Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK

III
Crischia Lumi
Tirsa Moningka
Merlin Dalige
Priscilla J Kalele
Siska olvie Manurip
Eldio Engka
I komang Ardika
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA Jane Biringan
MUSCULOSKLETAL
Dosen : Ns Anggel Pondete S,kep., M,Kep
BAB
1
PENDAHULUA
N
LATAR BELAKANG
● Kemajuan kehidupan di masyarakat telah banyak mengalami
perubahan, salah satunya pada bidang transportasi . Banyak
perusahan transportasi yang menawarkan produk – produk
kendaraan bermotor pada masyarakat
● Di indonesia, dimana penduduk golongan menengah
kebawah berjumlah lebih banyak di bandingkan penduduk
golongan ekonomi menengah ke atas , lebih memilih atau
menyukai kendaraan pribadi jenis sepeda motor .
Menurut Syamsuhidrajat ( 2010 ) trauma adalah kata
lain untuk cedera atau rudapaksa yang dapat
mencederai fisik ataupun psikis. Akibat trauma
muskuloskeletal yang paling sering terjadi fraktur
( Muttaqin, 2008 ).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ – organ tubuh yang
di tentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi fraktur
jika tulang dikenai stress yang lebih basar dari pada
yang di absobsi ( Smeltzer, 2011)
Tujuan perawatan
● Tujuan perawatan pada pasien trauma adalah untuk
menyelamatkan kehidupan, mempertahankan
fungsi dan mencegah disability jangka panjang.
● Semua pasien harus mendapatkan pengkajian
primer untuk menyingkir kan masalah pada airway,
breathing, circulation dan disibility sebelumnya
terfokus pada kondisi cedera specifik
( Lumbantoruan, dkk. 2017 )
Peran Perawat Dalam Melakukan
Tindakan
● Tindakan perawat pada kasus fraktur adalah melalui tindakan
keperawatan yang telah di rencanakan secara cepat dan tepat
mengingat kasus fraktur dapat menjadi berat dan berujung pada
pendarahan apabila tidk segera di tangani
● Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain baik dalam tindakan
pemberian obat – obatan untuk mengatasi masalah sekunder yang
muncul akibat fraktur, dan juga perencanaan untuk proses
rehabilitasi dapat di lakukan Agar perawata yang di berikan dapat
berjalan dengan komprehensif dan maksimal demi kesembuhan
klien yang di rawat .
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
DEFINISI
Menurut (Sjamsuhidajat, 2012).fraktur dibagi menjadi 2 berdasarkan ada tidak nya
hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar yaitu:

a) Fraktur tertutup (closed)


b) Fraktur terbuka (open/compound fraktur )

Etiologi dari fraktur menurut (Sjamsuhidajat, 2012)yaitu :


a. Cidera atau benturan (jatuh pada kecelakaan)
b. Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh
karena tumor, kanker dan osteoporosis
c. Fraktur karena letih
d. Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah
tingkat aktivitas mereka, seperti baru diterima dalam angkatan bersenjata atau orang-
orang yang baru mulai latihan lari.
Tanda dan Gejala
Manisfestasi klinis fraktur adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstrimitas, krepitus, pembengkakan lokal dan
perubahan warna (Brunner &Suddarth,
2002dalam Wijaya & Putri, 2013).
Komplikasi fraktur

a. KerusakanArteri b. Sindroma c. Fad Emboli


Kompartemen Syndrome

d. Infeksi. e. Avaskulernekrosi
(AVN)

f. Syok hipovolemik atau traumatik


PemeriksaanPenunjang
Menurut (Muttaqin, 2008), pemeriksaan pemeriksaan penunjang pada fraktur
yaitu:
● Anamnesa/ pemeriksaan umum
● Pemeriksaan radiologi.
● CT scan
● X - Ray :
● Pemeriksaanlaboratorium.
● Pemeriksaan lain-lain :
1. Biopsitulang dan otot,
2. Elekromiografi,
3. Artroskopi,
4. MRI,
5. Indigium Imagin.
Tatalaksana Penanganan Fraktur Terbuka
Pada fraktur terbuka terdapat hubungan antara daerah fraktur dengan lingkungan luar melalui luka
Beberapa prinsip dalam penanganannya harus diperhatikan untuk mencapai tujuan penatalaksanaan fraktur
terbuka
Prinsip penetalaksanaan fraktur terbuka dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pembersihanluka
2. Debridement.
prinsip dalam debridement terbagi dalam :
1. Eksisitepiluka
2. Ekstensiluka
3. Pembersihanluka
4. Pembuanganjaringanmati.
5. Saraf dan tendon.
6. Irigasi
7. Penanganan fraktur.
8. Penutupanluka
9. Antibiotika
10. Pencegahan tetanus.
B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan Gangguan
Mobilitas Fisik dengan Open Fraktur Tibia Fibula
1. Pengertian 
● Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

● Gangguan mobilitas fisik merupakan suatu kondisi yang relatif dimana


individu tidak hanya mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya
kehilangan tetapi juga kemampuan geraknya secara total (Ernawati, 2012).
Kemudian, Widuri (2010)
Faktor Penyebab
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), faktor penyebab terjadinya gangguan
mobilitas fisik, antara lain :
 kerusakan integritas struktur tulang,
 Perubahan metabolisme,
 ketidakbugaran fisik,
 Penurunan kendali otot,
 Penurunan massa otot,
 Penurunan kekuatan otot,
 keterlambatan perkembangan,
 kekakuan sendi, kontraktur,
malnutrisi,
Gangguan muskuloskeletal,
Gangguan neuromuskular,
Indeks masa tubuh di ataspersentil ke-75 usia,
Efek agen farmakologi,
Faktor Penyebab
●program pembatasan gerak,
●Nyeri,
●Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik,
●kecemasan,
●Gangguan kognitif,
●Keengganan melakukan pergerakan, dan
●Gangguan sensori persepsi.
Penatalaksanaan Gangguan Mobilitas Fisik

Intervensi Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik SDKI, SIKI,SLKI


Diagnosa Keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik

Tujuan/Kriteria Hasil (SLKI)


●Nyeri menurun
●Kecemasan menurun
●Gerakan terbatas menurun
●Kelemahan fisik menurun

Intervensi (SIKI)
●Dukungan Ambulasi, dan
●Edukasi Teknik Ambulasi
Asuhan Keperawatan Gangguan
Mobilitas Fisik dengan Open
Fraktur Tibia Fibula

Here starts the


lesson!
Pengkajian meliputi
Initial survey/pengkajian
primer Pemeriksaan Fisik

Step 1 Step 2 Step 3 Step 4

Identitas Pasien Pengkajian Sekunder


Pengkajian meliputi
Riwayat penglajian dahulu
Riwayat dan
mekanisme
trauma

Step 5 Step 6 Step 7 Step 8

Riwayat Riwayat pengkajian keluarga


pengkajian
sekarang
Pengkajian meliputi
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan lain –
lain

Step 11 Step 12
Step 10

Pemriksaan
laboratorium
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Resiko Infeksi
3) Gangguan Mobilitas Fisik
4) Gangguan integritas kulit/jaringan
5) Risiko Disfungsi Neorovaskuler perifer
6) Resiko perdarahan
Rencana asuhan
Keperawatan
SDKI
Gangguan Mobilitas Fisik Penyebab : • Gangguan neuromuskuler
• Kerusakan integritas struktur tulang • Indeks masa tubuh di atas persentil
• Perubahan metabolism
ke-75 sesuai usia
• Ketidak bugaran fisik
• Penurunan kendali otot
• Efek agen farmakologis
• Penurunan massa otot • Program pembatasan gerak
• Penurunan kekuatan otot • Nyeri
• Keterlambatan perkembangan • Kurang terpapar informasi tentang
• Kekakuan sendi aktivitas fisik
• Kontraktur • Kecemasan
• Malnutrisi • Gangguan kognitif
• Gangguan musculoskeletal
• Keengganan melakukan pergerakan
• Gangguan sensori persepsi
Gejala dan Tanda Minor
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif
Subjektif ·Nyeri saat bergerak
Mengeluh sulit menggerakkan ·Enggan melakukan pergerakan
ekstremitas Merasa cemas saat bergerak

Objektif Objektif
•Kekuatan otot menurun Sendi kaku
Rentang gerak (ROM) Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
menurun • Fisik lemah
   
 
 
 
SLKI SIKI
PEMBIDAIAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
Observasi
… x 24 jam diharapkan mobilitas • Identifikasi kebutuhan dilakukan
fisik meningkat dengan kriteria pembidaian (mis.fraktur, dislokasi)
hasil: • Monitor bagian distal area cedera (mis.
MobilitasFisik Pulsasinadi, pengisiankapiler,
• Pergerakan ektremitas meningkat gerakanmotorik dan sensasi)
• Kekuatan otot meningkat • Monitor adanya perdarahan pada area
• Rentang gerak (ROM) meningkat cedera
• Identifikasi material bidai yang sesuai
• Nyeri menurun (mis. Lurusdankeras,
• Kecemasan menurun panjangbidaimelewatiduasendi)
• Kaku sendi menurun Terapeutik
• Gerakan tidak terkoordinasi • Tutup luka terbuka dengan balutan
menurun • Atasi perdarahan sebelum bidai
• Gerakan terbatas menurun dipasang
• Minimalkan pergerakan, terutama pada
• Kelemahan fisik menurun
bagian yang cedera
• Berikan bantalan (padding) pada bidai
.
● Imobilisasi sendi di atas dan di bawah area cedera
● Topang kaki menggunakan penyangga kaki(footboard), jika tersedia
● Tempatkan ekstremitas yang cedera dalam posisi fungional, jika
memungkinkan
● Pasang bidai pada posisi tubuh seperti saat Ditemukan
● Gunakan keduatangan untuk menopang area Cedera
● Gunakan kain gendongan (sling)

Edukasi
● Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur sebelum pemasangan bidai
● Jelaskan tanda dan gejala sindrom kompartemen (5P:pulseless, parastesia,
pain, paralysis, palor )
.
Manajemen Nyeri
● Observasi
● Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas, intensitas nyeri.
● Identifikasi skala nyeri
● Identifikasi respons nyeri non verbal
● Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
● Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
● Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
● Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
● Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Monitor
efek samping penggunaan analgetik
.
Terapeutik
● Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
● Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
● Fasilitasi istirahat dan tidur
● Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
● Jelaskan penyebab, periode, dan pemicunyer
● Jelaskan strategi meredakan nyeri
● Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
● Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
● Ajarkan tekniknon farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
● Kolaborasi pemberiananalgetik jika perlu
.
Implementasi
● Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencanaperawatan
● Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi (Tarwoto&Wartonah, 2010).
Evaluasi
● Evaluasi adalah fase kelima dari proses keperawatan
● Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah
ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien
menuju pencapaian tujuan/ hasil dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan. Evaluasi ini akan menentukan apakah intervensi keperawatan
harus diakhiri, dilanjutkan ataupun dirubah
 
 
REFERENSI :

REFERENSI :
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7
552/3/BAB%20II%20Tinjauan%20pustak
a.pdf
Thanks!
CREDITS
: This pres
template w entation
as created
including i by Slidesg
co o,
infographic ns by Flaticon, and
s & image
s by Freep
ik.

Anda mungkin juga menyukai