LANTAI 14 BLOK D
RSUD KOJA
Disusun oleh :
NAMA: TAUFIK AL HAKIM AL FARISI
NIM : 221040
KONSEP TEORI
B. ETIOLOGI
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth, 2018):
1. Ketidakseimbangan Volume Cairan
a. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik) Kehilangan cairan dari system
gastrointestinal seperti diare, muntah. Keringat berlebihan, demam, penurunan
asupan cairan per oral, penggunaan obat-obatan diuretic.
b. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik) Gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
sirosis, asupan natrium berlebih.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic.
b. Hipernatremia Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian
larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
c. Hipokalemia saluran cerna Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium,
diare, muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran.
d. Hiperkalemia Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah
seperti akibat luka bakar dan trauma.
e. Hipokalsemia Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit
neoplastik , pancreatitis.
f. Hiperkalsemia Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
D. PATOFISIOLOGI
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit
volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui
kulit, penurunan asupancairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi
semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau
rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
E. MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipovolemik.
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan
rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan
tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala:
pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit
menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda
penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.
Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2. Hipervolemia
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan.
c. Kelebihan pemberian cairan.
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema,
adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Rahmawati (2020) adapun pemerikaan diagnostik sebagai berikut:
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut.
1. Dialysis.
Dialysis memperbaiki abnormalitas biokomia; menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendrungan perdarahan
dan membantu penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemi.
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena dapat menimbulkan kematian
mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infuse
glukosa.
3. Koreksi anemia.
Usaha pertama ditujukan untuk mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari
apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
4. Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium
bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan mEq natrium
bikarbonat diberi intervensi perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi.
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Meliputi : nama pasien, Umur pasien, Jenis kelamin, Agama, Pendidikan,
Pekerjaan, Alamat
2. Riwayat keperawatan
Menurut Harnanto&Rahayu (2016), pengkajian untuk kebutuhan dasar cairan dan
elektrolit adalah:
a. Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa:
1. Usia: sangat muda, sangat tua
2. Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif),
penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal
ginjal prorogresif), perubahan tingkat kesadaran.
3. Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
4. Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
5. Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan
nasogastrik, fistula.
3. Riwayat keluhan
a. Sakit kepala/pusing, mual dan kesemutan.
b. Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat anoreksia,
kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
c. Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah
maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh
banyak mengeluarkan cairan.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental)
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik difokuskan pada:
1. Integument :
Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan, otot, tetani dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler:
Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi jantung.
3. Mata:
Air mata cekung dan kering.
4. Neurology :
Reflek, tingkat kesadaran. gangguan motorik dan sensorik,
5. Gastrointestinal :
Kondisi mukosa mulut, mulut dan lidah,
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN