Anda di halaman 1dari 9

Asuhan Keperawatan Anak dengan Penyakit Tumor Wilms

Dosen Mata Kuliah:


Ns. Julita Legi, S.Kep., M.Kep

Oleh:

Stella Lampelulu
Syela Yesika Sumampouw
Marcos Nehemiah Piring
Sefni Londok

Universitas Pembangunan Indonesia Manado


TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang berumur
kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.
Tumor Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak dan
tumbuh dengan cepat (progesif).
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat,
terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun (Kamus
Kedokteran Dorland).
Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai pada anak.
Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya muncul sebagai massa
asimtomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua
memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik
terhadap anak yang tampak sehat. (Basuki,2011).

B. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor wilms
berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti:
1. WAGR syndrome:
Kelainan yang mempengaruhi banyak sistem tubuh diantaranya
a. Aniridia – bayi lahir tanpa iris mata
b. Genitourinary malformation
c. Retardasi mental
Orang dengan sindrom WAGR memiliki kemungkinan 45 sampai 60 persen untuk bisa
terjadi tumor Wilms, bentuk kanker ginjal yang langka. Jenis kanker ini paling sering
didiagnosis pada anak-anak namun terkadang terlihat pada orang dewasa.
2. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan sangat langka.
Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak dengan sindrom ini berada dalam
resiko tinggi terkena tipe kanker lain, selain Tumor Wilms.
3. Beckwith- Wiedemann Syndrome
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal, lidah yang besar,
pembesaran organ – organ.
Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat
tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli
dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk
membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu. Beberapa kasus
disebabkan karena defek genetik yang diwariskan dari orang tua. Ada dua gen yang
ditemukan mengalami defek yaitu Wilms Tumor 1 atau Wilms Tumor 2. Dan juga
ditemukan kelainan mutasi di kromosom lain
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang
juga menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan
yang berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor wilms
diturunkan secara autosomal dominan.
C. Patofisiologi
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh dengan
cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan
meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus
dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan
tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di
invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau
keabu-abuan homogen,lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat). Tumor
tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu
massa abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.
D. Patoflow

E. Manifestasi Klinis
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri perut
dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus ginjal
sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam
dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa
muncul adalah :
1. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-
pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi
jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri
mengeluarkan renin.
2. Anemia
3. Penurunan berat badan
4. Infeksi saluran kencing
5. Malaise
6. Anoreksia
Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya, seperti
aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan retardasi mental.

F. Pemeriksaan Penunjang
Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di abdomen. Pada
10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi kesan tumor ginjal.
1. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises
(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna
untuk mengetahui fungsi ginjal.
2. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien
dengan tumor Wilms bilateral
3. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.
USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital
USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran,
lebih predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan menampakkan
area yang echotekstur heterogenus.
4. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor wilms.
Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan
tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal
yang lain. Pada gambar CT-Scan Tumor Wilms pada anak laki-laki usia 4 tahun
dengan massa di abdomen.
CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan metastasis hepar
multiple. CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasis
hepar multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan informasi
penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior
termasuk perluasan ke daerah intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akan
memperlihatkan hipointensitas (low density intensity) dan hiperintensitas (high
density intensity)
6. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang
menunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH)
meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga
dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga
terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan
metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a. Identitas
Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi
b. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas
hanya sutu hari pertama sakit.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau
gejala-gejala tumor wilms
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
Sebelumnya
. c. Pola Aktivitas
- Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema
pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan
anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi
karena uremia.
- Pola eliminasi
Eliminasi fekal tidak ada gangguan, sedangkan eliminasi urin :
gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak
dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria
sampai anuria proteinuri, hematuria.
- Pola Aktifitas dan latihan:
Pada klien dengan kelemahan, malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam proses perawatan klien perlu
istirahat selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan
darah sudah normal selama 1 minggu.
- Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus.
- Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema, dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula.
- Hubungan peran :
Lingkungan perawatann yang baru dan kondisi penyakit yang kritis
menyebabkan anak banyak diam.
d. Pada penderita tumor wilm pengkajian dilakukan dengan melihat adanya :
- Massa tumor pada abdomen
- Kaji manifestasi tumor wilm
- Kaji hasil pemeriksaan laboratorium

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisiologis
2. Deficit Nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keenganan untuk makan)
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan perubahan metabolisme
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 8 Jam.
1) Identifikasi lokasi,
Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1) Tidak mengeluh nyeri feskuensi, kualitas, intensitas
2) Tidak meringis nyeri
3) Tidak gelisah 2) Identifikasi skala nyeri
4) Melaporkan nyeri 3) Identifikasi respon nyeri
terkontrol non verbal
5) Kemampuan 4) Identifikasi factor yang
menggunakan Teknik non- memperberat dan
farmakologis memeringan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
7) Monitor keberhasilan
teraoi komplementer yang
sudah diberikan
8) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Deficit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 8 Jam
dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi status nutrisi
1) Nafsu makan meningkat 2) Identofokasi makanan
yang disukai
3) Monitor asupan makanan
4) Monitor berat badan

Terapeutik
1) Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
2) Berikan makan yang
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
3. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi
keperawatan selama 8 Jam
dengan kriteria hasil: Obeservasi
1) Mobilitas Fisik 1) Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
2) Identifikasi toleransi fisik
melakukan ambulasi
3) Monitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi.
Terapeutik
1) Fasilitasi aktifitas
ambulasi dengan alat bantu
2) Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

D. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke
dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif,kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya
dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis,kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
advokasi,dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan fase
persiapan yang mencakup pegetahuan tentang validasi rencana, implementasi rencana,
persiapan klien dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak implementasi keperawatan yang
berorientasi pada tujuan. Pada fase ini, perawat menyimpulkan data yang dihubungkan dengan
reaksi klien. Fase ketiga merupakan terminasi perawat-klien setelah implementasi keperawatan
selesai dilakukan (Asmadi, 2008).

E. Evaluasi
Menurut sumber Asmadi, (2008) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment).
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi
formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi
formatifini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan data
dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008).

Anda mungkin juga menyukai