Anda di halaman 1dari 31

1.

KONSEP MEDIK DAN KONSEP ASUHAN


KEPERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN
LEUKIMIA

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen: Novi Istanti, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh
Kelompok 4 :
1. Anis Setiyowati (D3KP1900555)
2. Aditya Yudha Perdana Putra (D3KP1900556)

PRODI KEPERAWATAN
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2. 2020/2021KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
memberikan rahmat dan hidayah, sehingga berkat karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ”Konsep Medik dan Konsep
Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak dengan Leukimia” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak yang menjelaskan mengenai konsep medik dan asuhan
keperawatan pada pasien bayi dan anak dengan gangguan system hematologi,
khususnya Leukimia. Pada kesempatan, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Nur Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Kepala Program Studi
Keperawatan STIKes Wira Husada,
2. Novi Istanti, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Keperawatan Anak, serta
3. Teman-teman STIKes Wira Husada dan semua pihak yang telah ikut
berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna
pengembangan pengetahuan pada mas yang akan datang. Penulis sudah menyusun
makalah ini semaksimal mungkin, namun penulis masih mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.

Yogyakarta, Februari 2021

Penulis

i
3. DAFTAR ISI

4.
JUDUL......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3

A. Konsep Medik............................................................................................3
b. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................14
BAB III..................................................................................................................26

PENUTUP..............................................................................................................26

A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28

ii
5. BAB I

6. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit ganas progresif pada jaringan pembentuk
darah. Leukemia terjadi karena adanya kerusakan pada pabrik pembuatan sel
darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering terjadi pada anak yang berusia
diatas 1 tahun, dan puncaknya antara usia 2 sampai 6 tahun. (Apriany, 2016).
Sulastriana, dkk (2012) mengatakan bahwa di Indonesia 30-40% kasus
leukemia terjadi pada anak dengan umur di bawah 15 tahun. Sedangkan hasil
penelitian Eunike Pinontoan, dkk (2013) ditinjau dari usia, jumlah penderita
yang berusia 6 bulan sampai 6 tahun sama jumlahnya dengan penderita yang
berusia 7 tahun sampai 13 tahun sebanyak 22 orang (50%). Jumlah penderita
perempuan sebanyak 17 orang (39%) dan penderita laki - laki berjumlah 27
orang (61%).
Anak yang menderita leukemia akan menunjukkan gejala demam, terdapat
petekie atau memar tanpa sebab. Leukemia dapat menyebabkan perdarahan,
infeksi sekunder maupun gagal organ. Gagal organ dapat terjadi karena sel –
sel leukemia dapat menginvasi testis, ginjal, prostat, ovarium, saluran gastro
intestinal, dan paru – paru. Lokasi invasi yang paling berbahaya adalah Sistem
Saraf Pusat (SSP) karena mengakibatkan tekanan intrakranial sehingga dapat
menyebabkan kematian (Wong, 2009). Perlu dilakukan asuhan keperawatan
secara tepat dan benar sehingga tidak terjadi infeksi dan perdarahan pada anak.
Perdarahan juga merupakan penyebab kematian yang utama pada pasien
leukemia. Sebagian besar perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan dengan
pemberian konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit, karena infeksi
meningkatkan kecenderungan perdarahan (Apriany, 2016).
Perdarahan dapat terjadi akibat dari trauma atau cedera, untuk menghindari
perdarahan, anak dianjurkan menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan
trauma atau cedera perdarahan seperti bersepeda, dan bermain ayunan.

1
Perawatan mulut anak seperti gosok gigi harus diperhatikan karena sering
terjadi perdarahan pada gusi. Komplikasi lain timbul yaitu mual, muntah,
anoreksia atau penurunan nafsu makan (Wong, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu
memahami konsep medik dan konsep askep pada bayi dan anak dengan
leukimia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian Leukimia.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi Leukimia.
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi Leukimia.
d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi Leukimia.
e. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis
Leukimia.
f. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan pada
Leukimia.
g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan
pada pasien anak dengan Leukimia.

2
7. BAB II

8. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medik
1. Definisi
Leukemia proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembekuan darah ( Suriadi & Yuliani, 2010). Leukemia adalah kanker
jaringan yang menghasilkan sel darah putih (leukosit), dihasilkan leukosit
yang imatur atau abnormal dalam jumlah berlebihan, dan leukosit – leukosit
tersebut melakukan invasi ke berbagai organ tubuh (Betz & Sowden, 2009).
Leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah
leukosit dalam bentuk seringkali rendah, sel – sel imatur ini tidak sengaja
menyerang dan menghacurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler
(Apriany, 2016).
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang
normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga
akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat
dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai
tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif
kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah
putih sirkulasinya meninggi.
2. Etiologi

3
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (T cell leukemia lymphoma virus/HTLV).
b. Tingkat radiasi yang sangat tinggi
c. Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome (Suriadi & Yuliani,
2010).
3. Klasifikasi
Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat diklasifikasikan
sebagai akut, kronik, kongenital. Leukemia akut menunjukkan proliferasi
maligna sel immatur (blastik). Jika proliferasi itu sebagian melibatkan jenis
sel yang lebih matur (berdiferensiasi), leukemia itu diklasifikasikan kronik.
Leukemia kongenital atau neonatal adalah leukemia yang terdiagnosis
dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi. Leukemia pada anak biasanya
jenis limfoblastik akut (ALL) (Apriany, 2016).
a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL) Merupakan kanker yang paling
sering menyerang anak – anak di bawah umur 15 tahun. Manifestasi
berupa poliferasi limfoblas abnormal dalam sum – sum tulang dan tempat
– tempat ekstramedular.
b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia
(ANLL) Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari trasformasi
suatu atau beberapa sel hematopoitek. Sifat sebenarnya dari lesi
molekular yang bertanggung jawab atas sifat – sifat neoplasmik dari sel
yang berubah bentuknya tidak jelas, tapi defek krisis adanya instrinsik
dan dapat diturunkan oleh keturunan sel tersebut.
c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) Chronic Mielogenosa Leukemia
(CML) adalah penyakit klonal sel induk pluripoten dan digolongkan
sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif. CML merupakan

4
neoplasma pada sel tunas hematopoietik yang berpotensi menimbulkan
proliferasi progenitor granulositik. Definisi lain menyebutkan CML
merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh elevasi yang cukup besar
dari jumlah leukosit darah, tanpa akumulasi dari segala bentuk dan belum
menghasilkan granulosit matang.
d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK) Usia rerata paisen saat
didiagnosis berusia 65 tahun, hanya 10-15% kurang dari 50 tahun. Risiko
terjadinya LLK meningkat seiring usia. Perbandingan risiko relatif pada
pria tua adalah 2, 8:1 perempuan tua.
e. Leukemia Kongenital Leukemia kongenital sangat jarang terjadi, terdapat
kurang 100 kasus yang tercatat dengan baik, dengan sebagian besar
adalah AML. Leukemia ini biasanya ditandai oleh hiperleukositosis,
hepatosplenomegeli, infiltrat kulit nodular, dan gawat napas sekunder
akibat leukositasis pulmonal. Leukemia kongenital telah dihubungkan
dengan sindromdown, sindrom turner, trisomi 9, monosomi 7 mosaik,
penyakit jantung kongenital (Apriany, 2016).

Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada anak – anak
adalah leukemia limfoid akut (ALL) dan leukemia nonlimfoid akut
(ANLL/AML) (Wong, 2009).

4. Manifestasi Klinis
a. Akut Limfoblastik Leukemia (ALL) Gambaran klinis ALL cukup
bervariasi, dan gejalanya dapat tampak tersembunyi atau akut.
Manifestasi klinisnyaantara lain pucat, mudah memar, letargi,
anoreksia, malaise, nyeri tulang, nyeri perut dan perdarahan. Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan hal – hal sebagai berikut : demam,
keletihan, anoreksia, pucat, petekie dan ekimosis pada kulit atau
membran mukosa, perdarahan retina, pembesaran dan fibrosis organ –
organ sistem retikuloendotelial seperti hati, limpa, dan limfonodus,
berat badan turun, nyeri abdomen yang tidak jelas, nyeri sendi dan nyeri
tekan pada tulang (Betz & Sowden 2009).

5
b. Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia
(ANLL) Leukemia mieloblastik akut merupakan suatu kelompok
penyakit yang heterogen yang memberikan prognosis buruk. Gejala dan
Poltekkes Kemenkes Padang tanda AML yang muncul meliputi pucat,
demam, nyeri tulang, dan perdarahan kulit serta mukosa. Meskipun
ALL dan AML tidak dapat dibedakan berdasarkan temuan klinis
sekarang, beberapa subtipe dari AML memiliki manifestasi yang
berbeda. Leukemia promielositik akut sering kali berhubungan dengan
koagulasi intravaskuler diseminata (DIC) dan perdarahan yang serius,
sedangkan leukemia monoblastik atau mielomonoblastik akut dapat
memperlihatkan hipertrofi gusi dan nodul kulit. Koagulasi intravaskuler
diseminata terjadi lebih sering dan lebih serius pada AML (Apriany,
2016).
c. Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) CML terutama terjadi pada
orang dewasa yang berusia antara 25 dan 60 tahun, insiden puncaknya
terletak pada usia antara 30 dan 50 tahun. Walaupun demikian, penyakit
ini dapat terjadi pada anak, neonatus, dan orang yang sangat tua. Gejala
klinik CML tergantung pada fase yang kita jumpai pada penyakit
tersebut, yaitu :
1) Fase kronik, terdiri atas :
a) Gejala – gejala yang berhubungan dengan hipermetabolisme,
misalnya penutrunan berat badan, badan kelelahan, anoreksia,
atau keringat malam.
b) Splenomegali hampir selalu ada dan sering kali bersifat masif.
Pada beberapa pasien, pembesaran limpa disertai dengan rasa
tidak nyaman, nyeri, atau gangguan pencernaan.
c) Gambaran anemia meliputi pucat, dispnea, dan takikardi.
d) Memar, epistaksis, menorhagia, atau perdarahan di tempat –
tempat lain akibat fungsi trombosit yang abnormal.

6
e) Gout atau gangguan ginjal yang disebabkan oleh hiperurikemia
akibat pemecahan purin yang berlebihan dapat menimbulkan
masalah.
f) Gejala yang jarang dijumpai meliputi gangguan penglihatan
dan priapismus (Apriany, 2016).
2) Fase transformasi akut, terdiri atas :
a) Perubahan terjadi pelan – pelan dengan prodomal selama 6
bulan, disebut sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru
yaitu demam, lelah, nyeri tulang (sternum) yang semakin
progresif. Respon terhadap kemoterapi menurun, leukositosis
meningkat dan trombosit menurun dan akhirnya menjadi
gambaran leukemia akut.
b) Pada sekitar sepertiga penderita, perubahan terjadi secara
mendadak, tanpa didahului masa prodomal, keadaan ini
disebut kritis bastik(blast crisis). Tanpa pengobatan adekuat
penderita sering meninggal dalam 1 sampai 2 bulan (Apriany,
2016).
d. Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK) Pada awal diagnosis,
kebanyakan pasien LLK tidak menimbulkan gejala. Pada pasien dengan
gejala, paling sering ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan
berat badan dan kelelahan. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan
dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi jarang terjadi pada awalnya, tetapi semakin
mencolok sejalan dengan perjalanan penyakitnya, dan juga
limfadenopati massifdapat menimbulkan obstruksi lumen termasuk
ikterus obstruktif, disfagia uropati obstuktif, edema ekstremitas bawah.
Infeksi bakteri dan jamur sering ditemukan pada stadium lanjut karena
defisiensi imun dan neutropenia (akibat infiltrasi sum – sum tulang,
kemoterapi, atau hipersplenisme) (Apriany, 2016).
5. Patofisiologi

7
Leukemia merupakan proliferasi tanpa batas sel – sel darah putih yang
imatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Sel – sel imatur ini
tidak sengaja menyerang dan menghansurkan sel darah normal atau jaringan
vaskular (Betz & Sowden , 2009).
Walaupun bukan suatu tumor, sel – sel leukemia memperlihatkan sifat
neoplastik yang sama seperti sel – sel kanker yang solid. Oleh karena itu,
keadaan patologi dan menifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan
penggantian setiap jaringan tubuh dengan sel – sel leukemia nonfungsional.
Organ – organ yang terdiri banyak pembuluh darah, seperti limpa dan hati,
merupakan organ yang terkena paling berat (Wong, 2009).
Sel – sel leukemia berinfiltrasi kedalam sum – sum tulang, menggantikan
unsur – unsur sel yang normal, sehingga mengakibatkan timbulnya anemia
dan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang tidak mencukupi bagi
tubuh (Betz & Sowden , 2009). Invasi sel – sel leukemia kedalam sum –
sum tulang secara perlahan akan melemahkan tulang dan cenderung
mengakibatkan fraktur. Karena sel – sel leukemia menginvasi periosteum,
peningkatan tekanan menyebabkan nyeri yang hebat (Wong, 2009).
Timbul perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang
bersirkulasi. Infeksi juga lebih sering terjadi karena berkurangnya jumlah
leukosit normal. Invasi sel – sel leukemik kedalam organ – organ vital
menimbulkan hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati (Betz &
Sowden , 2009).
Leukemia nonlimfoid akut mencakup beberapa jenis leukemia berikut
leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, dan leukemia
mielositik akut. Timbul disfungsi sum – sum tulang, yang menyebabkan
menurunnya jumlah sel darah merah, neutrofil, dan trombosit. Sel – sel
leukemik menginfiltrasi limfonodus, limpa, hati. Tulang, dan sistem saraf
pusat (SSP), juga organ – organ reproduksi Poltekkes Kemenkes Padang
seperti testis. Lokasi invasi yang paling penting adalah SSP yang terjadi
sekunder karena infiltrasi leukemik dapat menyebabkan tekanan intrakranial
(Betz & Sowden , 2009).

8
6. Pemeriksaan Diagnosik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan
pada kelainan sumsum tulang berupa adanya pansitopenia, limfositosis
yang kadang – kadang menyebabkan gambaran tepi monoton dan
terdapat sel blas. Terdapat sel blas dalam darah tepi merupakan gejala
patognomik untuk leukemia. Dari pemeriksaan sumsum tulang akan
ditemukan gambaran yang monoton, yaitu hanya terdiri dari sel
limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia
sekunder). Anak dengan sel darah putih lebih dari 50.000/mmγ adalah
tanda prognosis kurang baik. Kadar hematokrit dan hemoglobin rendah
mengindikasikan anemia. Trombosit rendah mengindikasikan potensial
perdarahan.
b. Aspirasi sumsum tulang (BMP), hiperseluler terutama banyak terdapat
sel muda .
c. Biopsi limpa Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia
dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit
normal, RES, granulosit.
d. Cairan serebrospinalis atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS) Bila terdapat
jumlah patologis dan protein, berarti suatu leukemia meningeal. Untuk
mencegahnya diberikan metotreksat (MTX) secara intratekal secara
rutin pada setiap pasien yang menunjukkan gejala tekanan intrakranial
meninggi.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 6%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan
masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda –
tanda DIC dapat diberikan heparin (Ngastiyah, 2012).
2) Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik,
tujuannya untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel

9
kanker, kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang telah lepas
dari sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan limfe ke
bagian tubuh lain. Prose kemoterapi terbagi dalam empat fase,
yaitu:

a) Terapi induksi
Yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang dari
5% sel – sel leukemia dalam sum – sum tulang. Hampir segera
setelah diagnosis ditegakkan, trrapi induksi dimulai dan
berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat – obatan utama
yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid
(terutama prednison), vinkristin, dan L-asparaginase, dengan
atau tanpa doksorubisin. Terapi obat pada AML meliputi
doksorubisin atau daunorubisin (daunomisin) dan sitosin
arabinosida.
b) Terapi profilaksis SSP Yang mencegah agar sel – sel leukemia
tidak menginvasi SSP. Penanganan SSP terdiri atas terapi
profilaksis melalui kemoterapi intratekal dengan metotreksat,
sitarabin, dan hidrokortison. Karena adanya kekhawatiran
terhadap terhadap efek samping iradiasi kranial, terapi ini
hanya dialakukan pada pasien – pasien yang beresiko tinggi
dan yang memiliki penyakit SSP.
c) Terapi intensifikasi (konsolidasi) Yang menghilangkan sel – sel
leukemia yang masih tersisa, diikuti dengan terapi intensifikasi
lambat (delayed intensification), yang mencegah timbulnya
klon leukemik yang resisten. Penyuntikan intratekal yang
menyertai kemoterapi sistemik meliputi pemberian
Lasparaginase, metotreksat dosis tinggi atau sedang, sitarabin,
vinkristin dan merkaptopurin.
d) Terapi rumatan

10
Yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi. Terapi
rumatan dimulai sesudah terapi induksi dan konsolidasi selesai
dan berhasil dengan baik untuk memelihara remisi selanjutnya
mengurangi jumlah sel leukemia. Regimen terapi obat
kombinasi yang meliputi pemberian merkaptopurin setiap hari,
metotreksat seminggu sekali, dan terapi intratekal secara
periodik diberikan selama β tahun kemudian. Demikian juga
selama terapi rumatan, harus dilakukan pemeriksaan hitung
darah lengkap untuk mengevaluasi respons sum – sum tulang
terhadap obat – obatan yang dilakukan.

e) Reinduksi sesudah relaps


Adanya sel – sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau
testis menunjukkan terjadinya relaps atau kekambuhan
penyakit. Terapi pada anak – anak yang mengalami relaps
mengalami relaps meliputi terapi reinduksi dengan prednison
dan vinkristin, disertai pemberian kombinasi obat lain yang
belum digunakan. Terapi preventif SSP dan terapi rumatannya
dilaksanakan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya
dan dilaksanakan setelah remisi.
Efek samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik dari
obat – obat sitotoksik sehingga menghambat proliferasi tidak hanya
sel – sel kanker melainkan juga sel normal. Efek samping obat
kemoterapi atau obat sitotoksik dapat berupa :
a) Sel – sel darah
Sel – sel ini melawan infeksi, membantu darah membeku, dan
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika sel – sel
terpengaruh, penderita leukemia lebih mudah mengalami
infeksi, memar, perdarahan, dan rasa lemah serta lelah.
b) Sel – sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menimbulkan kerontokan rambut.

11
c) Sel – sel yang melapisi pencernaan
Kemoterapi dapat menyebabkan luka mulut dan bibir, mual dan
muntah, diare, serta penurunan nafsu makan (Maharani, 2009).
3) Terapi radiasi Terapi radiasi (radiotherapy) dilakukan dengan
menggunakan sinar – sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel –
sel leukemia.pada terapiini, radiasi diarahkan pada limpa, otak, atau
bagian – bagian dari tubuh yang menjadi tempat berkumpulnya sel
– sel leukemia. Radiasi ini biasanya diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang. Ketika pasien menerima terapi radiasi
umumnya kulit menjadi kemerahan, kering, dan peka pada area
yang dirawat (Maharani, 2009).
4) Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan
anak – anak yang menderita ALL dan AML dengan hasil yang baik.
Mengingat prognosis anak-anak yang menderita AML lebih buruk,
transplantasi sumsum tulang alogenik bisa dipertimbangkan selama
remisi pertama. Transplantasi sumsum tulang alogenik meliputi
tindakan memperoleh sumsum tulang dari donor anggota keluarga
yang histokompatibel dan cocok (Wong, 2008). Meskipun terapi
yang agresif pada kanker dimasa kanak – kanak telah menghasilkan
perbaikan yang dramatis pada angka keberhasilan hidup, namun
terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai efek lanjutnya. Efek
lanjut yang paling menghancurkan adalah terjadinya kelainan
keganasan sekunder. Anak – anak yang mendapatkan iradiasi
kranial pada usia 5 tahun atau kurang merupakan kelompok yang
paling rentan terkena tumor otak (Wong, 2008).
b. Penatalaksanaan keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien
lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien
pada umumnya kurang baik, maka pendekatan psikologis harus
diutamakan. Diagnosis leukemia cenderung menimbulkan rasa cemas

12
pada keluarga dan pasien. Perawat merupakan sarana untuk
memberikan dukungan dan menentramkan perasaan cemas, selain
memberi penjelasan yang akurat mengenai pemeriksaan diagnostik,
prosedur dan rencana terapi.
1) Mempersiapkan anak dan keluarganya dalam menghadapi prosedur
diagnostik dan terapeutik. Anak memerlukan penjelasan mengenai
prosedur dan hasil yang diharapkan dari prosedur tersebut.
Mencegah komplikasi mielosupresi, proses leukemia sebagian besar
agens kemoterapi menyebabkan supresi sumsum tulang
(mielosupresi). Jumlah sel darah merah yang menurun
menimbulkan permasalahan sekunder berupa infeksi,
kecenderungan perdarahan dan anemia.
Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker dimasa
anak – anak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena
neutropenia. Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara
mengendalikan penularan infeksi. Cara ini meliputi pemakaian
ruang rawat pribadi, membatasi pengunjung dan petugas kesehatan
yang menderita infeksi aktif dan mencuci tangan dengan larutan
antiseptik. Keadaan anak perlu dievaluasi untuk menemukan lokasi
yang berpotensi menjadi tempat infeksi dan dipantau setiap
kenaikan suhu tubuh anak.
Komplisai lain yang sering ditemukan adalah perdarahan.
Perdarahan dapat dicegah dengan pemberian transfusi trombosit.
Kemudian perawatan mulut yang seksama merupakan tindakan
esensial karena karena sering terjadi perdarahan gusi. Anak – anak
dianjurkan untuk menghindari aktivitas yang menibulkan trauma
seperti bersepeda, memanjat pohon, dan bermain sepatu roda.
2) Melaksanakan tindakan kewaspadaan dalam memberi dan
menangani agens kemoterapi. Banyak agens kemoterapi bersifat
vesikan (menimbulkan sklerosis) yang dapat menimbulkan
kerusakan sel yang berat. Untuk mengatasi ektravasasi dengan cara

13
obat – obatan kemoterapi harus diberikan melalui slang infus.
Pemberian dihentikan apabila terlihat tanda – tanda infiltrasi seperti
nyeri, rasa tersengat, pembengkakan atau kemerahan pada tempat
pemasangan kanula infus.
3) Memberikan perawatan fisik dan dukungan emosional secara
berkesinambungan (Apriany, 2016).

a. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan
orang tua, penghasilan orang tua. Biasanya leukemia banyak
diderita oleh anak yang berusia 2 sampai 5 tahun, diamana penderita
laki – laki lebih banyak dibandingkan penderita perempuan.
b) Keluhan utama
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan anak demam, nafas
sesak, anak tampak bernafas cepat, terdapat petekie pada tubuh
anak, anak tampak letih. Anak meneguluh nyeri pada
ekstremitas, berkeringat pada malam hari, penurunan selera
makan, sakit kepala dan perasaan tidak enak badan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup riwayat kesehatan
keluarga yaitu keluarga juga mengalami leukemia.
3) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil adanya pemaparan sinar- X
saat hamil muda, riwayat keluarga dengan Sindrom down
karena kelainan kromosom salah satu penyebab terjadinya
leukemia.
4) Riwayat pertumbuhan

14
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena keletihan, nyeri pada ekstremitas, anak
mudah terserang infeksi
5) Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan juga dapat membuat anak mengalami gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan karena
aktivitas bermain anak dibatasi.
c) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran composmentis sampai koma
Tekanan darah hipotensi
Nadi takikardi
Suhu tubuh tinggi
Pernapasan takipnea sesak napas
2) Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang
ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.
3) Mata
Biasanya pada pasien dengan leukemia konjungtiva anemis,
perdarahan retina.
4) Hidung
Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
5) Mulut
Biasanya pada wajah klien leukemia sering terjadi
perdarahan pada gusi
6) Thorax
Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
7) Abdomen
Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali,
limfadenopati, nyeri abdomen
8) Kulit

15
Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh
akibat perdarahan
9) Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas terasa nyeri terutama pada
persendian apabila digerakkan

d) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah,
trombosit rendah.
2) Pemeriksaan sumsum tulang
Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit
abnormal dan sistem hemopoitik normal terdesak.
Aspirasi sumsum tulang (BMP) didapatkan hiperseluler
terutama banyak terdapat sel muda.
3) Lumbal punksi
Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi
4) Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal
dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES,
granulosit (Wijaya & putri, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
b. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulasi inheren.
c. Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma karena gangguan.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan.
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang proses penyakit.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang.

16
g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi.
h. Hipertermi berhubungan dengan sepsis.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
j. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
(NANDA, 2018).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Leukemia
No Nanda NOC NIC
1 Risiko NOC: NIC:
a. Status imunitas a. Kontrol infeksi
infeksi Kriteria hasil: 1. Bersihkan lingkungan
berhubungan 1. Fungsi dengan baik setelah
dengan gastrointestinal digunakan setiap pasien
imunosupresi 2. Fungsi respirasi 2. Batasi pengunjung
3. Suhu tubuh 3. Tempatkan isolasi
4. Integritas kulit sesuai tindakan
5. Jumlah sel darah pencegahan yang sesuai
putih absolut 4. Ajarkan cara cuci tangan
6. Jumlah sel darah bagi tenaga kesehatan
putih diferensial 5. Anjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan
b. Respon 6. Jaga lingkungan aseptik
pengobatan yang optimal
Kriteria hasil: 7. Tingkatkan intake
1. Perubahan nutrisi
gejala yang 8. Berikan terapi
diharapkan antibiotik yang sesuai
2. Pemeliharaan 9. Ajarkan keluarga mengenai
kadar darah bagaimana menghindari
yang infeksi
diharapkan
2. Respon

perilaku yang
diharapkan
4. Reaksi alergi
5. Interaksi
pengobatan
c. Status nutrisi b. Manajemen nutrisi
Kriteria Hasil: 1. Identifikasi adanya
1. Asupan gizi alergi atau intoleransi

17
2. Asupan makanan yang dimilki pasien
makanan 3. 2. Instruksikan pasien
Asupan cairan
4. Energi
5. Rasio
mengenai kebutuhan nutrisi
berat
badan/tinggi 3. Ciptakan lingkungan yang
badan optimal pada saat mengkonsumsi
6. Hidrasi makanan
c. Monitor tanda-tanda vital
1. Monitot tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernapasan
2. Pemantauan suhu tubuh
secara terus – menerus
dengan tepat
Monitor dan laporkan tanda dan
gejala hipertermia
2 Risiko perdarahan
NOC Pencegahan perdarahan
berhubungan
a. Koagulasi darah
dengan koagulasi 1. Monitor dengan ketat
inheren Kriteria hasil: tejadinya perdarahan
1. Pembentuk
2. Monitor tanda dan gejal
an bekuan
perdarahan menetap
2. Hemoglobi
n 3. Monitor komponen koagulasi
3. Hitung darah
platelet/pla
4. Monitor tanda – tanda vital
telet count
4. perdarahan 5. Berikan produk – produk
5. memar penggantian darah
6. petekie 6. Lindungi pasien dari trauma
7. BAB berdarah yang dapat
8. Gusi berdarah menyebabkan perdarahan
7. Gunakan sikat gigi yang
berbulu lembut untuk
perawatan rongga mulut
8. Berikan obat-obatan
9. Instruksikan keluarga untuk
meningkatkan makanan yang
kaya vitamin K
Manajemen kemoterapi
1. Monitor

18
pemeriksaan dan skrinning
sebelum pemberian
kemoterapi
2. Monitor
efek samping dan efek toksik
dari pengobatan
3. Berikan
informasi kepada keluarga
tentang efek obat – obatan
kemoterapi pada sel kanker
4. Instruksika
n keluarga cara – cara untuk
mencegah infeksi
5. Instruksika
n keluarga agar segera
melaporkan gejala demam,
menggigil, perdarahan
hidung, BAB berdarah
6. Instruksika
n keluarga untuk menghindari
konsumsi konsumsi produk
yang mengandung aspirin
7. Lakukan
pencegahan terjadinya
neutropenia dan perdarahan
8. Monitor
status nutrisi dan berat badan
3 Nyeri kronis
NOC: NIC
berhubungan
dengan Pengetahuan Pemberian analgesik
pasca manajemen nyeri 1. Tentukan lokasi,
trauma karena Kriteria hasil: karakteristik, kualitas dan
gangguan
keparahan nyeri
1. Tanda dan gejala
nyeri 2. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
2. Strategi untuk
frekuensi obat analgesik yang
mengontrol nyeri
diresepkan
3. Strategi untuk
3. Cek adanya alergi obat
mengelola nyeri
4. Monitor tanda – tanda vital
kronis
5. Berikan analgesik sesuai
4. Rejimen obat
waktu

19
yang diresepkan 6. Tentukan analgesik
5. Penggunaan sebelumnya, rute
yang benar dari pemberian, dan dosis untuk
obat yang mencapai hasil pengurangan
diresepkan nyeri yang optimal
6. Pembatas 7. Evaluasi keefektifan
an analgesic
aktivitas
7. Tindakan
Manajemen nyeri
pencegah
an 1. Lakukan pengkajian nyeri
8. Teknik komprehensif
relaksasi
2. Gunakan komunikasi
yang
terapeutik
efektif
3. Gali pengetahuan dan
kepercayaan keluarga mengenai
nyeri
4. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien
5. Berikan informasi
mengenai nyeri
6. Kendalikan faktor
lingkunganyang dapat
mempengaruhi nyeri
7. Ajarkan penggunaan teknik
nofarmakologi
Dukung istirahat/tidur yang
adekuat
4 Ketidakseimbang
NOC: NIC:
an nutrisi kurang
a. Nutritional status
dari kebutuhan Nutrition Management
tubuh berhubugan Kriteria hasil:
1. Kaji adanya alergi makan
dengan 1. Asupan nutrisi
kurang 2. Asupan makanan 2. Tanyakan makanan yang
asupan makanan 3. Asupan cairan disukai pasien
4. Energy
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
5. Berat/ tinggi
untuk menentukan jumlah kalori
badan
dan nutrisi yang
6. Hematokrit
7. Bentuk otot dibutuhkan pasien
8. Hidrasi 4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
b. Nutritional status: 5. Anjurkan pasien untuk

20
food and fluid meningkatkan protein dan
intake vitamin C
Kriteria hasil: 6. Berikan substansi gula
1. Asupan makanan 7. Yakinkan diet yang
oral diberikan mengandung
2. Asupan cairan tinggi serat untuk
slang (NGT/ mencegah konstipasi
OGT) 8. Berikan makan yang
3. Asupan cairan terpilih (sudah
oral dikonsultasikan dengan
4. Asupan cairan ahli gizi
intravena (IV) 9. Monitor jumlah nutrisi dan
5. Asupan nutrisi kandungan kalori
parental 10. Berikan informasi
mengenai kebutuhan nutrisi
anak

c. Nutritional
Nutrition Monitoring
status: nutrient
intake 1. BB pasien dalam batas normal
Kriteria hasil: 2. Monitor adanya penurunan
1. Asupan kalori berat badan
2. Asupan
3. Monitor interaksi anak selama
protein
makan
3. Asupan
4. Monitor lingkungan selama
lemak
makan
4. Asupan
5. Monitor perubahan kulit dan
karbohidrat
monitoring pigmentasi
5. Asupan serat
6. Monitor turgor kulit
6. Asupan vitamin
7. Monitor mual muntah
7. Asupan mineral
8. Monitor kadar albumin,
8. Asupan besi
total protein, Hb dan kadar
9. Asupan kalsium
Ht
10. Asupan sodium
9. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
d. Weight: body mess 10. Monitor pucat,
kemerahan dan kekeringan
Kriteria hasil:
pada konjungtiva
1. Berat badan
2. Ketebalan
lipatan kulit trisep
3. Ketebalan
lipatan kulit
subskapularis
4. Persentase
lamak tubuh

21
5. Lingkar
kepala (cm)
6. Tinggi badan
(cm)
7. Berat badan (kg)
5 Ketidakefektifan
NOC: NIC
perfusi jaringan
a. Circulation Status a. manajemen hipovolemi
perifer
1. Timbang berat badan
berhubungan Kriteria hasil :
2. Monitor adanya
dengan kurang 1. Systolic
tanda – tanda dehidrasi
pengetahuan blood 3. Monitor adanya pusing
tentang proses pressure saat berdiri
penyakit dalam 4. Monitor adanya
rentang sumber – sumber
normal kehilangan cairan
2. Diastolic 5. Monitor asupan dan
pengeluaran
blood
6. Monitor hasil
pressure laboratorium
dalam 7. Jaga kepatenan akses IV
rentang
normal
3. Pulse
pressure
dalam
rentang b. Monitor neurologi
normal 1. Monitor tingkat
4. CVP dalam kesadaran
retang 2. Monitor tanda – tanda vital
normal 3. Monitor status
pernapasan
5. MAP
4. Catat keluhan sakit
dalam rentang
kepala
normal
5. Pantau ukuran pupil,
6. Saturasi Oβ
bentuk, kesimetrisan
dalam rentang
6. Monitor reflek korna
normal
7. Monitor paresthesia : mati
7. Tidak asites
rasa dan kesemutan
b. Tissue
Perfusion :
c. Terapi oksigen
Peripheral
1. Pertahankan kepatenan
Kriteria hasil : jalan napas
1. CRT (jari tangan 2. Siapkan peralatan oksigen
dan kaki) dalam 3. Berikan oksigen

22
batas normal 4. Monitor aliran oksigen
2. Suhu kulit 5. Monitor kerusakan kulit
ekstremitas terhadap adanya gesekan
dalam rentang perangkat oksigen
normal
3. Kekuatan denyut d. Vital Sign Monitoring
nadi (karotis 1. Monitor TD, Nadi, Suhu,
kanan dan dan RR
kiri;brachial 2. Catat adanya fluktuasi
kanan dan kiri; tekanan darah
femur kanan dan 3. Monitor kualitas nadi
kiri, radialis 4. Monitor suara paru
kanan dan kiri) 5. Monitor pola
dalam rentang pernapasan yang
normal banormal
4. Blood pressure 6. Monitor suhu, warna, dan
dan MAP kelembapan kulit
dalam rentang
normal
6 Hambatan NOC NIC
mobilitas fisik 1.Klien meningkat Exercise Therapy : ambulation
berhubungan dalam aktivitas fisik 1. Monitoring vital sign sebelum
dan sesudah latihan dan lihat
dengan 2. Mengerti tujuan
respon pasien saat latihan
dari peningkatan
kerusakan 2. Konsultasikan dengan terapi
mobilitas
3. Memverbalisasikan fisik tentang rencana
integritas
perasaan dalam ambulasi sesuai dengan
struktur tulang meningkatkan kebutuhan
kekuatan dan 3. Kaji kemapuan pasien dalam
kemampuan mobilisasi
berpindah 4. Latih pasien dalam
pemenuhan kbeutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan pasien
5. Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi
6. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
7. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
7. Kerusakan NOC NIC
Tissue integrity : Pressure Management
integritas kulit
Skin and Mucous

23
berhubungan Membranes 1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaianyang
dengan
Kriteria hasil : longgar
imunodefisiensi 2. Hindari kerutan pada tempat
1. Integritas kulit tidur
yang baik bisa 3. Jaga kebersihan kulit agar
dipertahankan tetap bersih dan kering
( sensasi, elastic 4. Mobilisasi pasien (ubah
sitas,temperature, posisi pasien setiap dua jam
hidrasi,pigmentas sekali)
i) 5. Monitor kulit akan danya
2. Tidak ada luka / kemerahan
lesi pada kulit 6. Oleskan lotion atau minyak
3. Perfusi jaringan baby/baby oil pada daerah
baik yang tertekan
4. Menunjukkan 7. Monitor aktivitas dan
pemahaman mobilisasi pasien
dalam proses 8. Monitor status nutrisi pasien
perbaikan kulit 9. Memandikan pasien dengan
dan mencegah sabun dan air hangat
terjadinya cedera
berulang
5. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami

8. Hipertermi NOC NIC


Thermoregulation Fever treatment
berhubungan 1. Berkeringat saat 1. Monitor suhu sesering
dengan panas mungkin
2. Menggigil saat 2. Monitor IWL
dehidrasi dingin 3. Monitor warna kulit dan
3. Denyut jantung suhu kulit
apical 4. Monitor TD, nadi dan RR
4. Denyut nadi apical 5. monitor penurunan
5. Pernafasan kesadaran
6. Melaporkan 6. monitor Intake dan
suhu tubuh output
7. Peningkatan 7. monitor WBC, HB dan Ht
suhu tubuh 8. berikan antipiretik

24
9. selimuti pasien
Vital sign 10. berikan cairan
Kriteria hasil: intravena
11. tingkatkan sirkulasi
1. Suhu tubuh udara
2. Seperti
mendengkur 3. temperature regulation
Denyut jantung 1. monitor suhu minimal tiap 2
4. Irama jantung jam
5. Tekanan darah 2. rencanakan monitoring suhu
sistolik secara kontinyu
6. Tekanan darah 3. monitor TD, Nadi, dan RR
diastolic 4. monitor warna kulit dan
7. Tekanan nadi suhu kulit
8. Kedalaman 5. monitor tanda- tanda
inspirasi hipertermi
6. tingkatkan intake dan
output
7. diskusikan dengan keluarga
pentingnya pengaturan
suhu tubuh dan
kemungkinan efek negative
dari kedinginan
8. ajarkan cara kompres

vital sign monitoring


1. monitor TD, Nadi,
suhu dan RR
2. catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. monitor kualitas nadi
4. monitor frekuensi dan
irama pernafasan
5. monitor suara paru.
6. Monitor pola nafas
abnormal

25
9. BAB III

10. PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit
yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika
seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggu
pembelahan sel darah normal.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan
selkanker yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik
Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik
Kronik (LLK).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia, wajah pucat, sesak
nafas, pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri
tulang dan nyeri sendi.
Di Indonesia kasus leukimia sebanyak + 7000 kasus/tahun dengan angka
kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International
Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak
terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh
leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian
di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971
(Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan
meninggal dikarenakan leukemia.

26
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan
untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena
membunuh sel – sel normal pada bagian tubuh yang sehat.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini. Pembuatan makalan ini dilakukan dengan
semaksimal mungkin, namun penulis juga menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang penulis peroleh. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat para pembaca sekaligus untuk penulis sendiri.

27
11. DAFTAR PUSTAKA

Apriany, Dyna. 2016. Asuhan Keperawatan Anak dengan Keganasan. Bandung :


PT Refika Aditama
Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC
Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Hidayat. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika.
Maharani, Sabrina. 2009. Mengenal 13 jenis kanker dan pengobatannya.
Jogjakarta: Katahati
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC
Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC
Suriadi & Yuliani. 2010. Buku Pegangan Praktek Klinik. Asuhan Keperawatan
Pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV.Sagung Seto.
Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz. 2009. Buku
ajar keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC

28

Anda mungkin juga menyukai