Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN HERNIA

oleh
Akhmad Miftahul Huda, S.Kep
NIM 122311101061

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A. Definisi
Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai
organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang
mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut. Hernia
adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana
organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup. Hernia
atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ atau sebagian dari organ
melalui lubang pada struktur di sekitarnya. Hernia inguinalis adalah penonjolan
hernia yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat paha). Herniotomy adalah
tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengembalikan isi hernia pada posisi
semula dan menutup cincin hernia (Mansjoer, 2005).

B. Etiologi
Penyebab hernia adalah (Mansjoer, 2005):
1. Kelemahan otot dinding abdomen.
a. Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
c. Trauma
2. Peningkatan tekanan intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan dan Konstipasi
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
3. Faktor resiko: kelainan kongenital

C. Manifestasi Klinik
a. Penonjolan di daerah umbilikalis
b. Nyeri pada benjolan atau bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram
dan distensi abdomen.
d. Terdengar bising usus pada benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia biasanya terjadi atau tampak di atas area yang terkena pada saat pasien
berdiri atau mendorong.

D. Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam,
sifat dan proses terjadinya.
1. Macam-macam hernia menurut letaknya :
a. Inguinal
Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
1) Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Hal ini umumnya terjadi pada
pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini
dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut
bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan
atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
2) Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan
otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek.
Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi
pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan,
tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya
akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya
massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila
pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini
jarang sekali menjadi ireponibilis.
b. Femoral :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi
dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
c. Umbilikal :
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang
telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi,
nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
d. Incisional :
batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
2. Macam-macam Hernia berdasarkan terjadinya:
a. Hernia bawaan atau kongenital Patogenesa
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
3. Macam-macam Hernia menurut sifatnya :
a. Hernia responsibel/reducible,
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia iresponsibel,
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
b. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =
penjara),
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.Secara klinis
hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia
strangulata. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat
pertolongan segera.

E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu
selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan ganggren.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diameter
Dengan inspeksi, adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup jelas.
2. Pemeriksaan lab:
a. Darah lengkap: Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran
diferensial.
b. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
3. Pemeriksaan rontgen
a. Rontgen abdomen, untuk mendeteksi penyebab lain
b. Rontgen dada, untuk mengesampingkan pneumonia

G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Istirahat baring
d. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
e. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,
minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan
dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas
hernia. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus
dilakukan operasi segera.
3. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.
a. Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong
b. Hernioraphy
Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode
hernioplastik seperti metode Bassini, atau metode McVay. Bila defek cukup
besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti
mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

H. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Persiapan Pra Operatif
1) Informed consent (tanda persetujuan secara tertulis).
2) Penyuluhan pre operasi :
a) Menjelaskan apa yang akan dihadapi oleh pasien jika ia akan dioperasi.
b) Menjelaskan bagaimana tubuh akan tetap berfungsi setelah dilakukan
Herniotomy.
c) Menjelaskan bahwa akan merasa sakit / nyeri pada daerah luka / insisi
setelah operasi.
d) Untuk mencegah komplikasi pasca operasi (atelektasis) pasien diajarkan
tentang kesehatan paru-paru, batuk efektif, menarik nafas dalam.
3) Persiapan fisik.
a) Nutrisi
Pasien diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tinggi karbohidrat,
protein, vitamin dan kalori. Pasien harus berpuasa 12 18 jam sebelum
operasi.
b) Cairan
Pasien tidak boleh minum selama 8 jam sebelum operasi. Tindakan pemberian
cairan dan elektrolit maupun plasma sebelum operasi. Perhatikan balance 6 8
jam pre operasi.
c) Hygiene
- Pasien harus mandi sebelum operasi.
- Kuku disikat dan cat kuku dibuang.
- Mulut harus dibersihkan.
d) Istirahat
Malam sebelum operasi diusahakan agar pasien dapat tidur nyenyak dan
beristirahat, kalau perlu kolaborasi pemberian obat penenang.
e) Eliminasi
- Kandung kencing harus kosong, sedapat mungkin kateterisasi harus
dihindari.
- Pengosongan isi usus dengan pemberian garam fisiologis atau di
lavement.
f) Obat-obatan pre medikasi
Pre medikasi:
Adalah pemberian obat untuk menjamin anastesi dapat berjalan dengan baik
dan lancar, dan bertujuan sebagai:
- Menghilangkan rasa gelisah dan takut sebelum operasi.
- Menurunkan BM, mengurangi pemakaian O2 tubuh.
- Melemahkan gerak refleks pada sistem saraf otonom untuk menahan
keluarnya air liur dan sekresi di bagian atas tenggorok untuk mencegah
konvulsi dan muntah.
- Mengurangi pemakaian obat anestesi dasar (utama).
- Analgesia, yang sering digunakan adalah:
Morfin untuk mengurangi perasan sakit.
Atrofin mengurangi sekresi dari mulut dan saluran pernafasan.
Obat anti muntah.
g) Kulit
Mencukur bagian yang akan dioperasi.
h) Observasi tanda-tanda vital
i) Transporting pasien
Pasien harus dibawa tepat pada waktunya, jangan terlalu cepat, sebab terlalu
lama menunggu saat operasi akan menyebabkan pasien gelisah dan takut.
Baju pasien diganti dengan baju khusus operasi, barang-barang berharga
diserahkan pada keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pada operasi
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan nyeri
Kriteria Hasil :
- Keluhan nyeri berkurang atau hilang (skala 0-1)
- Tampak rileks
- TTV dalam batas normal (TD : 100/80 mmHg, N : 60-100 x/menit, S : 360 C,
RR : 16-20 x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
- Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas
- Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera
- Observasi TTV
- Kaji insisi bedah,perhatikan edema, perubahan kontur luka/inflamasi
- Berikan tindakan kenyamanan, misalnya:latihan nafas dalam, lingkungan
- yang tenang dan tekhnik relaksasi
Kolaborasi:
- Berikan analgesik, narkotik sesuai indikasi
b. Kurang volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan kurang volume cairan dapat teratasi
Kriteria Hasil :
- Membran mukosa lembab
- Turgor kullit baik
- Haluaran urine adekuat
- intake Oral, Prenatal adekuat
- TTV dalam batas normal (TD : 120/80 x/menit, RR : 16-20 x/menit, S : 360
C, N : 60-100 x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
- Awasi TD dan Nadi
- Lihat membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler
- Awasi masukan haluaran, catat warna urine, konsentrasi
Kolaborasi:
- Pertahankan penghisapan gaster atau usus
- Berikan cairan infus dan elektrolit
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (Rubor, Dolor, Kalor, Tumor, Fungsiolaesa)
- TTV stabil
- Terdapat tanda-tanda penyembuhan
Intervensi :
Mandiri :
- Awasi TTV, Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, meningkatnya nyeri
abdomen, perubahan mental
- Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang baik, dan
perawatan luka septic
- Lihat insisi dan balutan drainase bila diindikasikan
Kolaborasi:
- Ambil kultur contoh drainase bila diindikasikan
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan Defisit Perawatan diri teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri
Intervensi :
Mandiri :
- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar
- Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri
- Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri
- Berikan perawatan sesuai kebutuhan
PATHWAY
Obesitas batuk, kongenital,
mengedan, pengangkatan beban

Tekanan intra abdomen meningkat

Rusaknya integritas dinding otot perut

Organ terdorong keluar melalui defek

Mengeluarkan zat-zat proteolitik


Hernia (Bradakini,histamine, Respon nyeri Nyeri
prostaglandin)

Hernia umbikalis Hernia para Hernia Hiatus hernia Hernia insisional


kongenital umbikalis inguinalis

Kantung hernia Kantung hernia


Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia memasuki memasuki celah
keluar melalui melewati dinding memasuki celah rongga thorak bekas insisi
umbikalis abdomen inguinal

Terdorong lewat dinding posterior


canalis inguinal yang lemah

Benjolan pada regio inguinal

Abdomen Pembedahan Cemas


terdesak

Mual, muntah Pemasangan Insisi bedah Dampak anestesi


elektroda

Asupan nutrisi kurang Terputusnya kontinitas


Posisi tidak jaringan
tepat
Ketidakseimbang Ekstremitas bawah
an nutrisi kurang tidak dapat
Resiko Mengeluarkan zat-zat Luka terbuka digerakkan
dari kebutuhan proteolitik
cedera
tubuh (Bradakini,histamine,
prostaglandin) Port de entry
Hambatan
kuman
mobilitas fisik
Respon nyeri
Resiko infeksi

Nyeri Akut

Kerusakan
integritas kulit
MIND MAP

Atropi testis

Perdarahan shock, demam, asidosis


metabolik, abses
perut kembung,
muntah dan Diagnosa keperawatan
obstipasi
Pengkajian Intervensi Keperawatan
Nekrosis

Penekanan Asuhan keperawatan

Penatalaksanaan tonjolan keluarnya organ atau


Perlekatan
Komplikasi
jaringan melalui dinding
Kelemahan otot rongga dimana organ tersebut
dinding abdomen seharusnya berada yang
Pengertian didalam keadaan normal
Etiologi
HERNIA tertutup
Peningkatan tekanan
intra abdominal
Patofisiologi
Kelainan kongenital

Manifestasi klinis Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan diameter (inspeksi)


a. Penonjolan di daerah
umbilikalis 2. Pemeriksaan laboratorium :
b. Nyeri pada benjolan atau a. Darah lengkap
bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang b. Urinalis
ditandai dengan muntah, 3. Pemeriksaan rontgen
nyeri abdomen seperti
kram dan distensi a. Rontgen abdomen
abdomen. b. Rontgen dada
d. Terdengar bising usus pada
benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi
BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia biasanya terjadi/
tampak di atas area yang
terkena pada saat pasien
berdiri atau mendorong.
DAFTAR PUSTAKA

Black, J dkk. 2002. Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania : W.B


Saunders

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan.


Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek


Klinik. Jakarta : EGC

Doengoes, Marrilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I.


Jakarta : EGC

Girl, Made Kusala, Farid Nur Mantu. 2000. Hernia Inguinalis Lateralis pada
Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah. Ujung Pandang : Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Volume 2. Bandung : Yayasan


Alumni Pendidikan Keperawatan

Mansjoer, Arief. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Nettina, S. M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Oswari, E. 2000. Bedah dan Keperawatannya. Jakarta : PT Gramedia

Tucker, Susan Martin. 1999. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai