Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syok adalah kegagalan sirkulasi untuk membawa oksigen dan nutrien ke
jaringan. Pemahaman tentang penyebab dan patofisiologinya bisa mengarahkan para
klinisi membuat keputusan yang rasional dalam terapi dan bisa memperbaiki
prognosis.
Sebagai sindrom klinis yang kompleks, syok ditandai oleh disfungsi sirkulasi
akut dimana hubungan antara kebutuhan oksigen dan pasokan terganggu. Akibatnya,
sistem kardiovaskuler gagal menjalankan fungsi utamanya, yakni membawa substrat
dan membuang metabolit, sehingga terjadi metabolisme anaerob dan asidosis
jaringan. Umumnya semua keadaan syok berakhir dengan berkurangnya hantaran atau
gangguan utilisasi substrat sel yang esensial, sehingga fungsi sel normal berhenti.
Syok paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat. Syok
merupakan diagnosa klinis, namun deteksi masih merupakan masalah terutama pada
anak. Syok sebaiknya dideteksi dengan tanda klinis dan laboratorium yang meliputi
takipnea dan takikardia, vasodilatasi perifer sehingga ekstremitas menjadi dingin,
hipotermia atau hipertermia, diikuti dengan berkurangnya jumlah urin, asidosis
metabolik dan peningkatan laktat darah, bahkan dapat terjadi penurunan kesadaran
dan kematian. Oleh karena itu, deteksi tanda-tanda syok dini sangatlah penting begitu
pula dengan penanganan syok haruslah dilakukan secara dini.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk memahami definisi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis, diagnosis,
penatalaksanaan dan Asuhan keperawatan pada syok.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawan.

BAB II

KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat
gangguan mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland
tentang fisiologi keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya
pengiriman oksigen ke jaringan. Sirkulasi darah berguna untuk mengantarkan oksigen
dan zat-zat lain ke seluruh tubuh serta membuang zat-zat sisa yang sudah tidak
diperlukan.
Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif dan
pemantauan yang kontinue atau terus-menerus di unit terapi intensif.
Syok secara klinis didiagnosa dengan adanya gejala-gejala sebagai berikut :
1. Hipotensi : tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau MAP (mean arterial
pressure atau tekanan arterial rata-rata) kurang dari 60 mmHg, atau menurun
30% lebih.
2. Oliguria: produksi urin kurang dari 30 ml/jam.
3. Perfusi perifer yang buruk, misalnya kulit dingin dan berkerut serta pengisian
kapiler yang jelek.
B. ETIOLOGI
Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa darah
(serangan jantung atau gagal jantung), pelebaran pembuluh darah yang abnormal
(reaksi alergi, infeksi), dan kehilangan volume darah dalam jumlah besar (perdarahan
hebat).
Syok bisa disebabkan oleh:
Perdarahan (syok hipovolemik)
Dehidrasi (syok hipovolemik)
Serangan jantung (syok kardiogenik)
Gagal jantung (syok kardiogenik)
Trauma atau cedera berat
Infeksi (syok septik)
Reaksi alergi (syok anafilaktik)
Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
Sindroma syok toksik.
C. PATOFISIOLOGI

Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih
dapat diatasi oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan
irreversibel (tidak dapat pulih).
1. Tahap kompensasi adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga
fungsi normalnya. Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal
seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi ringan, tekanan darah normal,
gelisah, dan pengisian pembuluh darah yang lama. Gejala-gejala pada tahap
ini sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang mengalami syok terlihat
normal.
2. Tahap dekompensasi dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsifungsinya. Yang terjadi adalah tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital
yaitu dengan mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai, dan perut dan
mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang dapat
ditemukan diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah, kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai
terganggu.
3. Tahap ireversibel dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan
tidak dapat diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan
sesegera mungkin, maka aliran darah akan mengalir sangat lambat sehingga
menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Mekanisme
pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung
sehingga aliran ke organ-organ seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang
menjadi penyebab rusaknya hati maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan
yang baik sekalipun, kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak
dapat diperbaiki.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan jenis syok, antara lain :
Keadaan umum lemah
Perfusi : kulit pucat, dingin, basah
Takikardi
Vena perifer tidak tampak
Tekanan darah menurun, sistolik kurang dari 90 mmHg
Hiperventilasi.
Sianosis perifer.
Gelisah, kesadaran menurun
Produksi urine menurun
Kulit lembab dan dingin
3

Dapat terjadi penurunan kesadaran

E. KLASIFIKASI
Kalsifikasi syok, antara lain :
JENIS
Hipovolemik

Kardiogenik

Obstruktif

Distributif

Disosiatif

SINDROM KLINIS
Hemoragik
Nonhemoragik :
Muntah
Diare
Luka bakar
Sekuestrasi internal (misalnya ileus obstruksi)
KAD (ketoasidosis diabetik)
Sindrom nefrotik
Bentuk dehidrasi lain
Infark miokard
Gagal jantung bendungan
Bedah jnatung
Penyakit katup/koarktasi
Disritmia
Pintas kardiopulmoner
Syok septik
Intoksikasi obat
Tamponade jantung
Penyakit katup/koarktasi
Pneumotoraks
Emboli paru
Syok septik
Syok toksik
Syok neurogenik
Gagal adrenal akut
Intoksikasi obat
Keracunan (misalnya sianida, methemoglobin, karbon
monoksida)
Anemia berat

Syok dapat diklasifikasikan secara umum sebagai berikut :


1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi
ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan.

Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan
curah jantung yang memadai untuk mempertahankan perfusi jaringan. Syok
kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan
dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama
jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung,
kelainan katub atau sekat jantung.
Masalah yang ada adalah kurangnya kemampuan jantung untuk berkontraksi.
Tujuan utama pengobatan adalah meningkatkan curah jantung.
Etiologi dari syok kardiogenik, antara lain :
a. Gangguan kontraktilitas miokardium.
b. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru dan
atau hipoperfusi iskemik.
c. Infark miokard akut
d. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur
septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan atau
mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih
kecil.
e. Valvular stenosis.
f. Myocarditis (inflamasi miokardium, peradangan otot jantung).
g. Cardiomyopathy (myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui
penyebabnya).
h. Acute mitral regurgitation.
i. Valvular heart disease.
j. Hypertrophic obstructive cardiomyopathy.

Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan


keluhan utama Syok Kardiogenik, yaitu :
a. Oliguri (urin < 20 mL/jam)
b. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
c. Nyeri substernal seperti IMA.
d. Tanda Penting Syok Kardiogenik
e. Tensi turun < 80-90 mmHg.
f. Takipneu dan dalam.
g. Takikardi.
h. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
i. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
j. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
k. Sianosis.
l. Diaforesis (mandi keringat).
m. Ekstremitas dingin.
n. Perubahan mental.
2. Syok hipovolemik (akibat penurunan volume darah)
Perdarahan merupakan penyebab tersering dari syok pada pasien-pasien
trauma, baik oleh karena perdarahan yang terlihat maupun perdarahan yang tidak
terlihat. Perdarahan yang terlihat, perdarahan dari luka, atau hematemesis dari tukak
lambung. Perdarahan yang tidak terlihat, misalnya perdarahan dari saluran cerna,
seperti tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan di luar uterus, patah tulang pelvis,
dan patah tulang besar atau majemuk.
Syok hipovolemik juga dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain.
Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui permukaan kulit yang
hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat atau diare juga dapat mengakibatkan
kehilangan banyak cairan intravaskuler. Pada obstruksi, ileus dapat terkumpul
beberapa liter cairan di dalam usus. Pada diabetes atau penggunaan diuretik kuat,
dapat terjadi kehilangan cairan karena diuresis yang berlebihan. Kehilangan cairan
juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pankreatitis akut, atau peritonitis purulenta
difus.
Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, kecuali jika
miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang. Respons
tubuh terhadap perdarahan bergantung pada volume, kecepatan, dan lama perdarahan.
6

Bila

volume

intravaskular

berkurang,

tubuh

akan

selalu

berusaha

untuk

mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan mengorbankan


perfusi organ lain seperti ginjal, hati, dan kulit. Akan terjadi perubahan-perubahan
hormonal melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron, sistem ADH, dan sistem saraf
simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam pembuluh darah untuk
mengembalikan volume intravaskular, dengan akibat terjadi hemodilusi (dilusi plasma
protein dan hematokrit) dan dehidrasi interstitial.
Dengan demikain, tujuan utama dalam mengatasi syok perdarahan adalah
menormalkan kembali volume intravaskular dan interstitial. Bila defisit volume
intravaskular hanya dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi
defisit interstitial, dengan akibat tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan
produksi urin yang kurang. Pengembalian volume plasma dan interstitial ini hanya
mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran, dsb) dan
cairan garam seimbang.
3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi
terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang
bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi,
pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif karena
vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler
menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang
menurunkan ventilasi.
Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan
intravena seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan serangga seperti lebah juga
dapat menyebabkan syok pada orang yang rentan.
4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok
septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan
kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
7

Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika


mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon
imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang
mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok, yaitu peningkatan permeabilitas
kapiler, yang mengarah pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi.
Bakteri gram negatif menyebabkan infeksi sistemik yang mengakibatkan kolaps
kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan vasodilatasi kapiler
dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer
menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan permeabilitas
kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat
sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh
penurunan

perfusi jaringan melainkan karena

ketidakmampuan sel untuk

menggunakan oksigen karena toksin kuman.


Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan
syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam,
tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis
dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala
takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang
melebar.
Manifestasi spesifik akan bergantung pada penyebab syok, kecuali syok
neurogenik akan mencakup :

Kulit yang dingin dan lembab


Pucat
Peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan
Penurunan drastis tekanan darah
Sedangkan individu dengan syok neurogenik akan memperlihatkan kecepatan
denyut jantung yang normal atau melambat tetapi akan hangat dan kering
apabila kulitnya diraba.
Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian

infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan debriden luka untuk
membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan
mencuci tangan dengan benar.

Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal


gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas
dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama penderita mengalami syok.
5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga terjadi
hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil
dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada
sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).
Syok neurogenik juga disebut sinkop.
Syok neurogenik terjadi karena

reaksi

vasovagal

berlebihan

yang

mengakibatkan terjadinya vasodilatasi menyeluruh di daerah splangnikus sehingga


aliran darah ke otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu
lingkungan yang panas, terkejut, takut, atau nyeri hebat. Pasien merasa pusing dan
biasanya jatuh pingsan. Setelah pasien dibaringkan, umumnya keadaan berubah
menjadi baik kembali secara spontan.
Trauma kepala yang terisolasi tidak akan menyebabkan syok. Adanya syok
pada trauma kepala harus dicari penyebab yang lain. Trauma pada medula spinalis
akan menyebabkan hipotensi akibat hilangnya tonus simpatis. Gambaran klasik dari
syok neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi atau vasokonstriksi perifer.
Etiologi dari Syok Neurogenik, antara lain :
Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).
Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada

fraktur tulang.
Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi spinal atau

lumbal.
Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).
Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.
Manifestasi Klinis Syok Neurogenik, yang dapat ditemui yaitu hampir sama

dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan
darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi)
kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia.
Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi

bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan
vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
F. PENATALAKSANAAN SYOK SECARA UMUM
Hal yang pertama-tama dapat dilakukan dalam penanganan pasien syok,
yaitu :
1. Melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger), baik untuk penolong
maupun yang ditolong (contoh keadaaan berbahaya yaitu di tengah kobaran
2.
3.
4.
5.
6.

api).
Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas (Airway)
Periksa pernapasan (Breathing)
Periksa nadi dan cegah perdarahan yang berlanjut (Circulation)
Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC clear
Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (misal

dengan selimut)
7. Lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selama menunggu bantuan
medis tiba. Periksa kembali pernafasan, denyut jantung, suhu tubuh (dari
hipotermi) setiap 5 menit.
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal
gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas
dan efisiensi kerja kita pada saat-saat atau menit-menit pertama pasien mengalami
syok.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan pada klien yang sedang dalam keadaan darurat
tergantung pada masalah priotas yang ditampilkan oleh klien sebagai respon
homeostasis

tubuh.

Secara

umum

hal

yang

paling

diutamakan

dalam

kegawatdaruratan adalah pernapasan, dan sirkulasi. Jadi diagnosa yang mungkin


muncul adalah :
1. Perubahan perfusi jaringan (serebral, kardiopulmonal, perifer) berhubungan
dengan penurunan curah jantung.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload,
afterload, dan kontraktilitas miokard)
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler pulmonal.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman biologis yang aktual atau potensial.
H. INTERVENSI KEPERAWATAN

10

1. Perubahan perfusi jaringan (serebral, kardiopulmonal, perifer) berhubungan


dengan penurunan curah jantung.
Tujuan :
Perfusi jaringan dipertahankan dengan kriteria :
o Tekanan darah dalam batas normal
o Haluaran urine normal
o Kulit hangat dan kering
o Nadi perifer > 2 kali suhu tubuh
Intervensi :
1. Kaji tanda dan gejala yang menunjukkan gangguan perfusi
jaringan.
2. Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total) dengan posisi
ekstremitas memudahkan sirkulasi.
3. Pertahankan terapi parenteral sesuai dengan program terapi.
4. Ukur intake dan output setiap jam
5. Berikan obat-obat sesuai dengan program terapi dan kaji efek obat
serta tanda toksisitas
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload,
afterload, dan kontraktilitas miokard)
Tujuan :
Klien memperlihatkan peningkatan curah jantung dengan kriteria :

o Tanda-tanda vital dalam batas normal


o Curah jantung dalam batas normal
o Perbaikan mental
Intervensi :
1. Pertahankan posisi terbaik untuk meningkatkan ventilasi optimal
2.
3.
4.
5.

dengan meninggikan kepala tempat tidur 30-60o


Pertahankan bedrest total
Pantau EKG secara rutin
Pertahankan cairan parenteral sesuai dengan program terapi
Pantau vital sign setiap jam dan laporkan bila ada perubahan yang

dramatis
6. Berikan oksigen sesuai dengan terapi
7. Berikan obat-oabtan sesuai dengan terapi
8. Hindari konstipasi, mengedan atau perangsangan rektal
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler pulmonal.
Tujuan :
Klien memperlihatkan peningkatan ventilasi dengan kriteria :
o Klien bernapas tanpa kesulitan
o Paru-paru bersih
o Kadar PO2 dan PCO2 dalam batas normal
Intervensi :

11

1. Kaji

pola

pernapasan,

perhatikan

frekuensi

dan

kedalam

pernapasan
2. Auskultasi paru-paru 1-2 jam sekali
3. Pantau seri AGD
4. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
5. Bantu dan ajarkan klien batuk efektif dan tarik napas dalam
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman biologis yang aktual atau potensial.
Tujuan :
Ansietas atau rasa tajut klien terkontrol dengan kriteria :
o Klien mengungkapkan penurunan ansietas
o Klien tenang dan rileks
o Klien dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi :
1. Tentukan sumber-sumber kecemasan atau ketakutan klien
2. Jelaskan seluruh prosedur dan pengobatan serta berikan penjelasan
yang ringkas bila klien tidak memahaminya
3. Bila ansietas sedang berlangsung, dampingi klien
4. Pertahankan lingkungan yang tenang
5. Biarkan keluarga dan orang terdekat untuk tetap tingggal bersama
klien jika kondisi klien memungkinkan
6. Anjurkan untuk mengungkapkan kebutuhan dan ketakutan akan
kematian
7. Pertahankan sikap tenang dan meyakinkan

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :

12

1. Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan
akibat gangguan mekanisme homeostasis.
2. Gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan jenis syok yaitu keadaan
umum lemah, perfusi kulit pucat, dingin, basah, takikardi, vena perifer tidak
tampak, tekanan darah menurun, sistolik kurang dari 90 mmHg, hiperventilasi,
sianosis perifer, gelisah, kesadaran menurun, produksi urine menurun, kulit
lembab dan dingin, dapat terjadi penurunan kesadaran.
3. Syok dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
Syok hipovolemik (akibat penurunan volume darah)
Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
B. Saran
1. Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi
seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala
ketika menemukan pasien yang mengalami syok sehingga dapat melakukan
pertolongan segera.

DAFTAR PUSTAKA

Carcillo, Joseph A. 2009. Syok Pada Anak (Goal-Directed Management Of Pediatric Shock
In The Emergency Department). Jakarta : Farmedia
Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
13

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3.
EGC : Jakarta.
Wilkinson, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

14

Anda mungkin juga menyukai