Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN MASTEKTOMI

PADA PASIEN DENGAN CA MAMAE

A. Konsep Dasar Mastektomi


1. Pengertian
Mastektomi adalah suatu tindakan pembedahan onkologis pada keganasan
payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari
seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas
tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I, II/III tanpa
mengangkat muskulus pektoralis major dan minor (Sinclair, 2009). Menurut Suryo
(2009), mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara.
Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada beberapa
faktor meliputi usia, kesehatan secara menyeluruh, status menopause, dimensi tumor,
tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya, stadium tumor dan keganasannya,
status reseptor homon tumor, dan penyebaran tumor telah mencapai simpul limfe atau
belum (Kozier, 2008).

2. Klasifikasi
1) Tipe mastektomi menurut Kozier (2008) dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
2) Mastektomi radikal, yaitu pengangkatan seluruh payudara kulit otot pektoralis
mayor dan minor, nodus limfe ketiak, kadang-kadang nodus limfe mammary
internal atau supraklavikular.
3) Mastektomi total (sederhana), yaitu mengangkat semua jaringan payudara tetapi
kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh. Prosedur terbatas
(Lumpektomi) yaitu hanya beberapa jaringan sekitanya diangkat.
Menurut Suryo (2009), ada 3 jenis mastektomi, yaitu:
1) Simple Mastectomy (Total Mastectomy), pada prosedur operasi ini, keseluruhan
jaringan payudara diangkat, tapi kelenjar getah bening yang berada di bawah
ketiak (axillary lymph nodes) tidak diangkat. Kadang-kadang sentinel lymph
node, yaitu kelenjar getah bening utama, yang lagsung berhubungan dengan
payudara, diangkat juga. Untuk mengidentifikasi sentinel lymp node ahli bedah
akan menyuntikkan suatu cairan dan / atau radioactive tracer kedalam area
sekitar puting payudara. Cairan atau tracer tadi akan mengalir ketitik-titik
kelenjar getah bening, yang pertama akan sampai ke sentinel lymp node. Ahli
bedah akan menemukan titik-titik pada KGB (kelenjar Getah Bening) yang
warnanya berbeda (apabila digunakan cairan) atau pancaran radiasi (bila
menggunakan tracer).
Cara ini biasanya mempunyai resiko rendah akan terjadinya
lymphedema (pembengkakan pada lengan) daripada axillary lymp node
dissection. Bila ternyata hasilnya sentinel node bebas dari penyebaran kanker,
maka tidak ada operasi lanjutan untuk KGB. Apabila sebaliknya, maka
dilanjutkan operasi pengangkatan KGB. Operasi ini kadang-kadang dilakukan
pada kedua payudara pada penderita yang berharap menjalani mastektomi
sebagai pertimbangan pencegahan kanker. Penderita yang menjalani simple
mastectomy biasanya dapat meninggalkan rumah sakit setelah dirawat dengan
singkat . Seringkali, saluran drainase dimasukkan selama operasi di dada
penderita dan menggunakan alat penghisap (suction) kecil untuk memindahkan
cairan subcutaneous (cairan di bawah kulit). Alat-alat ini biasanya dipindahkan
beberapa hari setelah operasi apabila drainase telah berkurang dari 20-30 ml per
hari.
2) Modified Radical Mastectomy, keseluruhan jaringan payudara diangkat bersama
dengan jaringan-jaringan yang ada di bawah ketiak (kelenjar getah bening dan
jaringan lemak). Berkebalikan dengan simple mastectomy, m. pectoralis (otot
pectoralis) ditinggalkan.
3) Radical Mastectomy atau Halsted Mastectomy, pertama kali ditunjukkan pada
tahun 1882, prosedur operasi ini melibatkan pengangkatan keseluruhan jaringan
payudara, kelenjar getah bening di bawah ketiak, dan m. pectoralis mayor dan
minor (yang berada di bawah payudara). Prosedur ini lebih jelek dari pada
modified radical mastectomy dan tidak memberikan keuntungan pada
kebanyakan tumor untuk bertahan. Operasi ini, saat ini lebih digunakan bagi
tumor-tumor yang melibatkan m. pectoralis mayor atau kanker payudara yang
kambuh yang melibatkan dinding dada.

3. Indikasi operasi mastektomi


Menurut Engram (2009) indikasi operasi mastektomi dilakukan pada kanker
payudara stadium 0 (insitu), keganasan jaringan lunak pada payudara, dan tumor
jinak payudara yang mengenai seluruh jaringan payudara (misal: phyllodes tumor).

4. Kontra indikasi operasi mastektomi


Kontra indikasi operasi mastektomi adalah tumor melekat dinding dada,
edema lengan, nodul satelit yang luas, dan mastitis inflamatoar (Engram, 2009).

5. Komplikasi operasi mastektomi


Komplikasi operasi mastektomi dibedakan menjadi fase dini dan fase lambat.
Fase dini meliputi pendarahan, lesi nodul thoracalis longus wing scapula, dan lesi
nodul thoracalis dorsalis. Fase lambat meliputi infeksi, nekrosis flap, seroma, edema
lengan, kekakuan sendi, dan bahu kontraktur (Engram, 2009).

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sebelum dilakukan mastektomi meliputi, yaitu:
mandatory, mamografi (USG payudara), foto toraks, FNAB tumor payudara, USG
liver/abdomen, dan pemeriksaan kimia darah lengkap untuk persiapan operasi
(Engram, 2009).

7. Pra operasi mastektomi


Menurut Sjamsuhidajat (2010), pasien pra mastektomi akan mengalami
masalah psikologis, karena payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita,
kelainan atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien, haknya
seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan tentang hubungannya
dengan suami, dan hilangnya daya tarik serta pengaruh terhadap anak dari segi
menyusui.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA PASIEN CA MAMMAE

DENGAN TINDAKAN MASTEKTOMI

A. Pengkajian
1. Identitas
Biasanya berisi informasi tentang pasien yaitu nama, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, usia dan lain sebagainya.
2. Keluhan Utama
Biasanya dengan ada benjolan pada payudara
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi awal mula pasien merasakan gejala adanya tumor kunjongtiva
sampai akhirnya dilakukan tindakan pembedahan.
4. Pola kesehatan
a. Pola aktivitas dan istirahat
Pre-operatif : pasien dengan kanker payudara tidak mengalami
gangguan aktivitas. Pasien dapat beraktivitas seperti biasa tanpa ada
hambatan
Post-operatif : pasien dengan kanker payudara akan mengalami
gangguan aktivitas karena rasa nyeri akibat pasca pembedahan
b. Pola nutrisi dan eliminasi
Pre-operatif : pasien dengan kanker payudara sebelum operasi tidak
mengalami gangguan nutrisi dan eliminasi. Bahkan pada pasien kanker
payudara sering mengkonsumsi makanan yang tidak sehat
Post-operatif : pasien dengan kanker payudara setelah operasi tidak
akan mengalami gangguan nutrisi dan eliminasi
c. Pola kognitif persepsi
Pre-operatif : pasien dengan kanker payudara biasanya mengeluh
ada benjolan aneh di payudaranya
Post-operatif : pasien dengan kanker payudara biasanya akan
mengeluh nyeri setelah tindakan pembedahan
5. Pemeriksaan fisik
Mencari benjolan Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor
hormone antara lain estrogen dan progesterone, maka sebaiknya pemeriksaan
ini dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah
menstruasi + 1 minggi dari hari akhir menstruasi. Pasien duduk dengan tangan
jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yag lebih kurang
sama tinggi.
a. Inspeksi
Simetri mammae kiri-kanan
Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda
radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga
dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah
ada bayangan tumor doio bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian
yang tertinggal, dimpling dan lain-lain.
b. Palpasi
Biasanya terdapat benjolan kecil maupun besar.
6. Pemeriksaan penunjang
1) pemeriksaan penunjang klinis
a) Pemeriksaan radiologis
- Mammografi/USG Mamma
- X-foto thoraks
- Kalau perlu : Galktografi, Tulang-tulang, USG abdomen, Bone scan, CT
scan
b) Pemeriksaan laboratorium
- rutin, darah lengkap, urine
- duyla darah puasa dan 2 jpp
- enxym alkali sposphate, LDH
- CEA, MCA, AFP
- Hormon reseptor ER, PR
- Aktivitas estrogen/vaginal smear
c) Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor
- Cairan kista dan pleura effusion
- Secret putting susu
2) Pemeriksaan sitologis/patologis
a. Durante oprasi Vries coupe
b. Pasca operasi dari specimen operasi

B. Dignosa Keperawatan

PRA OPERASI
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif
ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan
miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

POST OPERASI
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot.
b. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
pasien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot
dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasive pembedahan
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan,efek
radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan
anemia.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan
neuromuscular, nyeri.

C. Perencanaan
PRE OPERASI
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
- Pasien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
Tentukan pengalaman pasien Data-data mengenai pengalaman pasien
sebelumnya terhadap penyakit yang sebelumnya akan memberikan dasar untuk
dideritanya. penyuluhan dan menghindari adanya
duplikasi.
Berikan informasi tentang prognosis Pemberian informasi dapat membantu
secara akurat. pasien dalam memahami proses
penyakitnya.
Beri kesempatan pada pasien untuk Dapat menurunkan kecemasan pasien.
mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek Membantu pasien dalam memahami
samping. Bantu pasien mempersiapkan kebutuhan untuk pengobatan dan efek
diri dalam pengobatan. sampingnya.
Catat koping yang tidak efektif seperti
Mengetahui dan menggali pola koping
kurang interaksi sosial, ketidak pasien serta mengatasinya/memberikan
berdayaan dll. solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan
dalam mengatasi kecemasan
Anjurkan untuk mengembangkan Agar pasien memperoleh dukungan dari
interaksi dengan support system. orang yang terdekat/keluarga
Berikan lingkungan yang tenang dan Memberikan kesempatan pada pasien untuk
nyaman. berpikir/merenung/istirahat.
Pertahankan kontak dengan pasien, a. Pasien mendapatkan kepercayaan diri dan
bicara dan sentuhlah dengan wajar. keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.

b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai
dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak
akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
- Pasien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
tingkatan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI RASIONAL
Review pengertian pasien dan Menghindari adanya duplikasi dan
keluarga tentang diagnosa, pengobatan pengulangan terhadap pengetahuan pasien.
dan akibatnya.
Tentukan persepsi pasien tentang Memungkinkan dilakukan pembenaran
kanker dan pengobatannya, ceritakan terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi
pada pasien tentang pengalaman serta kesalahan pengertian.
pasien lain yang menderita kanker.
Beri informasi yang akurat dan Membantu pasien dalam memahami proses
faktual. Jawab pertanyaan secara penyakit.
spesifik, hindarkan informasi yang
tidak diperlukan.
Berikan bimbingan kepada Membantu pasien dan keluarga dalam
pasien/keluarga sebelum mengikuti membuat keputusan pengobatan.
prosedur pengobatan, therapy yang
lama, komplikasi. Jujurlah pada
pasien.
Anjurkan pasien untuk memberikan Mengetahui sampai sejauhmana
umpan balik verbal dan mengkoreksi pemahaman pasien dan keluarga mengenai
miskonsepsi tentang penyakitnya. penyakit pasien.
Review pasien /keluarga tentang Meningkatkan pengetahuan pasien dan
pentingnya status nutrisi yang optimal. keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
Anjurkan pasien untuk mengkaji Mengkaji perkembangan proses-proses
membran mukosa mulutnya secara penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta
rutin, perhatikan adanyaeritema, masalah dengan kesehatan mulut yang dapat
ulcerasi. mempengaruhi intake makanan dan
minuman.
Anjurkan pasien memelihara Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
kebersihan kulit dan rambut.

POST OPERASI

c. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi


saraf, diseksi otot.
Tujuan :
- Tampak rileks
- Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
- Mengekspresikan penurunan nyeri

INTERVENSI
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0-10)
2) Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
3) Bantu pasien menemukan posisi nyaman
4) Berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik relaksasi
5) Sokong dada saat latihan nafas dalam
6) Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat dan
sebelum aktivitas dijadwalkan
7) Berikan analgetik sesuai dengan indikasi

d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi pasien menjadi stabil
Kriteria hasil :
- Pasien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
- Pasien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
- Pasien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
- Pasien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

INTERVENSI RASIONAL
1) Kontak dengan pasien sering dan 1) Perasaan empatik dan perhatian untuk
perlakukan pasien dengan hangat siap membantu pasien dalam
dan sikap positif. mengatasi permasalahan yang ada.
2) Berikan dorongan pada pasien 2) Perasaan yang diungkapakan pada
untuk mengekpresikan perasaan orang yang dipercaya akan membuat
dan pikiran tentang kondisi, perasaan lega dan tidak tekanan batin.
kemajuan, prognose, sisem 3) Informasi yang akurat memberikan
pendukung dan pengobatan. masukan dan instropeksi diri dalam
3) Berikan informasi yang dapat menerima dirinya.
dipercaya dan klarifikasi setiap 4) Ektulisasi diri dibutuhkan bagi pasien
mispersepsi tentang penyakitnya. dengan kaneke
4) Bantu pasien mengidentifikasi 5) Respon pasien yang negatfi diperlukan
potensial kesempatan untuk hidup bantuan baik fisik mapun psikis-moral
mandiri melewati hidup dengan untuk memenuhi kebutuhan sejhri-
kanker, meliputi hubungan sehari.
interpersonal, peningkatan 6) Dampak dari pada chemoterapi perlu
pengetahuan, kekuatan pribadi dan adanya penjelasan dan perawatan
pengertian serta perkembangan rambut.
spiritual dan moral. 7) Konseling kesehatan secara bersama
5) Kaji respon negatif terhadap akan lebih lebih efektif.
perubahan penampilan
(menyangkal perubahan,
penurunan kemampuan merawat
diri, isolasi sosial, penolakan
untuk mendiskusikan masa depan.
6) Bantu dalam penatalaksanaan
alopesia sesuai dengan kebutuhan.
7) Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain yang terkait untuk tindakan
konseling secara profesional.

e. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
pasien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot
dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
- Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
1) Monitor intake makanan setiap 1) Memberikan informasi tentang status
hari, apakah pasien makan sesuai gizi pasien.
dengan kebutuhannya. 2) Memberikan informasi tentang
2) Timbang dan ukur berat badan, penambahan dan penurunan berat
ukuran triceps serta amati badan pasien.
penurunan berat badan. 3) Menunjukkan keadaan gizi pasien
3) Kaji pucat, penyembuhan luka sangat buruk.
yang lambat dan pembesaran 4) Kalori merupakan sumber energi.
kelenjar parotis. 5) Mencegah mual muntah, distensi
4) Anjurkan pasien untuk berlebihan, dispepsia yang
mengkonsumsi makanan tinggi menyebabkan penurunan nafsu makan
kalori dengan intake cairan yang serta mengurangi stimulus berbahaya
adekuat. Anjurkan pula makanan yang dapat meningkatkan ansietas.
kecil untuk pasien. 6) Agar pasien merasa seperti berada
5) Kontrol faktor lingkungan seperti dirumah sendiri.
bau busuk atau bising. Hindarkan 7) Untuk menimbulkan perasaan ingin
makanan yang terlalu manis, makan/membangkitkan selera makan.
berlemak dan pedas. 8) Agar dapat diatasi secara bersama-
6) Ciptakan suasana makan yang sama (dengan ahli gizi, perawat dan
menyenangkan misalnya makan pasien).
bersama teman atau keluarga. 9) Untuk mengetahui/menegakkan
7) Anjurkan tehnik relaksasi, terjadinya gangguan nutrisi sebagi
visualisasi, latihan moderate akibat perjalanan penyakit, pengobatan
sebelum makan. dan perawatan terhadap pasien.
8) Anjurkan komunikasi terbuka 10) Membantu menghilangkan gejala
tentang problem anoreksia yang penyakit, efek samping dan
dialami pasien. meningkatkan status kesehatan pasien.
9) Kolaboratif 11) Mempermudah intake makanan dan
Amati studi laboraturium seperti minuman dengan hasil yang maksimal
total limposit, serum transferin dan tepat sesuai kebutuhan.
dan albumin
10) Berikan pengobatan sesuai
indikasi : Phenotiazine,
antidopaminergic, corticosteroids,
vitamins khususnya A,D,E dan
B6, antacida
11) Pasang pipa nasogastrik untuk
memberikan makanan secara
enteral, imbangi dengan infus.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh


sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasivepembedahan.
Tujuan :
Hasil yang diharapkan : Pertahankan lingkungan akseptik yang aman,
mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu dan intervensi untuk mengurangi
potensial infeksi.

INTERVENSI
1) Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain
2) Awasi vital sign
3) Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan.
4) Ganti balutan / rawat luka tiap hari
5) Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)
6) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
7) Kolaborasi, pemberian antibiotik

h. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek


radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan
anemia.
Tujuan :
- Pasien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi
spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
INTERVENSI RASIONAL
1) Kaji integritas kulit untuk melihat 1) Memberikan informasi untuk
adanya efek samping therapi perencanaan asuhan dan
kanker, amati penyembuhan luka. mengembangkan identifikasi awal
2) Anjurkan pasien untuk tidak terhadap perubahan integritas kulit.
menggaruk bagian yang gatal. 2) Menghindari perlukaan yang dapat
3) Ubah posisi pasien secara teratur. menimbulkan infeksi.
4) Berikan advise pada pasien untuk 3) Menghindari penekanan yang terus
menghindari pemakaian cream menerus pada suatu daerah tertentu.
kulit, minyak, bedak tanpa 4) Mencegah trauma berlanjut pada
rekomendasi dokter. kulit dan produk yang kontra
indikatif

i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan


neuromuscular, nyeri.
Tujuan : pasien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil :
- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI RASIONAL
1) Rencanakan periode istirahat yang 1) mengurangi aktivitas yang tidak
cukup diperlukan, dan energi terkumpul
2) Berikan latihan aktivitas secara dapat digunakan untuk aktivitas
bertahap. seperlunya secar optimal.
3) Bantu pasien dalam memenuhi 2) tahapan-tahapan yang diberikan
kebutuhan sesuai kebutuhan. membantu proses aktivitas secara
4) Setelah latihan dan aktivitas kaji perlahan dengan menghemat tenaga
respons pasien. namun tujuan yang tepat, mobilisasi
dini.
3) mengurangi pemakaian energi sampai
kekuatan pasien pulih kembali.
4) menjaga kemungkinan adanya
respons abnormal dari tubuh sebagai
akibat dari latihan.

D. Implementasi
Tahap implemetasi merupakan tahap pelaksanaan dari intervensi yang telah
disusun.

E. Evaluasi
tahap terakhir proses keperawatan dengan tiga macam kriteria yaitu belum
teratasi, teratasi sebagian dan teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://irh4mgokilz.wordpress.com/2011/02/19/askep-mastektomi/ diakses pada


tanggal 3 September 2019 pukul 17.57 WIB

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21274/Chapter%20II.pdf;jsess
ionid=B95B293EE331C5AE9F5084AAAA764522?sequence=4 diakses pada tanggal
3 September 2019 pukul 17.09 WIB

http://nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/07/ca-mamae.html diakses pada tanggal


4 September 2019 pukul 18.55 WIB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA MAMAE DENGAN

TINDAKAN PARTIAL MASTEKTOMI

DI RUANG OK 506 IBP GBPT RSUD DR SOETOMO SURABAYA

PUTRI ALVIANITA

P27820716005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
SURABAYA
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA MAMAE DENGAN

TINDAKAN PEMASANGAN PORT-A CATH

DI RUANG OK 506 IBP GBPT RSUD DR SOETOMO SURABAYA

PUTRI ALVIANITA

P27820716005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
SURABAYA
2019

Anda mungkin juga menyukai