A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang
berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis.
Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar di dalam sel
maupun di luar sel. Namun demikian, besarnya kandungan air
tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak. [ CITATION
Tar151 \l 1057 ]
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
pertikel-partikel bermuatan liastrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. [ CITATION Has172 \l 1057 ]
Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh;
60% dari berat badan orang dewasa terdiri atas cairan. Proporsi
cairan rendah pada wanita, orang obesitas, dan orang tua, tetapi
tinggi pada anak-anak. [ CITATION Pot102 \l 1057 ]
2. Anatomi fisiologi
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal
yaitu sebagai pengatur air, konsentrasi cairan dalam darah,
keseimbangan asam basa dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang
terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini di atur oleh
pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan anterior dengan cara vasolidasi
dan vasokontraksi.
c. Paru – paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan
menghasilkan IWL sekitar 200 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respon akibat perubahan upaya
kemampuan bernapas.
d. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan
pengeluaran air.
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan [ CITATION Tar151 \l 1057 ]
1. Riwayat keperawatan
1. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral,
parenteral)
2. Tanda umum masalah elektrolit
3. Tanda kekurangan dan kelebihan elektrolit
4. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis
cairan dan elektrolit.
5. Pengobatan tertentu yang dijalani dapat mengganggu status
cairan
6. Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial.
7. Faktor psikologis seperti perilaku emsoional yang
mengganggu pengobatan.
2. Pengukuran klinis
1. Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan:
1. -+ 2% : ringan
2. -+ 5% : sedang
3. -+ 10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada
waktu yang sama.
2. Keadaan umum
1. Pengukuran tanda vital seperti temperatur, tekanan
darah, nadi, dan pernapasan.
2. Tingkat kesadaran
3. Pengukuran pemasukan cairan
a. Cairan oral: NGT dan oral
b. Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Irigasi kateter atau NGT
4. Pengukuran pengeluaran cairan
- Urine: volume, kejernihan atau kepekatan
- Feses : jumlsh dan konsistensi
- Muntah
- Tube drainase
- IWL
5. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat abtara intake dan
output normalnya sekitar -+ 200 cc
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaa fisik pada kebutuhan cairan daelektrolit
difokuskan pada hal-hal berikut.
a. Integumen: keadaan tugor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskular: distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin dan bunyi jantung.
c. Mata: cekung , air mata kering
d. Neurologi: refleks, gangguan motorik, dan sensoris, serta
tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal (keadaan mukosa mulut. Mulut dan lidah,
muntah-muntah, dan bising usus).
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengakp, pH, berat jenis urine,
dan analisis gas darah.
2) Penyebab
Fisiologis
a) Inflamasi gastrointestinal
b) Iritasi gastrointestinal
c) Proses infeksi
d) Malabsorpsi
Psikologis
a) Kecemasan
b) Tingkat stres tinggi
Situasional
a) Terpapar kontaminan
b) Terpapar toksin
c) Penyalahgunaan toksin
d) Penyalahgunaan zat
e) Program pengobatan (mis. agen tiroid, analgesik,
pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan
antibiotik)
f) Perubahan air dan makanan
g) Bakteri pada air
2) Penyebab
a) Gangguan mekanisme regulasi
b) Kelebihan asupan cairan
c) Kelebihan asupan natrium
d) Gangguan aliran balik vena
e) Efek agen farmakologis (mis. kortikosteroid,
chlorpropamide, tolbutamide)
c. Hipovolemia
1) Definisi
Penurunan volume cairan intravaskular, interstisiel, atau
intraseluler.
2) Penyebab
a) Kehilangan cairan aktif
b) Kegagalan mekanisme regulasi
c) Peningkatan permeabilitas kapiler
d) Kekurangan intake cairan
e) Evaporasi
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) a) Frekuensi nadi meningkat
b) Nadi teraba lemah
c) Tekanan darah menurun
d) Tekanan nadi menyempit
e) Turgor kulit menurun
f) Membran mukosa kering
g) Volume urin menurun
h) Hematokrit meningkat
e. Risiko Hipovolemia
1) Definisi
Berisiko mengalami penurunan cairan intravaskuler,
interstisiel, dan intraseluler.
2) Faktor risiko
a) Kehilangan cairan secara aktif
b) Gangguan absorpsi cairan
c) Usia lanjut
d) Kelebihan berat badan
e) Status hipermetabolik
f) Kegagalan mekanisme regulasi
g) Evaporasi
h) Kekurangan intake cairan
i) Efek agen farmakologis
2) Faktor risiko
a) Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi
air)
b) Kelebihan volume cairan
c) Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
d) Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
e) Diare
f) Muntah
g) Disfungsi ginjal
h) Disfungsi regulasi endokrin
3) Kondisi klinis terkait
a) Gagal ginjal
b) Anoreksia nervosa
c) Diabetes melitus
d) Penyakit Crohn
e) Gastroenteritis
f) Pankreatitis
g) Cedera kepala
h) Kanker
i) Trauma multipel
j) Luka bakar
k) Anemia sel bit
b. Hipervolemia
1) Manajemen Hipervolemia
a) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea,
dispnea, edema)
b) Identifikasi penyebab hipervolemia
c) Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung,
tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI) jika
tersedia
d) Monitor intake dan output cairan
e) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
f) Batasi asupan cairan dan garam
g) Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat.
h) Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
i) Ajarkan cara membatasi cairan
j) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
c. Hipovolemia
1) Manajemen Hipovolemia
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah)
b) Monitor intake dan output cairan
c) Hitung kebutuhan cairan
d) Berikan posisi modified Trendelenburg
e) berikan asupan cairan oral
f) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
g) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
h) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
i) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
j) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
d. Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan
1) Manajemen Cairan
a) Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi,
akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
tekanan darah)
b) Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
c) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. hematokrit,
Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)
d) Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP,PAP,
PCWP jika tersedia)
e) Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
f) Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
g) Berikan cairan intravena, jika perlu
h) Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
e. Risiko Hipovolemia
1) Pemantauan Cairan
a) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b) Monitor frekuensi napas
c) Monitor tekanan darah
d) Monitor berat badan
e) Monitor waktu pengisian kapiler
f) Monitor elastisitas atau turgor kulit
g) Monitor warna, jumlah, dan berat jenis urine
h) Monitor kadar albumin dan protein total
i) Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. osmolaritas
serum, hematokrit, natrium, kalium, BUN)
j) Monitor intake dan output cairan
k) Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
l) Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, obstruksi intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
m) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
n) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Barbara, K., ERB, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, A. A., & Musrifatul, U. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan, Ed. 7 Buku 3. Indonesia:
Salemba Medika.
Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Ed.
5. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.