Pembimbing Akademik :
Khristina Dias Utami, Ns., MPH
Disusun Oleh:
1. Erikson (193203073)
2. Fiani Tantri Sahema (193203109)
3. Okta Anggraini Nugroho (193203085)
Disusun Oleh:
1. Erikson (193203073)
2. Fiani Tantri Sahema (193203109)
3. Okta Anggraini Nugroho (193203085)
1. Definisi Leukimia
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum
tulang didominasi oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut
adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa anak-anak (25-30% dari
seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih sering ditemukan dari pada
anak perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi
leukimia adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi faktor
hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009).
2. Epidemiologi
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-
sel prekursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi
menjadi limfosit T dan limfosit B. LLA ini banyak terjadi pada anak-anak
yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi pada orang dewasa. Lebih dari 80% dari
kasus LLA adalah terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya adalah
keganasan pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan didominasi oleh
anak-anak usia < 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun
(Landier dkk, 2004)
3. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat
faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
a. Genetik
1) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis
van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma
von Reckinghausen, dan neurofibromatosis. Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen,
misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom
yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
2) Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada
kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun
pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan
insidensi leukemia yang sangat tinggi.
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan
kerusakan kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-
obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia
akut, khususnya ALL.
c. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal
dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia
pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah satu virus yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia .
Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia.
4. Patofisiologi
Sebuah sel induk majemuk berpotensi untuk mengalami diferensiasi, poliferasi
dan maturasi untuk membentuk sel-sel darah matang yang dapat dilihat pada
sirkulasi perifer.
encetus : genetic, radiasi, obat-obatan, kelainan kromosom,
Selinfeksi virus, berpoliferasi
neoplasma paparan bahan kimia.sumsum tulang
didalam
Penyebaran ekstramedular
Sel onkogen
Infiltrasi sumsum
tulang
Pertumbuhan berlebih
Hepatosplenomegal limfadenopati
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tu
Resiko perdarahan
Depresi produksi sumsum tulang
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat
composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi : 80 x/menit
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
c. Pemeriksaan B1-B6
1) B1 (Breath):
RR 37x/menit, sesak napas, menggunakan otot bantu pernapasan yaitu
otot sternokleidomastoid.
2) B2 (Blood):
TD 80/50 mmHg, CRT >3detik, akral dingin, HR 80x/menit, Hb 6,7
gr/dl, leukosit 70.500 ml3, trombosit 44.000ml3
3) B3 (Brain): sakit kepala
4) B4 (Bladder):
Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine. Mengkaji apakah
menggunakan alat bantu untuk berkemih.
5) B5 (Bowel):
BB turun, mual, muntah, pembesaran limfa, pembesaran hati
6) B6 (Bone): Nyeri tulang dan sendi
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
- Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
- Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml
- Retikulosit : jumlah biasanya rendah
- Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
- SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang
imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.
- PT/PTT : memanjang
- LDH : mungkin meningkat
- Asam urat serum/urine : mungkin meningkat
- Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik akut
dan mielomonositik.
- Copper serum : meningkat
- Zinc serum : meningkat/ menurun
- Biopsi Sumsum Tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau
lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan
prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.
- Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
8. PENATALAKSANAAN
a. Leukemia Limfoblastik Akut :
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan
menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel normal bisa tumbuh kembali di
dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di
rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada
respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang.
Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin
memerlukan: transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi
trombosit untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi.
Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya
diulang selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri
dari prednison per-oral (ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan
antrasiklin atau asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak,
biasanya diberikan suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan
terapi penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah
pengobatan awal yang intensif untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan
pengobatan tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-
sisa sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel
leukemik bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah
zakar. Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum tulang merupakan
masalah yang sangat serius. Penderita harus kembali menjalani kemoterapi.
Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada
penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi
disuntikkan ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan
kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan
terapi penyinaran.
b. Pengobatan Leukeumia Limfoblastik Kronik
Berkembang dengan lambat, sehingga banyak penderita yang tidak
memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah limfosit sangat
banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan jumlah
eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah dan suntikan
eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika
jumlah trombosit sangat menurun, diberikan transfusi trombosit. Infeksi
diatasi dengan antibiotik.
Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar
getah bening, hati atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah
kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison dan
kortikosteroid lainnya bisa menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia
yang sudah menyebar. Tetapi respon ini biasanya berlangsung singkat dan
setelah pemakaian jangka panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek
samping. Leukemia sel B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel
kanker dengan mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati
dengan interferon alfa dan pentostatin.
Penatalaksanaan lain :
a. Pelaksanaan Kemoterapi
1) Melalui mulut
2) Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena)
3) Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel)
4) Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal
5) Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase
yang digunakan untuk semua orang.
b. Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan auntuk membunuh sebagian
besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi
kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang
karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh
sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu
daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
c. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah
relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan
setelah 6 bulan kemudian.
d. Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang
lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda,
kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah
leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
e. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi.
Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang
membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat
mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang
dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup
jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada
sumsum tulang dan SSP.
f. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi
untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini
diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien
dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah
antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia.
Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia
di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid
kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon
untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
g. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar
pasien, sebuah mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak,
atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini.
Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh.
(radiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum
tulang.)
h. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem
cell). Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat
yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-
sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian,
pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung
fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau
leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi ini. Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya
harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan
melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang
memadai.
i. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
j. Kortikosteroid
k. Sitostatika.
l. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar
yang suci hama).
m. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai diberikan.
Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau
dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang
dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan
penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan
akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua
sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat
sembuh sempurna.
Cara pengobatan :
a. Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian
berbagai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai
sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
b. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
c. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa
remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh
dosis biasa.
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan
setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-
14 hari.
e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk
mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad.
untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak
diulang pada reinduksi.
f. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali
dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna. (Sutarni
Nani, 2003)
9. KOMPLIKASI
Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
diantaranya yaitu:
1) Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah
merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari
kedaan anemia tersebut. Proses terapi Leukemia juga dapat meyebabkan
penurunan jumlah sel darah merah.
2) Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah
(trombositopenia) pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses
hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis,
pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.
3) Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau
sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan
leukosit abnormal yang berkembang pesat.
4) Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang
diproduksi saat keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini
menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
5) Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien
dengan kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika
tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah
(trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan
mengakibatkan stroke.
6) Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal,
tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan
pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan
leukemia juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah,
sehingga sistem imun tidak efektif.
7) Kematian.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas :
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia
di bawah 15 tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun. Rasio
lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba
adalah demam, lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang,
pucat (anemia) dan kecenderungan terjadi perdarahan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL sering ditemukan
riwayat keluarga yang erpapar oleh chemical toxins (benzene dan
arsen), infeksi virus (epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan
penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone dan
khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.
3) Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik dan
berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi
kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang
riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
4) Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan nafsu makan,
anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan
gangguan menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan
adanya distensi abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran
limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih yang
berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan
adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute
monolytic leukemia)
5) Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare, penegangan pada
perianal, nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces
berwarna ter, darah dalam urin, serta penurunan urin output. Pada
inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta adanya hematuria.
6) Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan penurunan aktifitas
dan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena
mudah mengalami kelelahan.
7) Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL sering ditemukan
mengalami penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan
“seizure activity”, adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel
darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
8) Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada dalam kondisi yang
lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian
dapt ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan
iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati, dan bingung.
9) Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
10) Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan
kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta
belajar.
11) Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah mengalami kelemahan
umum dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.
12) Pengkajian tumbuh kembang anak.
B. DIAGNOSA
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi
(anoreksia)
2) Resiko infeksi b.d penurunan sistem kekebalan tubuh
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
4) Nyeri b.d agen cedera biologis (efek fisiologis dari leukemia)
5) Resiko perdarahan b.d trombositopenia
6) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah ke
perifer (anemia)
7) Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia (kemoterapi, radioterapi)
C. RENCANA KEPERAWATAN
1 Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status : food and Fluid Intake Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil : 1. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan anoreksia,
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
malaise, mual dan muntah, efek 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
samping kemoterapi dan atau tujuan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
stomatitis 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 6. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor turgor kulit
4. Monitor mual dan muntah
5. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
2 Resiko infeksi b.d menurunya Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
sistem pertahanan tubuh
Knowledge : Infection control 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Risk control kperawtan
3. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Kriteria Hasil : 4. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, 2. Monitor hitung granulosit, WBC
factor yang mempengaruhi penularan serta 3. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
penatalaksanaann kemerahan, panas, drainase
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah 4. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
timbulnya infeksi 5. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
I. siapa
(Isi kapan pengkajian dilakukan, jam berapa, PENGKAJIAN
yang melakukan, serta data diperoleh dari pasien, keluarga, catatan medika, perawat,
dokter atau tim kesehatan lain)
Hari/Tanggal : Rabu, 05 Agustus 2020 Oleh : Erikson, Fiani, Okta
Jam : 18.05 Sumber data :
A. IDENTITAS
1. Pasien (Diisi lengkap)
Nama : An. Y
Umur : 4 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Belum bersekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Suku/Kebangsaan : Bali/Indonesia
Tgl. Masuk RS : Jumat, 31 Juli 2020 Diagnosa Medis : Leukimia Limfoblastik Akut No.
CM : 1966XXX
Alamat :
Polio : ✓ I ✓ II ✓ III
DPT :✓ I ✓ II ✓ III
BCG : ✓ I II III
Campak : ✓
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan (menggunakan instrumen Denver)
Pemeriksaan antropometri (BB : 12kg, TB : 85cm , LK : 48cm)
Penghitungan Z score : - 3,3 Status Gizi Pendek
Aspek perkembangan (secara singkat)
Personal sosial : Pasien sebelum sembuh sering bermain dengan teman
GENOGRAM
(Gambarkan skema genogram klien secara sistemiatis) :
Keterangan
:
: Laki-laki meningal : Perempuan
: Laki-laki : Pasien
C. PENGKAJIAN PERSISTEM
1. PERNAPASAN
Spontan : (√ ) ya ( ) tidak
RR : 28 x/menit (√ ) teratur ( ) tidak teratur
Sesak : (✓) ya (√ ) tidak ( ) retraksi
( ) sinosis ( ) wheezing ( ) ronkhi ( ) rales
( ) batuk ( ) lendir, Konsistensi : -
Warna : -
Oksigen : -l/menit, Sa. O2 : 94%
Metode : (✓) nasal ( ) head box ( ) lain-lain : -
Alat Bantu napas : -
( ) ETT ( ) Vantilator
Hasil analisa gas darah :
( ) Asidosis respiratorik ( ) asidosis metabolik
( ) alkalosis respiratorik ( ) alkalosis metabolic
Lain-lain : -
2. KARDIOVASKULER
Bunyi jantung : (√ ) normal ( ) tidak normal
( ) takikardi ( ) bradikardi Nadi : 110x/menit
TD : -/- mmHg
Pengisian kembali kapiler - detik
Denyut arteri femoralis:
- Kanan : ( ) kuat (√ ) lemah
- Kiri : ( ) kuat (√ ) lemah
Perdarahan: (√ ) tidak ( ) ya,.................cc
Ekstremitas : (√ ) hangat ( ) dingin ( ) sianosis
( ) edema ( ) lemah ( ) pucat
Pemasangan infus : Tidak
( ) sentral ( ) long line
Perifer : Intravena : ( ) ya ( ) tidak
Intra arteri : ( ) ya ( ) tidak
Jenis cairan :-
Jumlah tetesan :-
Hasil Laboratorium : -
( ) Anemia ( ) Trombositopenia
( ) Lekositosis ( ) Hipoproteinemia
Lain-lain : Tidak ada
3. GASTROINTESTINAL
BB saat ini : 12 kg
Diit :-
( ) ASI (√ ) susu formula ( ) lain-lain.............
Puasa : ( ) ya (√ ) tidak
Cara minum: (√ ) oral ( ) NGT/OGT/Gastrostomi
Jumlah minum : ± 12500 cc/hari
Cara makan : (√) disuapi ( ) makan sendiri
Frekuensi makan : (√ ) kurang ( ) cukup
( ) baik ( ) anoreksia
Mukosa mulut : ( ) lembab (√ ) kering
( ) kotor
( ) Labio schizis ( ) Palato schizis ( ) LPG schizis
Lidah : ( ) lembab (√ ) kering ( ) kotor
Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan pada bagian abdomen
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
Perkusi : Terdengar suara kosong dalam perut
Palpasi : Tidak ada rasa sakit maupun pembengkakan saat
dipalpasi ( ) mual (√ ) muntah ( ) residu - ml, warna : kekuningan
( ) NGT, produksi : -
Turgor : ( ) elastis ( √ ) tidak elastis
Bisisng usus: 12x/menit
Hasil Laboratorium :
( ) Hipoproteinemia ( ) Hipoalbuminemia
( ) asidosis metabolik ( ) alkalosis metabolik
( ) Hipokalemia ( ) Hipokalsemia
( ) Hipoglikemia
Lain-lain : -
4. NEUROSENSORI
Tingkat kesadaran : CM
Respon terhadap nyeri : (√ ) ya ( ) tidak
Tangisan : (√ ) merintih ( ) kurang kuat
( ) kuat ( ) melengking
Glasgow coma scale : E:4, V:5, M:6
Kepala :
( ) Cephal hematoma ( ) Caput succadeneum
( ) Hidrosefalus, lingkar kepala 48 cm
( ) an-encephal ( ) sakit kepala ( ) vertigo
Pupil : (√ ) isokor ( ) anisokor ( ) dilatasi
Reaksi terhadap cahaya : (√ ) ada ( ) tidak ada
Gerakan : ( ) aktif (√ ) lemah ( ) paralise
Kejang : (√ ) tidak ( ) ada. Subtle/tonik klonik
Lain-lain : Tidak ada
5. INTEGUMEN
Warna kulit : ( ) kemerahan (√ ) pucat ( ) ikterus
Suhu : (√ ) panas ( ) hangat ( ) dingin
Turgor : ( ) elastis ( √ ) tidak elastis
Kebersihan: (√ ) bersih ( ) kotor
Integritas : (√ ) utuh ( ) kering ( ) rash
( ) bullae ( ) pustula ( ) ptechiae
( ) plebitis ( ) lesi ( ) nekrosis
( ) dekubitus
Kepala : (√ ) bersih ( ) kotor ( ) bau
Mata : Sekret ( ) ya (√ ) tidak
Lain-lain : Tidak ada
6. REPRODUKSI
Perempuan
Vagina: (√ ) bersih ( ) kotor
Menstruasi: ( ) ya (√ ) tidak
Pemasangan kateter : ( ) ya (√ ) tidak
Lain-lain : Tidak ada
b. Eliminasi Bladder
Frekuensi : 1x/hari
Warna : Kuning Darah : -
Ggn. Eliminasi Bladder : ( ) Nyeri saat BAK
( ) Burning sensation
( ) Bladder terasa penuh setelah BAK
( ) Inkontinensia Bladder
Riwayat dahulu : ( ) Penyakit ginjal
( ) Batu Ginjal
( ) Injury/trauma
Penggunaan kateter : ya ,tanggal,ukuran/ Tidak
Kebutuhan Pemenuhan ADL Bladder : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan
1. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual
Aspek mental
(Diisi bagaimana kondisi psikis yang berhubungan dengan konsep diri pasien,
adakah rasa sedih, cemas, malu, marah, dll) : Pasien mengatakan tidak nyaman
Aspek Intelektual
(Diisi berkaitan dengan sejauh mana pengetahuan pasien tentang pencegahan,
perawatan, pengobatan dari penyakitnya) : Keluarga mengatakan tidak
mengetahui proses penyakit yang dialami oleh anak mereka.
Aspek Sosial
(Diisi bagaimana hubungan psien dengan keluarga, tetangga, kegiatan yang
diikuti pasien di lingkungannya) : Keluarga mengatakan hubungan anak dengan
keluarga baik-baik saja.
Aspek Spiritual
(Diisi agama yang dianut pasien, bagaimana pasien melakukan ibadah,
pandangan pasien dan keluarga terhadap penyakitnya) : Pasien menganut agama
islam
2. Aspek Lingkungan Fisik
(Diisi bagaimana kondisi lingkungan di sekitar rumah pasien yang mendukung
kesehatan dan yang tidak mendukung kesehatan) : Kondisi lingkungan disekitar
rumah pasien bersih.
TGL/
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
JAM
1 Ds : Ketidakseimbangan Asupan
03-08-
2020 Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau nutrisi kurang dari nutrisi
makan kebutuhan tubuh kurang
Keluarga pasien mengatakan pasien hanya
mampu menghabiskan kurang dari ½ porsi
makanan
Keluarga pasien mengatakan pasien cerewet
Do :
Mukosa bibir pasien tampak kering
Pasien tampak lemah
Pasien tampak kurus
Tanda-tanda vital
TTD : 120/80 mmHg
RR : 29 x/menit
N : 89 x/menit
T : 37,8oC
Do :
Pasien tampak lemas
Muka pasien tampak pucat
Kekuatan otot pasien
4 4
5 5
3 Ds : Risiko Infeksi Malnutrisi
03-08-
2020 Keluarga pasien mengatakan pasien demam
sejak 5 hari yang lalu
Keluarga pasien mengatakan demam yang
dialami oleh pasien hanya turun naik saja.
Keluarga pasien mengatakan semakin hari
pasien semakin lemah saja
Do :
Pasien tampak mengalami penurunan kesehatan
Pasien tampak lemas
Pasien tampak tidak bergairah
Pasien tampak gelisah
TD 120/90 mmHg,
N 84x/menit,
RR 28x/menit,
Suhu 37,9o C.
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
diet kurang
2. Hambatan mobilitas fisik ditandai dengan fisik tidak bugar
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan adanya malnutrisi
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO PARAF
KEPERAWA NOC NIC
DX
TAN
1. Ketidakseimb Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Manajemen Nutrisi (1100) : Erikson
angan nutrisi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
kurang dari teratasi dengan kriteria hasil : pasien untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan Status Nutrisi : Asupan makanan dan cairan (1008) 2. Identifikasi alergi atau intoleransi makanan
tubuh Tujuan yang dimiliki pasien
NO Indikator Awal 1 :
berhubungan 1 2 3 4 5 3. Tentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dengan 1 Asupan makanan secara 2 √ dibutuhkan oleh klien
asupan diet oral 4. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
2 Asupan cairan secara oral 2 √
kurang bimbingan terhadap pilihan makanan.
Tujuan
NO Indikator Awal
1 2 3 4 5
1 Berpartisipasi dalam 2 √
menetapkan tujuan diet
yang bisa dicapai dengan
profesional kesehatan
2 Memilih makanan dan 2 √
cairan yang sesuai
DIANGOSA
NO PARAF
KEPERAWA NOC NIC
DX
TAN
dengan diet yang Monitor Nutrisi (1160) :
ditentukan. 1. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
2. Melakukan pengukuran antropometri pada
3 Menggunakan informasi 2 √
komposisi tubuh
lebel untuk menentukan
pilihan 3. Monitor kecenderungan turun dan naiknya
berat badan
4 Memilih porsi yang 2 √ 4. Monitor turgor kulit dan mobilitas
sesuai dengan diet yang
5. Monitor adanya mual dan muntah
ditentukan
6. Monitor dan asupan diet dan kalori
5 Memakan makanan yang 2 √ 7. Identifikasi perubahan nafsu makan dan
sesuai dengan siet yang aktivitas-aktivitas akhir-akhir ini.
ditentukan 8. Mulai tindakan atau lakukan rujukan jika
diperlukan
6 Meminum minuman 2 √
yang sesuai dengan diet
yang disarankan
7 Menghindari makanan 2 √
dan minuman yang tidak
diperbolehkan dalam diet
DIANGOSA
NO PARAF
KEPERAWA NOC NIC
DX
TAN
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam diharapkan masalah hambatan Peningkatan Latihan : Perengangan (0202) : Okta
mobilitas mobilitas fisik pada pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Bantu pasien untuk mengeksplorasi keyakinan
fisik ditandai Pergerakan (0208) : diri sendiri, motivasi dan tingkat kebugaran
dengan fisik Tujuan meuromuskuloskeletal
NO Indikator Awal
tidak bugar 1 2 3 4 5 2. Bantu pasien mengembangkan jadwal latihan
1 Keseimbangan 3 √
3. Instruksikan untuk menghindari gerakan cepat,
2 Berjalan 2 √
kuat atau memantul untuk mencegah stimulasi
3 Berlari 2 √ berlebihan
4. Berikan intruksi dengan gambar yang bias
4 Melompat 2 √
dibawa pulang
5 Bergerak dengan mudah 2 √ 5. Kolaborasi dengan anggota keluarga dalam
perencanaan, pengajaran dan pemantauan.
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
DIANGOSA
NO PARAF
KEPERAWA NOC NIC
DX
TAN
Penampilan Mekanika Tubuh (1616) : Peningkatan Mekanika Tubuh (0140) :
Tujuan 1. Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika
NO Indikator Awal
1 2 3 4 5 tubuh
1 Menggunakan postur tubuh yang 3 √ 2. Informasikan kepada pasien fungsi dan struktur
benar untuk berdiri, duduk, baring
tulang belakang
2 Mempertahankan kekuatan otot 2 √
3. Instruksikan untuk menghindari posisi tidur
3 Melakukan latihan yang 2 √ telungkup
dianjurkan mencegah cidera 4. Bantu pasien atau keluarga untuk
mengodentifikasi latihan tubuh yang sesuai
5. Bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu memfasilitasi mobilisasi
3 : cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu Manajemen Lingkungan (6480) :
5 : Tidak terganggu 1. Ciptakan lingkungan yang sesuai bagi pasien
2. Singkirkan bahaya lingkungan
Partisipasi Dalam Latihan (1633) :
3. Singkirkan benda-benda berbahaya dari
Tujuan
NO Indikator Awal lingkungan
1 2 3 4 5
4. Letakkan benda-benda yang sering digunakan
1 Merencanakan latihan yang 3 √
dalam jangkauan pasien
tepat
5. Kurangi rangsangan lingkungan
2 Patuh pada program latihan 2 √
3 Mempertahankan nutrisi 2 √
berupa cairan dan kalori
DIANGOSA
NO PARAF
KEPERAWA NOC NIC
DX
TAN
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam diharapkan masalah Resiko Kontrol Infeksi (6540) : Fiani
dibuktikan infeksi pada pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
dengan Kontrol Risiko (1902) : digunakan untuk setiap pasien
adanya 2. Ganti peralatan perawatan perpasien sesuai
Tujuan
malnutrisi NO Indikator Awal dengan protokol institusi
1 2 3 4 5
1 Mengidentifikasi faktor 2 √ 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
4 Menggunakan sistem 2 √
dukungan personal untuk
mengurangi resiko
DIANGOSA
NO PARAF
KEPERAWA NOC NIC
DX
TAN
5 Monitor perubahan status 2 ✓
kesehatan
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN
Hari ke-1 (Senin, 3/8/2020)
N Tgl/
Implementasi Evaluasi Paraf
o Jam
1 (Senin, Bantu pasien S : - keluarga pasien menagtakan anakanya
3/8/2020 untuk makan asupan makannya masi kurang
) O:
9.30 Ciptakan TTD: Erikso
lingkungan yang n
menyenangkan 120/80mmH
dan g
menenangkan RR :
29x/menit
N:
89 x/menit
T:
37,8oC
A : Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
Bantu pasien untuk makan.
2 9.30
Pemeriksaan S : Keluarga pasien mengatakan anaknya
lemas
TTV
Erikso
O:
n
TTD:
120/80mmH
g
RR :
29x/menit
N:
89 x/menit
T:
37,8oC
A : Masalah Hambatan mobilitas fisik
belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
Bantu pasien mengembangkan jadwal
latihan
3 9.30
Dorong intake S : Keluarga pasien mengatakan anaknya
cairan yang masi demam
sesuai
O:
Erikso
TTD: n
120/80mmH
g
RR :
29x/menit
N:
89 x/menit
T:
37,8oC
A : Masalah Resiko infeksi belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
Dorong intake cairan yang sesuai
Hari ke-2 (Selasa, 4/8/2020)
Tgl/
No Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
1 4/8/20 Monitor turgor S : - keluarga pasien menagtakan anakanya
9.00 kulit dan asupan makannya masi kurang
mobilitas O:
Monitor adanya TTD: Okta
mual dan 110/80mmH
muntah
g
RR :
29x/menit
N:
89 x/menit
T:
37,3oC
A : Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
Bantu pasien untuk makan
2 9.30
Instruksikan S : Keluarga pasien mengatakan anaknya
lemas
untuk
menghindari Okta
O:
gerakan cepat, TTD:
kuat atau 110/80mmH
memantul untuk g
mencegah
RR :
29x/menit
stimulasi
N:
berlebihan
89 x/menit
T:
37,3oC
A : Masalah Hambatan mobilitas fisik belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
Bantu pasien mengembangkan jadwal
latihan
3 9.35 1. Ganti
S : Keluarga pasien mengatakan anaknya
peralatan lemas
perawatan Okta
O:
perpasien TTD:
sesuai 110/80mmH
dengan g
protokol RR :
institusi
29x/menit
N:
89 x/menit
T:
37,3oC
A : Masalah Hambatan mobilitas fisik belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
Bantu pasien mengembangkan jadwal
latihan
Tgl/
No Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
1 5/8/20 Pemeriksaan S : - keluarga pasien menagtakan anakanya
14.30 TTV asupan makannya masi kurang
Monitor turgor O:
kulit dan TTD: Fiani
mobilitas
110/80mmH
g
RR :
29x/menit
N:
89 x/menit
T:
36,7 oC
A : Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh belum
teratasi.
P : Hentikan intervensi
Pasien pulang
2 14.30
Instruksikan untuk S : Keluarga pasien mengatakan anaknya
lemas
menghindari
gerakan cepat, Fiani
O:
kuat atau TTD:
memantul untuk 110/80mmH
mencegah g
stimulasi
RR :
29x/menit
berlebihan
N:
89 x/menit
T:
36,7oC
A : Masalah Hambatan mobilitas fisik belum
teratasi.
P : Hentikan intervensi
Pasien pulang
3 14.35 Ganti peralatan
S : Keluarga pasien mengatakan anaknya
perawatan lemas
perpasien sesuai Fiani
O:
dengan protokol
TTD:
institusi 110/80mmH
g
RR :
29x/menit
N:
89 x/menit
T:
37,3oC
A : Masalah Hambatan mobilitas fisik belum
teratasi.
P : Hentikan intervensi
Pasien pulang
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan sel limfosit,
berupa proliferasi patologis sel – sel hematopoietik muda ditandai dengan kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah dan disebabkan oleh faktor keturunan juga
virus sehingga dilakukan penatalaksanaan berupa terapi induki dan remisi,
intensifikasi dan konsolidasi serta transplantasi sumsum tulang belakang.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar dapat mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai Leukimia Limfoblastik Akut (LLA karena
dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas tenaga kesehatan akan
mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan
kesehatan bagi masyarakat mengenai Leukimia Limfoblastik Akut (LLA dan
faktor-faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
2. Bagi institusi pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi
kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Leukimia
Limfoblastik Akut (LLA) secara komprehensif
DAFTAR PUSTAKA
Aster, Jon. (2007). Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi
Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Margolin JF, Steuber CP, Poplack DG. (2006). Acute lymphoblastic leukemia. In:
Pizzo PAPoplack DG, eds. Principles and Practice of Pediatric Oncology.
15th ed. 538-90.
Reeves, dkk. (2001). Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, J.M. & Ahern, N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
9. Jakarta : EGC.