Oleh :
Kelas A
Ni Km Primayanti (17C10046)
SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020
i
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh :
Kelas B
SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020
ii
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh :
Kelas C
SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Tugas Makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Willem’s Tumor”. Berkat
bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak maka Tugas Makalah yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Willem’s Tumor ”
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Gst. Kade Adi Widyas Pranata, S.Kep., M.S selaku Pengampu Mata Kuliah
Keperawatan Anak 2.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan kekurangan dari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan selanjutnya.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
Deskripsi patologi mengenai tumor Willms pertama kali ditulis pada tahun
1872 dan dideskripsikan oleh Osler pada tahun 1879. Osler menemukan bahwa
tumor ginjal pada anak – anak yang dilaporkan oleh klinis saat itu sebenarnya
merupakan kelainan yang sama. Pada tahun 1899, Willms melaporkan 7 kasus
yang ditemukannya dan melakukan tinjauan literature pada kongres di Berli.
Penjelasannya mengenai gambaran klinis penyakit ini sangat jelas sehinggaistilah
tumor yang memakai namanya ini (tumor Willms) lebih popular digunakan
daripada nefroblastoma hingga sekarang. Eksisi bedah merupakan pilihan terapi
satu – satunya hingga tahun 1915, ketika Friendlander memperkenalkan terapi
radiasi sebagai alternative pilihan. Latt dan White kemudian secara bertahap
menyempurnakan teknik bedah dan meningkatkan survival hingga 20%.
Kemoterapi dengan aktinomisin dimulai tahun 1954 dan vinkristin ditambahkan
pada tahun 1963. Pada tahun 1956, Farber dengan menggunakan kombinasi eksisi
bedah, radiasi pasca operasi, dan kemoterapi memulai era modern dengan angka
survival selama 2 tahun mencapai 81%.
Tumor Willms yang merupakan keganasan genitourinaria paling sering
terjadi pada anak – anak neoplasma embryonal trifase yang merupakan hasil
proliferasi dari blastemal, stroma, dan epithelium. Tumor ini merupakan 8%
keganasan pada anak – anak dan menduduki peringkat kelima dari tumor pada
anak – anak, setelah tumor pada sentral nervus system, limfoma, neuroblastoma,
dan soft issue sarcoma. Namun, tumor ini adalah salah satu kanker penyebab
utama kematian pada anak.
Insiden tumor ini hamper sama di tiap negara, oleh karena itu tidak ada
perbedaan ras, yaitu sekitar 2 – 5 kasus per 1 juta penduduk. Dan sekitar 500 kasus
bari dari tumor Willms ditemukan tiap tahun di Amerika. Dari keseluruhan kasus
kanker pada anak 6%nya adalah tumor Willms. Tumor Willms paling sering
terjadi pada anak – anak dengan usia yang masih sangat mudadan jarang terjadi
1
pada anak – anak setelah umur 6 tahun. Tumor Willms ini ditemukan sama
banyaknya pada kedua jenis kelamin dan tidak ada predilksi bangsa atau ras.
PEMBAHASAN
2.1.2 ETIOLOGI
Penyebab tumor Wilms tidak diketahui secara pasti, tetapi dapat diduga
melibatkan faktor genetic. Tumor wilms berhubungan dengan kelainan
bawaan tertentu. Terdapat beberapa sindrom yang berhubungan dengan
Wilms’ tumor antara lain sindrom WAGR (>50 % risi-ko Wilms’ tumor),
sindrom Denys-Drash (>50% risi-ko), sindrom Beckwith-Wiedemann dan
sindrom Simpson-Golabi-Behmel. Keberadaan lokus kedua, 11p15 dapat
menjelaskan hubungan antara tumor Wilms dengan sindroma Beckwith-
Wiedemann, suatu sindroma kongenital yang ditandai dengan beberapa tipe
3
neoplasma embrional, hemihipertrofi, makroglosia, dan viseromegali.
Terdapat kemungkinan adanya keterlibatan lokus ketiga pada tumor Wilms
yang bersifat familial. Lebih dari 85% tumor Wilms dengan anaplasia
didapatkan adanya mutasi pada gen supresor p53, yang hampir tidak pernah
ditemukan pada tumor Wilms tanpa anaplasia (dengan gambaran histology
yang lebih baik).
4
2. Berdasarkan Stadium
Stadium tumor wilms ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan
pencitraan, terapi operatif, dan pemeriksaan patologis yang didapatkan
pada saat nefrektomi. Tumor dengan histology anaplastik memiliki
stadium penyakit yang sama sehingga dalam mendiagnosis tumor
wilms, kedua kriteria klasifikasi (misalnya: stadium II dengan histology
baik atau buruk atau stadium II dengan histologik anaplastik) harus
disebutkan.
Sistem klasifikasi berdasarkan stadium penyakit ini dibuat oleh Nasional
Wilm’s Tumor Study Group yang ke-V (NWTSG-V), sebagai berikut :
a. Stadium I (43% Pasien)
Kriteria yang harus didapatkan pada tumor stadium I :
1. Tumor terbatas pada ginjal dan telah dieksisi seluruhnya
2. Permukaan kapsula renalis intak
3. Tumor tidak rupture atau telah dibiopsi (Biopsi terbuka atau
biopsy jarum) sebelum pengangkatan.
4. Tidak ada keterlibatan pembuluh darah sinus renalis
5. Tidak ada sisa tumor yang terlihat di belakang batas-batas eksisi.
b. Stadium II ( 23% Pasien)
Kriteria yang harus didapatkan pada tumor stadium II :
1. Tumor meluas ke luar dari ginjal tetapi telah dieksisi seluruhnya.
2. Terdapat ekstensi regional tumor (misalnya penetrasi ke kapsula
renalis atau invasi ekstensif ke sinus renalis).
3. Pembuluh darah sinus renalis dan/atau di luar parenkim ginjal
mengandung tumor.
4. Tumor sudah pernah dibiopsi sebelum pengangkatan atau
terdapat bagian tumor yang pecah selama operasi yang mengalir
ke pinggang, tetapi tidak melibatkan peritoneum.
c. Stadium III (23% pasien) Terdapat tumor residual non hematogen
dan melibatkan abdomen dengan satu atau lebih dari kriteria di
bawah ini dapat ditemukan:
5
1. Tumor primer tidak dapat direseksi karena adanya infiltrasi
lokal ke struktur-struktur vital.
2. Metastasis ke kelenjar getah bening abdominal atau pelvis (hilus
renalis, paraaorta, atau di belakangnya).
3. Tumor telah berpenetrasi ke permukaan peritoneum.
4. Dapat ditemukan implan-implan tumor di permukaan
peritoneum.
5. Tetap ditemukan tumor baik secara makroskopis maupun
mikroskopis pasca operasi.
6. Pecahnya tumor yang melibatkan permukaan peritoneum baik
sebelum atau saat operasi, atau trombus tumor yang transeksi.
d. Stadium IV (10% Pasien)
Tumor Wilms stadium IV didefinisikan sebagai adanya metastasis
hematogen (paru-paru, hepar, tulang, atau otak), atau metastasis
kelenjar getah bening diluar region abdominopelvis.
e. Stadium V (5% Persen)
Tumor Wilms didefinisikan sebagai ditemukannya keterlibatan
ginjal bilateral pada saat seseorang didiagnosis pertama kalinya.
Pada pasien dengan tumor wilms bilateral, stadium untuk masing-
masing ginjal sesuai dengan kriteria di atas (Stadium I-III) harus
ditentukan berdasarkan luasnya penyakit sebelum dilakukan biopsy.
2.1.4 PATOFISIOLOGI
6
Wilms tumor terjadi pada parenchyema renal (parenkim ginjal).
Tumor tersebut tumbuh dengan cepat dengan lokasi dapat unilateral atau
bilateral. Pertumbuha tumor tersebut akan meluas atau menyimpang luar
renal. Mempunyai gambaran khas, berupa glomelurus dan tubulus yang
primitif atau abortif, dengan ruangan Bowman yang tidak nyata, dan
tubulus abortif dikelilingi stroma sel kumparan. Pertama tama jaringan
ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian diinvasi oleh sel tumor.
Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau
keabu-abuan homogen, lunak dan encepaloid ( mempunyai jaringan otak
). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan
dikatan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal saat
dilakukan palpasi. Munculnya tumor wilms sejak dalam perkembangan
embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir.
Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal
dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik terbatas dan sering
terjadi nekrosis, cystik dan perdarahan. Terjadinya hipertensi biasanya
terkait dengan iskemik pada renal. Metastase tumor secara hematogen dan
limfogen; paru, hati, otak dan bone marrow.
2.1.6 KOMPLIKASI
a. Metastase ke paru-paru, sum-sum tulang (anemia ), ginjal kontra lateral
dan hati.
b. Komplikasi dari pembedahan
c. Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi
b. CT scan
8
c. Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada )
e. Biopsi
f. Pielogram intravena
9
g. Urinalisis (pemeriksaan air kemih,bisa menunjukan adanya darah atau
protein dalam air kemih).
2.1.8 PENATALAKSANAAN
Terapi pilihan adalah nefrektomi. Kemoterapi dan radioterapi
dilakukan sesuai stadium. Pada tumor bilateral dengan gambaran
histopatologi ganas dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi, dan
radioterapi, kemudian dialisis atau transplantasi ginjal.
Tindakan operasi merupakan tindakan terapi sekaligus penentuan
stadium tumor. Neferktomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali
pada tumor unilateral yang unrectestable, tumor bilateral dan tumor yang
sudah berekstensi ke vena kava inferior di atas vena hepatica. Tumor yang
unresectable dinilai intra operatif. Diberikan kemoterapi seperti pada
stadium III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada
tumor bilateral, dilakukan biopsy untuk menentukan jenis tumor dan
diberikan kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan
pada kasus tumor bilateral jika diberikn sisa parenkim ginjal setelah
10
reseksi tumor masih lebih dari 2/3. Hal penting dalam pembedahan
meliputi insisi transperitoneal, eksplorasi ginjal kontra lateral, dilakukan
nefrektomi radikal, hindari tumpahan tumor, dan biopsy kelenjar getah
bening yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung
pada hasil staging dan histology dari tumor.Nefrektomi parsial pada pasien
dengan tumor bilateral, solitary kidney, dan insufisiensi renal. Pada kasus
tumor wilms bilateral yang perlu dilakukan nefrektomi bilateral,
transpalasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai pemberian
kemoterapi.
A. Pembedahan
Pembedahan merupakan tatalaksana terpenting dalam tatalaksana
Wilms’ tumor disamping kemoterapi. Prosedur operasi yang
dijalankan dengan akurat dapat menentukan staging dari Wilms’
tumor dengan tepat serta rencana tatalaksana selanjutnya. Insiden
terjadinya Wilms’ tumor bilateral diperkirakan hanya lima persen
dari kasus Wilms’ tumor. Pada bilateral Wilms’ tumor, pendekatan
terbaru mulai bergeser dari radikal nefrektomi menjadi operasi ginjal
dengan preservasi ginjal yang sehat. Pemberian kemoterapi
preoperasi dapat meningkatkan keberhasilan operasi reservasi ginjal.
B. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan suatu modalitas yang berperan
penting dalam tatalaksana Wilms’ tumor. Terdapat beberapa obat-
obatan antineoplastik yang dapat dipilih dalam tatalaksana
Wilms’tumor antara lain dactinomycin, vincristine, doxorubicin,
cyclophosphamide,etoposide dan carboplatin. Pemberian dosis
bergantung pada berat badan anak dan stadium dari pasien.15
Penentuan pemberian obat kemoterapi pada kasus Wilms’ tumor
bergantung dari protokol yang digunakan. Ada dua protokol yang
digunakan secara luas, yaitu protokol SIOP dan COG.
Pada Wilms’ tumor rekuren, prognosis dan terapi
bergantung pada terapi sebelumnya, histologi tumor, serta tempat
terjadinya rekurensi. Pada beberapa kondisi seperti histologi
11
favourable, inisial stadium I atau II, terapi inisial hanya dengan
vincristine dan actinomycin, tidak terdapat riwayat terapi radiasi
sebelumnya, memberikan prognosis yang lebih baik.4 Terapi umum
pada kasus rekurensi adalah operasi jika memungkinkan, dilanjutkan
radiasi pada daerah yang belum mendapatkan radiasi sebelumnya
serta kemoterapi dengan regimen yang berbeda. Pada kasus
rekurensi, disarankan penggunaan kemoterapi yang lebih agresif
seperti regimen ICE (ifosfamid, carboplatin, etoposide) atau
kemoterapi jenis lain yang sedang berada dalam clinical trial.
Pemberian kemoterapi dosis tinggi yang diikuti dengan transplantasi
stem cell (transplan sumsum tulang belakang) dapat menjadi pilihan
opsi pada kasus rekurensi Wilms’ tumor.
C. Radioterapi
Peran radioterapi untuk Wilms’tumor mulai meningkat pada era 1940.
Radioterapi dianggap sanggup meningkatkan angka kesembuhan
mencapai 50% dari 15-30% pada penggunaan modalitas nefrektomi
saja. Penambahan kemoterapi regimen tunggal pada era 1950
meningkatkan survival dua tahunan mencapai 60% - 80%. dosis
standar radiasi mulai diperkenalkan oleh National Wilms’Tumor
Study Group pada tahun 1969. Dengan standar terapi nefrektomi,
radiasi diberikan pada tumor bed yaitu bagian flank sebanyak 18-40
Gy yang diikuti dengan kemoterapi ajuvan dactinomycin atau
vincristine. Pada studi NWTSG selanjutnya, difokuskan untuk
menekan toksisitas lanjut dari radiasi. NWTSG-1 dan NWTSG-2
meneliti kemungkinan subtitusi peran radiasi dengan menggunakan
kemoterapi pada pasien Wilms’ tumor histologi favourable yang telah
dilakukan reseksi total.16 Dari hasil penelitian NWTSG, didapatkan
bahwa pasien dengan histologi favourable dapat dilakukan subtitusi
peran radiasi dengan kemoterapi dengan hasil yang tidak berbeda
secara bermakna.
Beberapa hal penting yang menjadi landasan untuk
memutuskan pemberian radiasi pada Wilms’tumor antara lain
terdapatnya tumor yang pecah, keterlibatan dari kelenjar getah bening
sekitar,histologi unfavourable (anaplasia difusa, jenis clear cell, dan
12
rhabdoid), batas sayatan operasi yang masih positif tumor atau
terdapat residual gross tumor serta metastasis. Adanya mutasi LOH
pada 1p dan 16 q menjadi pertimbangan pemberian radiasi paru pada
metastasis. Dengan berkembangnya teknik radiasi saat ini, radiasi
eksterna yang saat ini digunakan adalah teknik 3D. Emily Dunn et al
menyarankan penggunaan lapangan radiasi flank menggunakan sinar
dari AP-PA.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, usia, jenis kelmin, pekerjaan, status kewarganegaraan,
suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal MRS, nomor registrasi.
b. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti
cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu
makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya satu hari pertama
sakit.
c. Pola kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dananoreksiamenyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit
dapat terjadi karena uremia.
2. Pola eliminasi :
13
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat
diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
oliguriasampai anuria,proteinuri, hematuria.
3. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan
klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,
pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales
dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan
beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [
Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan
hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah.
Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung.
Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan
kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak
mengetahui penyebab danpenanganan penyakit ini.
4. Polatidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus
5. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan
rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan
bila ada infeksi karena inumnitas yangmenurun.
6. Persepsi diri :
14
Kliencemasdan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali
seperti semula
7. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan
lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis
menyebabkan anak banyak diam.
d. Pemeriksaan fisik
D. Hidung dan Sinus Simetris kanan dan kiri, tidak terdapat secret,
tidak ada tanda-tanda sinusitis, tidak ada
nyeri tekan.
E. Mulut Warna kehitaman, simetris Bibir kering
Tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan
gusi, pertumbuhan gigi tidak merata.
Membran mukosa kering Warna merah
muda, lidah bersih.
F. Leher Simetris, Pembesaran KGB (-) terasa masa
diregio colli sinistra 5cm, konsistensi keras,
15
immobile Rom aktif, tidak ada hambatan
gerak
G. Dada Suara paru dasar vesikuler +/menurun
H. Kardiovaskuler Bunyi jantu I/II reguler, tidak mengalami
sianosis,
I. Gastrointestinal Distended (buncit), bising usus (+) normal,
hepar sulit dikaji, adanya rasa nyeri jika
dipalpasi
J. Urinary dan Ginjal Urin bercampur dengan darah dan timbul
rasa nyeri, kesulitan pada saat BAK.
Mengalami permasalahan pada perkemihan.
K. muskuloskeletal Ada kelemahan tetapi tidak ada kekakuan
pada klien
L. Neurologi Tidak ada kejang, tidak ada tremor
M. Endokrin Pasien mengalami gangguan endokrin atau
tidak
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
p e n i n g k a t a n k e b u t u h a n metabolisme, kehilangan protein dan penurunan intake.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit dan
prosedur pembedahan.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
5. Nyeri beruhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
6. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Intervensi
16
1. Ketidakseimbangan Setelah diberikan 1. Catat intake dan 1. Monitoring
nutrisi kurang dari tindakan output makanan asupan nutrisi
kebutuhan tubuh keperawatan secara akurat bagi tubuh
berhubungan dengan selama…x 24 jam 2. Kaji adanya 2. Gangguan
peningkatan dihrapkan tanda-tanda nutrisi dapat
k e b u t u h a n metaboli Ketidakseimbanga perubahan terjadi secara
sme, kehilangan protein n nutrisi kurang nutrisi : berlahan.
dan penurunan intake. dari kebutuhan Anoreksi, 3. Diare sebagai
tubuh dapat Letargi, reaksi oedema
teratasi dengan hipoproteinemi intestine dapat
kriteria hasil : a. memperburuk
1. Anak mau 3. Beri diet yang status nutrisi
makan bergizi 4. Mencegah
2. Tidak terjadi 4. Beri makanan status nutrisi
penurunan dalam porsi menjadi lebih
berat badan kecil tapi sering buruk
3. Porsi makan 5. Beri suplemen 5. Membantu
habis vitamin dan dalam proses
besi sesuai metabolisme
instruksi
17
fisik tanpa 2. Bantu klien terhadap
disertai untuk aktivitas.
peningkatn mengidentifikas 2. Aktivitas yang
tekanan i pilihan berlebihan
darah, nadi aktivitas. akan
dan RR 3. Bantu dengan memperburuk
2. Mampu aktivitas fisik keadaan klien.
melakukan teratur. 3. Jika
aktivitas beraktivitas
sehari-hari 4. Ajarkan rentang dengan teratur
(ADL) pengaturan maka terhindar
secara aktivitas dan dari cedra.
mandiri tehnik 4. Untuk
3. Tanda- manajemen bertanggung
tanda vital waktu untuk jawab
normal mencegah terhadap
kelelahan. kesehatan
5. Kolaborasi sendiri tentang
dengan ahli manajemen
terapi okupasi waktu untuk
fisik. mencegah
kelelahan.
5. Dengan
melakukan
terapi fisik
dapat
menghilangka
n rasa letih
dan lemah
pada klien.
18
3. Ansietas berhubungan Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
dengan kurangnya tindakan kecemasan mengetahui
pengetahuan orang tua keperawatan klien tingkat
tentang penyakit dan selama…x 24 jam 2. Gunakan kecemasan
prosedur pembedahan. dihrapkan ansietas media untuk yang
dapat teratasi menjelaskan dirasakan
dengan kriteria mengenai klien
hasil : penyakit 2. Untuk
1. Keluarga 3. Jelaskan mengetahui
pasien tentang pemahaman
tidak pengobatan orang tua
bertanya yang diberikan 3. Untuk
tentang dan prosedur mengurangi
kesehatan tindakan kecemasan
anaknya 4. Dorong orang pada orang
2. Orang tua tua untuk tua
terlihat mengungkapk 4. Untuk
tenng an perasaan mengetahui
dengan dan dengarkan tingkat
keadaan dengan penuh kecemasan
anaknya hati orang tua
3. TTV
dalam
batas
normal
4. Resiko infeksi Setelah diberikan 1. Pantau tanda- 1. Peningkatan
berhubungan dengan tindakan tanda vital suhu tubuh
adanya luka operasi. keperawatan 2. Kaji tanda- mengidentifik
selama…x 24 jam tanda infeksi si adanya
dihrapkan resiko 3. Lakukan infeksi
infeksi dapat perawatan 2. Mengidentifik
teratasi dengan luka dengan asi infeksi
kriteria hasil: tehnik aseptic lebih dini
19
1. Tidak 4. Kolaborasi sehingga
adanya dalam dapat segera
tanda pemberian diatasi
tanda antibiotik 3. Perawatan
infeksi dengan tehnik
(bengkak, aseptic dapat
kemerahan mempercepat
, nyeri, penyembuhan
demam) dan dapat
2. Suhu menghindari
dalam dari infeksi
batas 4. Dapat
normal menekan
penyebaran
infeksi.
5. Nyeri Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Menentukan
beruhubungan asuhan nyeri tinfakan
dengan efek keperawatan 2. Lakukan selanjutnya
fisiologis dari selama ...x24 jam teknik 2. Sebagai
neoplasia pasien tidak pengurangan analgesic
mengalami nyeri nyeri tambahan
atau nyeri nonfarmakolo 3. Mengurangi
menurun sampai gis rasa sakit
tingkat yang dapat 3. Berikan 4. Untuk
diterima anak analgesic mencegah
Dengan kriteria sesuai kambuhnya
hasil : ketentuan nyeri
1. Skala 4. Berikan obat 5. Karena
nyeri dengan aspirin dapat
berkurang jadwal meningkatk
atau 1-3 prefentif an
2. Pasien 5. Hindari kecendrung
tidak aspirin atau
20
mengeluh senyawa an
sakit dan lainnya. perdarahan
nyeri
6. Kekurangan Volume Setelah diberikan 1. Pantau 1. Keseimbanga
Cairan berhubungan asuhan masukan dan n cairan
dengan kehilangan keperawatan haluaran dan negatif terus
cairan aktif selama ...x24 jam berat jenis menerus
Klien akan 2. Kaji turgor menurunkan
menampakkan kulit dan haluaran
volume cairan kelembaban renal dan
adekuat/ membrane konsentrasi
mempertahankan mukosa, urinr
cairan adekuat memperhatika menunjukkan
n keluhan terjadinya
haus dehidrasi dan
3. Dorong perlunya
peningkatan peningkatan
masukan penggantian
cairan sesuai cairan
toleransi 2. Indikator
individu tidak
4. Berikan cairan langsung dari
IV sesuai status
indikasi dehidrasi/
derajat
kekurangan
3. Membantu
dalam
memelihara
kebutuhan
cairan dan
menurunkan
resiko efek
21
samping
membahayak
an
4. Diberikan
untuk hidrasi
umum serta
mengencerka
n obat anti
neoplastik
dan
menurunkan
efek samping
merugikan
misalnya
mual dan
muntah
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry,
2013). Pada tahap ini perawat akan mengimplementasikan intervensi yang
telah direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis
keperawatan. Implementasi dari rencana keperawatan yang dibuat
berdasarkan diagnosis yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil
sesuai yang diiginkan untuk mendukung dan menigkatkan status kesehatan
klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap ini
sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau
kesejahteraan klien ( Potter & Perry, 2013). Hal yang perlu diingat adalah
evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan
kontak dengan klien.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
23
3.2 SARAN
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat
kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang
positif dan membangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat
tersusun lebih baik lagi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Audry, G., Charieg, A., Larroquet, M., Boccon-Gibod, L., Patte, C., Landman-Parker, J.,
…& Lepointe, HD (2007). Pembedahan dalam pengobatan
nephoroblastomatosis – serangkaian 19 pasien. Jurnal Pediatrik Urologi, 3,
S40.
BILACHI, L., CABRERA,L., BUENO, LF, Cardoso, MRR & Braga, FDCB (2018,
Januari). Tumor Wilms : Tinjauan Kasus dari Beberapa Penyajian Yang
Langka dan Tidak Biasa. Kongres Radiologi Eropa 2018.
Kaste, SC, Dome, JS, Babyn, PS, Graf, NM, Grundy, P., Godzinski,J., …& Jenkinson,
H. (2018). Tumor Wilms : Faktor Prognostik, pementasan, terapi, dan efek
lanjut. Radiologi anak, 38 (1), 2-17.
Morgan, TM, Denmark, H., Nanda, RH, Esiashvili, N., & Meacham, LR (2018). Iradiasi
paru-paru seluruh pasien tumor wilms stadium IV: dosimetri tiroid dan
hasil. Darah & kanker anak, 65 (2), e26843.
Sutedja, T., & Supriana, N. (2017). Radioterapi pada Tatalaksana Tumor Wilms.
Radioterapi & Onkologi Indonesia, 8 (2), 84-92
25