Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TEORITIS TUMOR WILMS

OLEH :
KELAS A
1. I KOMANG ADHITYA PARTHA WIGUNA (16C11640)
2. I PUTU AGUNG RISKI ALEXANDER (16C11642)
3. NI PUTU AYU FEBRI WULANDARI (16C11650)
4. NI PUTU DESY PARAMITADEWI (16C11664)
5. NI PUTU MIRAH ARI KRISNAYANTI (16C11693)
6. NI LUH PUTU MIRAYANTI (16C11695)
7. NI PUTU RATNA SARI (16C11702)
8. IDA AYU TISNA EMI PAYANTI (16C11711)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2019

i
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS TUMOR WILMS

OLEH :
KELAS B
1. SANG AYU MADE DIAH SANDRA (16C11747)
2. A.A. PT. MILA DIANA DEWI (16C11768)
3. NI PT REGINA PADMA KAPUTRA (16C11778)
4. NI MADE SUSANTI DEWI (16C11787)
5. YAYU PUTU TRI SEPTIARINI (16C11796)
6. NI KADEK YULI ARISTAYANI (16C11798)
7. NI LUH MD. AYUK PERMATA SARI (16C11739)
8. DENA KRISTA YUKE (16C11741)
9. NASRI KAWISTA SADANA (16C11771)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2019
ii
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS TUMOR WILMS

OLEH :
KELAS C
1. PUTU EKA ADITYA YOGA M. (16C11825)
2. NI PUTU EKA DARMAYANTI (16C11827)
3. NI KOMANG ERI CAHYANI (16C11828)
4. NI NYOMAN FITRIANI RAHAYU (16C11829)
5. NI MADE MEIRYASTUTHI (16C11838)
6. NI KOMANG SETYK EGARWATI (16C11854)
7. NI NYOMAN SRI WINDARI (16C11858)
8. NI KOMANG SUCI SASTRAWATI (16C11861)
9. MADE YAYANG ANJANI (16C11877)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2019
KATA PENGANTAR

iii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena atas asung kerta wara nugrahanya penulis dapat menyusun MAKALAH
yang berjudul “askep pada anak dengan tumor Wilms”.Makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ns. Gusti Kade Adi Widyas Pranata, SKep.,M.S


2. Dan berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini.

Mengingat banyak kekurangan yang penulis miliki, tentunya makalah ini memiliki
banyak kekurangan. Untuk itu penulis akan sangat berterima kasih jika ada pendapat, saran,
ataupun kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 19 Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI

iv
JUDUL .........................................................................................................................................i
COVER A......................................................................................................................................i
COVER B.....................................................................................................................................ii
COVER C....................................................................................................................................iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................................iv

DAFTAR ISI.................................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar belakang...................................................................................................1
1.2. Tujuan ...............................................................................................................2
1.3. Manfaat..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3
2.1. Tinjauan Teori Tumor Wilms.............................................................................3
2.2. Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Wilms...................................................15

BAB IV PENUTUP....................................................................................................................22
3.1. Kesimpulan .....................................................................................................22
3.2. Saran................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………30

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh
dengan cepat, terbentuk dari unsure embrional, biasanya mengenai anak-
anak sebelum usia 5 tahun (Kamus Kedokteran Dorland). Tumor ini
merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya muncul sebagai
massa asimtomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering
ditemukan pada saat orang tua memandikan atau mengenakan baju anaknya
atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak
sehat (Basuki, 2011).
Gejala awal tumor Wilms yang dilaaporkan pada kunjungan ke pusat
pelayanan kesehatan adalah perut yang membesar akibat adanya massa pada ginjal.
Adanya tumor Wilms juga mengatifkan system rennin – angiostensin yang
menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah, sebagai mana ditemukan pada 25-
60% kasus (Smith et al, 2008). Penegakan diagnosis dan penetapan derajat tumor
merupakan dua hal yang penting dalam penentuan modalitas pengobatan, yang
meliputi nefrektomi, penyinaran, maupun pemberian sitostatika. Tumor Wilms
dengan persebaran sel-sel anaplastik yang bersifat difus dan menembus kapsul
ginjal memiliki luaran yang buruk, sehingga diperlukan modalitas pengobatan yang
lebih agresif daripada tumor Wilms dengan persebaran sel-sel analplastik yang
bersifat vocal.
Pengobatan multimodal memiliki angka bagian hidup 2 tahun – 90%,
bahkan untuk tumor yang menyebar ke luar ginjal. Namun, pada Negara
berkembang angke kematian tumor wilms masih sangat tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar teori tumor Wilms?
1
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor Wilms?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori tumor Wilms.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor Wilms.

1.4 Manfaat
1. Manfaat praktis
Sebagai bahan informasi dan sumber bacaan bagi institusi STIKES BALI dalam
rangka meningkatkan pengetahuan pengetahuan khususnya mengenai tumor
Wilms.
2. Manfaat aplikatif
a. Diharapkan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada tumor Wilms.
b. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan khususnya tentang tumor Wilms.

BAB II
PEMBAHASAN

2
1.1 TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh
dengan cepat, terbentuk dari unsure embrional, biasanya mengenai anak-
anak sebelum usia 5 tahun (Kamus Kedokteran Dorland).
Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering
dijumpai pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal,
biasanya muncul sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau
pinggang. Tumor sering ditemukan pada saat orang tua memandikan atau
mengenakan baju anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik
terhadap anak yang tampak sehat (Basuki, 2011).
Tumor wilms (nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive di ginjal. Tumor wilms biasanya ditemukan pada anak-anak
yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih
besar atau orang dewasa. Tumor wilms merupakan tumor ganas intraabdomen yang
tersering pada anak-anak dan tumbuh dengan cepat (progresif).

B. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.
Tumor wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu seperti :
1. WAGR Syndrome
Kelainan yang mempengaruhi banyak sistem tubuh diantaranya
a. Aniridia – bayi lahir tanpa iris mata
b. Genitourinary malformation
c. Retardasi mental
Orang dengan sindrom WAGR memiliki kemungkinan 45 sampai 60
persen untuk bisa terjadi tumor Wilms, bentuk kanker ginjal yang
langka. Jenis kanker ini paling sering didiagnosis pada anak-anak namun
terkadang terlihat pada orang dewasa.

2. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan
sangat langkas. Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak
dengan sindrom ini berada dalam resikon tinggi terkena tipe kanker lain,
selain Tumor Wilms.

3. Beckwith- Wiedemann Syndrome

3
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal, lidah
yang besar, pembesaran organ– organ. Tumor wilms berasal dari
proliferasi patologik blastema metanefron akibat tidak adanya stimulasi
yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan
glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis
untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34
minggu. Beberapa kasus disebabkan karena efek genetik yang
diwariskan dari orang tua. Ada dua gen yang ditemukan mengalami defek
yaitu Wilms Tumor 1 atau Wilms Tumor 2. Dan juga ditemukan kelainan
mutasi di kromosom lain sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau
anggota keluarga lain yang juga menderita Tumor wilms. Hampir semua
kasus unilateral tidak bersifat keturunan yang berbeda dengan kasus
Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor wilms diturunkan secara
autosomal dominan.

C. KLASIFIKASI
1. Penyebaran tumor Wilms menurut TMN :
a. T : Tumor primer
1) T1 : Unilateral permukaan (termasuk ginjal) kurang dari 80 cm
2) T2 : Unilateral permukaan lebih dari 80 cm
3) T3 : Unilateral rupture sebelum penanganan
4) T4 : Bilateral
b. N : Metastase limfa
1) N0 : Tidak ditemukan metastasis
2) N1 : Ada metastasis limfa
c. M : Mestastasis jauh
1) M0 : Tidak ditemukan
2) M+ : ada metastasis jauh

2. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi 5 stadium tumor Wilms,
yaitu :
a. Stadium I (43% pasien) Untuk tumor Wilms stadium I, harus
didapatkan satu atau lebih kriteria di bawah ini:
1. Tumor terbatas pada ginjal dan telah dieksisi seluruhnya.
Permukaan kapsula renalis intak.

4
2. Tumor tidak ruptur atau telah dibiopsi (biopsi terbuka atau
biopsi jarum) sebelum pengangkatan.
3. Tidak ada keterlibatan pembuluh darah sinus renalis.
4. Tidak ada sisa tumor yang terlihat di belakang batas-batas
eksisi.
b. Stadium II (23% pasien) Untuk tumor Wilms stadium II, harus
didapatkan satu atau lebih kriteria di bawah ini:
1. Tumor meluas ke luar dari ginjal tetapi telah dieksisi
seluruhnya.
2. Terdapat ekstensi regional tumor (misalnya penetrasi ke
kapsula renalis atau invasi ekstensif ke sinus renalis).
3. Pembuluh darah sinus renalis dan/atau di luar parenkim ginjal
mengandung tumor.
4. Tumor sudah pernah dibiopsi sebelum pengangkatan atau
terdapat bagian tumor yang pecah selama operasi yang
mengalir ke pinggang, tetapi tidak melibatkan peritoneum.
c. Stadium III (23% pasien) Terdapat tumor residual non hematogen
dan melibatkan abdomen dengan satu atau lebih dari kriteria di
bawah ini dapat ditemukan:
1. Tumor primer tidak dapat direseksi karena adanya infiltrasi
lokal ke struktur-struktur vital.
2. Metastasis ke kelenjar getah bening abdominal atau pelvis
(hilus renalis, paraaorta, atau di belakangnya).
3. Tumor telah berpenetrasi ke permukaan peritoneum.
4. Dapat ditemukan implan-implan tumor di permukaan
peritoneum.
5. Tetap ditemukan tumor baik secara makroskopis maupun
mikroskopis pasca operasi.
6. Pecahnya tumor yang melibatkan permukaan peritoneum baik
sebelum atau saat operasi, atau trombus tumor yang transeksi.
d. Stadium IV (10% pasien) Tumor Wilms stadium IV didefinisikan
sebagai adanya metastasis hematogen (paru-paru, hepar, tulang, atau
otak), atau metastasis kelenjar getah bening di luar regio
abdominopelvis.
e. Stadium V (5% pasien) Tumor Wilms stadium V didefinisikan
sebagai ditemukannya keterlibatan ginjal bilateral pada saat

5
seseorang didiagnosis pertama kalinya. Pada pasien dengan tumor
Wilms bilateral, stadium untuk masing-masing ginjal sesuai dengan
kriteria di atas (stadium I - III) harus ditentukan berdasarkan luasnya
penyakit sebelum dilakukan biopsi.

D. PATOFISIOLOGI
Tumor Wilms ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor
tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas
berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman
yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di
invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau
keabu-abuan homogeny, lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat). Tumor
tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan dikatakan sebagai suatu
massa abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan dilakukan palpasi.
Wilms tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma mutasi
pada gen suppresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen
suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua
adalah inakvitasi alel kedua dari gen tumor suppressor spesifik.
Gen WT 1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk sel
blastema ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan bahwa sel precursor kedua
ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms tumor. Ekspreksi WT 1 meningkat
pada saat lahir dan menurun ketika ginjal telah makin matur. WT1 merupakan
onkogen yang dominan sehingga bila ada mutasi yang terjadi hanya pada 1 atau 2
alel telah dapat menimbulkan Wilms tumor. Gen WT2 pada kromosom 11p15 tetap
terisolasi tidak terganggu.
Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel, blastema
dan stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran histopatologik
tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam 2 kelompok, yaitu tumor resiko rendah
(favourable), dan tumor resiko tinggi (unfavorable).

6
Munculnya tomur Wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan
tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau
pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.

E. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri
perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang
menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang
menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi
anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul
adalah :
1. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada
pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga
terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau
tumor sendiri mengeluarkan renin.
2. Anemia
3. Penurunan berat badan
4. Infeksi saluran kencing
5. Malaise
6. Anoreksia
Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan congenital lainnya,
seperti aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan
retardasi mental.

F. KOMPLIKASI
1. Metastase ke paru-paru, sumsum tulang (anemia), ginjal kontra lateral dan hati.
2. Komplikasi dari pembedahan.
3. Efek samping dari terapi tumor Wilms meliputi efek muskuloskeletal, toksisitas
jantung, masalah reproduksi, disfungsi ginjal, dan timbulnya keganasan sekunder
(secondary malignancy).
a. Efek muskuloskeletal
Pengobatan radiasi pada anak-anak dapat mengganggu proses pertumbuhan
dan perkembangan jaringan normal. Tingkat kerusakan tergantung pada
dosis total, fraksinasi, dan lapangan radiasi. Radiasi hanya pada sebagian
dari tulang belakang, seperti yang digunakan dalam panggul iradiasi
7
sebelum tahun 1960, menghasilkan pertumbuhan diferensial tulang
belakang dan perkembangan selanjutnya dari deformitas tulang
belakang.Akan tetapi, dengan menggunakan teknik dimana keseluruhan
dari satu segmen vertebral yang diiradiasi, dapat mencegah terjadinya
deformitas yang lebih buruk seperti skoliosis.

b. Toksisitas jantung
Anthracyclines, terutama doxorubicin, telah digunakan untuk mengobati
stadium III dan IV tumor Wilms meskipun salah satu efek jangka
panjangnya yang telah terdokumentasi adalah gagal jantung. Faktor risiko
yang paling penting adalah total dosis kumulatif, meskipun semua tingkatan
dosis menyebabkan beberapa tingkat kerusakan kardiomiosit.
c. Kesehatan reproduksi
Efek kesehatan reproduksi jangka panjang, termasuk fertilitas dan tingkat
keberhasilan kehamilan, adalah salah satu isu yang signifikan bagi
penderita tumor Wilms, terutama karena organ reproduksi diketahui bersifat
sensitif terhadap pajanan radiasi. Tingginya jumlah kasus infertilitas,
abortus spontan, dan gangguan pertumbuhan janin telah dikaitkan dengan
adanya kerusakan dari pembuluh darah rahim dan ovarium akibat pajanan
radiasi.
d. Disfungsi renal
Pengembangan penyakit ginjal tahap akhir End Stage Renal Disease
(ESRD) menjadi perhatian khusus pada pasien yang memiliki
perkembangan tumor Wilms bilateral. Insufisiensi ginjal kronis telah
dilaporkan pada 73% dari penderita yang sembuh dari tumor Wilms yang
menjalani nefrektomi dan radioterapi pada abdomen. Beberapa metode
yang dapat dilakukan untuk menurunkan kemungkinan terjadinya
disfungsi renal adalah dengan melakukan operasi dengan teknik nefron
sparinguntuk jenis tumor Wilms bilateral dengan menghindari kemoterapi
nefrotoksik dan mengoptimal-kan strategi terapi radiasi.
8
e. Tumor sekunder
Berbagai jenis tumor sekunder, seperti keganasan pada tulang dan sarkoma
jaringan lunak, kanker payudara, limfoma, tumor gastrointestinal,
melanoma, dan leukemia akut. Penelitian sebelumnya yang dilakukan juga
oleh kelompok NWTS menunjukkan bahwa angka terjadinya tumor
sekunder meningkat seiring dengan peningkatan dosis radiasi dan
penggunaan doxorubicin yang dapat meningkatkan efek terapi radiasi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis tumor Wilms, di
antaranya adalah hitung darah lengkap, profil kimia, yang mencakup
pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolisis rutin, urinalisis, pemeriksaan fungsi
koagulasi, dan pemeriksaan sitogenik, yang mencakup:
1. Adanya delesi pada kromosom 11p13 seperti pada sindroma WAGR.
2. Duplikasi alel 11p15 seperti pada sindroma Beckwith-Wiedemann.
3. Analisis mutasional gen WT1 dalam kasus dicurigai adanya sindroma
Denys-Drash .

Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang menunjang untuktumor


Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl
mandelicacid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan
bukti hematuria,LED meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada
pasien dengan perdarahansubkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat
menunjukkan abnormalitas padaanalisa serum.
b. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan pencitraan terpilih dalam
mendiagnosis massa pada ginjal atau abdomen, mendeteksi kemungkinan adanya
trombus pada vena renalis atau vena cava inferior, dan dapat memberikan
informasi mengenai kondisi hepar dan ginjal kontralateral. Pada tumor Wilms,
pemeriksaan USG ginjal menunjukkan adanya massa besar yang tidak homogen
dan area-area multipel dengan echogenisitas yang menurun yang menunjukkan
adanya nekrosis.
c. CT Scan Pemeriksaan
CT scan abdomen dapat membantu menentukan asal mula tumor, keterlibatan
kelenjar getah bening, keterlibatan ginjal bilateral, kondisi ginjal kontralateral,
9
adanya invasi ke pembuluhpembuluh darah besar (misalnya vena cava inferior),
dan adanya metastasis ke organ-organ lain (misalnya hepar).
d. Foto X-RayToraks Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
metastasis ke organ paru.
e. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi berguna untuk menentukan klasifikasi tumor apakah
termasuk ke dalam histologi baik atau histologi anaplastik. Pemeriksaan histologi
juga dapat dilakukan terhadap massa atau nodul-nodul yang didapatkan pada
organ paru atau hepar untuk menentukan adanya metastasis

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan
komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi
permbedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat
diharapkan hasil yang memuaskan. Jika secara klinis tumor masih berada dalam
stadium dini dan ginjal disebelah kontra lateral normal, dilakukan nefroktomi
radikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. Masing-masing
jenis ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan
memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabaila tumor besar maka
pembedahan definitive mungkin harus ditunda sampai kemoterapi atau radiasi
selesai. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih
akurat dan aman.
1. Farmakologi
a.Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi.
Prinsip dasar kemoterapi adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika
yang berkhasiat sitotoksin tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek
samping yang rendah terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan
penelitian sekitar 16-32 % dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika
diberikan pra bedah selama 4-8 minggu. Jadi tujuan pemberian terapi
adalah untuk menurunkan resiko ruptur intraoperaktif dan mengecilkan
massa tumor sehingga lebih mudah direseksi total.
10
Ada 5 macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor
Wilms, yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan
Siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa
DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya
sintesa RNA disitosplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker
tidak terjadi.
1) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces,
diberikan 5 hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/kgBB/hari
secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram.
Aktinomisin D bersama Vinkristin selalu digunakan sebagai terapi
pra bedah.
2) Vinkristin
Goloingan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya
diberikan dalam 1 dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena
(tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat
menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak
terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian secara intravena.
Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena jarang
menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan
sebagai obat tunggal dapat menyebabkan relaps.
3) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces
pencetius, diberikan secara intravena dengan dosis 20mg/m2/hari
selama 3 hari berturut-turut. Dosis maksimal 250mg/m2. Obat ini
tidak dapat melewati sawarotak dapat menimbulkan toksisitas
pada miokard bila melebihi dosis. Dapat kombinasi dengan
aktinomisin D.
4) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3mg/kgBB/hari atau
20mg/m2/hari selama 5 hari berturut-tutur.
5) Siklofosfamid

11
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250-1800
mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4mg. dosis peroral
100-300mg/m2/hari.

2. Non Farmakologi
a. Pembedahan
1. Keperawatan perioperatif
Karena banyak anak dengan tumor Wilms mungkin mendapat obat
kemoterapi kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa dengan ahli
onkologi dan diizinkan untuk menjalani operasi. Mereka perlu
menjalani pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk menentukan
status fungsi jantung. Tumor Wilms jangan di palpasi untuk
menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor. Pasien diletakkan
dalam posisi terlentang dengan sebuah gulungan dibawah sisi yang
terkena. Seluruh abdomen dan dada dibersihkan.
2. Hasil akhir pada pasien pasca operatif
Pasien tumor Wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang
sesuai dengan lesi. Gambaran histologik lesi merupakan suatu
indikator penting untuk prognosis, karena gambaran tersebut
menentukan derajat anaplasia anak yang histologiknya relatif baik,
maka memiliki prognosis baik. Sedangkan anak yang gambaran
histologiknya buruk maka memiliki prognosis buruk. Terapi dibuat
sespesifik mungkin untuk masing-masing anak, karena terapi yang
lebih sedikit menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik dengan
lebih sedikit efek sampingnya.
Nefroktomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah
dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe
retroferitoneal total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar
didaerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan
perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi
bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan perjalanan tumor ke vena
kava, tumor tersebut harus diangkat.
b. Radioterapi

12
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radio sensitife, tetapi radio
terapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit
jantung, hati dan paru. Karena itu radioterapi hanya diberikan pada
penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis
buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga
diberikan radioterapi. Radioterapi juga dapat digunakan untuk metastase
ke paru, otak, hepar, serta tulang.

I. PENCEGAHAN
Tumor Wilms tidak dapat dicegah. Namun apabila bayi lahir dengan kelainan
bawaan tertentu atau menderita sindrom yang terkait dengan tumor Wilms, maka
sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan USG secara berkala, setidaknya
setiap 3-4 bulan hingga anak berusia 8 tahun, agar tumor dapat terdeteksi dan
langkah pengobatan dapat dilakukan sejak dini.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Menanyakan nama, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan dan
pekerjaan.
2. Riwayat Penyaki Sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar perut,
tidak nafsu makan, mual muntah dan diare. Badan panas hanya 1 hari
pertama sakit.
3. Riwayat Kesehatan dahulu
Apakah klien mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala–gejala
tumor willms.

13
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien mengidap tumor sebelumnya.
5. Pola – Pola Aktifitas
a. Pola Nutrisi dan Metabolic
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi beban
sirkulasi karena ada retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan
seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi
sistem imun. Adanya mual muntah dan anoreksia menyebabkan intek nutrisi
yang tidak adekuat. Bb meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada
kulit dapat terjadi pada uremia.
b. Pola Eliminasi
Eliminasi urin: gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa – sisa
metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyeraapan kembali air
dan natrium pada tubul yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
uliguria sampai urinaria, proteinnuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan Latihan
Pada klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena ada hyperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena
adanya kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan
mobilisasi buruk dimluai bila tekanan darah sudah normal selama 1 minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, penggunaaan
otot bantu nafas, auskultasi terdengar crekels, klien mengeluh sesak,
kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pembesaran jantung, anemia
dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Adanya factor – factor yang mempengaruhi tidur misanlnya: nyeri, ansietas
e. Persepsi Diri
Klien cemas dan takut karena urinnya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat kembali sembuh seperti semula.
f. Hubungan Peran
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dari
lingkungan perawatan yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak
banyak diam.
6. Pemeriksaan Fisik
Melakuka pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan secara head to

14
toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan
pengukuran tekanan darah pada klien. tumor dapat memproduksi renin atau
menyebabkan kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan hipertensi pada anak.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologi dari neoplasia
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolisme, kehilangan protein dan
penurunan intake
c. Kekurangan volume cairan behubungan dengan anak dipuasakan sebelum
dan sesudah operasi, anoreksia dan muntah.
d. Hipertemia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflasi pada saluran
pernapasan
f. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan volume air dan
garam
g. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan sensori
h. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi cairan
i. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi

2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan pengeluaran zat proteolitik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka laserasi

C. INTERVENSI
Pre Operasi
1. Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologi dari neoplasia
Tujuan : nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan).
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
15
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
e. Tanda vital dalam rentang normal (TD : 80-100/60 mmHg, nadi : 80-
90 x/menit, Suhu: 36,5-37,2°C, RR: 20-30 x/menit)
Intervensi:
1. Monitor tanda – tanda vital
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Kaji keluhan nyeri (skala nyeri 0 – 10, instansi, frekuensi, dan
tanda nyeri)
Rasional: untuk mengetahui batasan nyeri pada pasien
3. Ajarkan pasien untuk melakukan tehnik distraksi relaksasi
Rasional: untuk mengalihkan rasa nyeri pasien
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi obat analgetik
Rasional: untuk membantu menghilangkan rasa nyeri
5. Berikan HE tentang penyebab penyakit
Rasional: agar pasien mampu menghindari penyebab penyakit

2. Dx 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan t u b u h


berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme, kehilangan
protein dan penurunan intake
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
a. Makan habis 1 porsi
b. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
c. Nafsu makan meningkat
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi:
1. Catat intake dan output makanan secara akurat
Rasional: monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
2. Kaji adanya tanda – tanda perubahan nutrisi : anoreksia, latergi
Rasional: gangguan nutrisi dapat terjadi secara perlahan
3. Beri diet yang bergizi
Rasional: mencegah status nutrisi menjadi buruk
4. Beri suplemen vitamin dan besi sesuai intruksi
Rasional: membantu dalam proses metabolism

5. Dx 3: Kekurangan volume cairan behubungan dengan anoreksia dan


16
muntah.
Tujuan: volume cairan adekuat
Kriteria hasil:
a. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin
normal HT normal
b. TTV dalam rentang normal (TD : 80-100/60 mmHg, nadi : 80-90
x/menit, Suhu: 36,5-37,2°C, RR: 20-30 x/menit)
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d. Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan.
Intervensi:
1. Pantau masukan dan haluran dan berat jenis,: masukan semua
haluran misalnya: muntah
Rasional: keseimbangan cairan negative terusmenerus, menurunkan
haluaran renal dan konsentrasi urin menunjukan terjadinya dehidrasi
dan perlunya peningkatan penggantian cairan
2. Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa, memperhatikan
keluhan haus
Rasional: indicator tidak langsung dari status dehidrasi atau derajat
kekurangan
3. Dorong peningkatan masukan cairan sesuai toleransi individu
Rasional: membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan resiko efek samping yang membahayakan
4. Berikan cairan IV sesuai indikasi
Rasional: diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat anti
neoplastic dan menurunkan efek samping merugikan misalnya mual
dan muntah

6. Dx 4: Hipertemia berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh


Tujuan: suhu tubuh mulai normal
Kriteria hasil:
a. Nadi 80-90 x/menit, RR: 20-30 x/menit dalam rentang normal
b. Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37 ᵒC)
c. Kulit pasien tidak teraba hangat dan tidak ada perubahan warna
17
kulit
Intervensi
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil atau
diaphoresis
Rasional: suhu 38,9 – 41,1ᵒC menunjukan proses penyakit
infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis;
misal: kurva demam lanjut berakhir dari 24 jam menunjukan
demam remitten (bervariasi) hanya beberapa derajat pada arah
tertentu. Menggigil sering mendahului puncak suhu.
2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahan linen tempat tidur
sesuai indikasi
Rasional: suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
3. Berikan kompres mandi hangat pada lipatan paha dan aksila,
hindari penggunaan alcohol
Rasional: dapat membantu mengurangi demam. Catatan:
penggunaan air es/alcohol mungkin menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara actual. Selain itu alcohol juga dapat
mengeringkan kulit.
4. Tingkatkan intake dan nutrisi
Rasional: adanya peningkatan metabolisme menyebabkan
kehilangan banyak energy, maka dari itu diperlukan peningkatan
intake cairan dan nutrisi.
5. Kolaborasi dengan pemberian antiperetik, misalnya ASA (aspirin,
asetaminofen (Tylenol)

5. Dx 5 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflasi pada


saluran pernapasan
Tujuan : Pola pernafasan menjadi efektif
Kriteria hasil :
1. Respirasi 18 –24 x menit
2. Tidak ada tanda – tanda sianosis
3. Pasien mengatakan sesak nafas berkurang / hilang
18
Intervensi :
1. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
Rasional : posisi duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernapasan
2. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada (uskultasi
bunyi napas dan catat adanya bunyi napas tambahan
Rasional : kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat
kegagalan napas
3. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas tambahan
Rasional : bunyi napas menurun bila jalan napas terdapat gangguan
(obstruksi, perdarahan, kolaps)
4. Bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk
Rasional : dapat meningkatkan pernapasan karena adanya obstruksi
5. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan
Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

6. Dx 6 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan volume


air dan garam
Tujuan : Diharapkan curah jantung kembali adekuat
Kriteria hasil :
a. TTV dalam batas normal
b. Ortopnea tidak ada
c. Nyeri dada tidak ada
d. Terjadi penurunan episode dispnea
e. Hemodinamik DBN

Intervensi :
1. Auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi dan irama jantung
Rasional : biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat)
untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
2. Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja
pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
darah ke serambi yang distensi. Murmur dapat menunjukkan
inkompetensi/ stenosis katup.

19
3. Palpasi nadi perifer
Rasional : penurunan curah jantung dapat menunjukkan
menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial.
Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan
pulsus alternan.
4. Pantau Tekanan darah
Rasional : pada GJK dini, sedang atau kronis tekanan darah dapat
meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
5. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional : pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder
terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokontriksi dan anemia.
Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK. Area yang sakit sering
berwarna biru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
6. Pantau EKG dan perubahan foto dada
Rasional : depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat
terjadi karena peningkatan kebutuhan oksigen miokard, meskipun
tak ada penyakit arteri koroner. Foto dada dapat menunjukan
pembesaran jantung.
7. Pantau pemeriksaan lab BUN, kreatinin
Rasional : peningkatan BUN/kreatinin hipoperfusi/gagal ginjal

7. Dx 7 : Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan sensori


Tujuan : diharapkan mampu untuk menurunkan risiko jatuh pada diri pasien
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera
b. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
c. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari
cedera
Intervensi :
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada pasien
Rasional : Untuk mengetahui fakktor-faktor risiko jatuh pada pasien
2. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang
pinggiran tempat tidur, dll)

20
Rasional : Modifiasi lingkungan dapat menurukan risiko jatuh pada
pasien
3. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan
pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur,
menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman)
Rasional : Meningkatkan kemandirian pasien untuk mencegah risiko
jatuh
4. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan jika pasien merasa
pusing
Rasional : Kolaborasi dengan dokter untuk meberikan terapi yang
sesuai dengan penyakit yang diderita pasien

8. Dx 8 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi


cairan
Tujuan : tidak terjadi kelebihan volume cairan

Kriteria hasil :
a. TTV dalam rentang normal
b. Bunyi napas bersih/jelas
c. BB stabil tidak terdapat edema

Intervensi :
1. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana
diuresis terjadi.
Rasional : pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena
penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis
sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
2. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24
jam.
Rasional: terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih
ada.
3. Pantau TD dan CVP (bila ada).

21
Rasional : hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan
cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti
paru, gagal jantung.
4. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) : diuretik, tiazid.
Rasional : diuretik meningkatkan laju aliran urine dan dapat
menghambat reabsorpsi natrium/klorida pada tubulus ginjal. Tiazid
meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium berlebihan.
5. Konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium

9. Dx 9 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi


Tujuan : berkurangnya kecemasan , keluarga dapat memehami penyakit
pasien
Kriteria hasil :
a. Vital sign dalam batas normal
b. Psien / keluarga mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
gejala cemas
c. Mengidentifikasi , mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk
mengontrol cemas
Intervensi :
1. Dorong pasien / keluarga untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan
Rasional : memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut
realistis serta kesalahan konsep diagnosis.
2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara
Rasional : membantu pasien untuk merasa diterima pada adanya
kondisi tanpa perasaan dihakimi.0)
3. Bantu pasien / orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi
rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping untuk
menghadapi rasa takut ini.
Rasional : keterampilan koping sering rusak setelah didiagnosis dan
selama fase pengobatan yang berbeda. Dukungan dan konseling
sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal

22
danmenghadapi rasa takut untuk meyakini bahwa strategi
kontrol;koping tersedia
4. Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan system pendukung
Rasional : mengurangi perasaan isolasi. Bila system pendukung
keluarga tidak tersedia, sumber luar mungkin diperlukan dengan
segera misalnya kelompok pendukung kanker local.

Post Operasi
1. Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan pengeluaran zat proteolitik
Tujuan : diharapkan nyeri yang dirasakan pasien dapat berkurang
Kriteria hasil :
a. Panjang episodenyeri berkurang
b. Ekspresi wajahklien tidak meringis
c. Pasien dapat menjelaskan faktor penyebab nyeri
d. Pasien melaporkan nyeri terkontrol
Intervensi :
1. Lakukan penilaian yang komprehensif dari rasa sakit untuk
memasukkan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor pencetus
Rasional : untuk mengetahui karakteristik nyeri pasien
2. Eksplorasi dengan pasien factor - faktor yang menghilangkan /
memperburuk nyeri
Rasional : membantu pasien dalam mengontrol nyeri yang dirasakan
3. Kurangi atau hilangkan factor - faktor yang memicu atau
meningkatkan pengalaman nyeri, rasa takut, kelelahan, monoton,
kurangnya pengetahuan
Rasional : meningkatkan kenyamanan pasien
4. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
Rasional : teknik distraksi dan relaksasi dapat membantu pasien
untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
5. Kolaborasi pemberian analgesic
Rasional : obat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pasien

23
2. Dx 2 : resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka laserasi
Tujuan : resiko infeksi / tidak terdapat infeksi pada luka pasien
Kriteria hasil :
a. Tidak adanya tanda – tanda infeksi (bengkak,kemerahan,
nyeri,demam)
b. Suhu dalam batasnormal
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital pasien
Rasional : peningkatan suhu mengidentifikasi adanya tanda tanda
infeksi terjadi
2. Kaji tanda - tanda infeksi
Rasional : mengidentifikasi tanda infeksi lebih dini sehingga bias
segera diatasi
3. Lakukan perawatan luka dengan tekhnik aseptic
Rasional : perawatan luka yang baik dan tepat dapat mempercepat
proses penyembuhan luka
4. Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional : mencegah penyebaran bakteri

24
D. IMPLEMENTASI
Adalah pengelolaan dan perujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan Setiadi (2012).

E. EVALUASI
Merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk
menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi
klien.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Tumor Wilms (nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive di ginjal. Tumor wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang

25
berumur kurang dari 5 tahun tetapi bisa ditemukan di pada anak yang lebih besar
ataupun dewasa. Tumor ini bisa diwariskan dari orang tua karier yang
diturunkansecara autosomaldominan.Munculnya tumor Wilms sejak dalam
perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan
tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.
Tumor Wilms tidak dapat dicegah oleh karena itu hal itu bisa dideteksi dini
dengan melakukan USG secara rutin selama kehamilan. Sehingga jika terjadi kelainan
atau terdeteksi adanya tumor maka hal itu akan cepat dilakukan tindakan atau
pengobatan dini sebelum tumor tersebut menyebar ke organ lain.

3.2. SARAN
Dari kesimpulan tersebut maka saran yang bisa diberikan untuk
masyarakat(orangtua) adalah edukasi pra-nikah. Sebelum menikah sebaiknya calon
suami istri harus memeriksakan diri terlebih dahulu seperti pemeriksaan darah atau
pemeriksaan lainnya. Selain itu untuk suami istri yang sudah menikah sangat
disarankan untuk merencanakan kehamilan. Kedua hal ini penting dilakukan karena
mengingat Tumor Wilms (nefroblastoma) terjadi diakibatkan karena factor genetic.
Untuk mahasiswa khususnya perawat untuk bisa merencankan dan
memberikan asuhan keperawatan yang baik untuk orangtua yang memiliki anak
dengan Tumor Wilms ataupun anak dengan Tumor Wilms secara holistic dan
menyeluruh secara bio,psiko dan social

DAFTAR PUSTAKA

Basuki B. Purnomo. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam
Terbitan (KTO) Jakarta.
Bambang Permono, Mia Ratwita. Tumor Wilms. Edisi 2008. Diunduh Dari URL
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-ybwd242.html. Pada Tanggal 11
Maret 2019

26
Huda A, Kusuma H. 2015. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi
Revisi. Jogjakarta : MediactionPublishing

27

Anda mungkin juga menyukai