Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA

Dosen Pengampu :
Ns. Rita Sari, M.Kep

Disusun oleh:
KELOMPOK 8

1. A.C. Aldo Setiawan (142012018001)


2. Dewi Yunita (142012018010)
3. Rahma Isti Mahfuza (142012018031)
4. Ratih Kusuma Dewi (142012018032)
5. Yosi Dwi Santi (142012018045)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan medical bedah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Leukemia.

Tugas ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
anggota kelompok sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu
disampaikan banyak terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah
berkontribusi dalam pembuatan tugas ini.

Akhir kata kami berharap semoga tugas asuhan keperawatan tentang


Leukemia ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pringsewu, 27 September 2019

KELOMPOK 8

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kejadian leukemia di dunia terjadi sebanyak 351.965 kasus
menurut IARC (Internasional Agency for Research on Cancer). Jumlah
leukemia di Asia mencapai 167.448 kasus. Di negara China insiden kanker
yang banyak ditemukan pada anak adalah leukemia sekitar 2,67/100.000,
mendekati negara Asia (Japaries, 2013). Permasalahan kanker pada anak juga
menjadi persoalan yang cukup besar di negara Indonesia dikarenakan menjadi
sepuluh besar penyebab kematian pada anak (Depkes, 2010). Berdasarkan data
Global Cancer Observatory (Globocan) 2018 dari World Health Organization
(WHO), tahun lalu kematian akibat leukemia di Indonesia merenggut 11.314
jiwa. WHO menyebutkan prevalensi kanker darah di Indonesia dalam lima
tahun terakhir mencapai 35.870 kasus. Prevalensi ini mencakup semua usia,
baik laki-laki maupun perempuan. Kanker di Indonesia berada pada urutan ke-
8 di Asia Tenggara dan urutan ke-23 di Asia., dimana jenis kanker darah atau
leukemia menempati urutan ke-9 jumlah kasus tertinggi penyakit kanker.
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian pada anak. Kasus
leukemia sebagian besar terjadi pada masa kanak-kanak adalah LLA dan
sekitar 25% kanker ini terjadi pada anak yang berusia dibawah 15 tahun,
dengan insiden yang paling tinggi terjadi pada usia antara 2-4 tahun. LLA lebih
sering terjadi pada anak laki-laki dan orang kulit putih dibandingkan orang
kulit hitam (Axton & Fugate, 2014).
Delapan puluh persen dari seluruh kasus leukemia adalah Acute
Lymphoid Leukemia (ALL), 15% adalah Acute Myelogenous Leukemia (AML)
dan sisanya adalah Chronic Myelogenous Leukemia (CML). Acute Lymphoid
Leukemia mempunyai angka insidensi tertinggi diantara penyakit leukemia
karena gangguan genetik pada pasien yang akan meningkatkan resiko terkena
ALL. Acute Lymphoid Leukemia menyerang anak rerata pada usia 2 – 6 tahun
dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki.

2
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami akan menerangkan
asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan
keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan leukemia.
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
b) Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
c) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang
mengalami leukemia
d) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami penyakit leukemia
e) Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
f) Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori
dengan aplikasi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit leukemia.
g) Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami penyakit leukemia.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu
pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit
leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang
sesungguhnya.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Leukimia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi
dini yang berlebihan dari sel darah putih. Leukimia juga bisa didefinisikan
sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietic.

Jenis- jenis leukimia :


1. Leukimia Mielogenus Akut (LMA)
2. Leukimia Limfosik Akut (ALL)
3. Leukimia Mielogenus Kronis
4. Leukimia Limfosik Kronis

2.2 Etiologi
Meskipun pada sebagian besar penderita leukima faktor-faktor
penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang
terbukti dapat menyebabkan leukimia, yaitu:
1. Genetik
Insidensi leukimia akut pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20
kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukimia akut. Insidensi leukimia akut juga meningkat pada
penderita kongenital dengan aneuloidi
2. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas
menyebabkan leukimia pada binatang maupun pada manusia. Angka
kejadian leukimia mieloblastik akut (AML) dan leukima granulositik
kronis (LGK) jelas sekali meningkat sesudah sinar radioaktif.
3. Virus
Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai
penyebab leukimia, yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam
darah manusia. Enzim tersebut menyebabkan virus yang bersangkutan

4
dapat membentuk bahan genetik yang kemudian bergabung dengan genom
yang terinfeksi.

2.3 Patofisiologi
Penyakit leukimia ini terjadi karena virus masuk ke dalam tubuh kita
kemudian terjadi yang namanya mutasi somatik pada DNA yaitu mutasi
genetic yang terjadi pada sel somatic setelah pembuahan, lalu terjadi yang
namanya okogenesis aktif yaitu proses pembentukan kanker, sehingga
menyebabkan 4 resiko yaitu pertama terjadinya pembelahan atau devisi
pembelahan sel terganggu, sehingga menyebabkan keganasan sel induk
myloid, proliferasi myloid terganggu yang mengakibatkan mempengaruhi sel
induk hematopoetik kemudian terjadi komplikasi yaitu kelemahan yang
menyebabkan penurunan produktivitas, diforensisi meningkat, dan anemia
yang mengakibatkan intoleransi aktivitas.
Kedua, terjadinya pembelahan atau devisi pembelahan sel terganggu,
sehingga menyebabkan infiltrasi ekstramedular pada tahap ini terjadi
pembesaran hati dan nodus limfe kemudian efek dari pembesaran hati dan
nodus limfa ini terjadi nyeri pada tulang dan persendian kemudian
menyebabkan nyeri akut.
Ketiga, terjadinya pembelahan atau devisi pembelahan sel terganggu,
maka menyebabkan neoblast belum matang nah sehingga produksi sel darah
normal terganggu yang menyebabkab eritrosit dan granulosit berkurang
sehingga terjadilah resiko pendarahan dan bila terjadilah pendarahan akan
menyebabkan resiko infeksi.
Keempat, terjadinya pembelahan atau devisi pembelahan sel terganggu,
sehingga menyebabkan sel inti limfoid tunggal rusak menyebabkan terjadinya
keganasan profilerasi limfoblas dampak dari keganasan ini terjadi yang
namanya gangguan pada SSP (Sistem Saraf Pusat) yaitu gangguan
penglihatan yang beresiko cedera, nyeri kepala yang dapat menyebabkan
gangguan citra tubh dan gangguan nutrisi yang menyebabkan mual muntah
sehingga terjadinya kekurangan volume.

5
2.4 Pathway

2.5 Penatalaksanaan
1. Radioterapi dan Kemoterapi
Dilakukan ketika sel leukimia sudah terjadi metastasis. Kemoterapi
dilakukan juga pada fase induksi remisi yaitu keadaan dimana gejala klinis
menghilang, disertai blast dalam sumsum tulang menghilang serta pada
fase post remisi yang bertujuan mempertahankan remisi selama mungkin.
2. Transplantasi Sumsum Tulang
Memberikan harapan penyembuhan jangka panjang, terutama untuk
penderita yang berusa kurang dari 40 tahun. Penanganan yang paling
umum diberikan adalah allogeneic peripheral blood stem cell
transplantation.
3. Terapi Aktivitas Dengan Memakai Prinsip Biologi Molekuler
Obat baru imatinib mesylate (Gleevec) yang dapat menekan aktivitas
tyrosine kinase, sehingga menekan proliferasi sel mieloid.

6
2.6 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dikaji adalah pemeriksaan per sistem B1-B6.

B1 (Breathing)
Anak mudah mengalami kelelahan serta sesak saat beraktivitas ringan. Dapat
ditemukan adanya dispnea, takipnea, batuk, crackles, ronkhi, dan penurunan
suara napas.

B2 (Bleeding)
Penderita ALL mudah mengalami perdarahan spontan yang tidak terkontrol
dengan trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan retina, demam,
lebam, pupura, perdarahan gusi, dan epitaksis. Keluhan berdebar, takikardi,
suara murmur jantung, kulit dan mukosa pucat.

B3 (Brain)
Keluhan nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian, dada terasa lemas,
kram pada otot meringis, kelemahan, dan hanya berpusat pada diri sendiri.
 Neurosensori
Penurunan kemapuan koordinasi, perubahan mood, bingung, disorientasi,
kehilangan konsetrasi, pusing, kesemutan, telinga berdenging, dan kehilangan
rasa (baal).
 Pola Kognitif dan Persepsi
Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran
(somnelen), iritabilitas otot dan sering kejang, adanya keluhan sakit kepala,
serta disorientasi karena sel sarah putih yang abnormal berinfiltrasi ke
susunan saraf pusat.
 Pola Mekanisme Koping dan Stres
Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahanan tubuh yang sangat
rendah. Dalam pengkajian dapat ditemukan adanya depresi, penarikan diri,
cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan perubahan suasana hati
dan bingung.

B4 (Bladder)
Pada infeksi didapatkan adanya abses perianal serta hematuria.

7
B5 (Bowel)
Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anoreksia, muntah,
perubahan, sensasi rasa, penurunan berat badan, dan gangguan menelan, serta
faringitis.
 Pola Eleminasi
Anak kadang mengalami diare, penanganan pada perineal, nyeri abdomen,
serta ditemukan darah segar dan fases berwarna ter, darah dalam urine, serta
penurunan urine output.

B6 (Bone)
Berikut ini akan dijelaskan mengenai dampak ALL terhadap :
 Pola Tidur dan Istirahat
Anak memperlihatkan penurunan aktivitas dan lebih banyak waktu yang
dihabiskan untuk tidur/istrahat karena mudah mengalami kelelahan.
 Pola Latihan
Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan koordinasi
dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau tulang. Ketidakmampuan
melaksanakan aktivitas rutin seperti berpakaian, mandi, makan, dan toileting
secara mandiri.
 Aktivitas
Lesu, lemah, merasa tidak kuat untuk melakukan aktivitas sehaari-hari
kontraksi, otot lemah, klien ingin tidur terus, dan tampak bingung.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan darah tepi
Menujukan adanya limfositosis 30.000 – 300.000/mm³, anemia normositer
norinokromik, dan trombositopenia
b. Pemeriksaan sumsum tulang
Adanya infiltrasi “small well differentiated lymphocyte” difus, dengan
limfosit 25% - 95% dari sel sumsum tulang
c. Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini penting untuk membedakan jenis leukimia kronis seri
limfoid.

8
2.8 Komplikasi
Akibat poliferasi mielod yang neoplastik, maka produksi elemen darah
yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolism
(terjadi granulositopenia, trombositopenia). Esel-sel leukemia juga
menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang.
Poliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan perbesaran limpa atau
hepar.
1) Pembesaran Limpa (Splenomegali)
2) Rasa Sakit (Pain)
3) Kelelahan (Fatigue)
4) Perdarahan (Bleeding)
5) Kegagalan Sumsum Tulang
6) Stroke atau Clotting Yang Berlebihan (Excess Clotting)
7) Infeksi

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
LEUKEMIA LIMFOBISTIK AKUT (LLA)

3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dilakukan terdiri atas keluhan utama dan
riwayat kesehatan manusia.
A. Anamnesis
ALL sering terdapat pada anak-anak usia di bawah 15 tahun (85%),
puncaknya berada pada usia 2-4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak
laki-laki daripada anak perempuan.
B. Keluhan Utama
Pada anak prasekolah keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah
demam, lesu, nafsu makan berkurang, pucat (anemia), dan kecenderungan
terjadi perdarahan.
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada penderita ALL sering ditemukan riwayat yang terpapar oleh bahan
kimia (benzene dan arsen); infeksi virus (epstein barr, HTVL-1); kelainan
kromosom dan penggunaan obat-obatan seperti phenylbutazone dan
chloramphenicol; serta terapi radiasi maupun kemoterapi.
D. Psikososial
Merasa kehilangan kemampuan dan harapan, cemas terhadap
lingkungan baru, serta kehilangan teman. Depresi, mengingkari, takut, cepat
terangsang, perubahan mood, dan tampak, bingung.

3.2 Tanda dan Gejala


Tanda utama yaitu, infeksi, pendarahan, dan anemia. Gejala yang
tampak seperti malaise, demam, letargi, kehilangan berat badan karena nafsu
makan berkurang, anoreksia, keringat pada malam hari, dan atalgia/nyeri
pada sendi, dan pucat.
Selain itu terdapat lesi infeksi pada mulut dan tenggrorokan, timbul
pendarahan pada kulit, memar pada gusi/visera, ditemukan pembesaran

10
kelenjar limfe dan pembesaran organ hati pada penderita leukimia (Price &
wilson, 2006; Yatim, 2003; Betz & sowden, 2009).

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Aktual/resiko tinggi terhadap volume cairan yang berhubungan dengan
pengeluaran berlebih seperti muntah, pendarahan, diare dan penurunan
intake cairan.
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek
sekunder pemberian agen antileukimia.
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan, penurunan
sumber energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi leukosit yang
berlebihan, serta ketidak seimbangan supali oksigen dengan kebutuhan.

11
3.4 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Aktual / resiko Dalam waktu 1x24 Pantau status cairan (turgor kulit, Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan
tinggi terhadap jam gangguan membran mukosa, dan keluaran urine) dari keadaan status cairan.
volume cairan yang volume dan syok Penurunan volume cairan mengakibatkan
berhubungan hipovolemi menurunnya produksi urine, pemantauan
dengan berlebih teratasi. yang ketat pada produksi urin >600ml/hari
pengeluaran Kriteria : klien merupakan tanda-tanda kejadian syok
berlebih seperti mengeluh tidak kardiogenik
muntah, pusing, membran Kaji sumber-sumber kehilangan cairan Kehilangan cairan bisa berasal dari faktor
pendarahan, diare mukosa lembab, ginjal dan diluar ginjal. Penyakit yang
dan penurunan turgor kulit normal, mendasari terjadinya kekurangan volume
intake cairan tanda-tanda vital cairan ini juga harus diatasi. Pendarahan
dalam batas juga harus dikendalikan, muntah dapat
normal, CRT <3 diatasi dengan obat-obat antimetik dan
detik, urine dengan antidiare
>600ml/hari. Auskulturasi TD bandingkan kedua tangan Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik
Laboratorium : ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau yang memberika manifestasi sudah
nilai hematokrit berdiri bila memungkinkan terlibatnya sistem kardiovasuler untuk

12
dan protein serum melakukan kompensasi mempertahankan
meningkat, tekanan darah
BUN/kreatinin Kaji warna kulit, suhu, sianosi, nadi Mengetahui adanya pengaruh adanya
menurun perifer, dan diaforesis secara teratur peningkatan tekanan perifer
Timbang berat badan setiap hari Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan,
intake yang lebih besar dari output dapat
diindikasi renal obstruksi
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukkan komplikasi distrikmia
Kolaborasi : Jalur yang paten penting untuk pemberian
 pertahankan pemberian cairan secara cairan cepat dan memudahkan perawat
intravena dalam melakukan kontrol intake dan output
cairan
 Pemberian kortikosteroid Efek kortikosteroid yang menahan cairan
dapat menurunkan bertambahnya cairan
yang keluar
 Monitor pemeriksaan diagnostik : Bila platelet >20000 akibat pengaruh
platelet, HB/HCT dan bekuan darah sekunder obat mioplastik klien cenderung
mengalami pendarahan. Penurunan
HB/HCT berindikasi terhadap perdarahan

13
2. Nyeri akut yang Dalam waktu 3x24 Catat karakteristik, lokasi, intesitas, Variasi penampilan dan perilaku klien
berhubungan jam terhadap beserta lama dan penyebarannya karena nyeri terjadi sebagai temuan
dengan pembesaran penurunan respon pengkajian
kelenjar limfe atau nyeri. Lakukan manajemen nyeri keperawatan : Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
efek sekunder Kriteria : secara 1. Atur posisi fisiologis O2 jaringan yang mengalami nyeri
pemberian agen subjektif klien sekunder dari iskemia
anti leukemia, mengatakan 2. Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan CO2
peningkatan penurunan rasa jaringan perifer sehingga akan menurukan
produksi asam nyeri secara demand oksigen jaringan
laktat jaringan local objektif didapatkan 3. Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan menurunkan
tanda - tanda vital lingkungan tenang dan batas stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
dalam batas pengunjung pengunjung akan membantu meningkatkan
normal, wajah kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
rileks, tidak terjadi apabila banyak pengunjung yang berada di
penurunan perfusi ruangan
perifer. 4. Ajarkan teknik relaksasi pernafasan Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
dalam menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan
5. Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
nyeri menurunkan stimulus internal dengan

14
mekanisme peningkatan produksi
endorphin dan enkefalin yang dapat
memblok merespon nyeri untuk tidak
dikirimkan ke kortek selebri sehingga
penurunkan persepsi nyeri
6. Lakukan manjemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa dukungan sentuhan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri massase
ringan dapat meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis dapat membantu suplai
darah dan oksigen kearah nyeri dan
menurunkan sensasi nyeri
Kolaborasi pemberian terapi : Digunakan untuk mengurangi nyeri
 Analgetik sehubungan dengan hematoma otot yang
besar dan perdarahan sendi analgetika oral
non-opioid diberikan untuk menghindari
ketergantungan terhadap narkotika pada
nyeri kronis

15
 Kemoterapi Bentuk terapi utama adalah kemoterapi
dengan kombinasi vincristine, prednisone,
daunorobicin, dan asparaginase untuk terapi
awal dan dilakukan dengan kombinasi
mercaptopurine, methotrexate, vincristine,
prednisone untuk pemeliharaan
 Radiasi Radiasi untuk daerah kradiospinal dan
infeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada
sistem saraf pusat
3. Intoleransi aktivtas Aktivitas sehari- Catat frekuensi dan irama jantung, serta Respons klien terhadap aktiviitas dapat
yang berhubungan hari klien terpenuhi perubahan tekann darah selama dan mengindikasikan penurunan oksigen
dengan kelemahan, dan meningkatnya sesudah aktivitas miokardium
penurunan sumber kemampuan Tinkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan Menurunkan kerja miokardium / konsumi
energi, peningkatan beraktivitas. berikan aktivitas senggang yang tidak oksigen
laju metabolic Kriteria : Klien berat
akiba produksi menunjukan Anjurkan klien untuk menghindari Dengan mengejan dapat mengakibatkan
leukosit yang kemampuan peningkaan tekanan abdomen, misalnya: bradikardi, menurunkan curah jantung, dan
berlebihan, beraktivitas tanpa mengejan saat defekasi takhikardi serta peningkatan TD

16
ketidakseimbangan gejala-gejala yang Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktivitas yang maju memberikan control
oksigen dengan berat, terutama tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi jantung, meingkatkan regangan dan
kebutuhan. mobilisasi di bila tak ada nyeri, ambulasi, dan isitirhat mencegah aktivitas berlebihan
tempat tidur. selama 1 jam setelah makan

Pertahankan klien tirah baring sementara Untuk mengurangi beban jantung


sakit akut
Pertahankan rentang gerak pasif selama Meningkatkan kontraksi oto sehingga
sakit membantu aliran vena balik
Evaluasi tanda vital saat kemajuan Untuk mengetahui fungsi jantun, bila
aktivitas terjadi dikaitkan dengan aktivitas
Berikan waktu istirahat diantara waktu Untuk mendapatkan cukup waktu re-solusi
aktivitas bagi tubuh dan tidak terlalu memaks kerja
jantung
Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, Melihat dampak dari aktivitas terhadap
sianosis, kerja dan frekunsi napas serta fungsi jantung
keluhan subjektif

17
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, W., dan Haribowo, A. S. 2008. Asuhan kepetawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika: Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Salemba Medika: Jakarta.

Nurarif, A.H., dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan


NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Mediaction: Yogyakarta.

Tarwoto dan Wartonah. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem


Hematologi. Trans Info Media: Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai