Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Leukimia pada Anak” dengan baik dan tepat waktu. Adapun
pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Anak II. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk
memberikan manfaat yang berguna bagi pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat
dan membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan
dengan baik dan lancer. Selain itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya kami
dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II KONSEP MEDIS......................................................................................3
2.1 Definisi......................................................................................................3
2.2 Etiologi......................................................................................................3
i
2.3 Manifestasi Klinis......................................................................................4
2.4 Klasifikasi / Stage......................................................................................6
2.5 Patofisiologi...............................................................................................7
Pathway.....................................................................................................9
2.6 Komplikasi..............................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan......................................................................................10
2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................12
BAB III KONSEP KEPERAWATAN...............................................................13
3.1 Pengkajian...............................................................................................13
3.2 Diagnosa..................................................................................................18
3.3 Intervensi.................................................................................................19
BAB IV PENUTUP..............................................................................................12
4.1 Simpulan..................................................................................................12
4.2 Penutup....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia atau yang dikenal sebagai kanker darah merupakan keganasan
yang menyerang jaringan pembentuk darah atau yang dikenal sebagai
sumsum tulang (Keene, 2018). Leukemia dapat menyerang semua jenis
usiadengan insidensiyang paling sering terjadi adalah pada anak (WHO,
2015). Dari semua jenis kanker pada anak-anak, leukemia merupakan jenis
kanker yang terjadi sekitar 29% pada anak-anak yang berusia 0-14 tahun
(ACS, 2018). Sebagian besar leukemia yang dialami oleh anak adalah yaitu
leukemia limfoblasitk akut (LLA) (Emadi & Karp, 2017). Leukemia
limfoblastik akut (LLA) merupakan bentuk leukemia yang paling lazim dan
paling umum dijumpai pada anak yaitu terhitung sekitar 74% (ACS, 2018).
Di Indonesia, kasus baru dan kasus kematian akibat leukemia cenderung
meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2010 terdapat 19 kasus baru
dan 31 kasus kematian, pada tahun 2011 tidak terjadi peningkatan kasus baru
yaitu tetap pada angka 19 kasus baru, namun terjadi peningkatan kasus
kematian menjadi 35 kasus, pada tahun 2012 terjadi peningkatan kasus baru
dan kematian menjadi 23 kasus baru dan 42 kasus kematian, dan tahun 2013
terjadi peningkatan lagi menjadi 30 kasus baru dan 55 kasus kematian
(Riskesdas, 2013). Pada tahun 2014 mengalami peningkatan kembali menjadi
46 kasus leukemia (Kemenkes, 2015). Sumatera Barat merupakan provinsi
yang memiliki prevalensi 2,47% dengan penyakit kanker kedua terbanyak
setelah provinsi Yogyakarta 4,9% (Riskesdas, 2018). Kota Padang,
khususnya di RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukan bahwa terjadi
peningkatan kasus leukemia lympoblastic akut (LLA) pada anak yang berusia
0-14 tahun dari tahun 2016-2018. Pada tahun 2016 tercatat 51 kasus anak
penderita LLA, lalu terjadi peningkatan pada tahun 2017 yaitu tercatat 89
kasus anak penderita LLA, dan terjadi peningkatan kembali pada tahun 2018,
yaitu tercatat sebanyak 144 anak penderita LLA (Data Rekam Medik Instalasi
Rawat Inap RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2016, 2017, 2018).
Pengobatan dengan kemoterapi telah berhasil menaikkan angka
kesembuhan pada penderita leukemia tetapi memiliki gejala bagi fisik
maupun psikologis pada anak. Pada penelitian Nurgali, Jagoe & Abalo (2018)
gejala fisik yang ditimbulkan akibat kemoterapi ialah mual, munttidah,
mukositis, gangguan gastrointestinal, anoreksia, malabsorpsi, penurunan berat
badan, anemia, kelelahan dan peningkatan resiko sepsis. Kemoterapi juga
memiliki dampak signifikan pada status psikologis pasien yaitu harga diri
yang rendah pada anak-anak (Sherief, 2015). Pasien yang hidup dengan
kanker stadium lanjut mengalami gejala psikologis yaitu, kecemasan, gejala
depresi, dan keputusasaan (Bail et al, 2018).
1.3 Tujuan
1
1. Untuk mengetahui konsep medis dari leukemia pada anak.
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari leukemia pada anak.
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-
sum tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah
tepi. Penyakit ini disebabkan oleh adanya kerusakan pada tempat produksi sel
darah yaitu sumsum tulang, dimana sumsum tulang aktif memproduksi sel
darah,tetapi sel darah yang diproduksi tidak normal dan mengakibatkan
produksi sel darah normal menjadi tidak maksimal (Ariani, 2015).
Leukemia merupakan jenis penyakit kanker yang banyak di derita oleh
anak-anak di Indonesia, selain leukemia ada juga kanker mata
(retinoblastoma), thalasemia, tumor otak, kanker kelenjar getah bening
(limfoma), rabdomiosarkoma (kanker jaringan otot), neuroblastoma (kanker
saraf), tumor wilms (kanker ginjal) dan osteosarkoma (kanker tulang)
(Yayasan Onkologi Anak Indonesia,2018).
Leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah
leukosit dalam bentuk seringkali rendah, sel – sel imatur ini tidak sengaja
menyerang dan menghacurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler
(Apriany, 2016).
2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (T cell leukemia lymphoma virus/HTLV).
b. Tingkat radiasi yang sangat tinggi
c. Obat–obatan imunosupresif, obat–obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
2
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome (Suriadi &Yuliani,
2010).
3
f) Gejala yang jarang dijumpai meliputi gangguan penglihatan dan
priapismus (Apriany, 2016).
2. Fase transformasi akut, terdiri atas :
a) Perubahan terjadi pelan – pelan dengan prodomal selama 6 bulan,
disebut sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru yaitu demam,
lelah, nyeri tulang (sternum) yang semakin progresif. Respon
terhadap kemoterapi menurun, leukositosis meningkat dan
trombosit menurun dan akhirnya menjadi gambaran leukemia
akut.
b) Pada sekitar sepertiga penderita, perubahan terjadi secara
mendadak, tanpa didahului masa prodomal, keadaan ini disebut
kritis bastik (blast crisis). Tanpa pengobatan adekuat penderita
sering meninggal dalam 1 sampai 2 bulan (Apriany, 2016).
d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)
Pada awal diagnosis, kebanyakan pasien LLK tidak menimbulkan
gejala. Pada pasien dengan gejala, paling sering ditemukan limfa denopati
generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain meliputi
hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga.
Demam, keringat malam dan infeksi jarang terjadi pada awalnya, tetapi
semakin mencolok sejalan dengan perjalanan penyakitnya, dan juga limfa
denopati massif dapat menimbulkan obstruksi lumen termasuk ikterus
obstruktif, disfagia uropati obstuktif, edema ekstremitas bawah. Infeksi
bakteri dan jamur sering ditemukan pada stadium lanjut karena defisiensi
imun dan neutropenia (akibat infiltrasi sum – sum tulang, kemoterapi,
atau hipersplenisme) (Apriany, 2016).
2.4 Klasifikasi
Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat diklasifikasikan
sebagai akut, kronik, kongenital. Leukemia akut menunjukkan proliferasi
maligna sel immatur (blastik). Jika proliferasiitu sebagian melibatkan jenis sel
yang lebih matur (berdiferensiasi), leukemia itu diklasifikasikan kronik.
Leukemia kongenital atauneonatal adalah leukemia yang terdiagnosis dalam 4
minggu pertama kehidupan bayi. Leukemia pada anak biasanya jenis
limfoblastik akut (ALL) (Apriany, 2016).
a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak – anak
dibawah umur 15 tahun. Manifestasi berupa poliferasi limfoblas
abnormal dalam sum – sum tulang dan tempat – tempat ekstramedular.
b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut Non Lymphoid Leukemia
(ANLL)
Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari trasformasi suatu
atau beberapa sel hematopoitek. Sifat sebenarnya dari lesimolekular yang
bertanggung jawab atas sifat – sifat neoplasmik dari sel yang berubah
bentuknya tidak jelas, tapi defek krisis adanya instrinsik dan dapat
diturunkan oleh keturunan sel tersebut.
c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)
Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) adalah penyakit klonal
selinduk pluripoten dan digolongkan sebagai salah satu penyakit
mieloproliferatif. CML merupakan neoplasma pada sel tunas
4
hematopoietik yang berpotensi menimbulkan proliferasi progenitor
granulositik. Definisi lain menyebutkan CML merupakan suatu penyakit
yangdicirikan oleh elevasi yang cukup besar dari jumlah leukosit
darah,tanpa akumulasi dari segala bentuk dan belum menghasilkan
granulosit matang.
d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)
Usia rerata paisen saat didiagnosis berusia 65 tahun, hanya 10-
15%kurang dari 50 tahun. Risiko terjadinya LLK meningkat seiring usia.
Perbandingan risiko relatif pada pria tua adalah 2, 8:1 perempuan tua.
e. Leukemia Kongenital
Leukemia kongenital sangat jarang terjadi, terdapat kurang 100
kasus yang tercatat dengan baik, dengan sebagian besar adalah AML.
Leukemia ini biasanya ditandai oleh hiperleukositosis,
hepatosplenomegeli, infiltrat kulit nodular, dan gawat napas sekunder
akibat leukositasis pulmonal. Leukemia kongenital telah dihubungkan
dengan sindrom down, sindrom turner, trisomi 9, monosomi 7 mosaik,
penyakit jantung kongenital (Apriany, 2016).
2.5 Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi tanpa batas sel – sel darah putih
yangimatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Sel – sel imatur ini
tidak sengaja menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan
vascular. Walaupun bukan suatu tumor, sel – sel leukemia memperlihatkan
sifatneoplastik yang sama seperti sel – sel kanker yang solid. Oleh karena itu,
keadaan patologi dan menifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan
penggantian setiap jaringan tubuh dengan sel – sel leukemia non-fungsional.
Organ – organ yang terdiri banyak pembuluh darah, seperti limpa dan hati,
merupakan organ yang terkena paling berat.
Sel – sel leukemia berinfiltrasi kedalam sum – sum tulang, menggantikan
unsur – unsur sel yang normal, sehingga mengakibatkan timbulnya anemia
dan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang tidak mencukupi bagi
tubuh. Invasi sel –sel leukemia kedalam sum – sum tulang secara perlahan
akan melemahkan tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur. Karena sel –
sel leukemia menginvasi periosteum, peningkatan tekanan menyebabkan
nyeri yang hebat.
Timbul perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang
bersirkulasi. Infeksi juga lebih sering terjadi karena berkurangnya jumlah
leukosit normal. Invasi sel – sel leukemik kedalam organ –organ vital
menimbulkan hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati. Leukemia
nonlimfoid akut mencakup beberapa jenis leukemia berikut leukemia
mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, dan leukemia mielositik akut.
Timbul disfungsi sum – sum tulang, yang menyebabkan menurunnya jumlah
sel darah merah, neutrofil, dan trombosit. Sel – sel leukemik menginfiltrasi
limfonodus, limpa, hati. Tulang, dan sistem saraf pusat (SSP), juga organ –
organ reproduksi seperti testis. Lokasi invasi yang paling penting adalah SSP
yang terjadi sekunder karena infiltrasi leukemik dapat menyebabkan tekanan
intrakranial.
5
6
Faktor Genetik Paparan Radiasi Zat Kimia
LEUKIMIA
Infiltrasi ke sistem Melalui sirkulasi darah Kelemahan tulang
Infiltrasi sumsum
Sulit menggerakkan Gangguan
Menyerang bagian Poliferasi limfosit tulang
ekstremitas Mobilitas Fisik
saraf pusat
Hepatosplenomegali Hipermetabolisme /
Peningkatan tekanan
Pertumbuhan sel
intra kranial berlebih
Penakanan ruang abdomen Penurunan Penurunan Kebutuhan
produksi sel produksi sel nutrisi meningkat
Tekanan Intra Abdomen Peningkatan produksi trombosit eritrosit
meningkat abnormal sel leukosit
Trombositopenia Anemia Berat badan
Pelepasan mediator nyeri Penumpukan sel menurun
leukosit abnormal di
Petekie, memar, Suplai O2 ke
Merangsang nosireseptor dalam tubuh
gusi berdarah jaringan menurun Defisit Nutrisi
Nyeri Kronis
7
2.6 Komplikasi
Adapun komplikasi dari leukimia secara umum yaitu berupa :
a. Pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali)
yaitu kompensasi dari beban organ yang semakin berat kerjanya akibat
pemindahan proses pembentukan sel darah dari intameular (sumsung
tulang) ke ekstrmedular (hati dan limpa).
b. Osteonekrosis yaitu suatu keadaan yang berpotensi melumpuhkan tulang
akibat dari komplikasi kombinasi kemoterapi berupa dosis tinggi steroid.
Insiden dan resiko faktor utama untuk gejala osteonekrosis telah
diperiksa pada kelompok perlakuan anak dengan dosis tinggi steroid,
prednisone dan dexamitason untuk anak leukimia limfoblas akut.
c. Thrombosit meningkat pada pasien dengan leukimia limfoblas akut dan
kejadian ini frekuensi terjadinya komplikasi ini menurut laporan bekisar
diantara 1,1% sampai 36,7%, kesungguhan ini memiliki variasi besar
berhubungan beberapa faktor, seperti perbadaan definisi dari thorombosis
(gejala dan nongejala), metode diagnosis untuk mendeteksi terjadinya
komplikasi, study design, dan perbedaan pada protocol pengobatan.
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan pada anak dengan leukemia tergantung pada gejala, umur,
kromosom dan tipe penyakit, pengobatan leukimia yang utama adalah
kemotrapi terdiri dari 6 fase yaitu:
a. Fase induksi
Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50%
sel leukemia pada sumsung tulang yang disebut dengan remisi. Terapi ini
menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang dari 5% sel – sel
leukemia dalam sum – sum tulang. Hampir segera setelah diagnosis
ditegakkan, terapi induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6
minggu.
b. Terapi profilatik
Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem saraf
pusat. Karena adanya kekhawatiran terhadap efek samping iradiasi
kranial, terapi ini hanya dialakukan pada pasien – pasien yang beresiko
tinggi dan yang memiliki penyakit SSP.
c. Terapi konsolidasi
Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi
lanjutan untuk mencegah resistensi sel leukemia. Penyuntikan intratekal
yang menyertai kemoterapi sistemik meliputi pemberian Lasparaginase,
metotreksat dosis tinggi atau sedang, sitarabin, vinkristin dan
merkaptopurin.
d. Kemoterapi
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua
fase digunakan.
e. Radioterapi
Radiotrapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh se-
sel leukemia. Pada terapi ini, radiasi diarahkan pada limpa, otak, atau
bagian – bagian dari tubuh yang menjadi tempat berkumpulnya sel – sel
leukemia. Radiasi ini biasanya diberikan sebelum transplantasi sum-sum
8
tulang. Ketika pasien menerima terapi radiasi umumnya kulit menjadi
kemerahan, kering, dan peka pada area yang dirawat.
f. Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang dilakukan untuk mengganti sum-sum
tulang yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi
(penyinaran). Selain itu transplantasi sum-sum tulang berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker (NANDA, 2015).
Adapun penatalaksaan lainnya seperti :
a. Transfusi Darah
Transfusi darah biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan
masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda – tanda
DIC dapat diberikan heparin (Ngastiyah, 2012).
9
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan
Fisiologi Respirasi
Sirkulasi
Eliminasi
Aktivitas dan
istirahat
Neurosensori
Reproduksi dan
Seksualitas
Psikologis Nyeri dan
Kenyamanan
Integritas ego
Pertumbuhan dan
perkembangan
Penyuluhan dan
Pembelajaran
b. Pemeriksaan Laboratorium
1.
10
3.2 Diagnosa
11
3.3 Intervensi
12
9. kontraktur ambulasi dengan alat
bantu (mis. Togkat, kruk)
10. malnutrisi
2. fasilitasi melakukan
11. gangguan muskuloskeletal mobilisasi fisik, jika perlu
12. gangguan neuromuskular 3. libatkan keluarga dalam
membantu pasien dalam
13. indeks massa tubuh diatas
meningkatkan ambulasi
persentil ke-5 sesuai usia
edukasi :
14. efek agen farmakologis
1. Jelaskan tujuan
15. program pembatasan gerak
ambulasi
16. nyeri
2. Anjurkan melakukan
17. kurang terpapar informasi ambulasi dini
tentang aktifitas fisik
18.Kecemasan
19. gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan
pergerakan
21. gangguan sensori persepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh sulit untuk
13
menggerakan ekstremitas
Objektif :
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
Objektif :
1. sendi kaku
2. gerakan tidak terkordinasi
3. gerakan terbatas
4. fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
1. Trauma
14
Kategori : Fisiologis Setelah melakukan asuhan Observasi : sirkulasi
keperawatan selama 3 x 24
Subkategori : Sirkulasi jam perfusi perifer klien 1. periksa sirkulasi Observasi :
meningkat, dengan : perifer (mis. nadi perifer,
Definisi : edema, pengisian kapiler, 1. Untuk dapat
1. Kekuatan nadi perifer warna, suhu, memeriksa sirkulasi
Penurunan sirkulasi darah pada perifer (mis. nadi
cukup meningkat (4) anklebranchial indeks)
level kapiler yang dapat perifer, edema,
mengganggu metebolisme tubuh. 2. Warna kulit pucat 2. identifikasi faktor pengisian kapiler,
cukup menurun (4) resiko gangguan sirkulasi warna, suhu,
Penyebab :
(diabetes, perokok, orang anklebranchial indeks)
3. Parastessia cukup tua, hipertensi dan kadar
1. Hiperglikemia
menurun (4) kolestrol tinggi) 2. Untuk dapat
2. Penurunan konsentari mengidentifikasi faktor
4. Kelemahan otot 3. monitor resiko gangguan
hemoglobin
cukup menurun (4) panas,kemerahan, nyeri, sirkulasi (diabetes,
3. Peningkatan tekana darah atau bengkak pada perokok, orang tua,
5. Keram otot cukup
ekstermitas terapeutik hipertensi dan kadar
4. Kekuranag volume cairan menurun (4)
kolestrol tinggi)
4. hindari
5. Penurunan aliran arteri 6. Nekrosis cukup
pemasangan infus atau 3. Untuk dapat
dan/atau vena menurun (4)
pengambilan darah diarea memonitor
6. Kuranga terpapar informasi 7. Tekanan darah keterbatasanperkusi panas,kemerahan, nyeri,
tentang faktor pemberat sistolik cukup membaik (4) atau bengkak pada
5. hindari pengukuran ekstermitas terapeutik
(mis.merokok, gaya hidup tekanan darah
8. Tekanan darah
menonton, trauma, asupan garam, padaektermitas dengan 4. Untuk dapat
diastolik cukup membaik (4)
imobilitas) keterbatasan perkusi menghindari
7. Kurang terpapar informasi pemasangan infus atau
6. hindari penekanan pengambilan darah
tentang proses penyakit dan pemasangan turniket
(mis.diabetes mellitus, diarea
pada area yang cedera keterbatasanperkusi
15
hiperlipidemia) 7. lakukan 5. Untuk dapat
pencegahan infeksi menghindari
8. kurang aktivitas visik pengukuran tekanan
8. lakukan perawatan darah padaektermitas
kaki dan kuku dengan keterbatasan
Gajala dan tanda mayor perkusi
9. lakukan hidrasi.
Subketif : 6. hindari
penekanan dan
(tidak ada) Edukasi : pemasangan turniket
pada area yang cedera
Objektif : 1. anjurkan berhenti
merokok 7. Untuk dapat
1. Pengisian kapiler >3 detik melakukan pencegahan
2. anjurkan infeksi
2. Nadi perifer menurun atau
berolahraga rutin
tidak teraba 8. Untuk dapat
3. anjurkan mengecek melakukan perawatan
3. Akral teraba dingin
air mandi untuk kaki dan kuku
4. Warna kulit pucat menghindari kulit terbakar
9. lakukan hidrasi.
5. Turgor kulit menurun 4. anjurkan
menggunakan obat Edukasi :
Gejala dan tanda minor penurun tekanan darah,
1. Untuk dapat
antikoagulan, dan penurun
Subjektif : menormalkan sirkulasi
kolesterol jika perlu
1. Parastesia 2. agar dapat
5. anjurkan minum
mengetahui tanda dan
2. Nyeri ekstremitas obat pengontrol tekanan
gejala
(mis.klaudikasi intermiten) darah secara teratur
6. anjurkan
16
Objektif : menghindari penggunaan
obat penyekat beta
1. Edema
7. anjurkan
2. Penyembuhan luka lambat melakukan perawatan
kulit yang tepat (mis.
3. Indeks ankle-brchial <0.90
melembabkan kulit kering
4. Bruit femoral. pada kaki)
17
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
ACS. (2018). The American Cancer Facts and Figures of the 2018. American
Cancer Society, (No. 500818 Rev.6/18), 1–76. Retrieved from cancer.org,
1.800.227.2345 1.866.228.4327 TTY
19
Data Rekam Medik Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2016,
2017, 2018
Emadi & Karp. (2017). Acute Leukemia Edition 1. America : Demos Medical.
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
indikator diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta :
CV. Sagung Seto
WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization;
2015
Yayasan Onkologi Anak Indonesia. Fakta dan Angka Kanker pada Anak. (online),
(http://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/5.%20NASKAH
20
%20PUBLIKASI%20P1337420116045.pdf diakses pada tanggal 15
November 2020)
21