Anda di halaman 1dari 40

KEBUTUHAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT
By
Novita Sari Batubara, SST, M.Kes
KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT

TOTAL CAIRAN TUBUH 90 %


DARI BERAT BADAN

Pada bayi 75 % BB
Pria Dewasa 57% BB
Wanita Dewasa 55% BB
Dewasa Tua 45% BB
Komposisi cairan
Cairan Intraseluler (CIS)
• CIS adalah cairan yg terdapat dalam sel tubuh dan
menyusun sekitar 70 % dari total cairan tubuh (total
Bodi Water). CIS menyusun sekitar 40 % berat tubuh
atau 2/3 dari TBW

Cairan Ekstraseluler (CES)


• CES merupakan cairan tg terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30 % TBW. CES meliputi cairan
intravaskuler, cairan interstitial, dan cairan transeluler
FUNGSI CAIRAN
Mempertahankan
panas tubuh dan Transpor nutrien
pengaturan ke sel
temperatur tubuh

Transpor hasil sisa


Transpor hormon
metabolisme

Mempertahankan
Pelumas antar tekanan hidrostatik
organ dalam sistem
kardiovaskuler
Keseimbangan cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake


atau masukan cairan dan pengeluaran cairan.
Pemasukan cairan berasal dari minuman dan
makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara
1800-2500 ml/hr. sekitar 1200 berasal dari
minuman, 1000 ml dari makanan. Pengeluaran
cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1200-
1500 ml/hr, feces 100 ml, paru-paru 300-500
dan kulit 600-800 ml.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit

• Berkaitan dgn luas permukaan tubuh, metabolisme yg


Usia diperlukan dan berat badan

Temperatur • panas yg berlebihan menyebabkan berkeringat. SSO


dpt kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30
lingkungan g/hr

• Saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah


Diet cadangan energi, proses ini menimbulkan pergerakan
cairan dari interstitiial ke intraseluler

• menimbulkan peningkatan metabolisme sel,


konsentrasi darah dan glikolisis otot, retensi sodium
Stress dan air. Proses ini meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine

• keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan


Sakit ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan
Cara perpindahan cairan

Difusi

Transpor
aktif

Osmosis
DIFUSI

Merupakan proses pergerakan


cairan dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah sampai
terjadi keseimbangan. Cairan dan
elektrolit didifusikan menembus
membran sel. Kecepatan difusi
dipengaruhi oleh ukuran molekul,
konsentrasi larutan, dan
temperatur
OSMOSIS

Merupakan bergeraknya
pelarut bersih seperti air
melalui membran
semipermeabel dari larutan
yang berkonsentrasi lebih
rendah ke konsentrasi yang
lebih tinggi yang sifatnya
menarik
TRANSPOR AKTIF

Partikel bergerak dari


konsentrasi rendah ke
tinggi karena adanya
daya aktif dari tubuh
seperti pompa jantung
PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN

Rasa Aldostero Prostaglan Glukokorti


ADH
dahaga n din koid
RASA DAHAGA

Mekanisme rasa dahaga

Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada


akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertanggung jawab thd sensasi haus

Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan


osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan
sensasi rasa dahaga
Anti Diuretik Hormon (ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan


dalam neurohipofisis dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH
adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini
meningkatkan reabsorpsi air pada duktus
koligentes, dengan demikian dapat
menghemat air
ALDOSTERON

Hormon ini disekresi oleh kelenjar


adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan absorpsi natrium.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh
perubahan konsentrasi kalium, natrium
serum, dan sistem angiotensin renin serta
sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia
PROSTAGLANDIN

Prostaglandin adalah asam lemak alami


yang terdapat dalam banyak jaringan dan
berfungsi dalam merespon radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi
uterus, dan mobilitas gastrointestinal.
Dalam ginjal prostaglandin berperan
mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium,
dan efek ginjal pada ADH
GLUKOKORTIKOID

Meningkatkan resorpsi natrium


dan air, sehingga volume darah
naik dan terjadi retensi natrium.
Perubahan kadar glukokortikoid
menyebabkan perubahan pada
keseimbangan volume darah
CARA PENGELUARAN CAIRAN

Ginjal

Kulit

Paru-paru

Gastrointestinal
GINJAL
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan
yang menerima 170 liter darah untuk disaring setiap
hari

Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam

Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hr

Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal


dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
KULIT
Hilangnya cairan melalui kulit diatur
oleh saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat

Rangsangan kelenjar keringat dapat


dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang
meningkat, dan demam

Disebut juga Insesible Water Loss


(IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam
Paru-paru

Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hr

Meningkatnya cairan yang hilang sebagai


respons thd perubahan kecepatan dan
kedalaman napas akibat pergerakan atau
demam
gastrointestinal

Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari


gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml

Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-


15 cc/kg BB/24 jam dengan kenaikan 10 % dari
IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celsius
PENGATURAN ELEKTROLIT

Natrium Kalium Kalsium

Magnesium Klorida Bikarbonat

Fosfat
MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN

Hipovolemik

Hipervolemi
HIPOVOLEMIK

Kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler(CES), dan


dapat terjadi krn kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
pendarahan shg menimbulkan syok hipovolemik

Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus,


gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan
darah, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah
kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan
berat badan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada
bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah air mata
HIPERVOLEMI

Adanya penambahan/kelebihan volume CES dapat


terjadi pada saat :

• Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air


• Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
• Kelebihan pemberian cairan
• Perpindahan cairan interstitial ke plasma

Gejala : sesak napas, peningkatan dan penurunan


tekanan darah, nadi kuat, ascites, edema, adanya
ronchi, kulit lembap, distensi vena leher, dan irama
gallop
Ketidakseimbangan asam basa

Asidosis respiratorik

Alkalosis respiratorik

Asidosis metabolik

Alkalosis metabolik
PERBANDINGAN ANTARA BIKARBONAT, PH,
DAN PaCO2
GANGGUAN ASAM HCO3 Plasma pH Plasma Pa Co2 Plasma
BASA
As. Metabolik
Alk Metabolik
As Respiratorik
Alk. Respiratorik
JENIS CAIRAN ELEKTROLIT

Adalah cairan saline atau cairan


yang memilliki sifat bertegangan
tetap. Cairan saline terdiri atas
cairan isotonik, hipotonik dan
hipertonik.
Gangguan /masalah kebutuhan elektrolit

Hiponatremia Hipernatremia Hipokalemia

Hiperkalemia Hipokalsemia Hiperkalsemia

Hipomagnesia Hipermagnesia
Tindakan untuk mengatasi masalah /ggn
pemenuhan kebthn cairan & elektrolit
Pemberian cairan melalui
Tranfusi darah
infus
• merupakan tindakan • Merupakan tindakan
memasukkan cairan memasukkan darah
melalui intravena yang melalui vena dengan
dilakukan pada pasien menggunakan
dengan bantuan seperangkat alat tranfusi
perangkat infus. Tindakan pada pasien yang
ini dilakukan untuk membutuhkan darah.
memenuhi kebutuhan Tujuannya untuk
cairan dan elektrolit serta memenuhi kebutuhan
sebagai tindakan darah dan memperbaiki
pengobatan dan perfusi jaringan
pemberian makanan
Pemberian Cairan Melalui Infus
A. Pengertian
·      Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh.
·      Merupakan salah satu cara pemberian terapi
cairan dengan menggunakan prosedur infasif yang
dilaksanakan dengan menggunakan tehnik aseptik.
B. Tujuan pemasangan infus
• ·Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori
yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral
• Memperbaiki keseimbangan asam basa
• Memperbaiki volume komponen-komponen darah
• Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan
kedalam tubuh
• Memonitor tekan Vena Central (CVP)
• Rehidrasi cairan pada pasien shock
• Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di
istirahatkan.
C. Indikasi pemasangan infus
• Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan
pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena Untuk memberikan respon
yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin)
• Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus
melalui Intra vena
• Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
• ·Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
• Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena
untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
• Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur
infus. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi
kebutuhan dengan injeksi intramuskuler.
D. Kontraindikasi
• Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di
lokasi pemasangan infus.
• Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal,
karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah). Obat-obatan
yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena
kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya
pembuluh vena di tungkai dan kaki).
E. Persiapan Alat
•       Standar infuse
• ·      Set infuse
• ·      Cairan infus sesuai program medic (Cairan Parenteral)
• ·      Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai (Abocath)
• ·      Perlak dan pengalas
• ·      Torniket
• ·      Kapas alcohol
• ·      Plester
• ·      Gunting
• ·      Kasa/gass steril
• ·      Betadin
• ·      Sarung tangan (Handscoon)
• ·      Nierbecken/bengkok
F. Prosedur kerja

1.        Tahap pra interaksi


• Verifikasi kebenaran data
• Cuci tangan
• Tempatkan alat-alat kedekat pasien

2.        Tahap interaksi


• ·      Informconsent
-  Memberi salam
-  Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien/keluarga
-  Meminta persetujuan pasien untuk dilakukan tindakan
pemasangan infus
• 3.        Tahap kerja
• ·      Mengecek tanggal kadaluarsa: infus, selang infus, catheter vena (jarum infus)
• ·      Lakukan desinfeksi tutup botol cairan
• ·      Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan infus set ke bagian karet atau akses
selang ke botol infuse
• ·      Gantungkan botol cairan pada standar infus
• ·      Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan (tabung reservoir) hingga terisi
sebagian atau 2/3 bagian /sebatas tanda dan buka klem slang hingga cairan memenuhi selang
dan udara pada selang keluar
• ·      Atur posisi pasien
• ·      Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan
• ·      Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 7-12 cm di atas tempat
penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular ( bila sadar )
• ·      Gunakan sarung tangan steril (handscoon)
• ·      Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
• ·      Lakukan penusukan pada vena (dengan sudut 30 derajat) dengan meletakkan ibu jari di
bagian bawah vena dan posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
• ·      Perhatikan keluarnya darah melalui abocath / surflo, maka tarik keluar bagian dalam jarum
• ·      Lepas torniquet dan masukan catheter(abocath) secara perlahan, sambil menarik jarum
keluar, lakukan teknik V saat melepas mandrin(jarum) dengan  menekan port dan vena
•   lalu segera sambungkan catheter/ abocat dengan selang infus
• ·      Alirkan infus, selanjutnya lakukan fiksasi antara sayap dan lokasi
insersi tanpa menutup lokasi insersi
• ·      Letakkan kapas/gaas steril yang diolesi betadin di atas area  insersi.
• ·      Lepaskan sarung tangan
• ·      Lakukan fiksasi (plaster ukuran ± 5x8cm sampai menutup kapas steril.
• ·      Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan
• ·      Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran
jarum
• ·      Bereskan alat dan kembalikan pada
tempatnya dalam keadaan bersih
• ·      Lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan
4.        Tahap terminasi
• ·      Lakukan evaluasi tindakan
• -       Observasi terhadap kondisi umum(vital sign, keluhan nyeri,
alergi )
• -       Observasi  kelancaran tetesan dan jumlah tetesan
• -       Observasi area insersi  (warna kulit / pembengkakan/ sakit)
• -       Berikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) pada
pasien/keluarga bila terjadi ketidaknyamanan
• ·      Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
• ·      Pamitan pada pasien
• ·      Bereskan alat
• ·      Cuci tangan
• ·      Catat / dokumentasikan kegiatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai