Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI RUANG PENYAKIT DALAM

LANTAI 14 BLOK D

RSUD KOJA

LAPORAN MINGGU PERTAMA

Disusun oleh :
NAMA: TAUFIK AL HAKIM AL FARISI
NIM : 221040

AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSAN


JAKARTA 2023/2024
BAB I

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari
fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan
dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
(IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2019).

B. ETIOLOGI
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth, 2018):
1. Ketidakseimbangan Volume Cairan
a. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik) Kehilangan cairan dari system
gastrointestinal seperti diare, muntah. Keringat berlebihan, demam, penurunan
asupan cairan per oral, penggunaan obat-obatan diuretic.
b. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik) Gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
sirosis, asupan natrium berlebih.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic.
b. Hipernatremia Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian
larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
c. Hipokalemia saluran cerna Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium,
diare, muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran.
d. Hiperkalemia Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah
seperti akibat luka bakar dan trauma.
e. Hipokalsemia Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit
neoplastik , pancreatitis.
f. Hiperkalsemia Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.

C. TANDA DAN GEJALA


- Kelelahan
- Kram otot dan kejang Mual Pusing Pingsan Lekas marah
- Muntah
- Mulut kering
- Detak jantung lambat
- Kejang
- Palpitasi
- Tekanan darah naik dan turun
- Kurangnya koordinasi
- Sembelit
- Kekakuan sendi
- Merasa haus
- Suhu naik
- Anoreksia Penurunan berat badan

D. PATOFISIOLOGI
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit
volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui
kulit, penurunan asupancairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi
semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau
rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
E. MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipovolemik.
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan
rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan
tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala:
pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit
menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda
penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.
Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2. Hipervolemia
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan.
c. Kelebihan pemberian cairan.
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema,
adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN


ELEKTROIT
Menurut Munfadil (2020) faktor yang mempengaruhi sebagai berikut:
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,
serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan
tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh
laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat
pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung
atau gangguan ginjal.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan
demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak disadari
(insensible water loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme, dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi atau didaerah deangan kelembaban yang
rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula
pada orang yang bekerja berat
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
e. Menekankan Kondisi stress
Berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormon
antidiuritik yang dapat mengurangi produksi urin.
f. Penyakit Trauma
pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau
jaringan yang rusak (mis. luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare
juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan
melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal
menurun karena kemampuan akan tubuh jantung pompa menurun, melakukan
penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban
cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru.
Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan
menahan ADH sehingga produksi urin akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urin dengan berbagi cara
g. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi
defisit cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretik menyebabkan kehilangan
natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat
pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Rahmawati (2020) adapun pemerikaan diagnostik sebagai berikut:
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut.
1. Dialysis.
Dialysis memperbaiki abnormalitas biokomia; menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendrungan perdarahan
dan membantu penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemi.
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena dapat menimbulkan kematian
mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infuse
glukosa.
3. Koreksi anemia.
Usaha pertama ditujukan untuk mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari
apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
4. Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium
bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan mEq natrium
bikarbonat diberi intervensi perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi.
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Meliputi : nama pasien, Umur pasien, Jenis kelamin, Agama, Pendidikan,
Pekerjaan, Alamat
2. Riwayat keperawatan
Menurut Harnanto&Rahayu (2016), pengkajian untuk kebutuhan dasar cairan dan
elektrolit adalah:
a. Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa:
1. Usia: sangat muda, sangat tua
2. Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif),
penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal
ginjal prorogresif), perubahan tingkat kesadaran.
3. Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
4. Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
5. Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan
nasogastrik, fistula.
3. Riwayat keluhan
a. Sakit kepala/pusing, mual dan kesemutan.
b. Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat anoreksia,
kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
c. Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah
maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh
banyak mengeluarkan cairan.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental)
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik difokuskan pada:
1. Integument :
Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan, otot, tetani dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler:
Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi jantung.
3. Mata:
Air mata cekung dan kering.
4. Neurology :
Reflek, tingkat kesadaran. gangguan motorik dan sensorik,
5. Gastrointestinal :
Kondisi mukosa mulut, mulut dan lidah,

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan Volume Cairan


Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko
memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan Karakteristik :
a. Ke tidak cukupan asupan cairan per oral.
b. Balance negatif antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering (turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit.
i. Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alkohol yang berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri
mulut.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan sekunder akibat gagal
jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, dan penyakit katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang rendah,
retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium, air, dan sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, dan malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai
atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastetomi.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia.
c. Kram tungkai.
d. Mual.
e. Hipotensi.
f. Bradikardia.
g. Kesemutan.
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.
b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/rendah-kalium.
E. Intervensi (Perencanaan)
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
1. Kekurangan volume cairan Tujuan :
Menyeimbangkan volume
cairan sesuai dengan
kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil:
a. Terjadi peningkatan a. Kaji cairan yang disukai klien a. Membuat klien lebih
asupan cairan min. dalam batas diet. kooperatif.
2000ml/hari (kecuali
terjadi kontraindikasi).
b. Menjelaskan perlu-nya b. Rencanakan target pemberian b. Mempermudah untuk
meningkatkan asupan asupan cairan untuk setiap sif, memantauan kondisi
cairan pada saat mis : siang 1000 ml, sore 800 klien.
stress/cuaca panas. ml dan malam 200 ml.

c. Mempertahankan berat c. Kaji pemahaman klien c. Pemahaman tentang


jenis urine dalam batas tentang alasan alasan tersebut
normal. mempertahankan hidrasi yg membantu klien dlm
adekuat. mengatasi gangguan.
d. Tidak menunjukan
tanda-tanda dehidrasi. d. Catat asupan dan haluaran. d. Untuk mengontrol
asupan klien.
e. Pantau asupan per oral, min. e. Untuk mengetahui
1500 ml/ 24 jam. prkembangan status
kesehatan klien.
f. Pantau haluaran cairan 1000-
1500ml /24jam. Pantau
beratjenis urine.
2. Kelebihan volume cairan Tujuan:
Kebutuhan cairan klien
dapat terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan tubuh
klien.
Kriteria hasil:
a. Klien akan a. Kaji asupan diet dan kebiasaan a. Untuk mengontrol
menyebutkan faktor yang mendorong terjadinya asupan klien.
penyebab dan metode retensi cairan.
pencegahan edema.
b. Klien mperlihatkan b. Anjurkan klien untuk b. Konsumsi garam yang
penurunan edema menurunkan konsumsi garam. berlebihan me-
ningktkan tekanan
darah.
c. Anjurkan klien untuk: c. Makanan yg meng-
1) Menghindari makanan gunakan penyedap rasa
gurih, makanan kaleng dan dan pengawet.
makanan beku.
2) Mengkonsumsi mkann tnpa
garam dan menambahkan
bumbu aroma.
3) Mggunakan cuka pengganti
garam utk penyedap rasa
sop, rebusan dll.
d. Kaji adanya tanda venostasis d. Na+mengikat air,jadi
dan bendungan vena pada tubuhakan lebihmerasa
bagian tubuh yang lebihcepat haus.
mengantung.
e. Untuk drainase limfatik yang e. Venostasis dapat
tidak adekuat. mengakibatkan
terhambatnya aliran
darah.
f. Tinggikan ekstremitas f. Guna memperlancar
dengan mnggunakn bantal, sirkulasi.
imobilitas, bidai/ balutan
yang kuat, serta berdiri/duduk
dlm waktu yg lama.
g. Jangan memberikan g. Perlukaan pada daerah
suntikan/infuse pada lengan yang sakit
yang sakit. menyebabkan kurang
lancarnya sirkulasi
peredaran darah di
daerah tsb.
h. Tingatkan klien untuk h. Semua kegiataan
menghindari detergen yang tersebut memperparah
keras, membawa beban berat, keadaan klien
memegang rokok, mencabut
kutikula/ bintil kuku, me-
nyentuh kompor gas,
memgenakan perhiasan atau
jam tangan.
i. Lindungi kulit yg edema dari
cidera.
i. Untuk mepercepat
perbaikan jaringan
tubuh.
3. Ganguan keseimbangan Tujuan: Penurunan kadar kalium
elektrolit (kalium) Klien memiliki
keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam- basa
dalam 48 jam.
Kriteria hasil:
a. Klien menjelaskan diet a. Observasi tanda dan gejala a. Dengan mengetahui
yang sesuai untuk hipokalemia (vertigo, tanda hipokalemia,
mempertahankan kadar hipotensi aritmia, mual, perawat dapat
kalium dalam batas muntah, diare, distensi menetapkan langkah
normal. abdomen,penurunan selanjutnya.
peristaltik, kelemahan otot,
dan kram tungkai).
b. Klien berpartipasi untuk b. Catat asupan dan haluaran. b. Poliuria dapat me-
melaporkan tanda– nyebabkan pe-
tanda klinis ngeluaran kalium
hipokalemia atau secara berlebihan.
hiperkaenia.
c. Kadar kalium dlam c. Tentukan status hidrasi klien c. Kelebihan cairan
batas normal/dapat bila terjadi hipokalemia. dapat menyebabkan
ditoleransi penurunan kadar
kalium serum.
d. Kenali perubahan tingkah d. Nilai kalium yang
laku yang merupakan tanda- rendah dapat me-
tanda hipokalemia. nyebabkan konfusi,
mudah marah, depresi
mental.
e. Anjurkan klien dan keluarga e. Kalium membantu
untuk mngkonsmsi makan-an menyeimbangkan
tinggi kalium (misalnya cairan tubuh.
Buah-buahan, sari buah, buah
kering, sayur, daging,
kacang-kacangan, teh, kopi,
dan kola).
f. Laporkan perubahan EKG; f. Segmen ST dan
segmen ST yg memanjang, gelombang T yg datar
depresi. atau terbalik merupkn
indikasi hipokalemia.
g. Encerkan suplemen kalium g. Utk mengurangi
per oral sedikitnya dalam resiko iritasi mukosa
113,2 gram air/sari buah utk lambung.
mengurangi resiko iritasi
mukosa lambung.
h. Pantau nilai kalium serum h. Streoid kortison dapat
pada klien yang mendapat menyebabkan retensi
obat diuretic dan steroid. natrium dan ekresi
kalium.
i. Kaji tanda dan gejala i. Nilai kalium yang
toksisitas digitalis jika klien rendah dapat me-
tengah mendapat obat ningkatkan kerja
golongan digitalis dan digitalis.
diuretik atau steroid.
Peningkatan Kadar Kalium
a. Observasi tanda dan gejala a. Dengan mengetahui
hiperkalemia (misalnya tanda hipo-kalemia,
Bradikardia, kram abdomen, perawat dapat
oliguria, kesemutan dan menetapkan langkah
kebas pada ekstremitas). selnjutnya
b. Kaji haluaran urin. Sedikitnya b. Haluaran urin yg
25ml/jam atau 600 ml/ hari. sedikit dapat me-
nyebabkan hiper-
kalemia.
c. Laporkan nilai kalium serum c. Nilai kalium lebih dari
yang melebihi 5mEq/l batasi 7mEq/ l dapat
asupan kalium jika perlu. menyebabkan henti
jantung.
d. Pantau EKG d. Untuk melihat adanya
pelebaran kompleks
QRS dan gelombang
Tinggi yang
merupakan tanda
hiperkalemia.
F. Implementasi (Perencanaan)
1. Kekurangan volume cairan
a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet.
b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang1000 ml.
Sore 800 ml dan malam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang kuat
d. Mencatat asupan dan haluaran.
e. Memantau asupan per oral,minimal 1500ml/24 jam.
f. Memantau haluaran cairan 1000-1500ml/24 jam.
g. Memantau berat jenis urine.
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.
c. Menganjurkan klien untuk:
1) Menghindari makanan gurih,makanan kaleng dan makanan beku.
2) Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma
3) Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll.
d. Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang
mengantung.
e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila
memungkinkan (kecuali ada kontra indikasi).
f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:
1) Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.
2) Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.
3) Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.
4) Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban
berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, memyentuh kompor
gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan.
5) Melindungi kulit yang edema dari cidera.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit (kalium)
Penurunan kadar kalium:
a. Mengobservasi tanda dan gejala hipokalemia (vertigo, hipotensiariotmia, mual,
muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristaltis, kelemahan otot, dan
kramtungkai
b. Mencatat asupan dan haluaran. (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran kalium
secara berlebihan).
c. Menentukan status hidrasi klien bila terjadi hipokalemia. (kelebihan cairan dapat
menyebabkan serum).
d. Mengenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda hipokalemia.
Nilai kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah,
depresimental.
e. Menganjurkan klien dan keluarga untuk meng konsumsi makanan tinggi kalium
(mis. Buah buahan, sari buah, buahkering, sayur, daging, kacang- kacangan, teh,
kopi, dan kola)
f. Melaporkan perubahan EKG; segmen ST yang memanjang, depresi segmen ST
dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia.
g. Mengencerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air/sari
buah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.
h. Memantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretic dan steroid.
(Streoid kortison dapat menyebabkan retensinatrium dan ekresi kalium).
i. Mengkaji tanda dan gejalatoksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat
golongan digitalis dan diuretikatau steroid. (nilaikalium yang rendah dapat
meningkatkan kerja digitalis.
Peningkatan Kadar Kalium:
a. Mengobservasi tanda dan gejalahiperkalemia (misalnyaBradikardia, kram
abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas).
b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari (haluaran urin yang
sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia).
c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/l. batasi asupan kalium jika
perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/l dapat menyebabkan henti jantung)
d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang
T tinggi yang merupakan tanda hiperkalema.
G. Evaluasi tindakan keperawatan
1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy
intravena atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2018).Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC.


Doenges, Moorhouse, Geissler. (2017). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Harnawatiaj.(2017). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. http://wordpress.com. Diakses 15
Mei 2018.
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2018). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Faqih, Moh. Ubaidillah. (2017). Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia.
http://www.scribd.com. Diakses 15 Mei 2017.
Perry dan Potter. (2016). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St. Louis

Anda mungkin juga menyukai