Anda di halaman 1dari 19

TUGAS VULKANOLOGI

LEMPENG TEKTONIK
Cover
OLEH : KELOMPOK 2
RIZKY HIZRAH WUMU (471 414 011)
MUH. IQBAL ASIKI (471 414 027)
FEBRIATNO SH. TIMUMUN (471 414 026)
AHMAD REZA H. (471 414 025)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016

Daftar Isi

Cover ........................................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Daftar Gambar ........................................................................................................ iii
1.

Lapisan Bumi ................................................................................................... 1


1.1 Struktur bumi ............................................................................................ 1
1.2 Metode Pengidentifikasian Interior Bumi ................................................. 2

2.

Distribusi Gunung Api ..................................................................................... 4


2.1 Tektonik Lempeng .................................................................................... 4
2.2 Batas Lempeng (Plate Boundaries) ........................................................ 11
2.3 Tatanan Tektonik dan Sebaran Gunung Api ........................................... 12
2.3.1 Tipe-tipe Gunungapi Berdasarkan Tempat Terbentuknya ................. 13

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 16

ii

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Susunan Interior Bumi (Noor, 2009) .................................................. 1


Gambar 1.2 Rambatan gelombang Primer (P) dan Sekunder (S) pada interior
bumi. Gelompang P (garis hijau) merambat pada semua bagian dari
lapisan material bumi sedangkan gelombang S (garis merah) hanya
merambat pada bagian mantel dari interior bumi, b. Sifat rambat
gelombang P dan S pada interior bumi. Terlihat gelombang P dapat
merambat pada interior bumi baik yang berfasa padat maupun berfasa
cair, sedangkan gelombang S tidak merambat pada Inti Bumi bagian
luar yang berfasa cair ........................................................................... 3
Gambar 2.1 Super-Continent (Pangea) dengan 6 Lempeng besar dan 7-10
Lempeng Kecil (Widodo, 2015)........................................................... 5
Gambar 2.2 Gambar Kecocokan Garis Pantai (Widodo, 2015) .............................. 6
Gambar 2.3 Kesamaan Fosil Hewan dan Tumbuhan .............................................. 6
Gambar 2.4 Kesamaan Jenis Batuan (Widodo, 2015) ............................................ 7
Gambar 2.5 Kesamaan Iklim Purba (Widodo, 2015) .............................................. 8
Gambar 2.6 Perubahan arah magnetik batuan tiap lapisan pada gunung api
(Anjasmara, 2015) ................................................................................ 9
Gambar 2.7 Kenampakan Pematang Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridge) yang
berada di Samudra Atlantik (Noor, 2009) .......................................... 10
Gambar 2.8 Arus Konfeksi pada mantel bumi menyebabkan pergerakan Litosfer
............................................................................................................ 10
Gambar 2.9 pengukuran umur batuan dan hasil pengukuran sedimen (Widodo,
2015)................................................................................................... 11
Gambar 2.10 Tatanan Tektonik pada Batas Lempeng Divergen, Konvergen dan
Transform ........................................................................................... 12
Gambar 2.14 Ring Of Fire .................................................................................... 13
Gambar 2.11 Tipe Gunungapi pada zona subduksi (Anonim (SDSU), 2016b) .... 14
Gambar 2.12 Tipe gunungapi pada zona hot spot ................................................. 14
Gambar 2.13 Letak Gunungapi pada zona Spreading Center ............................... 15

iii

1.
1.1

Lapisan Bumi
Struktur bumi
Struktur bumi dibagi berdasarkan komposisi penyusun dan sifat fisis

bumi(Anjasmara, 2015; Noor, 2009). Berdasrkan komposisi penyusunya lapisan


bumi terbagi atas kerak (crust), mantel (mantle) dan inti (core). Berdasarkan sifat
fisis bumi lapisan bumi tersusun atas litosfir, astenosfir, mesosfir, inti luar (cair),
inti dalam (padat) (Anjasmara, 2015).

Gambar 1.1 Susunan Interior Bumi (Noor, 2009)

a. Inti Bumi (Core)


-

Inti bumi mempunyai diameter 7000 km (radius 3500 km) dan


terletak pada pusat bumi Terbentuk dari bahan padat, yaitu besi (Fe)
dan nikel (Ni)

Terdiri dari dua bagian yaitu inti dalam (inner core) dan inti luar (outer
core)

Inti dalam bersifat padat, memiliki radius 1220 km dan densitas massa
13 gr/cm3 Inti luar bersifat liquid, melingkupi inti dalam dengan
ketebalan rata-rata 2250 km dan densitas massa 11 gr/cm3

b. Mantel (Mantle)
-

Mantel bumi mempunyai ketebalan rata-rata 2900 km dan memiliki


volume hampir 83% dari volume bumi.

Terdiri dari mantel atas (upper mantle) dan mantel bawah (lower
mantle).

Mantel atas berada di bawah kerak bumi sampai kedalaman 670 km.
Bagian terluar dari mantel atas ( 100 - 200 km dari kerak bumi) disebut
sebagai astenosfir.

Mantel bawah berada pada kedalaman 670 - 2900 km dari permukaan


bumi.

c. Litosfir
-

Litosfir merupakan struktur bumi yang terdiri dari kerak Bumi (Earth
crust) dan bagian astenosfir yang bersifat rigid.

Mempunyai ketebalan 100 km dan mengapung pada mantel atas.

Merupakan zona tempat terjadinya gempa, terbentuknya gunung dan


pegunungan serta pergerakan lempeng (continental drift).

Bagian terluar dari litosfir merupakan kerak bumi.

d. Kerak Bumi
-

Terdiri dari kerak samudra (oceanic crust) dan kerak benua (continental
crust)

Kerak samudra mempunyai ketebalan 5 - 10 km , bersifat basal dan


memiliki densitas massa 3 gr/cm3.

Kerak benua mempunyai ketebalan 20 - 70 km , terdiri dari batuan


granit dan memiliki densitas massa 2.7 gr/cm3. Kerak bumi (baik
kerak samudra maupun kerak benua) tersusun dari lempeng-lempeng
tektonik.

1.2

Metode Pengidentifikasian Interior Bumi


Susunan interior bumi dapat diketahui berdasarkan dari sifat sifat fisika

bumi (geofisika). Sebagaimana kita ketahui bahwa bumi mempunyai sifat-sifat fisik
seperti misalnya gaya tarik (gravitasi), kemagnetan, kelistrikan, merambatkan
gelombang (seismik), dan sifat fisika lainnya. Melalui sifat fisika bumi inilah para
akhli geofisika mempelajari susunan bumi, yaitu misalnya dengan metoda
pengukuran gravitasi bumi (gaya tarik bumi), sifat kemagnetan bumi, sifat

penghantarkan arus listrik, dan sifat menghantarkan gelombang seismik(Noor,


2009).
Metoda seismik adalah salah satu metoda dalam ilmu geofisika yang
mengukur sifat rambat gelombang seismik yang menjalar di dalam bumi. Pada
dasarnya gelombang seismik dapat diurai menjadi gelombang Primer (P) atau
gelombang Longitudinal dan gelombang Sekunder (S) atau gelombang Transversal.
Sifat rambat kedua jenis gelombang ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari material
yang dilaluinya. Gelombang P dapat menjalar pada material berfasa padat maupun
cair, sedangkan gelombang S tidak dapat menjalar pada materi yang berfasa cair.
Perpedaan sifat rambat kedua jenis gelombang inilah yang dipakai untuk
mengetahui jenis material dari interior bumi(Noor, 2009).

Gambar 1.2 Rambatan gelombang Primer (P) dan Sekunder (S) pada interior bumi.
Gelompang P (garis hijau) merambat pada semua bagian dari lapisan material bumi
sedangkan gelombang S (garis merah) hanya merambat pada bagian mantel dari interior
bumi, b. Sifat rambat gelombang P dan S pada interior bumi. Terlihat gelombang P dapat
merambat pada interior bumi baik yang berfasa padat maupun berfasa cair, sedangkan
gelombang S tidak merambat pada Inti Bumi bagian luar yang berfasa cair

2.

Distribusi Gunung Api


Gejala gunung api tidak lepas dari gejala-gejala yang terjadi pada lempeng

tektonik. Sehingga untuk membahas gejala dan distribusi gunung api perlu
membahas terlebih dahulu masalah tektonik lempeng dan proses-proses yang
terjadi di dalamnya.
2.1

Tektonik Lempeng
Terpisahnya bagian daratan dari daratan asalnya dapat membentuk suatu

lautan yang baru dan dapat juga berakibat pada terjadinya proses daur ulang lantai
samudra kedalam interior bumi. Sifat mobilitas dari kerak bumi diketahui dengan
adanya

gempabumi,

aktifitas

gunungapi

dan

pembentukan

pegunungan

(orogenesa). Berdasarkan ilmu pengetahuan kebumian, teori yang menjelaskan


mengenai bumi yang dinamis (mobil) dikenal dengan Tektonik Lempeng.
Dalam terminologi kata tektonik berasal dari bahasa Yunani tektonikos
yang berarti bangunan atau konstruksi. Dalam geologi, tektonik adalah studi
tentang formasi dan deformasi dari kerak bumi yang menghasilkan struktur bentang
alam berskala besar(Anjasmara, 2015).
Gejala-gejala tentang tektonik lempeng dijelaskan oleh beberapa hipotesa
dan teori berikut;

Teori Continental Drift


Continental Drift pertama kali dikemukakan oleh Alfred Wegner yang

merupakan seorang ahli meterologi dari Jerman. Dalam hipotesanya Wegener


menyatakan (Anjasmara, 2015; Nelson, 2015):
-

Adanya suatu benua besar (super-continent) yang dinamakan Pangaea


(pan-GEE-uh)

Sekitar 200 juta tahun yang lalu, benua besar Pangaea mulai terpecah-pecah
menjadi benua-benua yang ada sekarang ini.

Gambar 2.1 Super-Continent (Pangea) dengan 6 Lempeng besar dan 7-10 Lempeng Kecil
(Widodo, 2015)

Hipotesa ini didukung oleh Fakta-fakta berikut (Anjasmara, 2015; Noor,


2009);
-

Kecocokan / kesamaan Garis Pantai


Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian

timur dengan garis pantai benua Afrika bagian barat, dimana kedua garis pantai ini
cocok dan dapat dihimpitkan satu dengan lainnya (gambar 2.8). Wegener menduga
bahwa benua benua tersebut diatas pada awalnya adalah satu atas dasar kesamaan
garis pantai. Atas dasar inilah kemudian Wegener mencoba untuk mencocokan
semua benua benua yang ada di muka bumi(Noor, 2009).

Gambar 2.2 Gambar Kecocokan Garis Pantai (Widodo, 2015)

Persebaran Fosil
Persamaan fosil tumbuhan (Glossopteris) di Australia, India, Antartika dan

Amerika Selatan (Anonim (Departement of Natural Resources), 2005). Selain itu


terdapat kesamaan fosil reptil (Mesosaurus) di Afrika dan Amerika Selatan. Hewan
ini tidak dapat berenang melintasi lautan (Anonim (Departement of Natural
Resources), 2005).

Gambar 2.3 Kesamaan Fosil Hewan dan Tumbuhan

Kesamaan Jenis Batuan


Terdapat kemiripan formasi batuan pada pantai timur Amerika dan Pantai

barat Eropa serta terdapat kesamaan formasi batuan juga pada bagian timur
Amerika Selatan dan bagian barat Afrika (Anonim (Departement of Natural
Resources), 2005)

Gambar 2.4 Kesamaan Jenis Batuan (Widodo, 2015)

Bukti Iklim Purba (Paleoclimatic)


Para ahli kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim purba, dimana

pada 250 juta tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi bagian selatan pada
zaman itu terjadi iklim dingin, dimana belahan bumi bagian selatan ditutupi oleh
lapisan es yang sangat tebal, seperti benua Antartika, Australia, Amerika Selatan,
Afrika, dan India. Wilayah yang terkena glasiasi di daratan Afrika ternyata menerus
hingga ke wilayah ekuator (Noor, 2009)
Para ahli kebumian baru percaya bahwa daratan yang mengalami glasiasi
berasal dari satu daratan yang dikenal dengan super-kontinen Pangaea yang terletak
jauh di bagian selatan dari posisi saat ini. Bukti-bukti dari Wegener dalam
mendukung hipotesa Pengapungan Benua baru diperoleh setelah 50 tahun sebelum

masyarakat ahli kebumian mempercayai kebenaran tentang hipotesa Pengapungan


Benua (Noor, 2009).

Gambar 2.5 Kesamaan Iklim Purba (Widodo, 2015)

Paleomagnetisme
Suatu metoda yang dipakai untuk mengetahui medan magnet purba adalah

dengan cara menganalisa beberapa batuan yang mengandung mineral-mineral yang


kaya unsur besinya yang dikenal sebagai fosil kompas. Mineral yang kaya akan
unsur besi, seperti magnetite banyak terdapat dalam aliran lavayang berkomposisi
basaltis. Saat suatu lava yang berkomposisi basaltis mendingin (menghablur)
dibawah temperatur Curie ( 5800 C), maka butiran butiran yang kaya akan unsur
besi akan mengalami magnetisasi dengan arah medan magnet yang ada pada saat
itu. Sekali batuan tersebut membeku maka arah kemagnetan (magnetisasi) yang
dimilikinya akan tertinggal di dalam batuan tersebut. Arah kemagnetan ini akan
bertindak sebagai suatu kompas ke arah kutub magnet yang ada. Jika batuan
tersebut berpindah dari tempat asalnya, maka kemagnetan batuan tersebut akan

tetap pada arah aslinya. Batuan batuan yang terbentuk jutaan tahun yang lalu akan
merekam arah kutub magnet pada saat dan tempat dimana batuan tersebut
terbentuk, dan hal ini dikenal sebagai Paleomagnetisme.(Noor, 2009)

Gambar 2.6 Perubahan arah magnetik batuan tiap lapisan pada gunung api
(Anjasmara, 2015)

Hipotesa Sea Floor Spreading


Hipotesa Sea Floor Spreading pertama kali dikemukakan oleh Harry Hess

(1960) dalam tulisannya yang berjudul Essay in geopoetry describing evidence for
sea-floor spreading. Harry Hess menjelaskan bukti-bukti pemekaran lempeng
samudra yang terjadi di pematang tengah samudra (mid oceanic ridges)(Noor,
2009).

Gambar 2.7 Kenampakan Pematang Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridge) yang berada di
Samudra Atlantik (Noor, 2009)

Hipotesa pemekaran lantai samudra pada dasarnya adalah suatu hipotesa


yang menganggap bahwa bagian kulit bumi yang ada didasar samudra Atlantik
tepatnya di Pematang Tengah Samudra (mid oceanic ridges) mengalami pemekaran
yang diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakan oleh arus
konveksi yang berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Akibat dari pemekaran
yang terjadi disepanjang sumbu Pematang Tengah Samudra, maka magma yang
berasal dari astenosfir kemudian naik dan membeku(Noor, 2009).

Gambar 2.8 Arus Konfeksi pada mantel bumi menyebabkan pergerakan Litosfer

10

Hipotesa ini dibuktikan dengan paleomagnetisme dan pengukuran umur


batuan dan ketebalan sedimen (Anjasmara, 2015; Widodo, 2015). Pengukuran
umur batuan dan ketebalan sedimen menbuktikan umur sedimen pada jarak yang
sama dari daerah pemekaran lantai samudra selalu sama.

Gambar 2.9 pengukuran umur batuan dan hasil pengukuran sedimen (Widodo, 2015)

2.2

Batas Lempeng (Plate Boundaries)


Lempeng-lempeng kerak bergerak saling bertumbukan (konvergen), saling

menjauh

(divergen),

dan

mengalami

pergeseran

satu

sama

lain

(transform)(Anjasmara, 2015).

Batas Konvergen: Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling
bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi atau
Obduksi

Batas Divergen: Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling
menjauh satu dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya
tarik (tensional force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan
dan membentuk material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada
lempeng yang saling menjauh. Contoh yang paling terkenal dari batas
lempeng jenis divergen adalah Punggung Tengah Samudra (Mid Ocean
Ridges) yang berada di dasar samudra Atlantik, disamping itu contoh

11

lainnya adalah rifting yang terjadi antara benua Afrika dengan Jazirah Arab
yang membentuk laut merah.

Batas Transform zona pergeseran dimana lempeng-lempeng bergeser satu


terhadap lainnya tanpa bertumbukan ataupun saling menjauh.

2.3

Tatanan Tektonik dan Sebaran Gunung Api


Tatanan tektonik yang ada disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh
posisi tektonik yang bekerja di wilayah tersebut. Interaksi antar lempeng yang
terjadi pada batas-batas lempeng konvergen, divergen, dan transform akan
menghasilkan tatanan tektonik tertentu.

Gambar 2.10 Tatanan Tektonik pada Batas Lempeng Divergen, Konvergen dan Transform

Tatanan Tektonik Batas Konvergen


Tatanan tektonik yang terjadi pada batas lempeng konvergen, dimana

lempeng samudra dan lempeng samudra saling bertemu akan menghasilkan


suatu rangkaian busur gunungapi (volcanic arc) yang arahnya sejajar / simetri
dengan arah palung (trench). Cekungan Busur Belakang (Back Arc Basin)
berkembang dibagian belakang busur gunungapi. Contoh kasus dari model ini
adalah rangkaian gunungapi di kepulauan Philipina yang merupakan hasil
tumbukan lempeng laut Philipina dengan lempeng samudra Pasifik.

Tatanan Tektonik Batas Divergen


Tatanan tektonik pada batas lempeng Divergen, dimana lempeng benua

mengalami pemekaran (continental rifting) dengan terbentuknya laut baru dapat


kita lihat terutama di Pematang Tengah Samudra (Pemisahan Benua Amerika

12

dan Afrika), Laut Merah (Benua Afrika dan Semenanjung Sinai / Jazirah Arab)
serta Rifting yang terjadi di Afrika Timur Bagian Utara
Bergeraknya lempeng akan mengaktifkan gunung api dan memicu
terjadinya gempa. Karena bidang tumbukan antar lempeng lebar dan panjang maka
menimbulkan sebaran gunung api berupa lingkaran api (ring of fire)(Widodo,
2015).

Gambar 2.11 Ring Of Fire

2.3.1

Tipe-tipe Gunungapi Berdasarkan Tempat Terbentuknya

Zona Subduksi
Gunungapi yang terbentuk di Zona subduksi baik antara samudrasamudra maupun samudra dan benua umumnya memiliki tipe
gunungapi Strato-cone volcano(Anonim (SDSU), 2016b). Gunung
berapi jenis ini umumnya tinggi dan terdiri atas lapisan lava
mengeras serta abu vulkanik. Gunung berapi ini terdiri atas lapisanlapisan.

Hampir

99%

gunungapi

di

Indonesia

termasuk

stratovulkano. Contohnya seperti yang terdapat di busur gunungapi


di Suluwesi Utara (Lokon, Soputan, dll) akibat penunjaman di
bagian utara sulawesi (zona subdaksi)(Nandi, 2006).

13

Gambar 2.12 Tipe Gunungapi pada zona subduksi (Anonim (SDSU), 2016b)

Zona Hot spot


Gunungapi yang terbentuk di zona hot spot biasanya membentuk
tipe gunungapi shiled vulcano. Gunung berapi ini bentuknya landai
dan sedikit menggelembung. Terbentuk dari lava yang mengalir
dengan lancar. Contohnya di kepulauan Hawai (Gunung Kilawea
dan Mauna Loa)(Nandi, 2006).

Gambar 2.13 Tipe gunungapi pada zona hot spot

Zona Spreading Center


Pada zona ini terbentuk gunung api pungung tengah samudra (MidOceanic Ridge)(Anonim (SDSU), 2016a). Umumnya di kedalaman
samudra magma yang keluar langsung dari hot spot berupa
pemijaran gas-gas hitam pekat yang panas dan dapat juga
membentuk gunungapi di bawah laut.

14

Gambar 2.14 Letak Gunungapi pada zona Spreading Center

Zona Rifting

Zona rifting merupakan zona divergen yang terjadi di daratan. Pemanasan


oleh magma pada bagian lempeng benua menyebabkan bagian diatasnya
mengalami pengangkatan dan peregangan. Peregangan dan pengangkatan oleh
aktifitas konveksi magma menyebabkan Rift Valley seperti pada pada East African
Rift Valley. Proses ini jika berlangsung lama membuat terbentuknya lautan baru dan
lempeng samudra (Rafferty, 2011).

Gambar 2.15 Zona Rifting pada East African Rift Valley.

15

Daftar Pustaka

Anjasmara, I. M. (2015). Struktur Bumi dan Tektonik Lempeng Struktur Bumi.


Surabaya: ITS.
Anonim (Departement of Natural Resources). (2005). Plate Tectonics. South
Carolina.
Anonim (SDSU). (2016a). Spreading center volcanism. Retrieved from
http://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/seafloorvol_page.html
Anonim (SDSU). (2016b). Subduction zone volcanism. Retrieved from
http://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/subducvolc_page.html
Nandi. (2006). Handouts Geologi Lingkungan (GG405).
Nelson, S. (2015). Continental Drift , Sea Floor Spreading and Plate Tectonics, 1
13.
Noor, D. (2009). Pengantar Geologi. Bogor.
Rafferty, J. P. (2011). Plate Tectonics Volcano and Earthquakes.
Widodo, A. (2015). Lempeng Tektonik. Surabaya: ITS.

16

Anda mungkin juga menyukai