HIPOTERMIA
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35˚C (atau 95˚F) secara
involunter
1.2. Klasifikasi
HIPOKSIA
Ketidakmampuan oksigenasi darah di paru-paru because karena hal luar
A. Lingkungan yang kekurangan oksigen
B. Hypoventilation (neuromuscular disorders/gangguan saraf & otot)
Penyakit paru-paru
A. Hypoventilation (peningkatan perlawanan saluran udara atau
menurunnya kinerja paru-paru
B. Rasio kelainan alveolar ventilation-perfusion
C. Berkurangnya difusi respirasi membran
Hipoksia anemik
Intoksikasi karbon monoksida (CO)
Hipoksia respiratorik
Hipoksia sekunder akibat ketinggian
Hipoksia sekunder akibat pirau kanan ke kiri (right-to-left shunting) ekstrapulmoner
Hipoksia sirkulatoris
Hipoksia yang spesifik organ
Peningkatan kebutuhan O2 - Penggunaan (utilisasi) O2 yang tidak adekuat
HIPOTERMIA
Berdasarkan suhu
a. Hipotermia ringan : 32 – 35 ˚C
b. Hipotermia sedang : 28 – 32 ˚C
c. Hipotermia berat : di bawah 28˚C
Menurut etiologi
a. Hipotermia primer, apabila produksi panas dalam tubuh tidak dapat mengimbangi
adanya stres dingin, terutama bila cadangan energi dalam tubuh sedang berkurang.
Kelainan panas dapat terjadi melalui mekanisme radiasi (55-65%), konduksi (10-
15%), konveksi, respirasi dan evaporasi. Pemahaman ini membedakan istilah
hipotermia dengan frost bite (cedera jaringan akibat kontak fisik dengan benda/zat
dingin, biasanya <0˚C).
b. Hipotermia sekunder, adanya penyakit atau pengobatan tertentu yang menyebabkan
penurunan suhu tubuh. Berbagai kondisi yang dapat mengakibatkan hipotermia
menurut Hardisman (2014),yaitu:
1) Penyakit endokrin (hipoglikemi, hipotiroid, penyakit Addison, diabetes melitus,
dan lain – lain)
2) Penyakit kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif, insufisiensi
vascular, dan lain – lain)
3) Penyakit neurologis (cedera kepala, tumor, cedera tulang belakang, penyakit
Alzheimer, dan lain – lain)
4) Obat – obatan (alkohol, sedatif, klonidin, neuroleptik)
1.3. Mekanisme
HIPOKSIA
Berdasarkan klasifikasi
1. Kemampuan jaringan yang tidak memadai itu dikarenakan ada cyanide poisoning.
Enzim sitokrom oksidase do blok sama cyanide sehingga jaringannya tidak
bisamengambil atau memakai oksigen walaupun oksigennya tersedia banyak.Selain
itu, kekurangan sistem jaringan seluler oksidatif atau elemen lainnya juga bisa buat
jaringannya tidak memadai juga
2. Hypoventilation & gangguan difusi alveolus
- nafas pendek atau pelan dan pasti sering merasa ngantuk
- CO2 meningkat yang menyebabkan penumpukkan asam serta oksigen yang sangat
sedikit di dalam darah
3. Mekanisme nya yang bermasalah
Transport oksigen dari paru-paru ke jantung ada kekurangan
Respons pertama tubuh untuk menjaga suhu agar tetap normal (37˚C) adalah dengan
gerakan aktif maupun involunter seperti menggigil. Pada awalnya kesadaran,
pernapasan, dan sirkulasi juga masih normal. Namun, seluruh sistem organ akan
mengalami penurunan fungsi sesuai dengan kategori hipotermia. Komplikasi berat
seperti fibrilasi atrium akan terjadi apabila suhu inti tubuh kurang dari 32˚C. Namun
bila belum ada tanda instabilitas jantung, kondisi ini belum memerlukan penanganan
khusus. Risiko henti jantung kemudian akan meningkat apabila suhu inti tubuh
menurun di bawah 32˚C, dan sangat meningkat apabila suhu kurang dari 28˚C
(konsumsi O2 dan frekuensi nadi telah menurun 50%)
1.4. Penyebab
HIPOKSIA
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Kerusakan/gangguan ventilasi
HIPOTERMIA
lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi, atau evaporasi
a. Radiasi: berpengaruh hingga 65% terhadap kehilangan panas tubuh. Kepala yang
tidak terlindungi dapat menghilangkan 50% panas tubuh.
b. . Konduksi: pindahnya panas ke objek terdekat dengan suhu lebih rendah. Hanya
sedikit panas tubuh yang hilang melalui konduksi, tetapi pakaian basah
menghilangkan panas tubuh 20 kali lipat lebih besar. Berendam di air dingin
menghilangkan panas 32 kali lebih besar.
c. Konveksi: hilangnya panas melalui aliran udara, kecepatan hilangnya panas
dipengaruhi oleh kecepatan angin. Contohnya, angin dengan kecepatan 12 mil/jam
menghilangkan panas 5 kali lebih cepat.
d. Evaporasi: hilangnya panas saat cairan berubah menjadi gas. Keringat dan
pernapasan berperan menghilangkan panas tubuh sebesar 20%.
1.5. Gejala
HIPOKSIA
A. Kelelahan
B. Kecemasan
C. Menurunnya kemampuan konsentrasi
D. Nadi meningkat
E. Pernapasan cepat dan dalam
F. Sianosis/Cyanosis : kulit kebiruan (pucat dikarenakan kekurangan oksigen dalam
darah di pembuluh darah. Warna kulit biru gelap ke ungunan. Darah di ateri
kekurangan lebih dari 5 gram oksigen per 100 mililiter darah.
G. Depresi mental
H. Koma
I. Mengurangi kapasitas kerja otot
Jika hipoksia sudah semakin parah, bisa menyebabkan kematian sel tubuh.
HIPOTERMIA
Gejala hipotermia bervariasi tergantung tingkat keparahan cedera dingin. Tanda dan
gejala berupa kesemutan, mati rasa, perubahan warna dan tekstur kulit (Hardisman,
2014). Gejala klinis yang sering terjadi berdasarkan kategori hipotermia, menurut
Setiati (2014):
a. Hipotermia ringan (32 – 35 ˚C) : takikardi, takipnea, hiperventilasi, sulit berjalan
dan berbicara, mengigil, dan sering berkemih karena “cold diuresis”.
b. Hipotermia sedang (28 – 32 ˚C) : nadi berkurang, pernapasan dangkal dan pelan,
berhenti menggigil, refleks melambat, pasien menjadi disorientasi, sering terjadi
aritmia.
c. Hipotermia berat (di bawah 28˚C) : hipotensi, nadi lemah, edema paru, koma,
aritmia ventrikel, henti jantung.
HIPOTERMIA
Mencegah kehilangan panas lebih lanjut :
- pertama adalah untuk mencari kemungkinan adanya cedera lain. Prioritas
- kedua adalah untuk meningkatkan suhu inti pasien menjadi normal
Pengobatan
pindah ke sebuah tenda atau tempat kering lainnya untuk menghindari angin dingin
yang kencang, pakaian yang basah harus segera dilepaskan, berikan api atau
kehangatan disekitar pasien.
Hipoksemia juga bisa menyebabkan peningkatan regulasi dari nitrit oksida sintase
otak yang akan meningkatkan produksi nitrit oksida. Peningkatan nitrit oksida ini
akan menyebabkan perubahan permeabilitas sawar darah-otak sehingga menimbulkan
gejala sakit kepala. Melalui aktivasi kemoreseptor perifer, hipoksemia juga akan
meningkatkan kadar arginin vasopresin pada darah sehingga terjadianti-diuresis dan
peningkatan jumlah cairan tubuh. Kumpulan dari respon perifer terhadap hipoksia ini
akan menyebabkan mengganggu permeabilitas sawar darah-otak dan meningkatkan
volume darah otak. Peningkatan tekanan intrakranial ini yang memicu gejala AMS.
Gangguan ini meningkatkan tekanan intrakranial secara ekstrem pada orang dengan
kapasitansi cairan serebrospinal yang rendah sehingga dapat memicu terjadinya
edema otak yang bersifat fatal.
.
2.3. Gejala
hipoksemia yang menyebabkan berbagai kejadian molekuler, seluler, dan respon
fisiologis pada otak. Gejala yang paling sering muncul adalah sakit kepala, pusing,
anoreksia, insomnia, kelelahan, muntah, dan ketidakseimbangan tubuh.
A. Praktek menjalankan Rukun Shalat di alam bebas seperti biasa tidak ada
halangan kecuali jika hujan maka sikap berdiri tidak akan sempurna dikarenakan
tenda yang rendah.
B. Mengetahui masuknya Shalat menggunakan tanda-tanda alam pada kegiatan
Gunung Hutan dan di tebing serta yang paling mudah menggunakan Jam tangan
untuk melihat datangnya waktu Shalat.(Departemen Agama RI, Alquran Dan
Terjemahnya. (Jakarta:Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran Depag, 1995),
Surat An Nisa Ayat 103.)
C. Suci dari Hadats Besar dan Kecil jika benar-benar tidak ada air maka
diperbolehkan untuk tayamum dengan debu yang bersih (Hadits Darimi No.737)
D. Kesucian Baju, Badan dan Tempat untuk Shalat (3 Hadits Abudaud No.415)
E. Menghadap kiblat : Untuk mengetahui arah kiblat pada kegiatan Gunung
Hutan dan Susur Gua dapat menggunakan kompas dan dapat melaksanakan
sesuai arah kiblat yang sudah ada.(Depatemen Agama RI, Alquran Dan
Terjemahnya. (Jakarta:Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran Depag, 1995),
Surat Al Baqarah Ayat 150.)
Hukum menjalankan ibadah
1. Bahwa ada beberapa rukun dan syarat sah dalam shalat yang tidak memenuhi
persyaratan keabsahan shalat, tetapi shalat tersebut tetap wajib dilaksanakan. Dan
apabila tidak bisa menjalankannya menurut keadaan apa adanya karena
menghormati waktu datangnya Shalat.
2. Kewajiban melaksanakan pada waktunya menurut keadaan apa adanya ini
tidak menggugurkan taklif, karena itu, tetap wajib diulangi kembali (i’adah)
apabila keadaan normal kembali. maksudnya apabila kegiatan tersebut nadir,
maka wajib mengulangi kembali shalatnya dan sebaliknya kalau umum terjadi
(tidak nadir), maka tidak perlu mengulanginya kembali.
3. Melakukan shalat tanpa berwudhu’ sebab tidak ada air, karena i’tiqad mereka
bahwa shalat tetap wajib dilakukan, meskipun tanpa terpenuhi salah syarat shalat,
yaitu wudhu’.
4. Karena shalat yang dilakukan tersebut tidak memenuhi syarat shalat, maka
diwajibkan mengulangi lagi kembali.
5. Namun berdasarkan penelitian di atas tidak semua shalat yang tidak memenuhi
syarat shalat wajib mengulanginya kembali, tetapi harus membedakan dengan
dhabith kalau yang menyebabkan tidak ada syarat tersebut merupakan sesuatu
yang tidak sering terjadi (nadir) seperti najis, maka wajib mengulanginya kembali
dan sebaliknya kalau sering terjadi, maka tidak perlu mengulangi kembali seperti
tidak ada penutup aurat dan lain-lain