OLEH :
HAJRAH
NIM :19193021
CI LAHAN CI INSTITUSI
(………………….) (…………..……)
1
LAPORAN PENDAHULUAN
karena luka penetratif atau trauma tumpul. Akibat dari trauma abdomen
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
B. Etiologi
2
terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan
diabdomen.
2. Trauma tembus
C. PATOFISIOLOGI
3
pengaman atau setir kemudi akan meningkatkan tekanan intraluminal
tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan yang dapat
pembuluh darah besar, atau kapsul organ padat, seperti ligamentum teres
pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati merupakan jenis organ yang
(Demetriades, 2007).
rupture pada usus atau struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat
dan sepsis.
adalah:
makroendokrin,mikroendokrin.
4
d. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi
masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga semua upaya dilakukan
g. Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang paling
sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali
oleh trauma tumpul tapi sering disebabkan oleh luka tembus langsung.
hal ini disebabkan karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi
kerusakan.
5
D. Manifestasi Klinis
dan high-velocity
c. Peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intra
peritoneal.
d. Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka tembus
trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat. Sedangkan bagian bawah,
memar, atau kerusakan pada organ – organ atau iritasi cairan usus yaitu nyeri
tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan perut (akibat hematoma).
6
c. Rangsangan peritoneum dapat pula berupa nyeri alih di daerah bahu
terutama di sebelah kiri yang dikenal sebagai referred pain atau tanda dari
KEHR.
Yang paling sering mengalami kerusakan adalah hati dan limpa yang akan
kematian.
f. Pada auskultasi bising usus menurun tapi bukan merupakan tanda yang
dapat dipercaya karena bising usus akan menurun pada banyak keadaan
lain.
g. Ada nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskuler ( kekakuan otot) seperti
pada peritonitis
h. Perut akan semakin membesar jika ditemukan pada perdarahan hebat dan
7
2. Pada organ berongga
paling sering omentum, usus halus, atau colon (pada trauma tajam)
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan
nyeri lepas.
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada
hemoragi
8
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a . Foto thoraks
9
d. Menunjukkan adanya trauma pada salurankemih bila dijumpai
e. VP (Intravenous Pyelogram)
(gold standard).
tulang belakang)
10
8) Hamil
danretroperitoneum.
2. Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
b. Pemeriksaan Laparoskopi
sumber penyebabnya.
F. Komplikasi
11
Komplikasi segera yang dapat terjadi pada pasien dengan
3. Demam (>380C)
6. Haus
9. Tanda-tanda syok.
1. Pre Hospital
12
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
dilakukan adalah ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon,
Primary Survey
a. Airway
b. Breathing
adekuat.
c. Circulation
13
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan
kelas III syok (30-40% volume darah yang hilang) dan harus menerima
produk darah sesegera mungkin, hal yang sama berlaku pada pasien
d. Disability
bagian posterior dari kaki, kulit kepala, bagian belakang leher, dan
14
Untuk penanganan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non
b) Imobilisasi
c) Imobilisasi pasien
Secondary Survey
Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila
15
dilakukan harus dicatat dengan baik. Pemeriksaan dari kepala sampai
utama:
1. Pemeriksaan kepala
2. Pemeriksaan leher
• Emfisema subkutan
• Deviasi trachea
3. Pemeriksaan neurologis
4. Pemeriksaan dada
16
• Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen
externus
a. Trauma Penetrasi
17
4) Sistografi
penetrasi.
b. Trauma non-penetrasi
2) Pemeriksaan Rongent
18
b. Pertahankan pasien pada brankard; gerakan dapat
keluar.
pembedahan dilakukan.
internal.
19
l. Tutupkan visera abdomen yang keluar dengan balutan steril,
visera
lanjut.
intraperitonium.
nosokomial).
H. Prognosis
20
Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data
untuk pasien rawat inap berkisar antara 5-10% (Udeani & Steinberg,
2011).
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway
21
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability
e. Exposure
posterior dari kaki, kulit kepala, bagian belakang leher, dan perineum.
tidak kedinginan.
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas / istirahat
cedera (trauma).
22
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
dramatis)
d. Eliminasi
gangguan fungsi
makan
f. Neurosensori
23
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
h. Pernafasan
i. Keamanan
j. Interaksi Sosial
k. Penyuluhan / Pembelajaran
perawatan diri.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
24
3. Resiko Infeksi
C. Intervensi
penetrasi abdomen.
Tujuan : Nyeriteratasi
Intervensi :
perhatian
klien
25
2. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan
Intervensi :
vitamin
tubuh.
Intervensi :
26
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.
resiko infeksi.
PENYIMPANGAN KDM
Trauma
(kecelakaan)
↓
Penetrasi& Non-Penetrasi
↓
Terjadiperforasi lapisan abdomen
(kontusio,laserasi, jejas, hematom)
↓
27
Menekansaraf peritonitis
↓
Terjadiperdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri
↓
Motilitasusus
↓
Disfungsi usus → Resiko infeksi
↓
Refluks usus output cairan berlebih
(Sumber : Mansjoer,2001
DAFTAR PUSTAKA
28
Heater Herdman, T. 2015. NANDA internasional Inc. nursing : definition &
classification 2015-2017. Jakarta: EGC.
Musliha.(2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mochamad Aleq Sander. (2013). Kasus serial ruptur lien akibat trauma
abdomen: bagaimana pendekatan diagnosis dan penatalaksanaannya.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/vie w/2377/3216
29