Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR

PHYLLOIDES DENGAN TINDAKAN MASTEKTOMI

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Surgikal

Ruang OK RS Panti Nirmala Malang

Disusun Oleh:

Luluk Wulandari

170070301111080

Kelompok 2A

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

TUMOR PHYLLOIDES DENGAN TINDAKAN MASTEKTOMI

Untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Surgikal Ruang OK RSPN

Oleh :

Luluk Wulandari

NIM. 170070301111080

Telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Tumor Phyllodes Mammae

1. Definisi
Tumor Phyllodes merupakan tumor yang jarang terjadi, sebagian besar merupakan
tumor jinak yang terdapat pada payudara. Secara objektif, tumor mempunyai
karakteristik sebagai sarcoma yang maligna, terlihat seperti daun ketika disayat, dan
secara histologik menunjukkan kista epitelial.
2. Etiologi
Tumor filodes secara nyata berhubungan dengan fibroadenoma dalam beberapa kasus,
karena pasien dapat memiliki kedua lesi dan gambaran histologis kedua lesi mungkin
terlihat pada tumor yang sama. Namun, apakah tumor filodes berkembang dari
fibroadenoma atau keduanya berkembang bersama-sama, atau apakah tumor filodes
dapat muncul de novo, tidaklah jelas.
3. Manifestasi klinis
 Pasien mengeluh adanya benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, batas
jelas, konsistensi lembut.
 Benjolan dapat tumbuh dengan cepat dalam beberapa minggu sebelum pasien
konsul ke dokter.
 Tidak ada keluhan pada nipple-areola atau ulserasi pada kulit.
 Benjolan yang mobile, batas jelas dan konsistensi kenyal-padat
 Biasanya terjadi pada payudara kiri.
 Adanya kulit yang terlihat mengkilat atau transparan dimana pembuluh darah pada
payudara dapat terlihat.
 Pemeriksaan fisik yang lain mirip dengan Fibroadenoma, seperti benjolan mobile
dan batas jelas
 Phyllodes tumor terlihat sebagai suatu massa yang besar dengan pertumbuhan
cepat.
 Pada Mammografi mirip fibroadenoma densitas padat dan batas jelas.
 Bila berulang biasanya lebih agresif dari tumor sebelumnya.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Mammografi dan USG biasa dilakukan bila ada benjolan di payudara,
tetapi pada Phyllodes Tumor kedua pemerikasaan tadi tidak dapat membedakan
adanya Fibroadenoma maupun Tumor Phyllodes tipe maligna. Pemeriksaan secara
radiografi bukan diagnostik pasti dari penyakit ini.
c. Fine-Needle aspiration (FNA) untuk uji sitologi tidak adekuat diagnosa. Core
biopsy lebih dipercaya, tetapi tetap ada false negatif dan kesulitan dibedakan
dengan Fibroadenoma.
d. Biopsi excisi dengan lesi kecil atau incisional biopsi dengan lesi luka besar metode
pasti untuk diagnosa

5. Penatalaksanaan
Pada kebanyakan kasus cystosarcoma phylloides, melakukan eksisi luas normal,
dengan lingkaran jaringan normal. Tidak terdapat aturan tentang besarnya batas.
Namun, batas 2 cm untuk tumor kecil (< 5 cm) dan batas 5 cm untuk tumor besar (> 5
cm) telah dianjurkan.
 Jika tumor terhadap rasio payudara cukup tinggi untuk menghindarkan hasil
kosmetik yang memuaskan dengan eksisi segmental, mastektomi total, dengan atau
tanpa rekonstruksi, adalah sebuah alternatif.
 Prosedur yang lebih radikal tidak secara umum dibenarkan.
 Melakukan diseksi nodus limfatikus aksila hanya untuk nodus yang dicurigai
secara klinis. Namun, sebenarnya semua nodus ini reaktif dan tidak mengandung
sel-sel maligna.

6. Komplikasi
a. Infeksi
b. Seroma
c. Rekurensi local atau jauh
2.2 Mastektomi

1. Definisi
Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan onkologis
pada tumor jinak atau ganas payudara dengan mengangkat seluruh jaringan payudara
yang terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta
kulit diatas tumornya tanpa disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral
level I, II/III secara en bloc tanpa mengangkat m.pektoralis major dan minor.
Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan kedalam tiga kategori:
mastektomi radikal, mastektomi total dan prosedur yang lebih terbatas (contoh
segmental, lumpektomi).
a. Mastektomi preventif (preventife mastectomy) disebut juga prophylactic
mastectomy.operasi ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat
seluruh payudara dan putting atau berupa subcutaneous mastectomy dimana
seluruh payudara diangkat namun putting tetap dipertahankan .
b. Mastektomi total (sederhana) mengangkat semua jaringan payudara tetapi
semua atau kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.
c. Mastektomi radikal modifikasi mengangkat seluruh payudara , beberapa atau
semua nodus limfe dan kadang-kadang otot pektoralis minor.otot dada mayor
masih utuh.Mastektomi radikal (halsted) adalah prosedur yang jarang
dilakukan yaitu pengangkatan seluruh payudara, kulit, otot pektoralis mayor
dan minor, nodus limfe ketiak dan kadang-kadang nodus limfe mamari
internal atau supra klavikular.
d. Prosedur membatasi (contoh: lumpektomi) mungkin dilakukan pada pasien
rawat jalan yang hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya
diangkat. Lumpektomi dianggap tumor non-metastatik bila kurang dari 5 cm
ukurannya yang tidak melibatkan putting.prosedur meliputi dignostik
(menentukan tipe sel) dan atau pengobatan bila dikombinasi dengan terapi
radiasi.

2. Tujuan
Berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan menjadi dua
macam yaitu tujuan kuratif dan tujuan paliatif :
1. Prinsip terapi bedah kuratif adalah pengangkatan seluruh sel kanker tanpa
meninggalkan sel kanker secara mikroskopik. Terapi bedah kuratif ini dilakukan
pada kanker payudara stadium dini (stadium 0, I dan II).
2. Sedangkan tujuan terapi bedah palliatif adalah untuk mengangat kanker payudara
secara makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopik.
Pengobatan bedah palliatif ini pada umumnya dilakukan untuk mengurangi
keluhan-keluhan penderita seperti perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus,
dilakukan pada kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium III dan IV.

3. Indikasi dan Kontraindikasi


a. Indikasi
a) Kanker payudara stadium O (insitu)
b) Keganasan jaringan lunak pada payudara
c) Tumor jinak payudara yang mengenai seluruh jaringan payudara (misal:
phyllodes tumor)
b. Kontraindikasi
a) Tumor melekat dinding dada
b) Edema lengan
c) Nodul satelit yang luas
d) Mastitis inflamatori

4. Penatalaksanaan
Beberapa tipe mastektomi yang ada pada saat ini
a) Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy)
Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi ini dapat
berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan puting. Atau
berupa subcutaneous mastectomy, dimana seluruh payudara diangkat namun
puting tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan
kanker payudara dapat dikurangi hingga 90% atau lebih setelah mastektomi
preventif pada wanita dengan risiko tinggi.

Gambar payudara seorang wanita 25 tahun. menjalani prophylacyic


mastectomy dan telah mengalami rekonstruksi dengan menutup lubang bekas
operasi dengan dengan jaringan yang diambil dari perutnya.

b) Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy)


Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya,
namun simpul limfe masih dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel node
biopsy terpisah dilakukan untuk membuang satu sampai tiga simpul limfe
pertama.
Total Mastectomy

c) Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy)


Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy (MRM)-
mastektomi radikal termodifikasi. MRM memberikan trauma yang lebih ringan
daripada mastektomi radikal, dan ssat ini banyak dilakukan di Amerika. Dengan
MRM, seluruh payudara akan diangkat beserta simpul limfe di bawah ketiak,
tetapi otot pectoral (mayor dan minor) – otot penggantung payudara – masih tetap
dipertahankan. Kulit dada dapat diangkat dapat pula dipertahankan, Prosedur ini
akan diikuti dengan rekonstruksi payudara yang akan dilakukan oleh dokter bedah
plastik.

Modified Radical Mastectomy

d) Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)


Mastektomi radikal merupakan pengangkatan payudara ‘komplit’, termasuk
puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot dibawah
payudara, serta simpul limfe (getah bening). Karena mastektomi radikal ini tidak
lebih efektif namun merupakan bentuk mastektomi yang lebih ‘ekstrim’ , saat ini
jarang dilakukan.
e) Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy)
Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan kanker
payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial merupakan breast-conserving
therapy- terapi penyelamatan payudara yang akan mengangkat bagian payudara
dimana tumor bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti dengan terapi radiasi
untuk mematikan sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa. Sinar X
berkekuatan penuh akan ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara.
Radiasi akan membunuh kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian tubuh
yang lain.

Partial Mastectomy

f) Quandrantectomy
Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada prosedur ini,
dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara dibandingkan
dengan lumpektomi.
Quandrantectomy
Mastektomi tipe ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk
kulit dan jaringan konektif (breast fascia). Cairan berwarna biru disuntikkan
untuk mengidentifikasi simpul limfe yang mengandung sel kanker.

g) Lumpectomy atau sayatan lebar,


Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan
normal di sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy) hanya mengangkat tumor dan
sedikit area bebas kanker di jaringan payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker
ditemukan di kemudian hari, dokter akan mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur
ini disebuat re-excision (terjemahan : pengirisan/penyayatan kembali).

h) Excisional Biopsy
Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan
normal di sekitarnya. Kadang, pembedahan lanjutan tidak diperlukan jika biopsy
dengan sayatan ini berhasil mengangkat seluruh tumor.

5. Perawatan Setelah Operasi

a) Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dengan mengobservasi produksi drain,


memeriksa kadar Hemoglobin pasca bedah.
b) Rehabilitasi dilakukan sesegera mungkin dengan melatih pergerakan sendi bahu.

c) Drain dilepas bila produksi masing-masing drain < 20 cc/24 jam. Umumnya drain
sebelah medial dilepas lebih awal, karena produksinya lebih sedikit.

d) Bila luka operasi baik, jahitan dilepas hari ke 12 s/d 14.

6. Diagnosa Perioperatif
a. Fase Preoperatif Mastektomi
Fase preoperatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi dan
diakhiri ketika pasien dikirim ke kamar operasi. Lingkup aktivitas keperawatan
selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien.
Wawancara praoperatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan
dalam pembedahan.
a) Pengkajian :
- Identitas pasien
- Tanda-tanad vital
- Riwayat penyakit : alergi, penyakit paru (asma, PPOM, TB paru),
penggunaan narkoba, alkoholisme, menggunakan obat seperti
kortikosteroid dan obat jantung
- Riwayat kesehatan keluarga : DM. Hipertensi
- Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Ada tidaknya gigi palsu, pemakaian lensa kontak, atau cat kuku dan
implan prosthesis lainnya
- Pencukuran daerha operasi
- Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang pemberian jenis anestesi
dan pemakaian obat anestesi yang akan dilakukan
- Pemeriksaan penunjung : rontgen, EKG, pemeriksaan laboratorium
(darah lengkap, faal hepar, faa ginjal, masa pembekuan darah), biopsi,
pemeriksaan gula darah
- Informed consent
b) Diagnosa keperawatan pre operasi Mastektomi
- Cemas berhubungan dengan krisis situasional
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Rencana Keperawatan pre operatif Mastektomi:


DIAGNOSA KEP. NOC NIC
Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhanAnxiety reduction :
dengan perubahan keperawatan selama…pasien
· Tenangkan pasien
status kesehatan menunjukan anxiety · Jelaskan seluruh prosedur tindakan
control dengan kriteria hasil: kepada pasien dan perasaan yang
· pasien kooperatif mungkin muncul pada saat melakukan
· Mampu mengidentifikasikantindakan
cemas dengan bahasa tubuh
· Berusaha memahami keadaan pasien
yang tenang · Berikan informasi tentang diagnosa,
· Vital sign dbn prognosis dan tindakan
· Mendampingi pasien untuk
mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan
· Dorong pasien untuk menyampaikan
tentang isi perasaannya
· Kaji tingkat kecemasan
· Dengarkan dengan penuh perhatian
· Ciptakan hubungan saling percaya
· Bantu pasien menjelaskan keadaan
yang bisa menimbulkan kecemasan
· Bantu pasien untuk mengungkapkan
hal hal yang membuat cemas
· Ajarkan pasien teknik relaksasi
· Berikan obat obat yang mengurangi
cemas
Kurang pengetahuan Setelah dilakukanasuhanTeaching : Dissease Process
tentang penyakit, keperawatan selama......,
Kaji tingkat pengetahuan klien dan
perawatan,pengobatan pengetahuan klien meningkatkeluarga tentang proses penyakit
kurang paparan dengan kriteria hasil -Jelaskan tentang patofisiologi penyakit,
terhadap informasi Klien mampu menjelaskantanda dan gejala serta penyebabnya
kembali apa yang dijelaskan -Sediakan informasi tentang kondisi
Klien kooperative saat dilakukanklien
tindakan -Berikan informasi tentang
perkembangan klien
-Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau kontrol proses penyakit
-Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
-Gambarkan komplikasi yang mungkin
terjadi
-Anjurkan klien untuk mencegah efek
samping dari penyakit
-Gali sumber-sumber atau dukungan
yang ada
-Anjurkan klien untuk melaporkan tanda
dan gejala yang muncul pada petugas
kesehatan
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Lakukan pengkajian nyeri secara
injuri biologi keperawatan selama 1xkomprehensif termasuk lokasi,
pertemuan nyeri klienkarakteristik, durasi, frekuensi
berkurang dengan kriteria Monitor vital sign
hasil: Gunakan teknik komunikasi
Nyeri terkontrol terapeutik untuk mengetahui
Klien menggunakan teknikpengalaman nyeri
non farmakologi untuk Ajarkan teknik
mengurangi nyeri relaksasi nafas dalam untuk
Tanda vital dalam rentangmengurangi nyeri
normal

b. Fase Intraoperatif Mastektomi


Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal,
yaitu :
1) Safety Management (Pengaturan posisi pasien)
Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang
operasi adalah: daerah operasi, usia, berat badan pasien, tipe anastesidan
nyeri. Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak
melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah
atau medan operasi.
 Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi yang
tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi
yang berbeda pula
 Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang
akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang
hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik
drapping
 Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
dengan tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai
bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi
fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
 Memasang alat grounding ke pasien
 Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk
menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.
 Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti
: cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.
2) Monitoring Fisiologis
 Melakukan balance cairan
 Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan,
nadi, tekanan darah, frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen,
perdarahan dll.
 Pemantauan terhadap perubahan vital sign
3) Monitoring Psikologis
 Memberikan dukungan emosional pada pasien
 Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur
induksi
 Mengkaji status emosional klien
 Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika
ada perubahan)
4) Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
 Memanage keamanan fisik pasien
 Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis

Diagnosa Keperawatan intra operatis yang sering muncul Mastektomi :


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi
danekspirasi karena pemberian agent anastesi.
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan perdarahan masive selama
pembedahan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif dan truma
jaringan.
4. Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan.

Rencana Keperawatan intra operatif Mastektomi:

DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Airway and breathing
berhubungan dengan selama..... pasienmenunjukan respiration management :
penurunan tekanan control dengan kriteria hasil:  Monitor ventilasi (jalan
inspirasi dan ekspirasi  Jalan nafas adequat dan suara nafas)
karena pemberian agent  Suara nafas vesikuler  Lakukan management
anastesi.  Saturasi O2 dbn ventilasi dengan head
tilt chin leaf / jaw trust
positioning
 Pasang alat bantu
nafas : mouth
airway/orofaringeal
tube, ET, LMA
 Monitor keakuratan
fungsi ET, LMA
 Lakukan assisted
respiration
 Monitor vital sign dan
saturasi O2 secara
periodik
Resiko infeksi Setelah dilakukanasuhan keperawatan Infection control
berhubungan dengan selama......, menunjukkan infection management
pembedahan, prosedur protection, enviroment, host and agent  Kendalikan prosedur
invasif dan truma control dengan kriteria hasil masuk kamar operasi
jaringan.  Terkendalinya nfection control untuk pasien maupun
 Luka dan keadaan sekitar bersih petugas
 Batasi jumlah personil
di kamar operasi
 Kendalikan sterilitas
ruangan dan peralatan
yang dipakai
 Lakukan cuci tangan
bedah, pemakaian jas
operasi, pemakaian
sarung tangan dan duk
operasi sesuai prosedur.
 Terapkan prosedur
septik aseptik.
 Lakukan penutupan
luka sesuai prosedur
 Kolaborasi pemberian
antibiotic
 Environment kontrol
Resiko cidera Setelah dilakukanasuhan keperawatan Injury control
berhubungan dengan selama......menunjukkan injury management
anastesi dan neuromuscular protection dengan  Anatomis dan imobil
pembedahan. kriteria hasil : position
 Tidak terjadi luka baru diluar  Pasang groundit kouter
organ target dengan benar
 Instrument terhitung lengkap  Melakukan tindakan
sebelum dan sesudah operasi. anastesi sesuai dengan
prosedur
 Memasang alat bantu
pernafasan sesuai
dengan prosedur
 Hindari manipulasi
jaringan berlebihan
 Penggunaan instrument
yang tepat dan benar
 Perhitungan jumlah
instrument sebelum dan
sesudah operasi yang

c. Fase Postoperatif Mastektomi


1. Fase pasca anesthesia.
Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang pemulihan disertai
dengan oleh ahli anesthesia dan staf profesional lainnya.
a) Mempertahankan ventilasi pulmoner
Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran
pernafasan, diakibatkan penyumbatan oleh lidah yang jatuh, kebelakang
dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam faring trakea atau
bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang tepat dengan posisi
miring/setengah telungkup dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak
bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir, harus dilakukan
penghisapan dengan suction.
b) Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi
fowler” untuk mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari
pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk meningkatkan
sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua masalah ini gangguan
rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka operasi merupakan hal yang
pailing sering terjadi
c) Masalah psikologis
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau
kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya
seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan tentang
hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik serta serta
pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
d) Mobilisasi fisik.
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk
mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk
mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus
seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.

2. Perawatan post mastektomi


a) Pemasangan plester /hipafik
Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya
diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer line) agar tidak melawan
gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks menggerakkan
sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu diperhatikan
cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara melakukan fiksasi plester
pada dinding dada.
Plester medial melewati garis midsternal
Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
Plester posterior (belakang) melewati garis axillaris posterior.
Plester superior tidak melewati clavicula
Plester inferior harus melewati lubang drain
Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong
baju dan dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu
grakkan tangan.
b) Perawatan pada luka eksisi tumor.
Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat
seperti BH sehingga menyangga payudara .
c) Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah
dengan darah atau serum harus segera diganti, tetapi bola penutup
(thiersch) tidak boleh dibuka.
d) Pemberian injeksi dan pengambilan darah.
e) Pengukuran tensi

Diagnosa keperawatan post operasi yang sering muncul Mastektomi:


 Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum
optimal karena pemakaian obat anastesi
 Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien

Rencana intervensi keperawatan post operasi Mastektomi:

DIAGNOSA KEP. NOC NIC


Resiko aspirasi berhubungan Setelah dilakukanasuhan Aspiration Precaution :
dengan status kesadaran, keperawatan selama......, · Monitor tingkat kesadaran dan
reflek menelan belum menunjukkan control reflek menelan
optimal karena pemakaian dengan kriteria hasil · Monitor status airway dan
obat anastesi · Airway terkontrol dan bebaskan airway
adequat · Lakukan suctioning jika perlu
· Reflek menelan efektif · Posisikan supinasi atau posisi
SIM pada operasi jalan nafas

Resiko cidera berhubungan Setelah dilakukanasuhan Environment Management :


dengan tingkat kesadaran keperawatan selama......, · Sediakan lingkungan yang aman
pasien menunjukkan risk control dan nyaman
dengan kriteria hasil · Posisikan tidur sesuai instruksi
· Pasien terbebas dari medis / anastesi
cidera · Memasang side trail tempat
· Pasien komunikatif dan tidur
kooperatif · Hindari dari perabot yang
berbahaya
· Kaji tingkat kesadaran
· Dampingi selama pasien belum
sadar penuh
· Lindungi arah gerakan dan
jangan lawan gerakan pasien
· Rangsang kesadaran pasien ke
Compos Mentis
· Alat invasif terkontrol

7. Pemeriksaan Penunjang
Mandatory:
- Mamografi dan/atau USG payudara
- Pemeriksaan sitologi (FNAB) atau histopatologi tumor payudara
- Foto toraks
- USG liver/abdomen
- Pemeriksaan kimia darah lengkap, rekam jantung (EKG kalau perlu
ekokardiografi) kalau ada indikasi untuk persiapan operasi
-
Optional:
- bone scanning
- pemeriksaan kimia darah/ tumor marker: CEA, Ca 15-3, Ca 125

8. Pathway
9. Gambar
Daftar Pustaka

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
10.Jakarta:EGC
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai