Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Penugasan Program


Studi Profesi Ners Stase Keperawatan Dasar Profesi”

I I

S T I K E S TA
EK

DI SUSUN OLEH:
YANTI, SST
NIM. 19.31.1538

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Penugasan Program


Studi Profesi Ners Stase Keperawatan Dasar Profesi”

I I

S T I K E S

TA
EK

DI SUSUN OLEH:
YANTI, SST
NIM. 19.31.1538

Banjarmasin, September 2020


Mengetahui,

Clinical Teacher

( Aditya Suparna, S.Kep., Ns )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN

I. Konsep Kebutuhan Cairan


I.1 Definisi Kebutuhan Cairan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu.Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yangtetap dalam merespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang terdiri sendiri jarang terjadi
dalam kelebihan dan kekurangan(Tarwoto dan Martonah.2005:29)

1.2 Fisiologi
Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan
intravena (IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya. Jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan
yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler
adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok
yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler. Cairan interstitial adalah cairan yang terletak di antara sel.
Sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
intraokuler dan sekresi saluran cerna.Intravaskuler 5% berat badan,
interstitial 15% berat badan dan transseluler 40% berat badan.
Cairan intravaskuler dan interstitrial bersama-sama disebut extrasel
(ECF) .ECF adalah cairan tubuh dengan laju tinggi dikeluarkan melalui
urine kg/hari serta keringat dan uap panas (700/m²/hari).(Tarwanto dan
wartonah ,2003).

1.3 Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan


1.3.1 Tekanan Cairan
Proses difusi dan osmoosis melibatkan adanya tekanan cairan.
Dalam proses osmosis, tekanan osmosis merupakan kemampuan
partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila
terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan
yang konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak dapat
bergabung disebut koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan
yang sama dan dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut
kristaloid. Sebagai contoh ; koloid adalah apabila protein
bercampur dengan plasma, sedangkan larutan kristaloid adalah
larutan garam. Secara normal, perpindaha cairan menembus
membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini
sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya
larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena
bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan
plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan
dan elektrolit ke intrasel.Larutan intravena yang hipotonik, yaitu
latutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibandingkan
dengan konsentrasi plasa darah. Hal ini menyebabkan tekanan
osmotik plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan
osmotik cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma
lebih besar dibanding cairan interstisinal dan molekul protein lebih
besar, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit untuk
menembus membran semipermeabel.
1.3.2 Membran Semipermeabel
Merupakan penyaringan agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung. Membran ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh
darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain
tidak berpindah ke jaringan.(Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011).

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi


1.4.1 Gangguan Cairan
1.4.1.1 Hipovolemi
1) Terjadi karena kekurangan pemasukan air atau
pengeluaran berlebihan.

Penyebab:
1) Muntah, diare berlebihan
2) Perdarahan
3) Demam
1.4.1.2 Hipervolemi
1) Terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam
proporsi isotonik sindrom ruang ke tiga berefek
kekurangan vulume cairan ekstrasel. Disebabkan karena
infeksi trauma.
1.4.1.3 Dehidrasi
1) Terjadi jika ada kehilangan cairan tanpa di sertai
kehilangan elektrolit yang proporsional faktor resiko
terjadinya dehidrasi.
Penyebab:
1) Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan
derajatnya:
2) Penurunan sekresi ADH.
3) Penurunan fungsi neurologis.
a) Dehidrasi berat
b. Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
c. Serum natrium 159-166 mEq/ML.
d. Turgor kulit buruk.
e. Nadi dan pernafasan meningkat.
f.  Kehilangan cairan mencapai >10% berat badan.
b) Dehidrasi sedang
a. Kehilangan cairan 2-4 atau antara 5-10% berat
badan .
b. Serum natrium 152-158 mEq/L.
c. Mata cekung.
c) Dehidrasi ringan
Dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5%
berat badan atau 1,5-2L.
1.4.1.4 Edema
1) Akumulasi cairan abnormal di jaringan infertital atau
rongga tubuh.
Penyebab:
1) Peningkatan tekanan hidostatik.
2) Penurunan tekanan asmotik plasma.
3) Sumbatan imfalik.
4) Refensi urine.
5) Kerusakan pembuluh darah kapiler.

1.4.2 Gangguan Elektrolit


1.4.2.1 Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium
dalam plasma darah yang di tandai dengan mual,muntah
dan diare.
1.4.2.2 Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam
plasma tinggi yang di tandai dengan mukosa kering.
Oliguria/anuria, turgor kulir buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan,lidah kering dan
kemerahan ,suhu badan naik.
1.4.2.3 Hipokalemia
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Di
tandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan
darah, tidak nafsu makan, muntah-muntah,perutnya
kembung, denyut jantungnya tidak beraturan.
1.4.2.4 Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam
darah tinggi .di tandai dengan adanya mual,hiperaktivitas
sistem pencernaan, aritmia kelemahan, jumlah urine
sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan iritabilitas.
1.4.2.5 Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah
ditandai dengan adanya kram otot, kram perut, kejang,
bingung, kesemutan pada jaridan sekitar mulut.
1.4.2.6 Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium dalam
darah di tandai dengan adanya nyeri pada tulang,relaksasi
otot, batu ginjal,mual-mual, koma, dan kadar kalsium
dalam plasma lebih dari 4,3mEq/L.
1.4.2.7 Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah 
ditandai dengan adanya iritabilitas,tremor,kram pada kaki
dan tangan, lakikardi, hipertensi,kadar magnesium dalam
darah kurang dari 1,3 mEq/L.
1.4.2.8 Hipermagnesia
Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam
darah ditandai dengan adanya koma,gangguan
pernafasan,dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)
I. Rencana Asuhan Klien dengan gangguan kebutuhan cairan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parentral).
b. Tanda umum masalah elektrolit.
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
danelektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat menganggu status
cairan
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
g. Factor psikologis seperti perilaku emosional yang menganggu
pengobatan.
2.1.2 Pengukuran Klinis
a. Berat Badan
Kehilangan/ bertambanhnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan asam basa cairan :
+ 2 % : ringan,
+ 5 % : sedang,
+ 10 % : berat.
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama
b. Keadaan Umum
1) Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan
pernafasan,
2) Tingkat kesadaran
c. Pengukuran pemasukan cairan
1) Cairan oral ; NGT dan oral
2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Irigasi kateter atau NGT
d. Pengukuran pengeluaran cairan
1) Urine : volume, kelernihan/kepekatan
2) Fesef : jumlah dan konsisten
3) Muntah
4) Tube drainase
5) IWL
e. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat antara intake dan output
normalnya sekitar ± 200 cc.
2.1.3 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan
pada hal-hal berikut :
a. Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani
dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
Hemoglobin dan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
untah dan bising usus.
2.1.4 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat janis urine, dan
analisis gas darah.

2.2 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. - Hipotensi Kehilangan cairan Devisit volume cairan
- Takikardi secara aktif
- Pucat
- Kelemahan
- Konsentrasi urine pekat
- Diare
- Muntah
- Pendarahan massif
- Turgor kulit kurang
- Demam

2.3 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif

2.4 Nursing Care Planning (NCP)


NIC
Diagnosa NOC
No (Nursing Intervention
Keperawatan (Nursing Outcome)
Clasification)
1. Devisit volume Setelah dilakukan tindakan FLUID MANAGEMEN
keperawatan selama 1 x 24 - Timbang
cairan
jam diharapkan devisit popok/pembalut bila
berhubungan volume cairan teratasi
perlu
dengan - Pertahankan catatan
Kriteria Hasil :
kehilangan Indikator IR ER intake dan output yang
 Tekanan darah akurat
cairan secara
dalam batas - Pasang urin catheter jika
aktif diperlukan
normal
 Rata-rata - Monitor status hidrasi
tekanan arteri (mukosa, nadi adequate,
dalam batas tekanan darah ortostatik),
yang jika diperlukan
diharapkan - Monitor hasil lab. Yang
 Tekanan vena sesuai dengan retensi
sentral dalam cairan (BUN, Hmt,
batas yang osmolalitas urin)
diharapkan - Monitor status
hemodinamik termasuk
 Nadi perifer
CVP, MAP, PAP, dan
teraba jelas
PCWP
 Tidak ada
- Monitor vital sign
hipotensi
- Monitor indikasi retensi/
ortostatik
kelebihan cairan
 Intake dan
(crades,CVP, edeme,
output 24jam distensi vena leher,
seimbang asites)
 Tidak ada - Monitor masukan
suara nafas makanan/ cairan dan
tambahan hitung intake kalori
 Berat badan harian
stabil tidak - Lakukan terapi IV
ada asites - Monitor status nutrisi
 JVP tidak - Berikan cairan
tampak - Berikan diuretic sesuai
 Tidak terdapat interuksi
edema perifer - Berikan cairan IV pada
 Tidak ada suhu ruangan
sunken-eyes - Dorong masukan oral
 Pusing tidak - Berikan penggantian
ada nasogatrik sesuai output
- Dorong keluarga untuk
 Tidak terdapat
membantu pasien makan
haus abnormal
- Tawarkan snack (jus
 Hidrasi kulit
buah, buah segar)
 Membrane
- Batasi masukan cairan
mukosa
pada keadaan
lembab
hiponatremi dilusi
 Elektrolit
dengan serum Na<130
serum dalam
mEq/I
batas normal
- Monitor respon pasien
 Tidak terdapat terhadap terapi elektrolit
endapan urin - Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
Ket :
1. Keluhan extrime muncul memburuk
2. Keluhan berat - Atur kemungkinan
3. Keluhan sedang tranfusi persiapan
4. Keluhan ringan tranfusi
5. Tidak ada keluhan
HYPOVOLEMIA
MANAGEMENT
- Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat HB dan
hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien
tyerhadap penambahan
cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk
menambah intake oral
- Pemberian cairan IV
- Monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya tanda
gagal ginjal.
III. Daftar Pustaka

Hidayat, AAA dan Uliyah. 2005. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba      Medika

Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika

Tarwanto dan Wartonah.2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

Arief mansjoer. 2000. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba


Medika

Anda mungkin juga menyukai