NPM : 1102022131
Kelompok : A15
2022
1. Memahami dan menjelaskan aspek biokimia dan fisiologi kelebihan cairan tubuh
Aspek Biokimia
Pengaturan keseimbangan cairan tubuh adalah usaha untuk
mempertahankan jumlah volume cairan yang terdapat pada extraseluler dan
intraseluler. Hal yang mempengaruhi jumlah cairan masuk dan keluar tubuh
(1) proses difusi melalui membran sel dan
(2) tekanan osmotik yang dihasilkan oleh elektrolit pada kedua
kompartemen.
Air yang diminum atau air dalam makanan diserap di usus, masuk ke
pembuluh darah, beredar ke seluruh tubuh. Di kapilar air difiltrasi ke ruang
interstisium, selanjutnya masuk ke dalam sel secara difusi, dan sebaliknya,
dari dalam sel keluar kembali. Dari darah difiltrasi di ginjal dan sebagian kecil
dibuang sebagai urin. Ke saluran cerna dikeluarkan sebagai liur pencernaan;
ke kulit dan saluran napas keluar sebagai keringat dan uap air.
Kontrol Keseimbangan H20 bebas sangat penting untuk mengatur
cairan ekstraselular. Karena Peningkatan H20 bebas menyebabkan cairan
ekstraselular menjadi lebih encer dan defisit H20 bebas menyebabkan cairan
ekstraselular menjadi terlalu pekat, maka osmolaritas cairan ekstrasel harus
segera dikoreksi dengan memulihkan keseimbangan H20 bebas untuk
menghindari perpindahan osmotik cairan masuk atau keluar sel yang
membahayakan. Untuk mempertahankan stabilitas keseimbangan H20 maka
pemasukan H20 harus sama dengan pengeluarannya.
Aspek Fisiologis
1.1 Penyebab
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan.
Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah
menjadi sangat kecil. Minum air dalam jumlah yang sangat banyak biasanya tidak
menyebabkan overhidrasi jika kelenjar hipofisa, ginjal dan jantung berfungsi secara
normal. Overhidrasi lebih sering terjadi pada orang-orang yang ginjalnya tidak
membuang cairan secara normal, misalnya pada penderita penyakit jantung, ginjal
atau hati. Orang-orang tersebut harus membatasi jumlah air yang mereka minum dan
jumlah garam yang mereka makan.
c. Paru-paru
Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari
pada orang dewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau
batuk yang terus-menerus akan memperbanyak kehilangan air; ventilasi
mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan kehilangan air ini.
d. Kelenjar pituitary
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga
hormon penyimpan air, karena fungsinya mempertahankan tekanan
osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan
dengan mengatur volume darah.
e. Kelenjar adrenal
Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona
glomerolus). Peningkatan aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium
sehingga air juga ditahan, kehilangan kalor. Sedangkan apabila aldosteron
kurang maka air akan banyak keluar karena natrium hilang. Kortisol juga
menyebabkan retensi natrium.
f. Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid
(PTH). Sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium
dari usus dan reabsorbsi kalsium dari ginjal.
1.2 Cara mengatasi (koreksi)
Tubuh manusia pada kelahiran mengandungi sekitar 75% berat cairan. Di usia
satu bulan, nilai ini menurun menjadi 65% dan pada saat dewasa berat cairan
dalam tubuh manusia bagi pria adalah 60% dan wanita pula sekitar 50%.
Selain itu, faktor kandungan lemak juga mengkontribusi kepada kandungan
cairan dalam tubuh. Semakin tinggi jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh,
seperti pada wanits, semakin ssemakin kurang kandungan cairan yang ada.
Nilai normal ambilan cairan dewasa adalah sekitar 2500ml, termasuk 300ml
hasil metabolism tenaga susbtrat. Rata-rata kehilangan cairan adalah sebanyak
2500ml dimana ia terbahagi kepada 1500ml hasil urin, 400ml terevaporasi
lewat respiratori, 400ml lewat evaporasi kulit, 100ml lewat peluh dan 100ml
melalui tinja.
Air, seperti subtrat lain, berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara
berlebihan dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi air sering terjadi bila
cairan di konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa mengambil sumber
elektrolit yang menyeimbangi kemasukan cairan tersebut.
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan.
Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran
darah menjadi sangat rendah. Penyebab overhidrasi meliputi, adanya
gangguan ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang
berlebihan pada terapi cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi
prostat transuretra, dan korban tenggelam.
a. Usia
Proporsi cairan dalam tubuh bayi lebih besar daripada orang dewasa.
Meskipun demikian, dalam menjaga status keseimbangan cairan pada bayi
lebih rumit daripada orang dewasa. Karena bayi mengekskresikan volume air
dalam jumlah yang besar, sehingga asupan cairan juga harus besar untuk
menjaga keseimbangan tersebut.
2) Anak
Pada anak kebutuhan cairan masih cukup tinggi. Pada masa pertumbuhan ini
sering terganggu oleh penyakit sehingga berdampak pula dengan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menjadi kurang stabil. Kondisi ini
memicu terjadinya pengeluaran cairan lebih besar dari dalam tubuh dan terjadi
dalam bentuk insensible water loss
3) Dewasa
Pada masa remaja terjadi beberapa perubahan anatomis dan fisilogis yang
berdampak pada status metabolik. Dengan peningkatan metabolik maka
jumlah air juga meningkat. Hormonal yang telah berubah juga mempengaruhi
kebutuhan cairan pada masa ini.
Pada masa lansia organ utama dalam keseimbangan cairan dan elektrolit yaitu
ginjal juga mengalami penurunan fungsi. Penyakit yang diderita pada lansia
juga menyebabkan perubahan pada keseimbangan cairan dan elektrolit, seperti
diabetes melitus, kanker atau gangguan kardiovaskuler.
Terapi obat deuretik pada lansia juga akan berdampak pada defisit cairan dan
elektrolit.
b. Ukuran tubuh
c. Temperatur Lingkungan
d. Gaya hidup
1) Diet
2) Stres
3) Olahraga
1.4 Tenaga aliran darah berasal dari tekanan hidrostatik, tekanan koloid osmotik
protein darah, dan tekanan hidrostatik cairan interstitial
Tekanan osmotik koloid plasma / tekanan onkotik adalah gaya yang
disebabkan oleh dispersi koloid protein protein plasma, tekanan ini ini
mendorong pergerakan cairan kedalam kapiler. Tekanan koloid plasma rata
rata adalah 25 mmHg.
Tekanan hidrostatik cairan interstisium adalah tekanan cairan yang
bekerja dibagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium, tekanan ini
mendorong cairan masuk ke dalam kapiler.
Pada ujung arteri dari kapiler, tekanan hidrostatik lebih tinggi dari
tekanan osmotic koloid darah,air,larutan,dan sedikit protein melintasi dinding
kapiler. Pada ujung vena,tekanan hidrostatik lebih rendah dan tekanan osmotic
koloid cenderung menarik air,eletrolit,dan produk katabolisme jaringan
kembali ke dalam darah. Namun sebagian cairan dan banyak dari protein
plasma yang telah keluar dari darah tidak kembali secara langsung, namun ikut
limfe dan kembali ke darah melalui system vaskuler limfe. Jadi terpelihara
keseimbangan,yang menjaga agar volume cairan ekstrasel cukup konstan dan
menahan sejumlah kecil protein plasma yang secara tetap lolos melalui
dinding kapiler darah.
Hukum starling : kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut
antara kapiler dan jaringan dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan osmotik
masing masing kompartemen.
Difusi: peristiwa mengalirmya suatu zat dalam pelarut dari konsentrasi tinggi
ke rendah
Transport aktif: pergerakan atau pemindahan yang menggunakan energy
untuk mengeluarkan dan memasukkan ion ion dan molekul melalui membran
sel yang bersifat permeable
Kapiler bercabang langsung dari arteriol atau dari mertarteiol, suatu saluran
utama antara arteriol dan venula. Kapiler-kapiler menyatu kembali di venula
atau metarteriol. Mertaarteriol dikelilingi oleh otot-otot polos yang
membentuk sfingter prakapiler yang mengelilingi kapiler sewaktu pembuluh
ini muncul dari mertarteriol Sfingter prakapiler bekerja sebagai keran untuk
mengatur aliran darah melalui kapiler tertentu.
UMUM
Arteri
jenis ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: (1) Intima, dibatasi oleh sel-sel
endotel. Pada arteri besar membrana basalis subendotel kadang-kadang tidak
terlihat. Membrana elastika interna tidak selalu ada. (2) Lapisan media terdiri
atas serangkaian membran elastin yang tersusun konsentris. (3) Tunika
adventitia tidak menunjukkan membrana externa, relatif tidak berkembang dan
mengandung serabut-serabut elastin dan kolagen.
2. Arteri ukuran sedang dan kecil memiliki lapisan muskuler yang tebal. Sel-
sel
ini bercampur dengan sejumlah serabut elastin serta kolagen dan proteoglikan.
Arteriol merupakan cabang kecil terakhir dari sistem arteri, yang mempunyai
diameter kurang dari 200 m. Arteriol mempunyai dinding otot yang
Kapiler
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim,
melingkar dalam bentuk tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah
rata-rata kapiler berkisar dari 7 sampai 9 μm. Kapiler dapat dikelompokkan
dalam 3 jenis menurut struktur dinding sel endotel.
1. Venula, garis tengah 0,2 – 1 mm, ditandai oleh tunika intima yang terdiri
atas
endotel, tunika media tebal yang terdiri atas lapisan sel otot polos, dan lapisan
adventitia merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri atas jaringan
penyambung yang kaya akan serabut-serabut kolagen.
2. Vena ukuran kecil atau sedang dan mempunyai garis tengah 1 – 9 mm.
Tunika intima biasanya mempunyai lapisan subendotel yang tipis, tetapi hal
ini pada suatu saat mungkin tidak ada. Tunika media terdiri atas berkas-berkas
kecil otot polos yang bercampur dengan serabut-serabut kecil kolagen dan
jala-jala halus serabut elastin. Lapisan kolagen adventitia berkembang dengan
baik.
Limfe
Kapiler limfe berasal dari berbagai jaringan sebagai pembuluh tipis dengan
ujung buntu. Mereka terdiri atas satu lapisan endotel. Pembuluh yang tipis ini
bergabung dan berakhir sebagai 2 batang besar, yaitu ductus thorasicus dan
ductus limphaticus dexter, yang mengosongkan limfe ke dalam peralihan vena
jugularis interna dengan vena jugularis interna dexter. Di antara pembuluh-
pembuluh limfe terdapat kelenjar-kelenjar limfe. Dengan pengecualian sistem
syaraf dan sumsum tulang, sistem limfe ditemukan pada hampir semua organ.
Pembuluh limfe mempunyai struktur yang mirip dengan vena kecuali mereka
mempunyai dinding yang lebih tipis dan tidak mempunyai batas yang nyata
antara ketiga lapisan (intima, media, dan adventitia). Seperti vena, mereka
mempunyai banyak katup-katup interna. Akan tetapi, katup-katup ini lebih
banyak pada pembuluh limfe. Antara katup-katup pembuluh limfe melebar
dan mempunyai bentuk noduler.
Seperti vena, sirkulasi cairan limfe dibantu oleh kerja gaya eksterna (misalnya
kontraksi otot-otot sekitarnya) pada dindingnya. Gaya-gaya ini bekerja secara
tidak kontinu, dan aliran limfe terutama terjadi sebagai akibat adanya banyak
katup dalam pembuluh ini dan irama kontraksi otot-otot polos yang terdapat
dalam dindingnya.
Duktus limfaticus ukuran besar mempunyai struktur yang mirip dengan vena
dengan penguatan otot polos pada lapisan media. Pada lapisan ini, berkas-
berkas otot tersusun longitudinal dan sirkuler, dengan serabut-serabut
longitudinal lebih banyak. Tunika Adventitia relatif kurang berkembang.
EDEMA
4.3 Klasifikasi
Edema dapat dibedakan menjadi :
a. Edema lokalisata (edema lokal) Hanya tebatas pada organ/pembuluh darah
tertentu. Terdiri dari :
Ekstremitas (unilateral), pada vena atau pembuluh darah limfe
Ekstremitas (bilateral), biasanya pada ekstremitas bawah
Muka (facial edema)
Asites (cairan di rongga peritoneal)
Hidrotoraks (cairan di rongga pleura)
b. Edema Generalisata ( edema umum ) Pembengkakan yang terjadi pada seluruh
tubuh atau sebagian besar tubuh pasien. Biasanya pada :
Gagal jantung
Sirosis hepatis
Gangguan ekskresi
c. Edema Organ, adalah suatu pembengkakan yang terjadi di dalam organ, misalnya,
hati, jantung, ataupun ginjal. Edema akan terjadi di organ-organ tertentu sebagai
bagian dari peradangan, seperti dalam faringitis, tendonitis atau pancreatitis, sebagai
contoh. Organ-organ tertentu mengembangkan edema melalui mekanisme jaringan
tertentu
Edema Intrasel
Ada dua kondisi yang memudahkan terjadinya pembengkakan intrasel: (1)
depresi system metabolism jaringan dan (2) tidak adanya nutrisi sel yang adekuat.
Contohnya, bila aliran darah ke jaringan menurun,pengiriman oksigen dan nutrient
berkurang. Jika aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan
metabolism jaringan normal,maka pompa ion membrane sel menjadi tertekan. Bila hal
ini terjadi, ion natrium yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi dipompa
keluar dari sel, dan kelebihan ion natrium dalam sel menimbulkan osmosis air ke
dalam sel. Kadang – kadang hal ini dapat meningkatkan volume intrasel suatu
jaringan bahkan pada seluruh tungkai yang iskemik,contohnya sampai dua atau tiga
kali volume normal. Bila hal ini terjadi, biasanya merupakan awal terjadinya kematian
jaringan.
Edema intrasel juga dapat terjadi pada jaringan yang meradang. Peradangan
biasanya mempunyai efek langsung pada membrane sel yaitu meningkatnya
permeabilitas membrane, dan memungkinkan natrium dan ion-ion lain berdifusi
masuk ke dalam sel, yang diikuti dengan osmosis air ke dalam sel.
Edema Ekstrasel
Edema ekstrasel terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam
ruang ekstrasel. Ada dua penyebab edema ekstrasel yang umum dijumpai : (1)
kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruangan interstisial dengan melintasi
kapiler dan (2) kegagalan system limfatik untuk mengembalikan cairan dari
interstisium ke dalam darah. Penyebab kliniis akumulasi cairan interstisial yang
paling sering adalah filtrasi cairan kapiler yang berlebihan.
Jenis Edema
1. Edema perifer
Edema jenis ini adalah kondisi yang umumnya menyerang kaki, telapak kaki, dan
engkel, tapi bisa juga terjadi di lengan. Ini bisa menjadi tanda masalah sistem
sirkulasi, kelenjar getah bening, atau ginjal.
2. Edema pedal
Edema pedal adalah kondisi yang terjadi ketika cairan berkumpul di betis dan kaki
bagian bawah. Ini lebih umum terjadi pada perempuan hamil dan orang tua.
Kondisi ini menyebabkan kesulitan bergerak karena Anda mungkin merasakan terlalu
banyak beban di kaki Anda.
3. Limfedema
Edema atau pembengkakan jenis ini adalah yang paling sering disebabkan oleh
sumbatan atau kerusakan pada jaringan kelenjar getah bening, yaitu jaringan yang
membantu menyaring kuman dan limbah dari tubuh Anda.
Kerusakan tersebut mungkin disebabkan oleh perawatan kanker, seperti operasi dan
radiasi. Kanker itu sendiri juga dapat menghalangi jalan kelenjar getah bening dan
menyebabkan penumpukan cairan.
4. Edema paru
Ketika cairan terkumpul di kantung udara di paru-paru Anda, Anda mengalami edema
paru. Edema jenis ini adalah kondisi yang membuat Anda sulit bernapas.
Kondisi ini menjadi lebih buruk ketika Anda berbaring. Anda mungkin merasakan
detak jantung yang cepat, merasa lemas, dan batuk berbusa dan berdarah.
5. Edema serebral
Edema serebral adalah kondisi yang sangat serius di mana cairan menumpuk di otak.
Kondisi ini bisa terjadi jika kepala Anda terbentur dengan keras, pembuluh darah
tersumbat atau pecah, atau Anda memiliki rumor atau reaksi alergi.
6. Edema makula
Edema jenis ini adalah kondisi ketika cairan menumpuk di bagian mata yang disebut
makula, yang berada di tengah retina, jaringan peka cahaya di bagian belakang mata.
Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah yang rusak di retina mengeluarkan cairan
ke daerah tersebut.
4.4 Gejala
Bengkak, mengkilat, bila ditekan timbul cekungan dan lambat kembali seperti
semula
Berat badan naik, penambahan 2% kelebihan ringan, penambahan 5% kelebihan
sedang, penambahan 8% kelebihan berat
Adanya bendungan vena di leher
Pemendekan nafas dan dalam, penyokong darah (pulmonary).
Perubahan mendadak pada mental dan abnormalitas tanda saraf, penahanan
pernapasan (pada edema cerebral yang berhubungan DKA)
Nyeri otot yang berkaitan dengan pembengkakan
Peningkatan tekanan vena ( > 11cm H 2O)
Efusi pleura
Denyut nadi kuat
Edema perifer dan periorbita
Asites
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan penunjang inisial yang bermanfaat untuk kasus edema paru akut adalah
rontgen toraks. Selanjutnya, pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk
mengidentifikasi etiologi.
Rontgen Toraks
Pemeriksaan penunjang edema paru akut yang paling sederhana namun penting
dilakukan adalah rontgen toraks. Posisi ideal adalah posteroanterior dan lateral.
Namun demikian, bila kondisi pasien tidak memungkinkan, posisi anteroposterior
masih dapat dipertimbangkan.
Pada rontgen toraks edema paru akut yang disebabkan proses kardiogenik dapat
ditemukan garis Kerley B septal, peribronchial cuffing, bat-wing appearance, dan
kardiomegali. Sementara itu, pada edema paru akut yang disebabkan proses
nonkardiogenik, dapat ditemukan gambaran pneumonia berupa infiltrat pada
parenkim paru, gambaran ground glass appearance, dan konsolidasi yang ditandai
oleh air bronchogram.[3,4,6]
Edema paru akut pada umumnya terjadi bersamaan di kedua paru. Namun, pada
situasi tertentu, seperti adanya faktor posisi pasien selama menjalani prosedur
tertentu, edema paru akut dapat terjadi asimetris unilateral.[3,4]
CT Scan Toraks
USG
Pemeriksaan ini tidak mengandung unsur paparan radiasi yang dapat merugikan
pasien. USG Paru dapat dilakukan di IGD dan kamar operasi untuk mendeteksi lokasi
akumulasi cairan. Adanya gambaran berupa garis pleura Kerley lebih dari 3 buah
merupakan tanda khas terjadinya edema paru (lung rockets). Garis Kerley pada USG
tampak sebagai struktur hiperekoik.[3,4]
LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis edema paru akut antara
lain BNP, albumin, troponin, dan enzim pankreas.
Peningkatan kadar BNP terjadi karena adanya peregangan pada miosit ventrikel
karena terjadi peningkatan volume darah atau tekanan intrakardiak. Kadar BNP >500
pg/ml menandakan probabilitas yang tinggi akan terjadinya gagal jantung sebagai
salah satu penyebab edema paru akut.
Kadar albumin yang rendah (≤ 3,4 g/dl) merupakan penanda adanya gangguan pada
tekanan onkotik yang dapat memfasilitasi terjadinya edema paru akut dan dapat
terjadi pada penyakit hepar kronik, gangguan fungsi ginjal, malnutrisi, atau kondisi
lain yang dapat menyebabkan protein-loss.
Peningkatan enzim pankreas lipase dan amilase dalam darah dapat menandakan
adanya pankreatitis yang memicu terjadinya edema paru akut.
b) Bumetanide :
0,5 – 2 mg (1-2 kali sehari)
Digunakan bila alergi terhadap furosemid
c) Asam etakrinat
50-200 mg (1 kali sehari)
Masa kerja panjang
c) Metolazone
Masa kerja panjang
Efektif pada LFG yang rendah
c) Triamterene
100 mg (2 kali sehari)
Kurang poten dibanding spironolakton
ES : hiperkalemia dan pembentukan batu ginjal
b) Teofilin