Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang
berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis.
Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar di dalam sel
maupun di luar sel. Namun demikian, besarnya kandungan air
tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak. [ CITATION
Tar151 \l 1057 ]
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
pertikel-partikel bermuatan liastrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. [ CITATION Has172 \l 1057 ]
Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh;
60% dari berat badan orang dewasa terdiri atas cairan. Proporsi
cairan rendah pada wanita, orang obesitas, dan orang tua, tetapi
tinggi pada anak-anak. [ CITATION Pot102 \l 1057 ]

2. Anatomi fisiologi
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal
yaitu sebagai pengatur air, konsentrasi cairan dalam darah,
keseimbangan asam basa dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang
terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini di atur oleh
pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan anterior dengan cara vasolidasi
dan vasokontraksi.
c. Paru – paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan
menghasilkan IWL sekitar 200 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respon akibat perubahan upaya
kemampuan bernapas.
d. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan
pengeluaran air.

3. Mekanisme Pergerakan Cairan Tubuh [ CITATION Tar151 \l 1057 ]


a. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam
cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan
menembus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh
ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur.
b. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut seperti air, melalui
membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih
rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses dimana cairan dan subtansi yang
dapat berdifusi bergerak bersama-sam melalui membran,
karena tekanan cairan yang bergerak dari tekanan yang lebih
besar ke arah tekanan yang lebih kecil. Proses ini terjadi di
dalam bantalan kapiler, dimana perbedaan tekanan hidrostatik
menentukan terjadinya pergerakan cairan. Ketika tekanan
hidrostatik meningkat pada bantalan kapiler vena, seperti yang
terjadi pada gagal jantung kongestif, terjadi pergerakan yang
terbalik dari pergerakan normal yaitu cairan bergerak dari ruang
interstitial ke ruang intravaskular melalui filtrasi. Sehingga terjadi
akumulasi kelebihan cairan di ruang interstitial yang dikenal
sebagai edema.
d. Transpor aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena
adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

4. Faktor-faktor yang memengaruhi keseimbangan cairan dan


elektrolit [ CITATION Tar151 \l 1057 ]
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan
tubuh,metabolisme yang di perlukan, dan berat badan. Semakin
muda usianya semakin banyak total cairan tubuh . pada usia
bayi dan lansia pergerakan cairan lebih muda terjadi sehingga
rentan terjadi dehidrasi.
b. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat sehingga
pengeluaran cairan aka lebih banyak. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah
cadangan energi, proses ini menimbulkan pergerakan cairan
dari interstisiel ke interseluler. Makanan juga mengandung
cairan. Pada keadaan norma, sekitar 1.000 ml air berasal dari
makanan, dengan demikian intake makanan ya g kurang akan
memngaruhi jumlah cairan tubuh.
d. Stres
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,
konsentrasi darah, dan glikolisi otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
Secara fisiologis, stres sangat penting dalam keseimbangan
cairan. Stres dapat menstimulasi kelenjar hipofisis untuk
menghasilkan ADH. Keadaan ini sesunggunya merupakan
pertahanan tubuh untuk jangka pendek.
e. Sakit kronis
Beberapa penyakit kronis yang dapat memengaruhi
keseimbangan cairan adalah gagl ginjal, gagl jantung, pasien
sirosis hepatis, dan penyakit paru-paru. Pasien dengan gagal
ginjal, produksi urine menjadi sedikit atau sama sekali tidak ada
sehingga cairan akan menumpuk pada jaringan tubuh atau
rongga tubh menimbulkan edema. Pada pasien gagal jantung
terjadi kegagalan ventrikel jantung memompakan darah secara
sempurna. Hal ini mengakibatkan peningkatan aliran balik vena
sehingga edema dapat terjadi. Demikian juga pada pasien
dengan sirosis hepatis yang umumnya mengalami edema atau
asites karena menurunnya albumi yang berperan dalam
menjaga tekanan onkotik. Kegagalan fungsi paru pada penyakit
paru kronis juga berpengaruh terhadap keseimbangan cairan
dan elektrolit karena salah satu fungsi paru adalah untuk
kesimbangan asam basa yaitu pengeluaran karbon diksida
(asam karbonik).
f. Pembedahan dan trauma jaringan
Pasien yang akan dilakukan pembedahan perlu pembatasan
makan dan minum sehingga memungkinkan resiko
keseimbangan cairan. Pada saat terjadi pembedahan juga
terjadi perdarahan yang dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan cairan. Demikian juga pada trauma jaringan
dapat mengakibatkan perdarahan.
g. Mual dan muntah
Mual mengakibatkan intake makanan dan minuman menjadi
berkurang , sedangkan muntah terjadi pengeluaran cairan yang
kaya hidrogen dari lambung dan elektrolit. Muntah yang lama
dan banykan berpotensi terjadinya ketiakseimbangan asam
basa, pasien akan mengalami kehilangan ion hidrogen sehingga
menjadi alkalosis.
h. Diare
Seperti halnya dengan muntah, diare dapat menyebabkan
pengeluaran cairan dan elektrolit. Natrium dan potasium
menjadi keluar mengakibatkan dehidrasi. Cairan dari usus yang
keluar banyak mengandung bikarbonat sehingga pasien diare
dapat mengakibatkan asidosis metabolik.
i. Diaforesis
Diaforesis adalah pengeluaran keringat yang berlebihan.
Diafresis dapat terjadi pada peningkatan aktivitas fisik, demam,
dan terpapar suhunlingkungan yang panas. Keringat
mengandung sodium, potasium, dan klorida.
j. Luka bakar
Kulit merupakan pelindung utama terhadap pengeluaran
cairan tubuh. Luka bakar yang luas menimbulkan kehilangan
cairan, elektrolit, dan protein plasma.
k. Penggunaan diuretik
Diuretik berperan dalam peningkatan ekskresi cairan dan
elektrolit tubuh. Biasanya digunakan oleh pasien dengan edema
pada pasien gagal jantung dan gagal ginjal.
l. Kehamilan
Wanita hamil dapat mengalami hiperemesis pada awal
kehamilan sehingga pengeluaran cairan dan elektrolit
berlebihan. Hal ini berpotensi terjadi kekurangan cairan tubuh.
Keadaan hamil juga mengakibatkan bendungan vena terutama
pada ekstremitas sehingga edema dapat terjadi.

5. Masalah Kebutuhan Cairan [ CITATION Hid14 \l 1057 ]


a. Hipovolume atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan
asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan
merespon kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan
cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan
intertisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel.
Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan
menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume) dan
perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi
perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan., sebab
osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan ekstrasel dalam
waktu yang lama, kadar urea, nitrogen, dan kreatinin meningkat
dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh
darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi ecara
lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan
asupan pelarut seperti protein dan klorida/natrium akan
menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urin secara berlebihan
serta berkeringat dalam wkatu lama dan terus-menerus. Hal ini
dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan
hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal, diare, muntah secara
terus-menerus, pemasangan drainase, dan lain-lain.
Macam-macam dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah
sebagai berikut.
1) Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut
1) Pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter
2) Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter
3) Hipotensi
4) Turgor kulit buruk
5) Oliguria
6) Nadi dan pernapasan meningkat
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
2) Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut
a) Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB
b) Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter
c) Mata cekung
3) Dehidrasi ringan dengan ciri ciri kehilangan cairan mencapai
5% BB atau 1,5-2 liter

b. Hipervolume atau Overhidrasi


Terdapat dua manisfestasi yang ditimbulkan akibat
kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah)
dan edema (kelebihan cairan pada interstisiel). Normalnya,
cairan interstisiel tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan
hanya terdapat di antara jaringan. Pitting edema merupakan
edema yang berada pada daerah perifer atau akan berbentuk
cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini
disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik
tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke
permukaan lain dengan penekanan jari, Nonpitting edema tidak
menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering
karena infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya
cairan pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan vaskular
meningkatkan hidrostatik cairan dana kan menekan cairan ke
permukaan intertisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh
tubuh. Peningkatan tekanan hidrostatik yang sangat besar
menekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru
sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat mengakibatkan
kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum,
dispnea, batuk dan adanya suara napas ronki basah. Keadaan
edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat
mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah
paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.

B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan [ CITATION Tar151 \l 1057 ]
1. Riwayat keperawatan
1. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral,
parenteral)
2. Tanda umum masalah elektrolit
3. Tanda kekurangan dan kelebihan elektrolit
4. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis
cairan dan elektrolit.
5. Pengobatan tertentu yang dijalani dapat mengganggu status
cairan
6. Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial.
7. Faktor psikologis seperti perilaku emsoional yang
mengganggu pengobatan.

2. Pengukuran klinis
1. Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan:
1. -+ 2% : ringan
2. -+ 5% : sedang
3. -+ 10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada
waktu yang sama.
2. Keadaan umum
1. Pengukuran tanda vital seperti temperatur, tekanan
darah, nadi, dan pernapasan.
2. Tingkat kesadaran
3. Pengukuran pemasukan cairan
a. Cairan oral: NGT dan oral
b. Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Irigasi kateter atau NGT
4. Pengukuran pengeluaran cairan
- Urine: volume, kejernihan atau kepekatan
- Feses : jumlsh dan konsistensi
- Muntah
- Tube drainase
- IWL
5. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat abtara intake dan
output normalnya sekitar -+ 200 cc

3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaa fisik pada kebutuhan cairan daelektrolit
difokuskan pada hal-hal berikut.
a. Integumen: keadaan tugor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskular: distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin dan bunyi jantung.
c. Mata: cekung , air mata kering
d. Neurologi: refleks, gangguan motorik, dan sensoris, serta
tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal (keadaan mukosa mulut. Mulut dan lidah,
muntah-muntah, dan bising usus).

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengakp, pH, berat jenis urine,
dan analisis gas darah.

2. Diagnosa Keperawatan[ CITATION Tim172 \l 1057 ]


a. Diare
1) Definisi
Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.

2) Penyebab
Fisiologis
a) Inflamasi gastrointestinal
b) Iritasi gastrointestinal
c) Proses infeksi
d) Malabsorpsi
Psikologis
a) Kecemasan
b) Tingkat stres tinggi
Situasional
a) Terpapar kontaminan
b) Terpapar toksin
c) Penyalahgunaan toksin
d) Penyalahgunaan zat
e) Program pengobatan (mis. agen tiroid, analgesik,
pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan
antibiotik)
f) Perubahan air dan makanan
g) Bakteri pada air

3) Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) a) Defekasi lebih dari tiga
kali dalam 24 jam
b) Feses lembek atau cair

4) Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
a) Urgency a) Frekuensi peristaltik
b) Nyeri/kram abdomen meningkat
b) Bising usus hiperatif

5) Kondisi klinis terkait


a) Kanker kolon
b) Diverticulitis
c) Iritasi usus
d) Crohn’s disease
e) Ulkus peptikum
f) Gastritis
g) Spasme kolon
h) Kolitis ulseratif
i) Hipertiroidisme
j) Demam typoid
k) Malaria
l) Sigelosis
m) Kolera
n) Disentri
o) Hepatitis
b. Hipervolemia
1) Definisi
Peningkatan volume cairan intravaskuler, intertisiel, dan/atau
intraseluler.

2) Penyebab
a) Gangguan mekanisme regulasi
b) Kelebihan asupan cairan
c) Kelebihan asupan natrium
d) Gangguan aliran balik vena
e) Efek agen farmakologis (mis. kortikosteroid,
chlorpropamide, tolbutamide)

3) Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
a) Ortopnea a) Edema anasarka/ edema
b) Dispnea pariefer
c) Paroxysmal nocturnal b) Berat badan meningkat
dyspnea (PND) dalam waktu singkat
c) Jugular Venous Pressure
(JVP) atau Cental
Venous Pressure (CVP)
meningkat
d) Refleks hepatojugular
positif

4) Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia)
a) Distensi vena jugularis
b) Terdengar suara napas
tambahan
c) Hepatomegali
d) Kadar Hb/Ht turun
e) Oliguria
f) Intake lebih banyak dari
cairan output (balans
cairan positif)
g) Kongesti paru

5) Kondisi klinis terkait


a) Penyakit ginjal: gagal ginjal akut/kronis, sindrom nefrotik
b) Hipoalbuminemia
c) Gagal jantung kongestif
d) Kelainan hormon
e) Penyakit hati (mis. sirosis, asites, kanker hati)
f) Penyakit vena perifer (mis. varises vena, trombus vena,
plebitis)
g) Imobilitas

c. Hipovolemia
1) Definisi
Penurunan volume cairan intravaskular, interstisiel, atau
intraseluler.

2) Penyebab
a) Kehilangan cairan aktif
b) Kegagalan mekanisme regulasi
c) Peningkatan permeabilitas kapiler
d) Kekurangan intake cairan
e) Evaporasi
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) a) Frekuensi nadi meningkat
b) Nadi teraba lemah
c) Tekanan darah menurun
d) Tekanan nadi menyempit
e) Turgor kulit menurun
f) Membran mukosa kering
g) Volume urin menurun
h) Hematokrit meningkat

4) Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
a) Merasa lemah a) Pengisian vena menurun
b) Mengeluh haus b) Status mental berubah
c) Suhu tubuh meningkat
d) Konsentrasi urin
meningkat
e) Berat badan turun tiba-
tiba

5) Kondisi klinis terkait


a) Penyakit addison
b) Trauma/perdarahan
c) Luka bakar
d) AIDS
e) Penyakit Crohn’s
f) Muntah
g) Diare
h) Koltis ulseratif
i) Hipoalbuminemia
d. Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan
1) Definisi
Pola ekulibrium antara volume cairan dan komposisi kimia
cairan tubuh yang cukup untuk memnuhi kebutuhan fisik
dan dapat ditingkatkan.
2) Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
a) Mengekspreikan keinginan a) Membran mukosa
untuk meningkatkan ke- lembab
seimbangan cairan b) Asupan makanan dan
cairan adekuat untuk
kebutuhan
c) Turgor jaringan baik
d) Tidak ada tanda edema
atau dehidrasi

3) Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) a) Urin berwarna kuning
bening dengan berat jenis
dalam rentang normal
b) Haluaran urin sesuai
dengan asupan
c) Berat badan stabil

4) Kondisi klinis terkait


a) Gagal jantung
b) Sindrom iritasi usus
c) Penyakit addison
d) Makanan enteral atau parenteral

e. Risiko Hipovolemia
1) Definisi
Berisiko mengalami penurunan cairan intravaskuler,
interstisiel, dan intraseluler.

2) Faktor risiko
a) Kehilangan cairan secara aktif
b) Gangguan absorpsi cairan
c) Usia lanjut
d) Kelebihan berat badan
e) Status hipermetabolik
f) Kegagalan mekanisme regulasi
g) Evaporasi
h) Kekurangan intake cairan
i) Efek agen farmakologis

3) Kondisi klinis terkait


a) Penyakit addison
b) Trauma/perdarahan
c) Luka bakar
d) AIDS
e) Penyakit Crohn
f) Muntah
g) Diare
h) Kolitis ulseratif

f. Risiko Ketidakseimbangan Cairan


1) Definisi
Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau
percepatan perpindahan cairan dari intravskuler, interstisiel,
atau intraseluler.
2) Faktor risiko
a) Prosedur pembedahan mayor
b) Trauma/perdarahan
c) Luka bakar
d) Aferesis
e) Asites
f) Obstruksi intestinal
g) Peradangan pankreas
h) Penyakit ginjal dan kelenjar
i) Disfungsi intestinal

3) Kondisi klinis terkait


a) Prosedur pembedahan mayor
b) Penyakit ginjal dan kelenjar
c) Perdarahan
d) Luka bakar

g. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit


1) Definisi
Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit.

2) Faktor risiko
a) Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi
air)
b) Kelebihan volume cairan
c) Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
d) Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
e) Diare
f) Muntah
g) Disfungsi ginjal
h) Disfungsi regulasi endokrin
3) Kondisi klinis terkait
a) Gagal ginjal
b) Anoreksia nervosa
c) Diabetes melitus
d) Penyakit Crohn
e) Gastroenteritis
f) Pankreatitis
g) Cedera kepala
h) Kanker
i) Trauma multipel
j) Luka bakar
k) Anemia sel bit

3. Intervensi keperawatan [ CITATION Tim182 \l 1057 ]


a. Diare
1) Manajemen Diare
a) Identifikasi penyebab diare
b) Identifikasi riwayat pemberian makanan
c) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
d) Monitor jumlah pengeluaran diare
e) Monitor keamanan penyiapan makanan
f) Berikan asupan cairan oral
g) Ambil sampel fases untuk kultur, jika perlu
h) Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedaas,
dan mengandung laktosa
i) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas

b. Hipervolemia
1) Manajemen Hipervolemia
a) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea,
dispnea, edema)
b) Identifikasi penyebab hipervolemia
c) Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung,
tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI) jika
tersedia
d) Monitor intake dan output cairan
e) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
f) Batasi asupan cairan dan garam
g) Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat.
h) Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
i) Ajarkan cara membatasi cairan
j) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik

c. Hipovolemia
1) Manajemen Hipovolemia
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah)
b) Monitor intake dan output cairan
c) Hitung kebutuhan cairan
d) Berikan posisi modified Trendelenburg
e) berikan asupan cairan oral
f) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
g) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
h) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
i) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
j) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
d. Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan
1) Manajemen Cairan
a) Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi,
akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
tekanan darah)
b) Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
c) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. hematokrit,
Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)
d) Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP,PAP,
PCWP jika tersedia)
e) Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
f) Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
g) Berikan cairan intravena, jika perlu
h) Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

e. Risiko Hipovolemia
1) Pemantauan Cairan
a) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b) Monitor frekuensi napas
c) Monitor tekanan darah
d) Monitor berat badan
e) Monitor waktu pengisian kapiler
f) Monitor elastisitas atau turgor kulit
g) Monitor warna, jumlah, dan berat jenis urine
h) Monitor kadar albumin dan protein total
i) Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. osmolaritas
serum, hematokrit, natrium, kalium, BUN)
j) Monitor intake dan output cairan
k) Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
l) Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, obstruksi intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
m) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
n) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

f. Risiko Ketidakseimbangan Cairan


1) Pemantauan Cairan
a) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b) Monitor frekuensi napas
c) Monitor tekanan darah
d) Monitor berat badan
e) Monitor elastisitas atau turgor kulit
f) Monitor warna, jumlah, dan berat jenis urine
g) Monitor intake dan output cairan
h) Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
i) Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, obstruksi intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)

g. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit


1) Pemantauan Elektrolit
a) Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
b) Monitor tanda dan gejala hipokalemia
c) Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis. diorientasi,
otot berkedut, sakit kepala, membrane mukosa kering,
hipotensi postural, kejang, letargi, penurunan kesadaran)
d) Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis. haus,
demam, mual muntah, gelisah, peka ransang, membran
mukosa kering, takikardia, hipotensi, letargi, konfusi,
kejang)
e) Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis. peka
rangsang, tanda Chvostek [spasme otot wajah], tanda
Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval QT
memanjang)
f) Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis. nyeri
tulang, haus, anoreksia, letargi,kelemahan otot, segmen
QT memendek, gelombang T lebar, komplek QRS lebar,
interval PR memanjang)
g) Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia (mis. depresi
pernapasam, apatis, tanda Chvostek, tanda Trousseau,
konfusi, disritmia)
h) Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia (mis.
kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia, depresi SSP,
letargi, koma, depresi)
i) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
j) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

4. Implementasi keperawatan [ CITATION Bar10 \l 1057 ]


Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan
terminologi NIC, implementasi terdiri dari melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi (program keperawatan).

5. Evaluasi keperawatan [ CITATION Bar10 \l 1057 ]


Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan (a)
kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan (b) keefektifan
rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting
proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan atau diubah.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, K., ERB, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Trans Info Media.

Hidayat, A. A., & Musrifatul, U. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan, Ed. 7 Buku 3. Indonesia:
Salemba Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Ed.
5. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai