat

a. Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa

perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah perawat

adalah sebagai berikut :

Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat.

b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971 menyebutkan

bahwa :

Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.

c. Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga.

Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas (1984,

dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat

ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut :

a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari

 kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

 makanan dan minum dilakukan sendiri

 ambulasi dengan pengawasan

 observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift


 minimal dengan status psikologi stabil

 perawatan luka sederhana.

b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari

 kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

 observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

 ambulasi dibantu

 pengobatan dengan injeksi

 klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat

 klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.

c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari

 semua kebutuhan klien dibantu

 perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan

 observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

 makan dan minum melalui selang lambung

 pengobatan intravena “perdrip”

 dilakukan suction

 gelisah / disorientasi

 perawatan luka kompleks

D. Metode – metode Cara Perhitungan Ketenagakerjaan

Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara lain

yaitu

 Metode Douglas

 Metode Sistem Akuitas

 Metode Gillies

 Metode Swanburg

Penjelasan dari metode-metode cara perhitungan ketenagakerjaan adalah sebagai

berikut :

1) Metode Douglas

Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat

yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana

masingmasing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Jumlah

Pasien

Klasifikasi KLien

Minimal Parsial Total

Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

dst

Contoh kasus

Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal,

8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :

Minimal Parsial Total Jumlah

Pagi 0,17 x 3 = 0,51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang

Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang

Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang

Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11

Orang

2) Metode Sistem Akuitas

Kelas I : 2 jam/hari

Kelas II : 3 jam/hari

Kelas III : 4,5 jam/hari

Kelas IV : 6 jam/hari

Untuk tiga kali pergantian shift ¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%

Contoh :

Rata rata jumlah klien

1. kelas I = 3 orang x 2 jam/hari = 6 jam

2. kelas II = 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam

3. kelas III = 4 orang x 4.5 jam/hari = 18 jam

4. kelas IV = 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam


Jumlah jam : 60 jam

- pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)

8 jam

- Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )

8 jam

jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.

3) Metode Gillies

Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit

perawatan

adalah sebagai berikut :

Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah

yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun

Jumlah hari/tahun - hari libur x jmlh jam kerja

Masing2 tiap perawat

Perawat

jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun

= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun

= jumlah perawat di satu unit

Prinsip perhitungan rumus Gillies :

Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :

1. waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi

pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan

partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 =

4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.

2. Waktu keperawatan tidak langsung

∙ menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari

∙ menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari

3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien

4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan

rata - rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %


Jumlah tempat tidur x 365 hari

5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.

6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari minggu/libur =

52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini

merupakan hari libur maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur

nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).

7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6

hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8

jam per hari)

8. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk

antisipasi kekurangan /cadangan ).

9. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

Contoh

1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari

2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan

ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)

3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam

kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari

4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)

 Jumlah jam keperawatan langsung

- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam

- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam

- Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam

Jumlah jam = 63 jam

 Jumlah keperawatan tidak langsung

17 orang klien x 1 jam = 17 jam

 Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam

Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :

63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari

17 orang

Jadi,,
1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan :

4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )

(365 – 73) x 7 2044

2. Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang

3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang /hari

Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8 orang

4) Metode Swansburg

Contoh:

Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .

Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.

1) total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 /

7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari

2) Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84

shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang (jumlah staf

sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)

Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan

untuk

pembagian proporsi dinas dalam satu hari ¨ pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17

Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang

 Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang

 Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang

 Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang

DAFTAR PUSTAKA

DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I

Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,.

Mosby -

year book, Inc.

Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition.

Philadelphia :
WB Saunders.

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses

(3rd ed)

Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and Management

Functions in

Nursing (3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and

leadership for

nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers

Anda mungkin juga menyukai