Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi
Masa post kehamilan adalah kehamilan yang berlangsung melebihi
42 minggu dan masa kehamilan 249 hari dari kehamilan normal (May A.
K. & Mahl Meister. R. M. 2009).
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang umur kehamilannya
lebih dari 42 minggu (Hanifa, 2002).
Kehamilan lewat waktu (serotinus) adalah kehamilan melewati
waktu 294 hari atau 42 minggu. Kehamilan lewat dari 42 minggu ini
didasarkan pada hitungan usia kehamilan (dengan rumus Neagle), menurut
Anggarani (2007 : 83).
Rumus Neagle ini adalah untuk menghitung tanggal kelahiran bayi
yaitu (tanggal +7, bulan -3, tahun +1) atau (tanggal +7, bulan +9, tahun
+0), menurut C Trihendradi (2010 : 11).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan serotinus adalah
kehamilan yang lewat waktu lebih dari 42 minggu belum terjadi persalinan
yang bisa berpengaruh pada janin dapat meninggal dalam kandungan
karena kekurangan zat makanan dan oksigen
B. Etiologi
Penyebab terjadinya serotinus belum diketahui secara pasti, namun
ada faktor yang bisa menyebabkan serotinus seperti halnya teori
bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya
kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya
persalinan. Beberapa teori yang menjadi pendukung terjadinya kehamilan
serotinus antara lain sebagai berikut:
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu
proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas
uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa
terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesterone.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan
dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang
pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan postterm.

3. Teori Kortisol/ACTH Janin


Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta
sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi
estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia
adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan (Sarwono Prawirohardjo,
2009: 687).
4. Saraf Uteru
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab
terjadinya kehamilan postterm.
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan
lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip
Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami
kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan
postterm (Sarwono Prawirohardjo, 2009: 687).
6. Kurangnya air ketuban.
7. Insufisiensi plasenta (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III,
2008).

C. Klasifikasi Kehamilan Serotinus


Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada bayi lewat bulan
adalah :
1. Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan
terjadi maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2. Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
3. Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

D. Manifestasi Klinis
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang,
yaitu secara subyektif
2. kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang
dari 10 kali/20 menit.
3. TFU tidak sesuai umur kehamilan.
4. Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi)
plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.
Pengaruh dari seronitus adalah :
a. Terhadap Ibu :
Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena
aksi uterus tidak terkoordinir, maka akan sering dijumpai partus
lama, inersia uteri, dan pendarahan postpartum.
b. Terhadap Bayi
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3
kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas
akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada
janin bervariasi seperti berat badan janin dapat bertambah besar,
tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada
pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan
letak, distosai bahu, janin besar, moulage.
Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998)
adalah :
1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram).
2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.
3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4. Verniks kaseosa di bidan kurang.
5. Kuku-kuku panjang.
6. Rambut kepala agak tebal.
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.

E. Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu
dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya
fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan
resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul
his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping
adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai
kematian dalam rahim.
Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat
disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan
tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah
air ketuban berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan
abnormal jantung janin (Wiknjosastro, H.2009, Manuaba, G.B.I, 2011 &
Mochtar R, 2009).

F. Komplikasi
Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu :
1. Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama,
inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.
2. Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah
besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam
kandungan.
Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada
kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada Janin. Komplikasi yang
terjadi pada bayi seperti :
a. gawat janin.
b. gerakan janin berkurang.
c. kematian janin.
d. asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi
seperti :
a. kelainan kongenital.
b. sindroma aspirasi meconium.
c. gawat janin dalam persalinan.
d. bayi besar (makrosomia).
e. pertumbuhan janin terlambat.
f. kelainan jangka panjang pada bayi.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Bila HPHT dicatat dengan baik, diketahui wanita hamil, diagnosis
tidak sukar.
2. Bila wanita tidak tahu atau lupa haid terakhirnya, maka hanyalah
dengan pemeriksaan antenatal care yang teratur dapat diikuti dengan
naik nya fundus uteri, mulainya gerakan janin maka sangat membantu
diagnosis.
3. Pemeriksaan berat badan ibu, apakah berkurang? Dan juga lingkar
perut dan jumlah air ketuban.
4. Pemeriksaan Rontgenology dapat dijumpai pusat-pusat penulangan
pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia dan tulang kuboid.
5. Ultrasonografi untuk menentukan ukuran bipariental, gerakan janin
dan jumlah air ketuban.
6. Pemeriksaan sitology air ketuban : air ketuban diambil dengan amnion
sintesis baik transvaginal mau pun trans abdominal
7. Amnioskopy untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut
warnanya karena kekeruhan oleh mekonium.
8. Kardiotokografy untuk mengawasi dan membaca denyut jantung janin
karena insufisiensi plasenta.
9. Uji oksitoxin : dengan infuse tetes oksitoxin dan diawasi reaksi
terhadap kontraksi uterus.
10.Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.
11.Pemeriksaan pH darah kepala janin.
12.Pemeriksaan sitology vagina.

H. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. (Taufan, 2012).
3. Lakukan pemeriksaan dengan cara Bishop skore.
Bishop skore adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks
dan responsnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah
diketahui bahwa serviks bishop skore rendah artinya serviks belum
matang dan memberikan angka kegagalan yang lebih tinggi dibanding
serviks yangmatang. Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah :
a. Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim
yang terenggang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya
merupakan indikator yang paling penting dari kemajuan
melalui tahap pertama kerja.
b. Pendataran/penipisan (Effacement) yaitu ukuran regangan
sudah ada di leher rahim.
c. Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi
janin kepala dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika
punggung, yang dapat teraba jauh di dalam vagina posterior
(sekitar 8-10 cm) sebagai tonjolan tulang.
d. Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher
rahim perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadap
peregangan, seperti sebuah balon sebelumnya belum
meningkat. Lebih jauh lagi, pada wanita muda serviks lebih
tangguh dari pada wanita yang lebih tua.
e. Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim
perempuan bervariasi antara individu. Sebagai anatomi
vagina sebenarnya menghadap ke bawah, anterior dan
posterior lokasi relatif menggambarkan batas atas dan bawah
dari vagina. Posisi anterior lebih baik sejajar dengan rahim,
dan karena itu memungkinkan peningkatan kelahiran
spontan.
I. Pengkajian
1. Data Subyektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh
dari hasil wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau
dari keluarga dan tenaga kesehatan, menurut Wildan (2009 : 34)
adalah :
a. Identitas / Biodata Pasien suami dan istri adalah nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b. Alasan datang : Untuk mengetahui alasan pasien datang ke
tempat pelayanan kesehatan.
2. Keluhan utama : Alasan wanita datang mengunjungi klinik / RB / RS /
dan diungkapkan dengan kata-kata sendiri.
- Riwayat kesehatan antara lain riwayat kesehatan dahulu,
sekarang, dan riwayat kesehatan keluarga, juga riwayat alergi
dan pengobatan.
- Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, berapa usia pasien saat
menikah, usia pasangan pasien saat menikah, berapa lama pasien
menikah dan berapa jumlah anaknya.
- Riwayat obstetric
- Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan
menstruasi (menarce), siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi,
bentuk darah apakah cair atau menggumpal, warna
darah, dismenorea, flour albus dan untuk mengetahui hari pertama
menstruasi terakhir serta tanggal kelahiran dari persalinan.
- Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa
anaknya lahir, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan,
penolong persalinan, penyulit dalam bersalinan, jenis kelahiran
berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas yang lalu,
keadaan anak sekarang, untuk mengetahui riwayat yang lalu
sehingga bisa menjadi acuan dalam pemberian asuhan, menurut
Prawiroharjo (2008 : 414).
- Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui ibu hamil yang ke berapa, HPHT, HPL,
berat badan sebelum dan sekarang, periksa ANC sebelumnya
dimana, berapa kali dan keluhannya apa, suntik TT berapa kali,
obat-obatan yang pernah dikonsumsi apa saja, gerakan janin yang
pertama pada usia kehamilan berapa bulan dan gerakan sekarang
kuat atau lemah, kebiasaan ibu dan keluarga yang berpengaruh
negatif terhadap kehamilannya.
- Riwayat KB
Untuk mengetahui sebelum ibu hamil pernah menggunakan
alat kontrasepsi atau tidak, berapa lama menggunakannya, alas an
mengapa ibu menggunakan alat kontrasesi tersebut, dan mengapa
ibu menghentikan pemakaian alat kontrasepsi tersebut, menurut
Huliana (2007 :76-77).
- Pola kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi, pola eliminsi, pola
aktivitas pekerjaan, pola istirahat, personal hygiene, pola seksual,
menurut Muslihatun (2009 : 137).
- Psikososial spiritual meliputi tanggapan dan dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, ketaatan beribadah,
lingkungan yang bepengaruh.
3. Data Obyektif
Menurut Wildan (2009 : 34), pencatatan dilakukan dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang,
hasil laboratorium seperti VDRL, HIV, pemeriksaan radiodiagnostik,
ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan beratnya masalah. Data
yang telah dikumpulkan diolah, disesuaikan dengan kebutuhan pasien
kemudian dilakukan pengolahan data yaitu menggabungkan dan
menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga menunjukkan
fakta. Tujuan dari pengolahan data adalah untuk menunjukkan fakta
berdasarkan kumpulan data. Data yang telah diolah dianalisis dan
hasilnya didokumentasikan.
4. Pemeriksaan Umun
a. Keadaan Umum (KU)
Untuk menilai keadaan pasien pada saat itu secara umum.
b. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
apakah composmentis (Kesadaran penuh dengan memberikan
respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan), somnolen (kesadaran yang mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rasa nyeri tetapi tidur lagi), koma (tidak dapat
bereaksi terhadap stimulus yang diberikan atau rangsangan apapun,
reflek pupil terhadap cahaya tidak ada).
c. Tanda-tanda Vital (TTV)
Pada pengukuran tanda-tanda vital yang diukur adalah
tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
d. Berat Badan (BB)
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram
(Buku Panduan Praktik Klinik Kebidanan).
e. Tinggi Badan (TB)
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan sentimeter,
menurut Saminem (2009 : 23).
f. LILA (Lingkar Lengan Atas)
Untuk mengetahui status gizi pasien.
5. Pemeriksaan fisik / Status Present adalah pemeriksaan kepala, muka,
mata, hidung, telinga, mulut, leher, ketiak, dada, abdomen, punggung,
genetalia, ektermitas atas dan bawah, anus.
6. Pemeriksaan khusus obstetric, menurut Hidayat (2008 : 142-145)
a. Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk
mengetahui apakah ada pembengkakan pada wajah dan
ekstermitas, pada perut apakah ada bekas operasi atau tidak.
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indra peraba yaitu
tangan, yang berguna untuk memeriksa payudara apakah ada
benjolan atau tidak, pemeriksaan abdomen yaitu memeriksa
Leopold I, II, III, dan IV.
c. Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ) yaitu salah satu tanda pasti
hamil dan kehidupan janin. DJJ mulai terdengar pada usia
kehamilan 16 minggu. Dengan dopler DJJ mulai terdengar usia
kehamilan 12 minggu. Normalnya denyut jantung janin (DJJ) yaitu
120-160x/menit.
7. Pemeriksaan penunjang, menurut Muslihatun (2009 : 141) :
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, dan
penyakit yang menyertai kehamilan, besalin dan nifas. Pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya : memeriksa
hemoglobin, golongan darah, rubella, VDRL / RPR dan HIV.
Pemeriksaan HIV harus dilakukan persetujuan ibu hamil.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan partus lama (serotinus).
2. Resiko injuri / kematian janin berhubungan dengan berkurangnya
cairan amnion, distorsia, inersia uteri.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit kering, rapuh
daan mudah mengelupas, desquamasi epitel.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan atonia uteri.
5. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi post operasi SC, episiotomi.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka post operasi (porte de
entre), pasca persalinan.
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (uterus, plasenta)
berhubungan dengan kolaps plasenta akibat kehamilan lewat waktu /
partus lama.
8. Gangguan tumbuh kembang janin (dismatur) berhubungan dengan
penurunan suplai darah dan nutrisi ke janin.
No Diagnosa Tujuan Nic Noc
1 Ansietas Kriteria Hasil : - Kaji penyebab NOC :
berhubungan - Klien mampu cemas. - Anxiety self
dengan partus lama mengidentifikasi - Identifikasi control
(serotinus) dan tingkat - Anxiety level
mengungkapkan kecemasan. - Coping
gejala cemas. - - Dorong
- - Vital sign pasien untuk
dalam batas mengungkapkan
normal. perasaan,
- - ketakutan,
Mengidentifikasi, persepsi.
mengungkapkan - - Instruksikan
dan menunjukkan pasien
teknik untuk menggunakan
mengontrol cemas. teknik relaksasi.
- - Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan.

2 Kerusakan kriteria hasil : pressure tissue integrity : skin


integritas kulit
- perfusi jaringan manajement and mucous
berhubungan baik. - jaga
dengan kulit
- tidak ada luka. kebersihan kulit .
kering, rapuh dan
- integritas kulit
- mobilisasi
mudah yang baik bisa pasien.
mengelupas, dipertahankan. - monitor kulit
desquamasi epitel. adanya
kemerahan.
- monitor status
nutrisi pasien.

3 Resiko perdarahan Kriteria hasil : Monitor ketat Blood lose severity


berhubungan - Tidak ada tanda-tanda - Blood koagulation
dengan atonia uteri. hematuria dan perdarahan.
hematemesis. - Catat nilai Hb
- Kehilangan dan Ht sebelum
darah yang terlihat. dan sesudah
- Tekanan darah terjadinya
dalam batas yang perdarahan.
normal systole dan
- Montor nilai
diastole. lab. (koagulasi)
- Tidak ada yang meliputi
perdarahan PTT, PT,
pervaginam. trombosit.
- Tidak ada
- Memonitor
distensi abdominal. TTV.
- Hemoglobin - Pertahankan
dan hematocrit bedrest selama
dalam batas perdarahan aktif.
normal. - Monitor status
cairan meliputi
intake dan output.
- Lakukan
manual pressure
(tekanan) pada
area perdarahan
atau diberikan
tampon.

4 Nyeri akut Kriteria hasil : Pain manajement Pain level


berhubungan - Mampu - Lakukan - Pain control
dengan eksisi post mengontrol nyeri. pengkajian nyeri
- Confort level
operasi SC,
- Melaporkan secara
episiotomi. bahwa nyeri komprehensif.
berkurang. - Observasi
- Mampu reaksi nonverbal
mengenali nyeri. dari
ketidaknyamanan.
- Ajarkan
tentang teknik
non farmakologi.
- Berikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri.

5 Resiko infeksi Kriteria hasil : infection control Immune status


berhubungan - Klien terbebas
- Monitor tanda
- Knowledge :
dengan luka dari tanda dan dan gejala infeksi infection control
terbuka post gejala infeksi. pertahankan - Risk control
operasi (porte de
- Menunjukkan teknik asepsis
entre), post kemampuan untuk pada pasien yang
persalinan. mencegah beresiko.
timbulnya infeksi. - Batasi
- Jumlah leukosit pengunjung bila
dalam batas perlu.
normal. - Pertahankan
teknik isolasi.
- Cuci tangan
setiap sebelum
dan sesudah
melakukan
tindakan
keperawatan.
- Pertahankan
lingkungan
aseptic selama
pemasangan alat.
- Berikan terapi
antibiotic bila
perlu.

6 Ketidakefektifan Kriteria hasil : manajemen Circulasi ststus


perfusi jaringan
- Tekanan sistole sensasi perifer - Tissue perfusion
perifer (uterus, dan diastole dalam
- Monitor
plasenta) rentang yang adanya paretese.
berhubungan diharapkan. - Kolaborasi
dengan kolaps
- Tidak ada pemberian
plasenta akibat ortostatik analgetik.
kehamilan lewat hipertensi. - Monitor
waktu / partus
- Tidak ada adanya
lama. tanda-tanda tromboplebitis.
peningkatan - Diskusikan
tekanan mengenai
intracranial. penyebab
perubahan
sensasi.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Dr. Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta :
EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profile Dinas Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2010. Semarang
Freddy Panjaitan. 2012. Kehamilan serotinus. (https:// freddypanjaitan. wordpress.
com/2012/01/10kehamilan-lewat-waktu-serotinus/)(Online), diakses pada tanggal
10 januari 2015.
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika
Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara
Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi).Yogyakarta: TOSCA
Manuaba, I.B.G. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Muslihatun. WN dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta : Fitramaya
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Saminem, HJ. 2009. Kehamilan Normal : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Trihendradi dkk. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan. Yogyakarta : ANDI
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wildan, M. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai