Disusun Oleh:
Eka Yuli Prasetya (030420262)
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sytem cairan dan elektrolit
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungi cairan dan elektrolit adalah sebagai
berikut menurut (Mardiana, 2019) yaitu :
a) Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuhmetabolisme yang di perlukan
dan berat badan.
b) Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.seseorang dapat kehilangan NaCI
melalui kringat sebanyak 15-30g/hari.
c) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi , tubuh akan memecah cadangan energi proses ini
akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke intraseluler.
d) Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air proses ini
dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin.
4. Macam – macam gangguan yang mungkin terjadi pada system kebutuhan cairan
dan elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit umum yang sering ditemukan pada kasus-
kasus di rumah sakit hanyalah beberapa sahaja menurut (Purnamiasih et al., 2017).
Keadaan-keadaan tersebut sebagai berikut ini :
a) Cairan
1) Overhidrasi
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan.
Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran
darah menjadi sangat rendah. Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan
ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan pada
terapi cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat transuretra,
dan korban tenggelam.1 Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema,
peningkatan tekanan vena jugular, edema paru akut dan gagal jantung. Dari
pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi dalam plasma. Terapi terdiri dari pemberian
diuretik(bila fungsi ginjal baik), ultrafiltrasi atau dialisis (fungsi ginjal menurun),
dan flebotomi pada kondisi yang darurat.
2) Dehidrasi
Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang
kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk,
yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis
diuretik), hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih
banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan
air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium
tinggi, air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen
intravaskular, sehingga penurunan volume intravaskular minimal).
b) Eletrolot
1) Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah ditandai dengan adanya rasa kehausan yang berlebihan, rasa cemas, takut
dan bingung, kejang perut, denyut nadi cepat dan lembab, hipotensi, konvulsi,
membran mukosa kering, kadar natrium dalam plasma kurang dari 135 mEq/lt.
Dapat terjadi pada pasien yang mendapat obat diuretik dalam jangka waktu yang
lama tanpa terkontrol, diare jangka panjang.
2) Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan kadar natrium dalam plasma tinggi
yang ditandai dengan adanya mukosa kering, rasa haus, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, konvulsi, suhu badan naik,
kadar natrium dalam plasma lebih dari 148 mEq/lt. Dapat terjadi pasien
dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan sedang intake garam sedikit.
3) Hipokalemia
Hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah
ditandai dengan denyut nadi lemah, tekanan darah menurun, tidak nafsu makan
dan muntah-muntah, perut kembung, otot lemah dan lunak, denyut jantung tidak
beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang
dari 3,5 mEq/lt.
4) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kadar kalium dalam
darah tinggi yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem
pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, kecemasan,
dan irritable, kadar kalium dalam plasma lebih dari 5,5 mEq/lt.
5) Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar
kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan
sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar
gondok, kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
6) Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah,
yang ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-
mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/lt. Dapat
dijumpai pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan
vitamin D yang berlebihan.
7) Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang
ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki tangan, takikardi,
hipertensi, disoriensi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari
1,5 mEq/lt.
8) Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kadar magnesium yang berlebihan dalam darah yang
ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium lebih
dari 2,5 mEq/lt.
B. Rencana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolik
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien menurut Iyer et al., 1996 dalam (Rizal, n.d.).
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam meberikan asuhan keperawatan sesai
dengan kebutuhan individu (klien).
a) Riwayat Keperawatan
1) Pola Cairan dan Eletrolik
2) Gejala dan perubahan cairan dan elektrolik
3) Faktor yang membengaruhi cairan dan elektrolik
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Menurut (Rahmah, 2016) pada kebutuhan cairan dan elektrolit
difokuskan pada sebagai berikut:
1) Integumen: Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung.
3) Mata: Cekung, air mata kering.
4) Neurologi: Refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah, dan
bising usus.
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang Menurut (Rahmah, 2016) yaitu :
1) Pemeriksaan elektrolit
2) Darah lengkap
3) PH
4) Berat jenis urin
5) Analisa gas darah
2. Diagnosa keperwatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan
yang telah di tetapka oleh perawat yang bertanggung jawab, menurut (Sianturi, 2020).
Diagnosa 1: Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (Hipovolemia)
a) Definisi
Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau interaselular
b) Tanda dan Gejala Mayor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif :
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Nadi teraba lemah
3) Tekanan darah menurun
4) Tekanan nadi menyempit
5) Turgor kulit menurun
6) Membran mukosa kering
7) Volume urin menurun
8) Hematokrit meningkat
c) Tanda dan Gejala Minor
Subjektif :
1) Merasa lemah
2) Mengeluh haus
Objektif :
1) Pengisian vena menurun
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat
4) Konsentrasi urin meningkat
5) Berat badan turun tiba-tiba
d) Penyebab
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisma regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi
Diagnosa 2: Hipervolemia
a) Definisi
Peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, atau intraselular
b) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1) Ortopnea
2) Dispnea
3) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif :
1) Edema anasarka dan/atau edema perifer
2) Berat bbadan meningkat dalam waktu singkat
3) Jugular venous pressure (JVP) dan/atau cental venous pressure (CVP) meningkat
4) Refleks hepatojugular positif
c) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Tidak tersedia
Objektif :
1) Distensi vena jugularis
2) Terdengar suara napas tambahan
3) Hepatomegali
4) Kadar Hb/Ht turun
5) Oliguria
6) Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
7) Kongesti paru
d) Penyebab
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik menurut Manurung, 2011
dalam (Mardiani, 2019).
Diagnosa 1: Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (Hipovolemia)
a) Impelementasi keperawatan atau Tujuan dan kreteria hasil
Implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk
membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria
hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. implementasi pelaksanaan
kegiatan dibagi dalam beberapa kriteria yaitu: Dependen Interventions: dilaksanakan
dengan mengikuti order dari pemberi perawatan kesehatan lain, Collaborative
(interdependen): interpensi yang dilaksanakan dengan professional kesehatan lainnya,
dan Independent (autonomous) Intervention: intervensi dilakukan dengan melakukan
nursing orders dan sering juga digabungkan dengan order dari medis, menurut
(Ismayanti, 2019).
Kreteria hasil asuhan keperawatan selama 2x24 jam (L.03028)
1) Kekuatan nadi membaik
2) Turgor kulit membaik
3) Frekuensi nadi membaik
4) Tekanan darah membaik
5) Tekanan nadi membaik
6) Membran mukosa membaik
7) Suhu tubuh membaik
8) Berat badan membaik
b) Intervensi keperawtan dan rasional
Intervensi keperawatan dan rasional adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil yang diharapkan
menurut Deswani, 2009 dalam (Sari, 2019).
Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Observasi :
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia
Rasionalnya mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada keadaan
umum pasien terutama untuk mengetahui adakah tanda-tanda syok hipovolemik
2) Monitor intake dan output cairan
Rasionalnya membantu dalam mengatasi keseimbangan cairan dan derajat
kekurangan cairan
Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
Rasionaknya menganalisis data pasien untuk mengukur keseimbangan cairan
2) Berikan asupan cairan oral
Rasionalnya mengganti kehilangan cairan karena kelahiran dan diaforesis
Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Rasionalnya untuk mempertahankan cairan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
Rasionalnya membantu kebutuhan cairan didalam tubuh
2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
Rasionalnya membantu kebutuhan cairan didalam tubuh
Diagnosa 2: Hipervolemia
a) Tujuan dan kreteria hasil
Kreteria hasil asuhan keperawatan selama 2x24 jam (L.03020)
1) Asupan cairan meningkat
2) Edema menurun
3) Tekanan darah menurun
4) Denyut nadi radial membaik
5) Tekanan arteri rata-rata membaik
6) Turgor kulit membaik
b) Intervensi keperawatan dan rasional
Manajemen Hipervolemia (I.03114)
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia
2) Indentifikasi penyebab hipervolemia
3) Monitor kecepatan infus secara ketat
4) Monitor status hemodinamik
5) Monitor intake dan output cairan
6) Monitor tanda peningkatan tekanan onkonik plasma
7) Monitor efek samping diuretik
Terapeutik
1) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
2) Batasi asupan cairan dan garam
3) Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Edukasi
1) Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 ML, kg/ jam dalam 6 jam
2) Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg dalam sehari
3) Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
4) Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian diuretik
2) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
3) Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), Jika perlu
Rasionalnya:
1) Mengidentifikasi hipervolemia (edema) dapat menyebabkan gaguan sirkulasi
2) Dapat menjadi data dasar dalam membatu dan mengevaluasi status cairan/
overload cairan, Perubahan hasil laboratorium menunjukan kebutuhan dialisa
segera.
3) Menambah pengetahuan pasien akan penyakitnya, pembatasan cairan dapat
mengurangi overload cairan tubuh
4) Kerja sama dalam disiplin ilmu keperwatan, kolaborasi dalam pemberian obat
5) Mengurangi overload cairan tubuh
6) Mengurangi penekanan pada edema
C. Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) ,
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) , Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) ,
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia