Anda di halaman 1dari 25

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA UMBILIKALIS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ANDINI SITI SA’ADAH


5020031005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
TAHUN 2021
UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten tlp/Fax.0254.232729

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN


PRAKTIK PROFESI NERS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

1. Definisi Penyakit
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga
yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut.
Hernia Umbilikalis adalah penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya ketika bayi
menangis.
Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada
anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan faktor
predisposisi. Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara

2. Etiologi Penyakit
a. Kelemahan otot dinding abdomen.
1) Kelemahan jaringan
2) Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
3) Trauma

Universitas Faletehan | 2
b. Peningkatan tekanan intra abdominal.
1) Obesitas
2) Mengangkat benda berat
3) Mengejan dan Konstipasi
4) Kehamilan
5) Batuk kronik
6) Hipertropi prostate
c. Faktor resiko: kelainan kongenital

3. Klasifikasi Penyakit
a. Klasifikasi hernia menurut letaknya
1) Inguinal
a) Indirek/lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis. Hal ini umumnya terjadi pada pria dari pada wanita.
Pasien mengeluh adanya benjolan pada selangkangan dan bisa mengecil atau
menghilang saat tidur.
b) Direk/medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot. Hernia ini
disebur direk karena langsung menuju anulus inguinalis ekstrerna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan tetap
akan timbul benjolan.
2) Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata
dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3) Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita

Universitas Faletehan | 3
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak
adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
4) Insisional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.

b. Klasifikasi Hernia berdasarkan terjadinya


1) Hernia bawaan atau kongenital
2) Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

c. Klasifikasi Hernia berdasarkan sifatnya


1) Hernia reponibel/reducible : yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel : yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis).
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara) :
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang
berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan
nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya
perlu mendapat pertolongan segera.

Universitas Faletehan | 4
4. Manifestasi Klinis
a. Penonjolan di daerah umbilikalis
b. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi
abdomen.
d. Terdengar bising usus pada benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau
mendorong.

5. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang
kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah
tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup
lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat
kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah  penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika
suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.

Universitas Faletehan | 5
6. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus.
b. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin
hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
c. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
d. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan
kemudian timbul nekrosis.
e. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
f. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
i. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
1) Darah lengkap : Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran diferensial.
2) Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih.
b. Herniografi : Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal  dan dilakukan.
c. X-ray : Mendeteksi penyebab lain.
d. USG : Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
misalnya pada Spigelian hernia.
e. CT dan MRI : Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia
obturator) 

Universitas Faletehan | 6
f. Laparaskopi : Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi
untuk nyeri  perut yang tidak  dapat didiagnosa.
g. Operasi Eksplorasi : Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun
tidak ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.

8. Penatalaksanaan Medis
a. Konservatif
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3) Istirahat baring
4) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic
untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
5) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama
BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat
memperburuk gejala-gejala.
b. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak
-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Jika reposisi hernia tidak
berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
c. Pembedahan (jika ada)
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.

Universitas Faletehan | 7
1) Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
2) Hernioraphy
Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti metode
Bassini, atau metode McVay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang
diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks
untuk menutup defek.

9. Pengkajian Keperawatan Fokus


a. Wawancara
1) Data umum
Pengkajian adalah suatu tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan individu
(klien) seperti identitas klien (nama, umur, agama, tempat tinggal, status pendidikan,
dll) dan penanggung jawab klien.
2) Keluhan utama
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah keluhan adanya
nyeri akibat tindakan pembedahan maupun sebelum pembedahan. Untuk
mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien, dapat digunakan
metode PQRST.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, dan nyeri di daerah
sekitar paha dalam maupun testis, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah,
anoreksia, serta kelelahan pasca nyeri sering di dapatkan.

Universitas Faletehan | 8
4) Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk di kaji antara lain penyakit
sistemik, seperti DM, hipertensi, tuberculosis, diprtimbangkan sebagai sarana
pengkajian preoperatif serta dengan aktivitas (khususnya pekerjaan) yang
mengangkat beban berat juga mempunyai resiko terjadi hernia.
5) Pola kesehatan
a) Pola nutrisi dan cairan
Klien yang mengalami hernia biasanya mempunyai kebiasaan mual,
muntah, anoreksia, obesitas merupakan salah satu predisposisi hernia.
b) Pola aktivitas
Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan inta abdomen seperti
bersin, mengangkat beban berat, batuk, mengejan.
c) Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan luka post operasi herniotomi atau herniorapi dapat
menimbulkan nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
d) Pola eliminasi
Adakah keluhan eliminasi BAK maupun BAB sejak keluhan dirasakan.
Tanyakan frekuensi BAK dan BAB, adanya keluhan dalam eliminasi menandakan
terdapat gangguan pada sistem perkemihan dan eliminasi BAB.

b. Pemeriksaan fisik fokus


Difokuskan pada bagian yang terganggu yaitu sistem pencernaan, sistem integument.
System Pencernaan
Persiapan
1) Menyapa pasien
2) Menjelaskan tujuan pengkajian
3) Mencuci tangan kering
4) Menggunakan handscoon
5) Perhatikan privasi

Universitas Faletehan | 9
Pelaksaan
1) Ukur TTV
2) Inspeksi umum : adakah drainase, muntah, NGT. Apakah pasien terlihat obesitas atau
kaheksia
3) Inspeksi konjungtiva : anemis/tidak
4) Inspeksi sclera : ikterik atau tidak
5) Inspeksi warna kulit : pucat atau tidak
6) Inspeksi adaya peningkatan JVP
7) Inspeksi adanya leukonychia (garis-garis putih di kuku) karena hipoalbuminemia atau
koilonychias (kuku seperti sendok) karena anemia defisiensi besi
8) Inspeksi adanya palmar eritema (penyakit hati kronik).
9) Inspeksi adanya nieedle track (hepatitis B/C) dan adanya ptekie.
10) Inpeksi mulut kotir atau tudak, stomatitis atau tidak
11) Inspeksi dada : spider naevi, ginekomastia
12) Inspeksi bentuk abdomen, simetrisitas, ada stoma/tidak.
13) Inspeksi lesi di abdomen, striae, spider nevi
14) Inspeksi adanya asites, ukur lingkar perut
15) Palpasi adanya limfadenopati
16) Pasien diminta angkat kepala, inspeksi hernia umbilical
17) Auskultasi di keemoat kuadran untuk mengetahui frekuensi bising usus
18) Auskultasi adanya bruit vascular
19) Jika terdapat asites pastikan dengan melakukan pemeriksaan berikut ini :
a) Pemeriksaan balotemen
b) Perkusi/shifting dullness
20) Lakukan palpasi ringan di semua kuadran, kaji adanya nyeri tekan dan nyeri lepas di
semua kuadran
21) Lakukan palpasi dalam untuk meraba adanya massa atau tidak di semua kuadran
22) Lakukan palpasi dalam untuk mengetahui batas hepar dan adanya pembesaran hepar
23) Melakukan perkusi di keempat kuadran
24) Kaji edema ekstremitas
Terminasi

Universitas Faletehan | 10
System Integumen
Persiapan
1) Menyapa pasien
2) Menjelaskan tujuan pengkajian
3) Mencuci tangan kering
4) Menggunakan handscoon
5) Perhatikan privasi
Pelaksanaan
1) Ukur tanda vital, perubahan TTV bisa ditemukan pada pasien luka bakar
2) Inspeksi rambut: distribusi, warna, rontok atau tidak kesehatan kulit kepala ditandai
dengan kondisi rambut
3) Inspeksi warna kulit: pucat atau tidak, ikterik atau tidak
4) Inspeksi konjungtiva: anemis/tidak
5) Inspeksi wajah dan tangan: pigmentasi, carotene (warna kuning-orange pada kulit
secara genetik atau karena konsumsi karotin seperti pada wortel)
6) Inspeksi warna bibir dan mukosa mulut: lembab atau kering, pucat atau tidak, eritema
atau tidak
7) Kaji turgor kulit, kelembapan, tekstur, elastisitas
8) Kaji CRT dan akral teraba dingin/tidak
9) Kaji adanya clubbing finger (karena hipoksia)
10) Inspeksi adanya lesi: ptekie, bula, macula, papula (psoriasis), psoriasis. Catat
lokasinya, apakah menyebar atau terlokalisasi
11) Kaji lokasi lesi atau luka. Luka tekan umumnya terjadi di bagian tonjolan2 tulang,
luka diabetik dan venous ulcer biasanya ada di kaki, luka bakar bisa mengenai are
mana saja
12) Kaji derajat atau stage luka. Jika luka tekan menggunakan NPUAP PUSH, luka
diabetik menggunakan wagner Classification, luka bakar menggunakan Rule of Nine
13) Khusus jika pasien mengalami luka operasi kaji primary and secondry healing
meliputi: adakah pus, dehisence , jahitan intak atau tidak, edema dan eritema sekitar
luka
14) Kaji luas luka atau dimensi luka

Universitas Faletehan | 11
15) Kaji tipe jaringan, apakah ada jaringan nekrotik, jaringan epitel di tepi luka
16) Kaji tipe eksudat (sereous, hemosereous, sanguineous, dan purulent
17) Kaji jumlah eksudat, sedikit - sedang – banyak
18) Kaji dasar luka (pink, merah, kuning, hitam, hijau, atau unstageable)
19) Kaji apakah luka disertai rasa nyeri atau tidak
20) Kaji kemampuan bergerak setelah terjadi luka
21) Kaji batas luka (wound edge) terhadap edema, maserasi, jaringan nekrotik
22) Kaji area sekotar luka (periwound) apakah terdapat eritema, teraba hangat, terlihat
ekskoriasi, edema
Terminasi

Universitas Faletehan | 12
10. Pathway
Peningkatan tekanan intra abdomen (batuk, mengejan, Kelemahan otot dinding abdomen (obesitas, kehamilan,
mengangkat benda berat) trauma)
Terbentuknya suatu kantong dengan pintu berupa cincin
Usus keluar ke tempat yang tidak seharusnya (cincin umbilikus)
Terjadi penonjolan yang mengandung isi rongga perut masuk melalui cincin umbilikus
Hernia Umbilikalis
Pre Operasi Post Operasi
Terjepitnya hernia oleh cincin Kantong hernia semakin sempit Terputusnya kontinuitas jaringan
hernia Usus terjepit Gangguan Integritas Jaringan
Merangsang pengeluaran mediator Peristaltik usus terganggu
inflamasi Regurgitasi isis usus
Pengeluaran bradikinin Mual, muntah Terdapat media masuknya bakteri
Merangsang nosiseptor Intake menurun Risiko Infeksi
Impuls di bawa ke corno dorsalis Defisit Nutrisi
medula spinalis
Merangsang thalamus
Korteks serebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri Akut

Universitas Faletehan | 13
11. Analisa Data

DIAGNOSA
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
Data Subjektif : Peningkatan tekanan intra abdomen Nyeri Akut
Mayor : (batuk, mengejan, mengangkat benda
- Pasien mengeluh berat), Kelemahan otot dinding
nyeri abdomen (obesitas, kehamilan, trauma)

Minor : - Terbentuknya suatu kantong dengan


pintu berupa cincin
Data Objektif :
Mayor : Usus keluar ke tempat yang tidak
seharusnya (cincin umbilikus)
- Tampak meringis
- Bersikap protektif Terjadi penonjolan yang mengandung
- Gelisah isi rongga perut masuk melalui cincin
- Frekuensi nadi umbilikus
meningkat
- Sulit tidur Hernia Umbilikalis
Minor : Pre Operasi
- Hipertensi
Terjepitnya hernia oleh cincin hernia
- Pola napas dan nafsu
Merangsang pengeluaran mediator
makan berubah
inflamasi
- Proses berfikir
terganggu
Pengeluaran bradikinin
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
Merangsang nosiseptor

Universitas Faletehan | 14
sendiri Impuls di bawa ke corno dorsalis
- Diaphoresis medula spinalis

Merangsang thalamus

Korteks serebri

Nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut

Data Subjektif : Peningkatan tekanan intra abdomen Defisit Nutrisi


Mayor : - (batuk, mengejan, mengangkat benda
berat), Kelemahan otot dinding
Minor : abdomen (obesitas, kehamilan, trauma)
- Cepat kenyang
Terbentuknya suatu kantong dengan
setelah makan
pintu berupa cincin
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan
Usus keluar ke tempat yang tidak
berkurang
seharusnya (cincin umbilikus)

Data Objektif : Terjadi penonjolan yang mengandung


isi rongga perut masuk melalui cincin
Mayor : umbilikus
- BB menurun Hernia Umbilikalis
minimal 10% di
bawag rentang ideal Pre Operasi

Universitas Faletehan | 15
Minor : Kantong hernia semakin sempit
- Bising usus Usus terjepit
hiperaktif
- Otot pengunyah dan Peristaltik usus terganggu
menelan lemah
- Membran mukosa Regurgitasi isis usus
pucat
- Sariawan Mual, muntah
- Serum albumin turun
- Rambut rontok Intake menurun
berlebihan
- Diare Defisit Nutrisi
Data Subjektif : - Peningkatan tekanan intra abdomen Gangguan
(batuk, mengejan, mengangkat benda
Data Objektif : Integritas Jaringan
berat), Kelemahan otot dinding
abdomen (obesitas, kehamilan, trauma)
Mayor :

- Kerusakan jaringan Terbentuknya suatu kantong dengan


kulit dan atau lapisan pintu berupa cincin
kulit
Usus keluar ke tempat yang tidak
Minor : seharusnya (cincin umbilikus)
- Nyeri Terjadi penonjolan yang mengandung
- Pendarahan isi rongga perut masuk melalui cincin
- Kemerahan umbilikus
- Hematoma
- Imunodefisiensi Hernia Umbilikalis
- Katerisasi jantung
Post Operasi
Terputusnya kontinuitas jaringan

Universitas Faletehan | 16
Gangguan Integritas Jaringan
Faktor Risiko : Peningkatan tekanan intra abdomen Risiko Infeksi
(batuk, mengejan, mengangkat benda
1. Penyakit kronis (mis, berat), Kelemahan otot dinding
diabetes melitus) abdomen (obesitas, kehamilan, trauma)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi Terbentuknya suatu kantong dengan
4. Peningkatan paparan pintu berupa cincin
organisme patogen
lingkungan Usus keluar ke tempat yang tidak
5. Ketidakadekuatan seharusnya (cincin umbilikus)
pertahanan tubuh primer :
a. Gangguan peristaltik Terjadi penonjolan yang mengandung
b. Kerusakan integritas isi rongga perut masuk melalui cincin
kulit umbilikus
c. Perubahan sekresi pH
d. Penurunan kerja Hernia Umbilikalis
siliaris
e. Ketuban pecah lama Post Operasi
f. Ketuban pecah Terputusnya kontinuitas jaringan
sebelum waktunya
g. Merokok Terdapat media masuknya bakteri
h. Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan Risiko Infeksi
pertahanan tubuh
sekunder :
a. Penurunan
hemoglobin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon
inflamasi
e. Vaksinasi tidak

Universitas Faletehan | 17
adekuat

12. Diagnosa Keperawatan


Pre Operasi
a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, hipertensi, pola napas dan nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik
diri, berfokus pada diri sendiri dan diaphoresis.
b. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah,
otot menelan lemah, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan dan diare.
Post Operasi
a. Gangguan Integritas Jaringan b.d faktor mekanis d.d kerusakan jaringan kulit dan atau lapisan kulit, nyeri, pendarahan,
kemerahan, hematoma, imunodefisiensi dan katerisasi jantung.
b. Risiko Infeksi dibuktikan dengan faktor risiko efek prosedur invasif, dan kerusakan integritas kulit.

Universitas Faletehan | 18
13. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Kriteria Hasil/Tujuan INTERVENSI AKTIVITAS
Keperawatan (SLKI) (SIKI) (SIKI)
Nyeri Akut b.d agen SLKI label : Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Observasi
pencedera fisiologis d.d
Setelah diberikan askep selama 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Data Subjektif :
jam diharapkan nyeri teratasi dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri,
- Pasien mengeluh
kriteria hasil : respon nyeri non verbal.
nyeri
2. Identifikasi factor yang memperberat dan
Data Objektif : 1. Keluhan nyeri meringis, sikap
memperingan nyeri, pengetahuan dan
- Tampak meringis protektoif, gelisah, kesulitan
keyakinan tentang nyeri.
- Bersikap protektif tidur, menarik diri, berfokus
3. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
- Gelisah pada diri sendiri, diaforesis dan
Terapeutik
- Frekuensi nadi anoreksia menurun
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
meningkat 2. Frekuensi nadi, pola napas, TD,
mengurangi rasa nyeri.
- Sulit tidur proses berfikir, nafsu makan dan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
- Hipertensi pola tidur membaik

Universitas Faletehan | 19
- Pola napas dan nyeri.
nafsu makan 3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
berubah 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
- Proses berfikir pemilihan strategi meredakan nyeri.
terganggu Edukasi
- Menarik diri 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Berfokus pada diri serta strategi pemicu nyeri.
sendiri 2. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri dan
- Diaphoresis menggunakan analgetik secara tepat.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Defisit Nutrisi b.d SLKI label : Status Nutrisi Manajemen Observasi
ketidakmampuan Nutrisi
1. Identifikasi status nutrisi, alergi dan intoleransi
mengabsorbsi nutrien Setelah diberikan askep selama 3x24
makanan, identifikasi makanan yang disukai,
d.d jam diharapkan status nutrisi
kebutuhan kalori dan jenis nutrien, dan perlunya
Data Subjektif : membaik dengan kriteria hasil :
penggunaan selang nasigastrik.
- Pasien mengatakan 1. Porsi makan yang dihabiskan
2. Monitor asupan makanan, BB, dan hasil
cepat kenyang meningkat
pemeriksaan laboratorium.
setelah makan 2. Kekuatan otot pengunyah dan
Terapeutik
- Kram/nyeri abdomen menelan meningkat
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
- Nafsu makan 3. Serum albumin meningkat
perlu.
menurun 4. Perasaan cepat kenyang
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet.
- Berat badan
Universitas Faletehan | 20
menurun minimal menurun 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
10% di bawah 5. Nyeri abdomen menruu sesuai.
rentang ideal 6. Sariawan menurun 4. Berikan makanan tinggi serat.
- Bising usus 7. Rambut rontok menurun 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
hiperaktif 8. Diare menurun protein.
- Otot pengunyah 9. BB IMT membaik 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu.
lemah 10. Frekuensi dan nafsu makan 7. Hentikan pemberian makanan melalui
- Otot menelan lemah membaik nasogastrik, jika asupan oral dapat ditoleransi.
- Sariawan 11. Bising usus membaik Edukasi
- Serum albumin turun 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
- Rambut rontok 2. Ajarkan diet yang diprogramkan.
berlebihan Kolaborasi
- Diare 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kaloru dan jenis nutrien yang
dibutuhkan.

Gangguan Integritas SLKI label : Integritas Kulit dan Perawatan Luka Observasi
Jaringan b.d faktor Jaringan
1. Monitor karakteristik luka dan tanda-tanda
mekanis d.d
infeksi.
Data Objektif : Setelah dilakukan asuhan
Terapeutik
- Kerusakan jaringan keperawatan selama 3x24 jam maka

Universitas Faletehan | 21
kulit dan atau lapisan integritas kulit dan jaringan 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan.
kulit meningkat dengan kriteria hasil : 2. Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu.
- Nyeri 1. Elasitas meningkat 3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
- Pendarahan 2. Perfusi jaringan meningkat pembersihan nontoksik, sesuai kebutuhan.
- Kemerahan 3. Kerusakan jaringan menurun 4. Bersihkan jaringan nekrotik.
- Hematoma 4. Nyeri menurun 5. Berikan salep yang sesuai kulit/lesi, jika perlu.
- Imunodefisiensi 5. Perdarahan menurun 6. Pasang balutan sesuai jenis luka.
- aterisasi jantung 6. Kemerahan menurun 7. Pertahankan teknik steril saat melakukan
7. Hematoma menurun perawatan luka.
8. Pigmentasi abdormal 8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
menurun drainase.
9. Suhu kulit membaik 9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
10. Sensasi membaik sesuai kondisi pasien.
11. Tekstur membaik 10. Berikan diet dengan kalori 30-35
kkal/KgBB/hari dengan protein 1,25 – 1,5
g/KgBB/Hari.
11. Berikan suplemen vitamin dan mineral.
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein.
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara

Universitas Faletehan | 22
mandiri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridement.
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika pelu.

Risiko Infeksi SLKI label : Kontrol Risiko Pencegahan Observasi


dibuktikan dengan : Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi dan sistemik.
- Faktor risiko efek Setelah diberikan askep selama 3x24
Terapeutik
prosedur invasif jam diharapkan Kontrol risiko
1. Batasi jumlah pengunjung.
- Kerusakan integritas meningkat dengan kriteria hasil :
2. Berikan perawatan luka pada area edema.
kulit 1. Kemampuan mencari
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
informasi tentang faktor risiko
dengan pasien dan lingkungan pasien.
2. Kemampuan mengidentifikasi
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
faktor risiko
tinggi.
3. Kemampuan melakukan
Edukasi
strategi kontrol risiko
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
3. Ajarkan etika batuk.
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi.
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan
cairan.

Universitas Faletehan | 23
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.

Universitas Faletehan | 24
DAFTAR PUSTAKA

Burnner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
3 (Revisi). Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan II. Jakarta :
DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia Cetakan II. Jakarta
: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai