Anda di halaman 1dari 43

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Tumor (neoplasma) adalah pertumbuhan baru jaringan yang tidak

terkontrol dan progresif. Tumor dan kanker dapat diakibatkan oleh faktor genetik

atau diwariskan kecenderungan genetik. Untuk karsinogen mungkin disebabkan

oleh rapuhnya gen-gen regulator, kerentanan terhadap inisiator dan promoter,

kesalahan enzim pengoreksi atau gagalnya sistem oimun. Kecendurangan

genetik kita dapat positif atau negative terhadap tumor dipengaruhi oleh

berbagai pengalaman perilaku dan lingkungan (kamus kedokteran Dorland).

Salah satu contoh tumor akibat genetik ini adalah tumor wilms, tumor wilms

adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk dari

unsure embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia 5 tahun.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk lebih memahami tentang gambaran teoritis terhadap asuhan

keperawatan pada anak yang mengalami tumor wilms.

2. Tujuan Khusus

a. Memahami teoritis terhadap tumor wilms yang mencangkup : etiologi,

patofisiologi, gejala klinis dan penatalaksanaan

b. Melatih membuat Askep yang bisa diterapkan nantinya

c. Untuk mengetahui tugas keperawatan anak yang diberikan oleh dosen


C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Bagi perkembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat

memberikan sumbangan ilmiah bagi keperawatan khususnya berkaitan

dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor wilm.

2. Manfaat Praktis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat membuahkan pokok pokok

pikiran yang kemudian dapat dikembangkan dalam pelaksanaan perawatan

pada pasien tumor wilm.

a. Bagi Perawat

b. Bagi Mahasiswa
BAB II

Konsep Teori

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Tumor wilms (Nefroblostoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari

sel embrional primitive diginjal. Tumor wilms biasanya ditemukan pada

anakanak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan

pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor wilms merupakan

tumor ganas intraabdomen yang tersaring pada anakanak.

Tumor wilm adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan

cepat, terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak

sebelum 5 tahun (kamus kedokteran Dorland).

2. Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui pasti, tetapi diduga melibatkan faktor

genetic. Tumor wilms berasal dari poliferasi patologik blastema meta nefron

akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk

menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik.

Perkembangan blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi

pada umur kehamilan 8-34 minggu. Sehingga diperkirakan bahwa

kemampuan blastema primitive untuk merintis jalan kearah pembentukan

tumor wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatic, itu terjadi pada

usia kehailan 8-34 minggu.


Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota lain yang juga

menderita tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat

keturunan yang berbeda dengan kasus tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus

tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan.

3. Penentuan Stadium Tumor Wilms

a. Stdium I

Tumor terbatas pada ginjal dan dapat disekresi total.

b. Stadium II

Tumor meluas hingga diluar ginjal tetapi masih dapat disekresi total

c. Stadium III

Tumor non hematogen yang tersisa terbatas pada daerah abdomen

d. Stadium IV

Metastasis hematogen, adanya deposit tumor diluar stadium III yaitu

pada paru, hati, tulang dan otot

e. Stadium V

Tumor sudah mengenai kedua ginjal (lesi, bilateral). Pada saat

diagnosis.

4. Patofisiologi

Terlampir

5. Tanda dan Gejala

Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya

nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi infasi tumor

yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena infasi tumor


yang menembus system velveo kalises. Demam dapat terjadi sebagai

reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa

muncul adalah:

a. Adanya massa dalam perut (tumor abdomen)

b. Hematuri akibat infiltrasi tumor ke dalam sistem kaliks

c. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada

pembuluh- pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga

terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau

tumor sendiri mengeluarkan rennin

d. Anemia

e. Penurunan berat badan

f. Infeksi saluran kencing

g. Demam

h. Malaise

i. Anoreksia

j. Nyeri perut yang bersifat kolik, akibat adanya gumpalan darah

dalamsaluran kencing

Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital

lainnya,seperti aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia

danretardasi mental
6. Pemeriksaan Penunjang

Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa

di abdomen. Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik memberi kesan

tumor ginjal.

a. IVP

Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises

(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini

berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.

b. Foto thoraks (Rontgen)

Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya

metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk

pasien dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.

c. Ultrasonografi

Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan

tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan

pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah

ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada

potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak

mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa

hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.

d. CT-Scan

Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor

Wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang


biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel;

penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah

besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan memperlihatkan

massa heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple. CT scan

dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar

multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.

e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan

perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke

daerah intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akanmemperlihatkan

hipointensitas (low density intensity) dan hiperintensitas (high density

intensity).

f. Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang

untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi

dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga

dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat

juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler.

Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas

pada analisa serum.

7. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan

penyembuhan dengan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin.


Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.

Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Jika

secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah

kontra lateral normal, dilakukan nefrektomiradikal. Ukuran tumor pada saat

datang menentukan cara pengobatan. Masing-masing jenis ditangani

secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan

memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor

besar maka pembedahan definitive mungkin harus di tunda sampai

kemoterapi atau radiasi selesai. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan

memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.

a. Farmakologi

1) Kemoterapi

Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap

obatkemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara

penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi

terhadap sel ganas danmempunyai efek samping yang rendah

terhadap sel yang normal.Terapi sitostatika dapat diberikan pra

maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari

tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah

selama 48 minggu. Jadi tujuan pemberian terapi adalah untuk

menurunkan resiko ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa

tumor sehingga lebih midah direseksi total. Ada lima macam obat

sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms,


yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan

siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat

sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat

tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga

pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.

2) Aktinomisin D

Golongan antibiotika yang berasal dari spesies

Streptomyces, diberikan lima hari berturut-turut dengan dosis 15

mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500

mikrogram. Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu

digunakan sebagai terapi prabedah.

3) Vinkristin

Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya

diberikan dalam satu dosis 1,5 mg/m2setiap minggu secara

intravena (tidak lebihdari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat

menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak

terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian secara intravena.

Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena jarang

menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan

sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.

4) Adriamisin

Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces

pencetius, diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari


selama tiga hari berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini

tidak dapat melewati sawar otak dapat menimbulkan toksisitas

pada miokard bila melebihidosis. Dapat dikombinasi dengan

Aktinomisin

5) Cisplatin Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari

atau 20mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.

6) Siklofosfamid Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250-

1800 mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis

peroral 100-300mg/m2/hari.

b. Non Farmakologi

1) Pembedahan

Keperawatan Perioperatif

Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin

mendapat obatkemoterapi kardiotoksik, maka mereka harus

diperiksa oleh ahli onkologidan di izinkan untuk menjalani operasi.

Mereka perlu menjalani pemeriksaan jantung yang menyeluruh

untuk menentukan status fungsi jantung. Tumor wilms jangan di

palpasi untuk menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor.

Pasien di letakkan dalam posisi telentang dengan sebuah

gulungan di bawah sisi yang terkena. Seluruh abdomen dan dada

di bersihkan.
Hasil akhir pada pasien pasca operatif

Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi

yang sesuai dengan lesi. Gambaran histologik lesi merupakan

suatu indikator penting untuk prognosis, karena gambaran

tersebut menentukan derajat anaplasia. Anak yang histologiknya

relative baik. Maka memiliki prognosis baik. Sedangkan anak yang

gambaran histologiknya buruk, maka memiliki prognosis buruk.

Terapi dibuat sespesifik mungkin untuk masing-masing anak,

karena terapi yang lebih sedikit menghasilkan kualitas hidup yang

lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya. Nefrektomi radikal

dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum

menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limferetro

peritoneal total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah

hilus dan para aorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu

diperhatikan ginjal kontra lateral karena kemungkinan lesi bilateral

cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava,

tumor tersebut harus diangkat. Tumor Wilms dikenal sebagai tumor

yang radiosensitif, tapiradioterapi dapat mengganggu pertumbuhan

anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu

radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang

termasuk golongan patologi prognosis buruk atau stadium III dan

IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan radioterapi.
Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase ke paru, otak,

hepar serta tulang.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak

sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan

panas hanya 1 hari pertama sakit.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya,

atau gejala-gejala tumor wilms.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau

tumor sebelumnya.

c. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan

secara head to toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen

yang cermat dan pengukuran tekanan darah pada klien. Tumor dapat

memproduksi rennin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga

mengakibatkan hipertensi pada anak.


d. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Pre Operasi

Data subjektif : Tumor wilms Nyeri


Anak mengatakan
nyeri di daerah Tumor belum
perutnya menembus kapsul
Data objektif : ginjal
Anak tampak
memegangdaerah Berdiferensiasi
perutnya Nyeri
akut Tumor menembus
Tekanan darah kapsul ginjal (perineal,
140/110mmHg hilus, vena renal
Takikardi dan
takipnea Nyeri

Data subjektif : Tumor wilms Perubahan nutrisi:


Anak mengatakan
kurang dari kebutuhan
tidak mau makan Tumor belum
tubuh.
Data objektif : menembus kapsul
Terjadi penurunan ginjal
berat bada
Makanan tidak di Berdiferensiasi
habiskan
Tumor menembus
kapsul ginjal (perineal,
hilus, vena renal

Disfungsi ginjal

Gangguan
keseimbangan asam
dan basa

Asidosis metabolic

Mual dan muntah

Nafsu makan
berkurang

Data Subjektif: Tumor wilms Kecemasan


Keluarga klien
selalu bertanya Pre operasi
tentang kesehatan
anaknya Kurang pengetahuan
Data Objektif: Keluarga dan anak
Orang tua terlihat
cemas dan gelisah Kecemasan
dengan keadaan
anaknya
TTV meningkat

Data subjektif : Tumor wilms Intoleransi aktivitas


Anak mengatakan
lemas dan lelah Tumor belum
Data objektif : menembus kapsul
Terbaring lemas di ginjal
tempat tidur
Anak kurang Berdiferensiasi
bersemangatdalam
beraktivitas Tumor menembus
Malaise kapsul ginjal (perineal,
hilus, vena renal

Post Operasi
Data subjektif: Tumor wilms Nyeri
Klien mengeluh
nyeri Sayatan operasi
Data Objektif
Wajah tampah Terputusnya
meringis kontinuitas jaringan
Skala nyeri 0-10
TTV meningkat Merangsang
Gangguan Tidur pengeluaran zat
proteolitik (bradikinin,
histamine, serotin)

Nyeri

Data Objektif: Tumor wilms Resiko Tinggi Infeksi


Adanya tanda
infeksi (bengkak, Sayatan operasi
kemerahan, nyeri,
demam) Adanya luka operasi
Peningkatan suhu
tubuh Luka terbuka

Resiko tinggi infeksi
2. Diagnosa Keperawatan

a. Pre operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia

2) Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan

penurunan intake

3) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang

tua tentang penyakit dan prosedur pembedahan

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya nutrisi tubuh

b. Pasca operasi

1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi


3. Rencana Asuhan Keperawatan

Pre Operasi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Keperawatan

Nyeri berhubungan Pasien tidak 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan tindakan selanjutnya
dengan efek mengalami nyeri atau
2. Lakukan teknik pengurangan 2. Sebagai analgesik tambahan
fisiologis dari nyeri menurun
nyeri nonfarmakologis 3. Mengurangi rasa sakit
neoplasia sampai tingkat yang
dapat diterima anak. 3. Berikanan analgesik sesuai 4. Untuk mencegah kambuhnya nyeri
Dalam waktu :
ketentuan 5. Karena aspirin meningkatkan
.....x24 jam, dengan
4. Berikan obat dengan jadwal kecenderungan pendarahan
kriteria:
Nyeri hilang preventif
Tekanan darah
5. Hindari aspirin atau senyawanya
dalam batas
normal
Tidak Takikardi
dan takipnea
Perubahan Nutrisi Dalam waktu x 24 1. Catat intake dan output makanan 1. Monitoring asupan nutrisi bagi
:Kurang dari
jam, kebutuhannutrisi secara akurat tubuh
Kebutuhan
tubuh dapat 2. Kaji adanya tanda-tanda 2. Gangguan nutrisi dapat terjadi
berhubungan
dengan peningkatan terpenuhi dengan perubahan nutrisi : Anoreksi, secara berlahan
kebutuhan
kriteria: Letargi, hipoproteinemia. 3. Diare sebagai reaksi oedema
metabolime,
Anak mau makan 3. Beri diet yang bergizi intestine dapat memperburuk
kehilangan protein
Tidak Terjadi
dan penurunan 4. Beri makanan dalam porsi status nutrisi
penurunan berat
intake
keciltapi sering 4. Mencegah status nutrisi menjadi
badan
Porsi makan 5. Beri suplemen vitamin dan besi lebih buruk
habis
sesuai instruksi 5. Membantu dalam proses

metabolisme

Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan klien 1. Untuk mengetahui seberapa besar

berhubungan perawatan selama 2. Gunakan media untuk kecemasan yang dirasakan klien

dengan kurangnya x24 jam, menjelaskan mengenai penyakit 2. Untuk mempermudah

pengetahuan orang pasiecemas 3. Jelaskan tentang pengobatan pemahaman orang tua

tua tentang penyakit berkurang sampai yang diberikan dan prosedur 3. Untuk mengurangi kecemasan
dan prosedur dengan hilang, tindakan pada orang tua

pembedahan dengan kriteria: 4. Dorong orang tua untuk 4. Untuk mengetahui tingkat

Keluarga klien mengungkapkan perasaan dan kecemasan orang tua dan


tidak bertanya
dengarkan dengan penuh memberi solusi sesuai tingkat
tentang
perhatian kecemasan orang tua
kesehatan
anaknya
Orang tua terlihat
tenang dengan
keadaan anaknya
TTV dalam batas
normal

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Pertahankan tirah baring bila 1. Mengurangi pengeluaran energy
2. Mengurangi kelelahan pada
berhubungan perawatan selama terjadi edema berat
pasien
dengan kurangnya x 24 jam, 2. Seimbangkan istrahat dan
3. Untuk menghemat energy
nutrisi tubuh pasiendapat istirahat aktivitas bila ambulasi

dengan adekuat 3. Intrusikan pada anak untuk


dengan kriteria: istrahat bila anak merasa lelah

Anak tampak
segar
bersemangat
dalam beraktivitas

Pasca Operasi

Nyeri berhubungan Pasien tidak 1. Kaji tingkat nyeri 1. Menentukan tindakan selanjutnya
mengalami nyer iatau
dengan 2. Lakukan tehnik pengurangan 2. Sebagai analgesik tambahan
nyeri
inkontinuitas nyeri nonfarmakologis 3. Mengurangi rasa sakit
menurunsampai
jaringan tingkat yang dapat 3. Berikanan algesik sesuai 4. Untuk mencegah kambuhnya
diterima anak.Dalam
ketentuan nyeri
waktu : .....x24 jam,
4. Berikan obatdengan jadwal 5. Karena aspirin meningkatkan
dengan kriteria:
Nyeri hilang preventif kecenderungan pendarahan
Tekanan darah
5. Hindariaspirin atau senyawanya
dalam batas
normal
Tidak Takikardi
dan takipnea

Resiko tinggi infeksi Pasien tidak 1. Pantau tanda-tanda vital 1. Peningkatan suhu dapat
mengidentifikasi adanya infeksi
berhubungsn mengalami resiko 2. Kaji tanda-tanda infeksi
2. Mengidentifikasi tanda infeksi
dengan adanya infeksi Dalam waktu : 3. Lakukan perawatan luka dengan
lebih dini sehingga bisa segera
insisi pembedahan .....x24 jam, dengan tekhnik aseptic diatasi
3. Perawatan yang benar akan
kriteria: 4. Kolaborasi pemberian antibiotic
mempercepat proses
Tidak Adanya
penyembuhan yang cepat
tanda infeksi
4. Mencegah perkembangan bakteri
(bengkak,
kemerahan, nyeri,
demam)
Suhu dalam batas
normal
C. Konsep Tumbuh Kembang

1. Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang.

Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya.

Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran

sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.

2. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih

terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak anak terlihat lebih

cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga

keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan ketrampilan

motorik, anak anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang

bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak anak juga

melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal,

seperti senam, berenang, dll.

Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini,

antara lain :

a. Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat

b. Mampu menggunakan peralatan rumah tangga

c. Ketrampilan lebih individual

d. Menyukai kelompok dan mode

e. Mencari teman secara aktif.


3. Perkembangan Kognitif

Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang

secara berangsurangsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak

masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir

anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif.

Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada

stadium belajar.

Menurut teori Piaget, pemikiran anak anak usia sekolah dasar

disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya

aktivitas mental yang difokuskan pada objek objek peristiwa nyata atau

konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu

mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai

mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata

dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah

mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi operasi,

yaitu :

a. Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak

memahami hubungahubungan antara benda atau keadaan yag satu

dengan benda atau keadaan yang lain.

b. Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui

hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.

c. Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan

benda-benda yang ada.


Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk

mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut

ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang

memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia

sendiri bertindak secara nyata.

4. Perkembangan Memori

Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang

dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak

peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan keterbatasan. Untuk

mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi

memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang

digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4

macam strategi memori yang penting, yaitu :

a. Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan

cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.

b. Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu

yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering

mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana

mereka duduk dalam satu kelas.

c. Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari

karakteristik pembayangan dari seseorang.

d. Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau

mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat


yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah meori,

mereka akan menggunakannya secara spontan.

Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang

mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap,

kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak

sebelumnya.

5. Perkembangan Pemikiran Kritis

Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi

terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar

tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang

datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan

evaluatif.

6. Perkembangan Kreativitas

Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh

lingkungan, terutama lingkungan sekolah.

7. Perkembangan Bahasa

Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut.

Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah

kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata,

struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat

yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata

bahasa secara tepat.


8. Perkembangan Psikosial

Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas

atau perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial

anak menjadi semakin kompleks. Anak sudah siap untuk meninggalkan

rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak berada

di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing

(kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima,

setia kawan dan belajar peraturan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini

proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman sebaya.

Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain

itu, anak tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetitif

sehingga dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan

masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu

yang menarik perhatiannya.

9. Perkembangan Pemahaman Diri

Pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami

perubahan yang sangat pesat. Ia lebih memahami dirinya melalui

karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal.

10. Perkembangan Hubungan dengan Keluarga

Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap

tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan

dengan periode sebelumnya, karena rata-rata anak menghabiskan waktunya

di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu


peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan

kognitif dan ketrampilan sosial.

11. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya

Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak

menyita waktu. Umumnya mereka meluangkan waktu lebih dari 40% untuk

berinteraksi dengan teman sebaya dan terkadang terdapat duatu

grup/kelompok. Anak idak lagi puas bermain sendirian dirumah. Hal ini

karena anak mempunyai kenginan kuat untuk diterima sebagai anggota

kelompok.

D. Konsep Reaksi Hospitalisasi

1. Pengertian Hospitalisasi

Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana

mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan

perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut

bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing,

lingkungannya yang asing, orang tua yang kurang mendapat dukungan

emosi akan menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua akan

membuat stress anak meningkat. Dengan demikian asuhan keperawatan

tidak hanya terfokus pada anak terapi juga pada orang tuanya.

2. Stressor Umum Pada Hospitalisasi

a. Perpisahan

b. Kehilangan kendali

c. Perubahan gambar diri


d. Nyeri dan Rasa takut

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hospitalisasi Pada Anak

a. Berpisah dengan orang tua dan sparing.

b. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang

kegelapan,monster,pembunuhan dan binatang buas diawali dengan

yang asing.

c. Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan

d. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.

e. Prosedur yang menyakitkan dan takut akan cacat dan kematian .

4. Stressor dan Reaksi sesuai tumbuh kembang pada anak

Reaksi anak pada hospitalisasi

Masa sekolah (6-12 tahun)

Perawatan di rumah sakit memaksakan ;

a. Meninggalkan lingkungan yang dicintai

b. Meninggalkan keluarga

c. Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan

Masa sekolah 6 sampai 12 tahunPerawatan di rumah sakit

memaksakanmeninggalkan lingkungan yang dicintai , keluarga, kelompok

sosial sehingga menimbulkan kecemasan Kehilangan kontrol berdampak

pada perubahan peran dlm klg, kehilangan klp sosial,perasaantakut mati,

kelemahan fisik Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal.
BAB III

Asuhan Keperawatan Pada An. S Usia Sekolah (9 Tahun) Dengan Gangguan

Sistem Perkemihan (Tumor Wilms) di Ruang Bedah Anak

Gedung Kemuning Lt. 2

RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

I. Pengkajian

A. Pengumpulan Data

1. Identitas

Anak

Nama : An. S

Umur : 9 Tahun

Tanggal Lahir : 28 Oktober 2002

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Anak Ke :2

Tanggal Masuk RS : 03 Oktober 2011

Tanggal Pengkajian : 08 Oktober 2011

No. RM : 0001112851

Diagnosa Medis : Tumor Wilms


Orang Tua

Nama : Ny. I

Umur : 36 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku Bangsa : Sunda

Alamat :Kebon gedang RT 03 RW 07 No. 26/27

maleber Bandung

Hub dengan Anak : Ibu Kandung

2. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Anak ke Status Kesehatan

1 An. D 10 Tahun 1 Sehat

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Saat Masuk RS : Benjolan Pada daerah Abdomen

Saat Dikaji : Klien Tidak Mau Makan

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat dikaji tanggal 07 Oktober 2011 klien mengeluh tidak nafsu

makan disebabkan karena adanya penekanan pada daerah

lambung, klien makan 3x/hari dalam 1x makan klien hanya makan


sebanyak 5 sendok. Nafsu makan bertambah jika klien disuapi oleh

perawat dan nafsu makan berkurang ketika klien tidak dibujuk.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Menurut ibu klien, klien tidak memiliki dan mempunyai penyakit yang

menular atau penyakit keturunan. Dan belum pernah mengalami

pembedahan sebelumnya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram

4. Riwayat Kehamilan

a. Prenatal

HPHT : Ibu klien tidak ingat

Kehamilan : diharapkan

Penerimaan Kehamilan :ibu sangat senang dengan kehamilan

keduanya

Kesehatan Ibu selama Hamil : ibu mengalami penyakit maghkronis

Gizi Ibu selama Hamil :baik

Makanan Yang Dipantang : Asam dan pedas

Penambahan BB selama Hamil: 8-10 Kg

Masalah Selama Hamil : Mual muntah akibat Gastritis

Penyakit Kehamilan : gastritis

Imunisasi TT : 2x selama hamil

Pemeriksaan Kehamilan : 1x/bulan di bidan

Penggunaan Obat-obatan : tidak ada


b. Natal

Tempat Melahirkan : Bidan

Jenis Persalinan : normal per vaginam

Lama Persalinan : ibu tidak ingat

Penolong Persalinan : bidan

BB Lahir : 2800 gr

TB waktu Lahir : ibu klian tidak ingat

Posisi Janin Waktu Lahir : normal

Cara Untuk Memudahkan Persalinan: tidak ada

Komplikasi Waktu Lahir : tidak ada

c. Post Natal (24 jam)

Kondisi Bayi : langsung Menangis

Pengeluaran Mekonium : ada pengeluaran mekonium

5. Pola Kebutuhan Sehari-hari

Kebutuhan Sehari-hari Saat Di Rumah Saat Di Rumah Sakit

Nutrisi

Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur

Frekuensi 3x/hari 3x/hari

Jenis Jajanan Biscuit dan coklat Biscuit dan coklat

Nafsu Makan Baik Setiap makan hanya 5

sendok

Eliminasi

Frekuensi BAK 6-7 kali/hari


Jumlah BAK

Warna Urine Kuning jernih Kuning jernih

Frekuensi BAB 1x/hari Jarang BAB

Bau Feses Khas khas

Konsistensi Feses Lembek Lembek

Warna Feses Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

Istirahat dan Tidur

Tidur Malam 8 jam 8 jam

Tidur Siang 2 jam 2 jam

Teman Tidur Ibu kandung Ibu kandung

Kebiasaan Sebelum Tidur Tidak ada Tidak ada

Bermain dan Rekreasi

Jam Bermain sore Tidak bermain

Jenis Permainan Boneka Game handphone

Aktifitas Bermain

Kebersihan Perorangan

Mandi 2x/hari 1x/hari

Gosok Gigi 2x/hari 1x/hari

Keramas 2x/minggu Belum pernah keramas

Kbersihan Kuku Bersih Panjang dan sedikit kotor


6. Data Pertumbuhan Dan Perkembangan

a. BB : 19 Kg

b. TB : 100 cm

c. Motorik Kasar :-

d. Motorik Halus :-

e. Bicara dan Bahasa : dapat menjawab pertanyaan, Bahasa:

Indonesia/sunda

f. Emosi dan Hubungan Sosial: klien dapat berinteraksi dengan teman-

teman di ruangan dan perawat

7. Riwayat Imunisasi

a. Jenis Imunisasi : BCG. DPT I, II, III, Polio, Campak (Lengkap)

b. Kapan dan dimana diberikan: Sesuai ketentuan dan diberikan di

bidan dan posyandu

8. Data Psikososial

a. Pola Interaksi

Interaksi klien dengan keluarga, teman, dan lingkungan baik

b. Pola Emosi

Reaksi klien ketika marah, klien hanya diam dan menangis.

Reaksi klien ketika takut, klien selalu memanggil ibunya.

Reaksi klien ketika gembira, klien selalu tersenyum.

c. Pola Pertahanan Keluarga Dalam Menghadapi stress

Dalam menghadapi penyakit klien saat ini, keluarga klien yakin dan

terus berusaha untuk kesembuhan klien.


d. Support sistem dalam Keluarga

Keluarga klien berharap klien sembuh dan dapat berkumpul kembali

di rumah

e. Pengasuh : Ibu kandung

f. Hubungan dg Anggota Keluarga: Harmonis

g. Watak atau kebiasaan Anak: pendiam, ramah, dan suka berteman

9. Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran Antropometri

TB : 100

BB Sekarang : 19 Kg

BB Sebelum Sakit : 20Kg

b. Pengukuran Fisiologis

Tekanan Darah :-

Respirasi : 24x/menit

Nadi : 86x/menit

Suhu : 36,5oC

c. Penampilan Umum : kebersihan baik, postur normal

d. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis

e. Head to toe

1) Kepala

Bentuk simetris, bulat, rambut bersih, tidak ada ketombe,

distribusi dan penyebaran rambut merata, warna rambut hitam

dan panjang, tidak ada lesi, dan rambut tidak rontok.


2) Wajah

Simetris, tidak ada pembengkakan di area wajah.

3) Mata

Tidak anemis, tidak ikhterik, reflek pupil (+), lapang pandang baik,

fungsi penglihatan baik dan tidak menggunakan alat bantu

penglihatan.

4) Telinga

Telinga sejajar/simetris, tidak ada kotoran, pinna sejajar, fungsi

pendengaran baik.

5) Hidung

Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung tidak

ada nyeri tekan, penciuman baik.

6) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, trachea di tengah, tidak

ada pembengkakan JVP, anak dapat menggerakan kepala ke

segala arah.

7) Mulut dan kerongkongan

Bentuk bibir simetris, kering, tidak terdapat stomatitis, gusi merah

muda, lidah berada di tengah, reflek menelan baik, dapat

membedakan rasa, jumlah gigi lengkap, tidak ada karies gigi.

8) Dada

Warna coklat, tidak ada lesi, gerakan dada simetris, bunyi nafas

resonan, bunyi jantung murni regular respirasi 24x/menit


9) Perut

Adanya distensi abdomen, kondisi bersih tidak ada lesi, tidak ada

perdarahan, teraba massa sebelah kiri, perkusi dullness,

10) Punggung

Bentuk normal

11) Genitalia

Tidak ada lesi dan tidak ada pembengkakan

12) Anus

Terdapat lubang anus.

13) Ekstremitas

Atas : pergerakan mampu digerakan ke segala arah, CRT

2 detik, akral hangat, turgor kulit baik, kekuatan otot 5/5

Bawah : mampu digerakan ke segala arah, tidak ada edema,

kekuatan otot 5/5

14) Kuku dan kulit

Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, suhu 36,5oC

kebersihan kuku baik.

10. Reaksi Hospitalisasi

Ibu klien mengatakan awal masuk tanggal 03 Oktober 2011 klien murung

dan pendiam, akan tetapi setelah beberapa hari klien tampak ceria dan

senang mengobrol dengan perawat.


11. Pemeriksaan Diagnostik

No Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Keterangan

normal

1 Hemoglobin 10,1 11,5-15,5 g/dl Normal

2 Hematokrit 3,0 3,5-4,5 % Normal

3 Leukosit 3,78 4,5-13,5 mm3 Turun

4 Trombosit 378000 150rb- mm3 Normal

450rb

5 MCV 78,8 77-95 fL Normal

6 MCH 26,7 25-33 Pg Normal

7 MCHC 33,9 31-37 % Normal

8 Glukosa darah 112 <140 Mg/dl Normal

9 Natrium 135 135-145 MeQ/L Normal

10 Kalium 4,2 3,6-5,5 MeQ/L Normal

11 Klorida 103 98-108 MeQ/L Normal

12 Kalsium 4,59 4,7-5,2 Mg/dl Normal

13 Magnesium 2,03 1,70-2,55 Mg/dl Normal

12. Therapi Pengobatan

Saat pengkajian tidak mendapat terapi pengobatan.


B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Data Subjektif: Tumor wilms Nafsu makan
Klien mengatakan berkurang
tidak mau makan Tumor belum menembus
Data Objektif: kapsul ginjal
Klien tampak
lemah Berdiferensiasi
Terjadi penurunan
BB (sebelum Tumor menembus kapsul
masuk RS 20 Kg, ginjal (perineal, hilus, vena
setelah masuk RS renal
19 Kg)
Makanan tidak Disfungsi ginjal
dihabiskan
Gangguan keseimbangan
asam dan basa

Asidosis metabolic

Mual dan muntah

Nafsu makan berkurang

II. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan Nutrisi :Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan

intake.
III. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Perubahan Nutrisi Dalam waktu x 24 1. Catat intake dan output makanan 1. Monitoring asupan nutrisi bagi
:Kurang dari Kebutuhan jam, kebutuhan nutrisi secara akurat tubuh
berhubungan dengan tubuh dapat terpenuhi 2. Kaji adanya tanda-tanda 2. Gangguan nutrisi dapat terjadi
peningkatan kebutuhan dengan kriteria: perubahan nutrisi : Anoreksi, secara berlahan
metabolime, kehilangan Anak mau makan Letargi, hipoproteinemia. 3. Diare sebagai reaksi oedema
protein dan penurunan Tidak Terjadi 3. Beri diet yang bergizi intestine dapat memperburuk
intake penurunan berat 4. Beri makanan dalam porsi status nutrisi
badan keciltapi sering 4. Mencegah status nutrisi menjadi
Porsi makan habis 5. Beri suplemen vitamin dan besi lebih buruk
sesuai instruksi 5. Membantu dalam proses
metabolisme
IV. Implementasi dan Evaluasi

No Tanggal Implementasi Evaluasi


Dx
1 08-Oktober-2011 1. Mengobservasi TTV S:
S: 36,50C Klien mengatakan
N: 86x/menit tidak mau makan
R: 24x/menit Klien mengatakan
2. mengobservasi intake dan kenyang
output makanan secara O:
akurat Klien tidak mau
3. Mengkaji adanya tanda- makan
tanda perubahan nutrisi : Porsi makan tidak
Anoreksi, Letargi, habis
hipoproteinemia. A:
4. Beri makanan dalam porsi Masalah belum teratasi
kecil tapi sering P:
Intervensi dilanjutkan

V. Catatan Perkembangan

Tanggal No. Dx Kep Catatan Perkembangan Paraf/Nama


08-10-2011 1 S:
Ibu klien mengatakan anak susah
makan
O:
Makan hanya 4-5 sendok
A:
Masalah Belum teratasi
P:
1. Catat intake dan output
makanan secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda
perubahan nutrisi : Anoreksi,
Letargi, hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi
4. Beri makanan dalam porsi
keciltapi sering
5. Beri suplemen vitamin dan besi
sesuai instruksi
I: Jam 16.00
1. Mengobservasi TTV
S: 36,50C
N: 86x/menit
R: 24x/menit
2. mengobservasi intake dan output
makanan secara akurat
3. Mengkaji adanya tanda-tanda
perubahan nutrisi : Anoreksi,
Letargi, hipoproteinemia
4. Beri makanan dalam porsi kecil
tapi sering
E:
Ibu klien mengatakan anak belum
mau makan
R:
Lanjutkan Intervensi
10-10-2011 1
BAB IV Pembahasan

BAB V Kesimpulan

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai