Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN TUMOR WILMS

Oleh :

PUTU YULIANTARI JAYANTI (203221141)


NI NYOMAN ESTI SUANDARI (203221142)
I PUTU INDRAYANA (203221143)
IDA AYU GEDE SWANDEWI (203221144)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
DENPASAR
2020

 
A. Laporan Pendahuluan (Konsep Dasar Penyakit)

1. Definisi

Tumor wilms (Nefroblostoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional

primitive diginjal. Tumor wilms biasanya ditemukan pada anak–anak yang berumur kurang

dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.

Tumor wilms merupakan tumor ganas intraabdomen yang tersaring pada anak–anak.

Tumor wilm adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk

dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum 5 tahun (kamus kedokteran

Dorland).

Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai pada

anak. Tumor ini merupakan neoplasma embryonal dari ginjal, biasanya muncul sebagai

masa asimtomatik diabdomen atas atau pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua

memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik

terhadap anak yang tampak sehat (Basuki,2011)

1. Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui pasti, tetapi diduga melibatkan faktor genetic. Tumor

wilms berasal dari poliferasi patologik blastema meta nefron akibat tidak adanya stimulasi

yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang

berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal

terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu. Sehingga diperkirakan bahwa kemampuan

blastema primitive untuk merintis jalan kearah pembentukan tumor wilms, apakah sebagai

mutasi germinal atau somatic, itu terjadi pada usia kehailan 8-34 minggu. Sekitar 1,5%

penderita mempunyai saudara atau anggota lain yang juga menderita tumor wilms. Hampir
semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan yang berbeda dengan kasus tumor bilateral.

Sekitar 7-10% kasus tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan.

1. Kliasifikasi 

a. Penyebaran tumor TNM sebagai berikut :

T : Tumor primer

T1 : Unilateral permukaan (termasuk ginjal) <80%

T2 : Unilateral permukaan <80%

T3 : Unilateral rupture sebelum penanganan

T4 : Bilateral

N : metastasis limfa

N0 : tidak ditemukan metastasis

N1 : ada metastasis limfa

M : metastasis jauh

M0 : tidak ditemukan

M+ : ada metastasis jauh

b. Stadium Tumor Wilm’s.

Menurut NWTS (National Wilm’s Tumor Study ) setelah di lakukan tindakan

Nefroktomi,tingkat penyebaran di bagi menjadi 5 stadium dan rekuren :

1.  Stadium I : Tumor terbatas pada ginjal dan dapat di eksisi sempurna.

2. Stadium II : Tumor meluas keuar ginjal dan dapat di eksisi sempurna,mungkin telah

mengadakan penetrasi ke jaringan lemak perirenal,limfonodi paraaorta atau ke vasa

renalis.

3. Stadium III : Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari biopsi atau
ruptur yang terjadi sebelum atau selama operasi.

4. Stadium IV : Metastasis ke hematogen,paru-paru,hati,tulang,dan otak.

5. Stadium V : Tumor Bilateral.Rekuren = terjadi lagi kanker setelah di terapi,dapat di

tempat pertama kali terjadi atau di organ lain.

1. Patofisiologi

Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh dengan

cepat dilokasi  yang  dapat  unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan  

meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus

dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan

tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan. Pertama-tama jaringan ginjal hanya

mengalami distorsi,tetapi kemudian di invasi oleh sel tumor.

Tumor   ini   pada   sayatan   memperlihatkan   warna   yang   putih   atau   keabu-

abuanhomogen,lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat). Tumor tersebut akan

menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu massa abdomen

akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.

Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan  oleh 2  trauma mutasi pada

gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen suppressor

tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua adalah inaktivasi

alel kedua dari gen tumor supresor spesifik. Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah

gen jaringan spesifik untuk sel blastema ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan

bahwa sel precursor kedua ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor.

Ekspresi WT1 meningkat pada saat lahir dan menurun ketika ginjal telah makin matur.

WT1 merupakan onkogen yang dominan sehingga bila ada mutasi yang terjadi hanya
pada 1 atau 2 alel telah dapat menimbulkan Wilms Tumor. Gen WT2 padakromosom

11p15 tetap terisolasi tidak terganggu.

Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel, blastema dan

stroma.Berdasarkan   korelasi   histologis   dan   klinis,   gambaran   histopatologik  

tumor   Wilms   dapatdikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu tumor risiko rendah

(favourable), dan tumor risiko tinggi (unfavourable) Munculnya tumor Wilm’s sejak

dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan

tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.

 
 
Pathway
5. Tanda dan Gejala

Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri perut

dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi infasi tumor yang menembus ginjal

sedangkan hematuria terjadi karena infasi tumor yang menembus system velveo kalises.

Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain

yang bisa muncul adalah:

a. Adanya massa dalam perut (tumor abdomen)

b. Hematuri akibat infiltrasi tumor ke dalam sistem kaliks

c. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-

pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan

yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri mengeluarkan rennin

d. Anemia

e. Penurunan berat badan

f. Infeksi saluran kencing

g. Demam

h. Malaise

i. Anoreksia

j. Nyeri perut yang bersifat kolik, akibat adanya gumpalan darah dalam saluran

kencing

1. Pemeriksaan Penunjang

Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di abdomen.

Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik memberi kesan tumor ginjal.


a) IVP

Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises (perubahan bentuk

sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui fungsi

ginjal.

b) Foto thoraks (Rontgen)

Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-paru.

Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms bilateral atau

termasuk horseshoe kidney.

c. Ultrasonografi

Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid dengan

tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak

sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu

pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan

tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa

hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.

d. CT-Scan

Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi

konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya menyingkirkan

neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk

keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan

memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple. CT


scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar multipel dengan

thrombus tumor di dalam vena porta.

e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan perluasan tumor di

dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke daerah intarkardial. Pada MRI tumor

Wilms akanmemperlihatkan hipointensitas (low density intensity) dan hiperintensitas

(high density intensity).

f. Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang untuk tumor Wilms

adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA)

dalam batas normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED

meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan

subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada

analisa serum. 

1. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan

komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi

pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan

hasil yang memuaskan. Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan

ginjal di sebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomiradikal. Ukuran tumor pada

saat datang menentukan cara pengobatan. Masing-masing jenis ditangani secara

berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan memberikan kemoterapi

atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka pembedahan definitive
mungkin harus di tunda sampai kemoterapi atau radiasi selesai. Kemoterapi dapat

memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.

a) Farmakologi

1) Kemoterapi

Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obatkemoterapi. Prinsip

dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat

sitotoksik tinggi terhadap sel ganas danmempunyai efek samping yang rendah terhadap

sel yang normal.Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan

penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan

prabedah selama 4–8 minggu. Jadi tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan

resiko ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih midah direseksi

total. Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor

Wilms, yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid.

Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan

protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker,

sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.

2) Aktinomisin D

Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima hari

berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak

melebihi 500 mikrogram. Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan

sebagai terapi prabedah.

3) Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan dalam satu

dosis 1,5 mg/m2setiap minggu secara intravena (tidak lebihdari 2 mg/m2). Bila

melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak

terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian secara intravena. Vinkristin dapat

dikombinasi dengan obat lain karena jarang menyebabkan depresi hematologi,

sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.

4) Adriamisin

Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius, diberikan

secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari berturut-turut. Dosis

maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati sawar otak dapat menimbulkan

toksisitas pada miokard bila melebihidosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin

5) Cisplatin Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau

20mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.

6) Siklofosfamid Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250-1800

mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-

300mg/m2/hari.

b) Non Farmakologi

1) Pembedahan

I. Keperawatan Perioperatif

Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat

obatkemoterapi kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologidan

di izinkan untuk menjalani operasi. Mereka perlu menjalani pemeriksaan jantung

yang menyeluruh untuk menentukan status fungsi jantung. Tumor wilms jangan
di palpasi untuk menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor. Pasien di

letakkan dalam posisi telentang dengan sebuah gulungan di bawah sisi yang

terkena. Seluruh abdomen dan dada di bersihkan.

II. Hasil akhir pada pasien pasca operatif

Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang sesuai

dengan lesi. Gambaran histologik lesi merupakan suatu indikator  penting untuk

prognosis, karena gambaran tersebut menentukan derajat anaplasia. Anak yang

histologiknya relative baik. Maka memiliki prognosis baik. Sedangkan anak yang

gambaran histologiknya buruk, maka memiliki prognosis buruk. Terapi dibuat

sespesifik mungkin untuk masing-masing anak, karena terapi yang lebih sedikit

menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik dengan lebih sedikit efek

sampingnya. Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis

tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limferetro

peritoneal total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan

para aorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal

kontra lateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan

penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat. Tumor Wilms

dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapiradioterapi dapat mengganggu

pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu

radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk

golongan patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor

pasca bedah juga diberikan radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan untuk

metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.


B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab

b. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar perut.

Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas hanya 1 hari pertama

sakit.

1. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala-

gejala tumor wilms.

1. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor

sebelumnya.

c. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan secara head to

toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran

tekanan darah pada klien. Tumor dapat memproduksi rennin atau menyebabkan

kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan hipertensi pada anak.

d. Pemeriksaan kebutuhan sehari-hari

1. Pola Nutrisi dan Metabolik.


Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan

air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi

karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual,muntah,dan anoreksia

menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya

edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.

2. Pola Eliminasi.

Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa

metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan

natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan

oliguri, anuria, proteinuria, dan hematuria.

3. Pola Aktivitas dan latihan.

Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan tonus

karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,klien perlu istirahat karena

adanya kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan

mobilisasi duduk di mulai bila tekanan darah udah normal selama satu minggu.

Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan otot

bantu napas, teraba massa, auskultasi terdengar rales, dispnea, ortopnea, dan

pasien terlihat lemah ( kelebihan beban sirkulasi sehingga menyebabkan

pembesaran jantung ), anemia, dan hipertensi yang di sebabkan oleh spasme

pembuluh darah.

4. Pola Tidur dan Istirahat.

Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremi,

keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan kehilangan tonus.


5. Pola Kognitif dan Perseptual.

Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-gatal karena

adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati

hipertensi.

6. Persepsi Diri

Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine yang

berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama. 

e. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks (Rontgen)

Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-

paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor

Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.

1. Ultrasonografi

Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid

dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor

Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan

sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang

terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih predominan

digambarkan sebagai massa hiperechoic dan menampakkan area yang

echotekstur heterogenus.
1. CT-Scan

Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi

konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya menyingkirkan

neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk

keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan

memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple.

CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar

multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.

1. Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang untuk tumor

Wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic

acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti

hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien

dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat

menunjukkan abnormalitas pada analisa serum. 

1. Biopsi

Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan

mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.

1. Diagnosa keperawatan

a. Pre operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi


4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan 

5. hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

b. Pasca operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive

1. Rencana perawatan

Pre Operasi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawat
an
Nyeri akut SLKI : Manajemen nyeri Manajemen nyeri
berhubunga  Tingkat Nyeri
Observasi Observasi
n dengan Menurun
agen Kriteria hasil : a. Identifikasi lokasi, a.mengidentifikasi

pencedera a. Keluhan nyeri karakteristik, durasi, adanya komplikasi

fisiologis menurun frekuensi,


b. membantu
b. Meringis menurun kualitas,imtensitas nyeri
mengidentifikasi skala
c. Sikap protektif b.Identifikasi skala nyeri
nyeri
menurun c.Identifikasi nyeri nonverbal
d.Monitor efek samping c. membantu
d. Gelisah menurun
penggunaan analgetik mengavulasi pernyataan
e. Kesulitan tidur
Terapiutik verbal keefektifan nyeri
menurun
f. Frekuensi nadi a. Berikan teknik d. membantu
membaik nokfarmakologis untuk meredakan nyeri yang
mengurangi rasa nyeri timbul
(mis. TENS, hypnosis,
terapiutik
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, a. memberikan rasa
aromaterapi, teknik rileks dan
imajinasi termbimbing, meningkatkan
kompres hangat/dingin, kemampuan koping
terapi bermain)

Edukasi Edukasi
a.Jelaskan penyebab,
a. meminimalisir
periode, dan pemicu nyeri
timbulnya rasa nyeri

Defisit SLKI Manajemen nutrisi Manjamen nutrisi


Nutrisi  Status Nutrisi
Observasi Observasi
berhubunga Membaik
n dengan Kriteria Hasil : a. identifikasi status nutrisi a. mengontrol

peningkatan a.Porsi makan b. identifikasi alergi dan keseimbangan nutrisi

kebutuhan yangdihabiskan intoleransi makanan


b. mengetahui adanya
metabolime meningkat c. identifikasi makanan
alergi makanan
b.Berat badan yang disukai
d. identifikasi kebutuhan c. meningkatkan asupan
membaik
kalori dan jenis nutrient nutrisi
c.Indeks massa tubuh
membaik terapiutik d.mempertahankan
d.Nafsu makan a. sajikan makanan secara status nutrisi
membaik menarik dan suhu yang
terpiutik
sesuai
Membrane mukosa a. meningkatkan nafsu
membaik makan
Ansietas SLKI REDUKSI ANXIETAS 1. Untuk
berhubunga  Tingkat mengetahui
n dengan Kecemasan seberapa besar
1.   Observasi
kurangnya Menurun o Identifikasi saat kecemasan yang
terpapar Kriteria Hasil :  tingkat anxietas berubah dirasakan klien 
(mis. Kondisi, waktu,
informasi a. verbalisasi 2. Untuk
stressor)
kebingungan menurun mempermudah
o Identifikasi
b. verbalisasi khawatir pemahaman orang
kemampuan mengambil
akibat kondisi yang keputusan
tua 
dihadapi menurun o Monitor tanda 3. Untuk
c. perilaku gelisah anxietas (verbal dan non mengurangi
menurun verbal) kecemasan pada
d. perilaku tegang  Terapeutik orang tua 
menurun o Ciptakan 4. Untuk
suasana  terapeutik
e. konsentrasi mengetahui
untuk menumbuhkan
membaik tingkat
kepercayaan
f. pola tidur membaik kecemasan orang
o Motivasi
mengidentifikasi situasi tua dan memberi
yang memicu kecemasan solusi sesuai
o Diskusikan tingkat
perencanaan  realistis kecemasan orang
tentang peristiwa yang tua 
akan datang
 Edukasi
o Jelaskan
prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
o Anjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika
perlu
o Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
o Latih teknik
relaksasi
 Kolaborasi
o Kolaborasi
pemberian obat anti
anxietas, jika perlu

Intoleransi SLKI TERAPI AKTIVITAS 1. Agar


aktivitas Toleransi pasien
5. Observasi
berhubunga aktivitas mendapatkan
 Identifikasi deficit
n dengan meningkat terapi yang tepat
tingkat aktivitas
kelemahan  Kriteria Hasil : 2. Untuk
6. Terapeutik
a. frekuensi nadi mengetahui
 Fasilitasi focus pada
meningkat aktifitas yang
kemampuan, bukan
b. keluhan Lelah mampu dilakukan
deficit yang dialami
menurun 3. Agar
 Libatkan keluarga
c. dispnea saat pemberian terapi
dalam aktivitas, jika
aktivitas menurun dapat terlaksanan
perlu
d. dispnea setelah dengan baik
 Jadwalkan aktivitas
aktivitas menurun 4. Untuk
dalam rutinitas
membantu pasien
sehari-hari
dalam beraktifitas
3. Edukasi
maupun terapi
 Jelaskan metode
5. Untuk
aktivitas fisik sehari-
mengetahui
hari, jika perlu
kekurangan pasien
 Ajarkan cara
dalam beraktifitas
melakukan aktivitas
6. Agar
yang dipilih
pasien termotivasi
untuk menerima
terapi
7. Untuk
menunjang
keberhasilan terapi
Hipovolemi SLKI Manajemen Hipvolemia 1. M
a  Status Cairan engetahui keadaan
1. Observasi
berhubunga Membaik umum pasien
 Periksa tanda dan
n dengan Kriteria Hasil 2. M
gejala hipovolemia
kehilangan a. kekuatan nadi engetahui jumlah
(mis. frekuensi nadi
cairan aktif meningkat makanan dan
meningkat, nadi
b. turgor kulit cairan yang  dapat
teraba lemah, tekanan
meningkat dicerna pasien
darah menurun,
c. output urine 3. M
tekanan nadi
meningkat enentukan balance
menyempit,turgor
d.frekuensi nadi cairan perharinya
kulit menurun,
membaik 4. M
membrane mukosa
e. tekanan darah engurangi risiko
kering, volume urine
membaik kekurangan
menurun, hematokrit
f. tekanan nadi volumen cairan
meningkat, haus dan
membaik semakin
lemah)
g. membrane mukosa bertambah
 Monitor intake dan
membaik 5. M
output cairan
h. kadar Hb membaik empertahankan
2. Terapeutik
i. Kadar Ht membaik kebutuhan cairan
 Hitung kebutuhan
dalam tubuh
cairan
6. P
 Berikan asupan cairan
emberian obat
oral
dapat membantu
3. Edukasi
mempercepat
 Anjurkan
memperbanyak pemulihan kondisi
asupan cairan oral pasien

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
cairan IV issotonis
(mis. cairan NaCl,
RL)

Pasca Operasi

Nyeri akut SLKI : Manajemen nyeri Manajemen nyeri


berhubunga  Tingkat Nyeri
Observasi Observasi
n dengan Menurun
agen Kriteria hasil : e. Identifikasi lokasi, a.mengidentifikasi

pencedera a. Keluhan nyeri karakteristik, durasi, adanya komplikasi

fisiologis menurun frekuensi,


b. membantu
b. Meringis menurun kualitas,imtensitas nyeri
mengidentifikasi skala
c. Sikap protektif f. Identifikasi skala nyeri
nyeri
menurun g.Identifikasi nyeri nonverbal
h.Monitor efek samping c. membantu
d. Gelisah menurun
penggunaan analgetik mengavulasi pernyataan
e. Kesulitan tidur
Terapiutik verbal keefektifan nyeri
menurun
f. Frekuensi nadi a. Berikan teknik d. membantu
membaik nokfarmakologis untuk meredakan nyeri yang
mengurangi rasa nyeri timbul
(mis. TENS, hypnosis,
terapiutik
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, a. memberikan rasa
aromaterapi, teknik rileks dan
imajinasi termbimbing, meningkatkan
kompres hangat/dingin, kemampuan koping
terapi bermain)
Edukasi
Edukasi
b.Jelaskan penyebab, 1. a.

periode, dan pemicu nyeri meminimalisir


timbulnya rasa nyeri

Resiko SLKI Pencegahan Infeksi 1. Peningka


tinggi Tingkat Infeksi Observasi tan suhu dapat
infeksi Menurun mengidentifikasi
 Identifikasi riwayat
berhubunga Kriteria hasil :  adanya infeksi 
kesehatan dan riwayat
n dengan a. demam menurun 2. Untuk
alergi
efek b. kemerahan menurun mengetahui
 Identifikasi
prosedur c. bengkak menurun apakah ada tanda
kontraindikasi
invasif d. kadar sel darah infeksi pada luka
pemberian imunisasi
putih membaik 3. Mengide
 Identifikasi status
ntifikasi tanda
imunisasi setiap
infeksi lebih dini
kunjungan ke
sehingga bisa
pelayanan kesehatan
segera diatasi 
Terapeutik 4. Perawata
n yang benar akan
 Berikan suntikan
mempercepat
pada pada bayi
proses
dibagian paha
penyembuhan
anterolateral
yang cepat 
 Dokumentasikan
 Mencegah
informasi vaksinasi
perkembangan bakteri 
 Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat

Edukasi

 Jelaskan tujuan,
manfaat, resiko yang
terjadi, jadwal dan
efek samping
 Informasikan
imunisasi yang
diwajibkan
pemerintah
 Informasikan
imunisasi yang
melindungiterhadap
penyakit namun saat
ini tidak diwajibkan
pemerintah
 Informasikan
vaksinasi untuk
kejadian khusus
 Informasikan
penundaan pemberian
imunisasi tidak
berarti mengulang
jadwal imunisasi
kembali
 Informasikan
penyedia layanan
pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin
gratis

1. Implementasi 
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahapan perencanaan. Jenis tindakan pada implmentasi ini terdiri dari
tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi dan tindakan
rujukan/ketergantugan. Implementasi tindakan keperawatan disesuikan dengan rencana
tindakan keperawatan.
1. Evaluasi 
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.

C. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan


Tumor Willms
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. A DENGAN TUMOR WILMS
DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA BADUNG
TANGGAL 20 SEPTEMBER 2020

I. Pengkajian
A. Identitas  
1. Nama : anak A
2. Tempat tgl lahir/usia : Denpasar, 22 Juni 2014/ 6 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : Jln Kertasura Denpasar
7. Tgl masuk : 20 September 2020 pukul 10.00
8. Tgl pengkajian : 20 September 2020
9. Kewarganegaraan : WNI
10. Nomor RM : 18003371

B. Identitas Orang tua


1. Ayah 
a. Nama : ayah S
b. Usia : 35 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Swasta 
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jln Kertasura Denpasar

2. Ibu
a. Nama : ibu K
b. Usia : 30 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: - 
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jln Kertasura, Denpasar
C. Alasan dirawat
1. Keluhan Utama : Nyeri di sekitar perut
2. Riwayat keluhan/ penyakit saat ini
Ibu pasien mengatakan kencing anaknya berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar perut dan nyeri saat di sentuh. Tidak nafsu makan, mual, muntah. Anak
tampak meringis
c. Riwayat Kesehatan Lalu 
Riwayat MRS Sebelumnya :-
Riwayat Dioperasi :-
Riwayat kelainan bawaan :-
Riwayat alergi :-
Riwayat kecelakaan :-
D. Riwayat Kelahiran
Riwayat kelahiran : (√ ) Spontan, ( ) Forcep, ( ) Vacum, ( ) Sectio cesaria
Lahir dibantu oleh : ( ) Dukun, (√ ) Bidan, ( ) Dokter
Kelainan Bawaan :(√ ) Tidak, ( ) Ya,
jelaskan................................................................................................
Berat Badan Lahir : 3200 Kg. Panjang Badan Lahir. 38 Cm
E. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

(√ ) BCG (√ ) Hepatitis B I (√ ) DPT I (√) Campak

(√ ) Polio I (√ ) Hepatitis B II (√ ) DPT II ( ) MMR

(√) Polio II (√ ) Hepatitis B III (√ ) DPT III ( ) HIB


(√ ) Polio III ( ) Varicela ( ) Thypus ( ) Influenza

F. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan  :  12 kg 3. Lingkar Kepala :  48 Cm
2. Tinggi badan  : 90 cm. 4. Lingkar Lengan :  20
Cm
2. Perkembangan Anak
Berguling :  6 bulan
Duduk : 9 bulan
Merangkak : 10  bulan
Berdiri :  12 bulan
Berjalan : 14 bulan
Senyum kepada orang lain pertama kali : 6 bulan
Bicara pertama kali :  1 tahun dengan menyebutkan : mama
Berpakaian tanpa bantuan :  belum
Masalah Pertumbuhan dan Perkembangan : (√ ) Tidak, ( ) Ya, ( ) Down Syndrome, (
) Cacat Fisik, ( ) Autis, ( ) Hiperaktif, ( ) Lain-lain,
Jelaskan....................................................................................
G. Riwayat Nutrisi
Pemberian ASI : eksklusif 6 bulan 
Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : sudah cukup ASI 2 tahun
2. Jumlah pemberian : 200 cc 2-4 gelas/ hari
3. Cara pemberian : minum dengan gelas
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

0-6 bulan  ASI eksklusif

6 Bulan-1 tahun MPASI


1 tahun- sekarang Makanan keluarga

H. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Dalam Kehidupan Sehari-Hari


1. Bernafas
Kesulitan bernafas : tidak ada
Kesulitan dirasakan : tidak ada
Keluhan yang dirasa : tidak ada
Suara nafas : vesikuler
2. Makan dan minum
 Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3 kali sehari, pasien
mengatakan suka makan sayur sop dan ayam goreng, dan suka makan makanan
ringan, minum ±800 cc
 Keaadan saat sakit : ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun dan
anaknya sering merasa mual dan muntah, makan hanya habis ½ porsi, dan mau
minum sedikit ±300cc
3. Eliminasi
Ibu pasien mengtakan kencing anaknya berwarna seperti air cucian daging, dan
anaknya kencing sedikit sehari 3-4  kali volume ± 300ml
4. Aktifitas
Selama dirawat anak tampak lemas
5. Rekreasi
Selama dirawat anak hanya diajak keliling bangsal rawat inap dengan di gendong
oleh ibunya
6. Istirahat tidur
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anaknya tidur siang jam 11.00-14.00, dan
tidur malam jam 20.00-06.00, pola tidur baik, sebelum tidur biasanya di nyanyikan
Saat saat : ibu pasien mengatakan anaknya tidur siang jam 13.00-15.00, dan tidur
malam jam 22.00-06.00, pola tidur berkurang, anak rewel
7. Kebersihan diri
Mandi :
Ibu Pasien mengatakan anaknya belum bisa mandi sendiri, saat mandi pasien
dibantu  oelh ibunya, di mandikan mengggunakan sabun, sikat gigi dan
mengeringkan tubuhnya dengan handuk
8. Pengaturan suhu tubuh
Saat pengkajian suhu tubuh pasien 36.8 C0

9. Rasa nyaman 
Pasien tampak nyaman dengan di damping ibunya
10. Rasa aman 
Pasien tampak aman karena selalu di jaga oleh kedua orang tuanya
11. Belajar (anak dan orangtua)
Anak diajari cara memegang sendok makan
12. Prestasi
Saat ini ibu pasien mengtakan anaknya belum sekolah
13. Hubungan sosial anak
Ibu pasien mengatkan hubungan anaknya dengan keluarga sangat baik
14. Melaksanakan ibadah 
Ibu pasien mengatakan hanya medoakan anaknya agar cepat sembuh
I. Pemeriksaan fisik
1. Kesan umum : lemas
2. Warna kulit : sawo matang tampak pucat,
3. Turgor kulit : menurun
4. Udema : tidak ada
5. Kepala : Simetris, rambut warna hitam
6. Mata : Bentuk bola mata simetris, keadaan pupil isokor, konjungtiva anemis 
7. Hidung : tidak terdapat pergerakan cuping hidung
8. Telinga : Telinga tampak bersih 
9. Mulut : Mukosa bibir kering
10. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfa
11. Thoraks : 
Inspeksi : Bentuk dada simetris tidak terlihat tarikan otot bantu pernafasan, 
Palpasi   : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Perkusi  : 
Auskultasi : vesikuler
1. Jantung : S1S2 tunggal regular
Inspeksi : Bentuk dada simetris tidak terlihat tarikan otot bantu pernafasan, 
Palpasi   : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Perkusi  : redup
Auskultasi : S1S2 tunggal regular
1. Persarafan : reflek baik
1. Abdomen 
Inspeksi      : bentuk abdomen simetris, 
Auskultasi  : bising usus (+), 12x permenit
Perkusi       : pekak
Palpasi       : teraba massa, nyeri tekan (+) skala nyeri 5 ( wong baker )
1. Ekstremitas :
a. Atas     : tidak ada edema, pergerakan baik, terpasang infus di tangan kanan
b. Bawah : tidak ada edema, pergerakan baik
1. Alat kelamin : normal
1. Anus : normal
1. Antropometri (ukuran pertumbuhan)
1. BB = 12  kg (sebelum sakit)
 = 10 kg (setelah sakit)
1. TB = 90 cm
1. Gejala kardinal :
1. Suhu = 36,8 C
0

2. Nadi = 100xpermenit
3. Pernafasan = 25 x permenit
4. Tekanan darah = 100/70 mmHg
J. Pemeriksaan penunjang
 CT Scan Abdomen tampak massa pada ginjal
 Pemeriksaan Laboratorium
HB : 10,9 g/dl
WBC : 5.900
Trombosit : 398.000
Protein total 2,4 g/dl
Albumin: 1,0 g/dl
Globulin : 1,46 g/dl,
Ureum : 31mg/dl

K. Analisa data

Pengelompokkan data Etiologi  Masalah 

DS : ibu pasien mengatakan anaknya  kencingnya Kelainan genetic Hipovolemia 


sedikit, mau minum sedikit kencing anaknya
Poliferasi patologi
berwarna seperti air cucian daging
blastoma
mendesak organ
DO: mukosa bibir kering, turgor kulit menurun,
invasi tumor
BAK sedikit sehari 3-4  kali volume ± 300ml 
mengenai ginjal

masa tumor
membesar

kerusakan pada
glomerullus dan
pabullus pada ginjal

iskemia
penurunan fungsi
ginjal

fungsi sekresi
menurun

uremia, amoniak
tinggi

mual dan muntah

Hipovolemia (0023)

DS : ibu pasien mengatakan anaknya tidak nafsu Kelainan genetic Defisit nutrisi 
makan, mual dan muntah
Poliferasi patologi

blastoma
DO : pasien tampak hanya menghabiskan ½ porsi
mendesak organ
makan yang diberikan, berat badan pasien
invasi tumor
menurun
mengenai ginjal

masa tumor
membesar

volume abdomen
bertambah

mendesak gaster

volume gaster
menurun
nafsu makan
menurun

Defisit Nutrisi
(0019)

DS : ibu pasien mengatakan ada bengkak di Kelainan genetic Nyeri akut


sekitar perut anaknya, sakit jika di sentuh
Poliferasi patologi
DO:  anak tampak meringis, skala nyeri 5 ( wong
blastoma
baker ) nadi 100x/menit
mendesak organ

invasi tumor
mengenai ginjal

masa tumor
membesar

mendesak organ lain


dan syaraf

Nyeri Akut (0077)

II. Diagnosa keperawatan


1. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan dibuktikan dengan ibu
pasien mengatakan anaknya  kencingnya sedikit, mau minum sedikit, warna kencing
seperti warna cucian daging mukosa bibir kering, turgor kulit menurun, BAK
sedikit sehari 3-4  kali volume ± 300ml
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism dibuktikan
dengan ibu pasien mengatakan anaknya tidak nafsu makan, mual dan muntah,
pasien tampak hanya menghabiskan ½ porsi makan yang diberikan, berat badan
pasien menurun
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan ibu
pasien mengatakan ada bengkak di sekitar perut anaknya, sakit jika di sentuh anak
tampak meringis, skala nyeri 5 ( wong baker ) nadi 100x/menit

III. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawa
tan
Hipovolem Setelah diberikan Manajemen 1. M
ia asuhan keperawatan Hipvolemia engetahui keadaan
berhubung selama 3 x 24 jam umum pasien
Observasi
an dengan diharapkan status 2. M
kekuranga cairan membaik 1. Periksa tanda dan engetahui jumlah
n intake dengan gejala hipovolemia makanan dan
cairan Kriteria Hasil (mis. frekuensi nadi cairan yang  dapat
a. kekuatan nadi meningkat, nadi dicerna pasien
meningkat teraba lemah, 3. M
b. turgor kulit tekanan darah enentukan balance
meningkat menurun, tekanan cairan perharinya
c. output urine nadi 4. M
meningkat menyempit,turgor engurangi risiko
d.frekuensi nadi kulit menurun, kekurangan
membaik membrane mukosa volumen cairan
e. tekanan darah kering, volume semakin
membaik urine menurun, bertambah
f. tekanan nadi hematokrit 5. M
membaik meningkat, haus empertahankan
g. membrane mukosa dan lemah) kebutuhan cairan
membaik 2. Monitor intake dan dalam tubuh
h. kadar Hb membaik output cairan 6. P
 i. Kadar Ht Terapeutik emberian obat
membaik dapat membantu
3. Hitung kebutuhan
mempercepat
cairan
pemulihan kondisi
4. Berikan asupan
pasien
cairan oral
Edukasi

5. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral

Kolaborasi

6. K
olaborasi
pemberian cairan
IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
Defisit Setelah diberikan Manajemen nutrisi Manjamen nutrisi
Nutrisi asuhan keperawatan
Observasi Observasi
berhubung selama 3 x 24 jam
an dengan diharapkan a. identifikasi status a. mengontrol

peningkata kebutuhan nutrisi nutrisi keseimbangan nutrisi

n tercukupi dengan e. identifikasi alergi


b. mengetahui adanya
kebutuhan Kriteria Hasil : dan intoleransi
alergi makanan
metabolim b.Porsi makan makanan
f. identifikasi makanan c. meningkatkan asupan
e yangdihabiskan
yang disukai nutrisi
meningkat
c.Berat badan g. identifikasi d.mempertahankan
membaik kebutuhan kalori dan status nutrisi

d.Indeks massa jenis nutrient


terpiutik
tubuh membaik terapiutik
a. sajikan makanan a. meningkatkan nafsu
e.Nafsu makan
secara menarik dan makan
membaik
f. Membrane mukosa suhu yang sesuai

membaik
Nyeri akut Setelah diberikan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
berhubung asuhan keperawatan
Observasi Observasi
an dengan selama 3 x 24 jam
agen diharapkan tingkat a. Identifikasi lokasi, a.mengidentifikasi

pencedera nyeri menurun karakteristik, durasi, adanya komplikasi

fisiologis dengan frekuensi,


b. membantu
Kriteria hasil : kualitas,imtensitas
mengidentifikasi skala
a. Keluhan nyeri nyeri
nyeri
menurun b.Identifikasi skala
nyeri c. membantu
b. Meringis menurun
c.Identifikasi nyeri mengavulasi pernyataan
c. Sikap protektif
nonverbal verbal keefektifan nyeri
menurun
d. Gelisah menurun d.Monitor efek samping d. membantu
e. Kesulitan tidur penggunaan analgetik meredakan nyeri yang
menurun Terapiutik timbul
f. Frekuensi nadi a. Berikan teknik
terapiutik
membaik nokfarmakologis
untuk mengurangi a. memberikan rasa
rasa nyeri (mis. rileks dan
TENS, hypnosis, meningkatkan
akupresur, terapi kemampuan koping
music, biofeedback,
Edukasi
terapi pijat,
a. meminimalisir
aromaterapi, teknik
timbulnya rasa nyeri
imajinasi
termbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri

IV. Implementasi

Hari / tanggal No. PELAKSANAAN RESPON KLIEN PARA


Dx F
20 september 1 Memonitor vital sign pasien KU Pasien lemah
2020 Tampak meringis
Pk.10.00 N= 100 x/menit
R= 25 x/menit
S = 36,8
Pk.10.05
3 Identifikasi lokasi, P: ibu pasien
karakteristik, durasi, frekuensi, mengatakan ada
kualitas,imtensitas nyeri bengkak di sekitar
perut anaknya
Q: nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R: nyeri dirasakan
hanya dibagian perut
S: skala nyeri 5
T: nyeri dirasakan
sering dan hilang
timbul

Monitor efek samping


Pk.10.20
penggunaan analgetik Ibu pasien mengatakan
3
Terapiutik tidak ada alergi obat
identifikasi status nutrisi

Pk.11.05 2 Ibu pasien mengatakan


pasien tidak nafsu
makan berat badan
anaknya 10kg setelah
sakit
Identifikasi makanan yang
disukai
Pk.12.15 2
Ibu pasien mengatakan
anaknya menyukai
ayam goreng dan sup
Sajikan makanan secara
bayam.
menarik dan suhu yang sesuai
2
Pk.12.30

Berikan teknik Ibu asien mengatakan

nokfarmakologis untuk pasien hanya makan ½

Pk. 13.00 mengurangi rasa nyeri porsi


3

Pasien tampak
Monitor intake dan output
koperatif
cairan
1
Pk.13.30

Ibu pasien mengatakan


anaknya hanya minum
sedikit dan masih
Periksa tanda dan gejala
merasa mual dan
Pk. 14.00 1 hipovolemia muntah ± 50 cc

Mukosa bibir pasien

Berikan asupan cairan oral tampak kering, turgor


Pk. 18.00 1 kulit menurun

Ibu pasien mengatakan


pasien telah minum air
sebanyak 1 gelas
(±300cc)
21 1 Memonitor vital sign pasien KU Pasien lemah
September Tampak meringis
2020 N= 100 x/menit
Pk.00.01 R= 25 x/menit
S = 36,8

Pk.10.00
3 Identifikasi lokasi, P: ibu pasien
karakteristik, durasi, frekuensi, mengatakan ada
kualitas,imtensitas nyeri bengkak di sekitar
perut anaknya
Q: nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R: nyeri dirasakan
hanya dibagian perut
S: skala nyeri 5
T: nyeri dirasakan
sering dan hilang
Monitor efek samping
timbul
penggunaan analgetik
Pk.10.05 3 Ibu pasien mengatakan
Identifikasi makanan yang anaknya telah minum
disukai obat

Pk.10.20 2 Ibu pasien mengatakan


pasien hanya makan
Identifikasi alergi dan setngah porsi
intoleransi makanan

Pk.11.05 2 Ibu pasien mengatakan


Monitor intake dan output anaknya tidak ada
cairan alergi dengan makanan
Pk.12.15
tertentu
2

Monitor efek samping


penggunaan analgetik Pasien hanya makan ½
Pk. 13.00
porsi, dan minum ±360
3
cc
Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
Pk.15.30
2 Obat masuk, alergi (-)

Periksa tanda dan gejala


Ibu pasien mengatakan
hipovolemia
anaknya merasa mual
keika melihat makanan
Pk. 18.00
1
Mukosa bibir pasien
tampak kering, turgor
kulit menurun
22 1 Memonitor vital sign pasien KU Pasien lemah
September Tampak meringis
2020 N= 100 x/menit
Pk.00.01 R= 25 x/menit
S = 36,8

Pk.10.00 P: ibu pasien


Identifikasi lokasi,
3 mengatakan ada
karakteristik, durasi, frekuensi,
bengkak di sekitar
kualitas,imtensitas nyeri
perut anaknya
Q: nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R: nyeri dirasakan
hanya dibagian perut
S: skala nyeri 5
T: nyeri dirasakan
sering dan hilang
3 Monitor efek samping
Pk.10.05 timbul
penggunaan analgetik
Terapiutik

Ibu pasien mengatakan


tidak ada alergi obat
identifikasi status nutrisi
Pk.10.20
2

Ibu pasien mengatakan


Identifikasi makanan yang pasien tidak nafsu
disukai makan berat badan
Pk.11.05 anaknya 10kg setelah
2
sakit

Sajikan makanan secara Ibu pasien mengatakan

menarik dan suhu yang sesuai anaknya menyukai


ayam goreng dan sup
Pk.12.15 bayam.
2 Berikan teknik
nokfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri Ibu asien mengatakan
Pk. 13.00 pasien hanya makan ½
3
porsi
Monitor intake dan output
cairan
Pasien tampak
Pk.13.30 koperatif
1

Periksa tanda dan gejala


hipovolemia

Pk. 14.00 Ibu pasien mengatakan


1 anaknya hanya minum
Berikan asupan cairan oral
sedikit dan masih
merasa mual dan
muntah ± 50 cc
Pk. 18.00 1

Mukosa bibir pasien


tampak kering, turgor
kulit menurun
Ibu pasien mengatakan
pasien telah minum air
sebanyak 1 gelas
(±300cc)

V. Evaluasi

Hari / No. EVALUASI PARA


tanggal Dx F

22/9/2020 1 S : keluarga pasien mengatakan anaknya masih


PK.20.00 minumnya sedikit
O : turgor kulit menurun, mukosa bibir kering
A : Masalah hipovolemia belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

22/9/2020 2 S: keluarga pasien mengatakan anaknya tidak nafsu


PK.20.00 makan, hanya habsis ½ porsi mual(+), muntah (-) 
O: pasien tampak lemas
A: Masalah deficit nutrisi belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

22/9/2020 3 S: keluarga pasien mengatakan anaknya masih merasa


PK.20.00 nyeri di sekitar perutnya 
O: pasien tampak meringis, skala nyeri 4 ( wong beker)
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di

ginjal.Tumor Ginjal terbentuk ketika sel tumbuh terlalu cepat dalam ginjal. Biasanya,

sel yang lebih tua mati dan diganti oleh sel baru. Ketika proses ini berjalan kacau, sel-

sel tua tidak mati, dan sel-sel baru tumbuh ketika mereka tidak dibutuhkan, membuat

tumor.Faktor resiko lainnya antara lain : kegemukan, hipertensi, lingkungan kerja,

dialisa, faktor genetik.Penatalaksanaan medis bagi penderita tumor ginjal yaitu :

nefrektomi, hormonal, imunoterapi, radiasi Eksterna, sitostatika.

B. Saran

Demikian materi yang kami paparkan,tentunya masih banyak kekurangan

dankelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau

referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap

para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun

demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-

kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga

parapembaca pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Hakim, R (2016). Laporan Pendahulan Tumor Wilms (online). Dalam :


https://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-tumor-wilms.html. Diakses
pada 5 Oktober 2020. Pukul 12.34 Wita

Ramadhani, Dili (2014). Laporan Pendahuluan Pada Asuhan Keperawatan dengan Pasien
Tumor Ginjal (online). Dalam :
https://www.academia.edu/8521808/Laporan_Pendahuluan_Pada_Asuhan_Keperaw
atan_Dengan_Pasien_Tumor_Ginjal. Diakses pada  5 Oktober 2020. Pukul 10.34
Wita

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Edisi 1): DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (I). Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Waldo E. Nelson. 2007. Ilmu kesehatan anak. Ed.12. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai