PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi dalam kehamilan berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas.
Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup, seperti
infertilitas dan sterilitas. Kehamilan dianggap sebagai kondisi
immunosupresi. Perubahan respon imun dalam kehamilan dapat menurunkan
kemampuan ibu melawan infeksi. Selain itu, perubahan traktus pada genetalia
juga dapat mempengaruhi kerentanan terhadap suatu infeksi. Infeksi maternal
disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang menginvasi baik secara
endogen maupun secara eksogen.
Infeksi Human Papillomavirus (HPV) adalah penyakit yang sembuh
sendiri dan seringkali tanpa gejala. Human Papilomavirus (HPV) merupakan
salah satu virus DNA dan golongan pavovavirus. Virus HPV dapat
menyerang pada bagian kulit dan lapisan lembab sepanjang tubuh yaitu
selaput di dalam mulut dan tenggorokan, serviks (leher rahim) dan anus.
Infeksi virus HPV telah dibuktikan menjadi penyebab lesi prekanker,
kondiloma akuminata, dan kanker. Penyebaran infeksi HPV dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan kulit penderita terutama melalui hubungan
seksual dan sebagian besar virus HPV menimbulkan kutil di kulit (Evriarti &
Yasmon, 2019).
Pada sebagian besar infeksi HPV awal tidak disadari oleh penderita
dan tidak menimbulkan gejala. Pada manifestasi klinis untuk setiap tipe HPV
bervariasi tergantung pada tipe HPV dan lokasi tubuh yang terinfeksi.
Beberapa gejala yang jelas diantaranya kutilpada wajah, lengan, kaki, dada,
alat kelamin. Human papillomavirus (HPV) menyerang baik perempuan
maupun laki-laki. Pada perempuan kasus terbanyak adalah kanker servik,
vulva, vagina. Prevalensi angka kejadian kanker serviks pada perempuan
urutan kedua kanker terbanyak setelah kanker payudara pada tahun 2020
(Globocan, 2020).
Terdapat tipe HPV risiko tinggi dan risiko rendah. HPV risiko tinggi
dikaitkan dengan perkembangan menjadi kanker serviks sedangkan HPV
risiko rendah dikaitkan dengan kejadian kutil jinak pada epitel mulut dan
saluran urogenital (Evriarti & Yasmon, 2019). Beberapa cara yang biasanya
dilakukan untuk mendeteksi HPV yaitu dengan pemeriksaan pap smear, blok
paraffin, Isolasi DNA dan lain-lainya. Adapun cara terbaru untuk
mengidentifikasi adalah dengan cara Polymerase Chain Reaction (PCR).
Mengingat bahwa seorang perawat harus bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional, maka dalam
memberikan pelayanan atau asuhannya harus selalu memperhatikan manusia
sebagai makhluk yang holistik, yaitu makhluk yang utuh atau menyeluruh
yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Seorang
perawat juga harus menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
komprehensif melalui proses keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Asuhan keperawatan pada pasien infeksi Human Papiloma virus
(HPV) juga meliputi pemberian edukasi dan informasi kepada pasien guna
untuk meningkatkan pengetahuan klien dapat mengurangi kecemasan serta
ketakutan klien.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas dengan topik
asuhan keperawatan pasien infeksi human papilomavirus dalam
menyelesaikan semester genap jurusan Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Riau
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui serta memahami konsep medis infeksi human
papilomavirus
b. Untuk mengetahui serta memahami konsep asuhan keperawatan
infeksi human papilomavirus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Human Papiloma Virus (HPV)
Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang paling sering
dijumpai pada penyakit menular seksual dan diduga berperan dalam proses
terjadinya kanker. Virus ini terutama ditularkan melalui hubungan seksual.
Virus ini terutama ditularkan melalui hubungan seksual termasuk oral sex,
anal sex, dan hand sex (Setiawati, 2016).
Infeksi Human Papillomavirus (HPV) adalah penyakit yang sembuh
sendiri dan seringkali tanpa gejala. Human papillomavirus (HPV) adalah
anggota family Papoviridae, genus papillomavirus. HPV berkuran kecil
dengan diameter 55 nm dan merupakan virus DNA sirkuler dengan untaian
ganda yang tidak terselubung. HPV memiliki kapsid icosahedral (L1 dan L2)
tersusun dari 72 kapsomer. Setiap kapsomer adalah satu pentamer kapsid
mayor (L1). Setiap kapsid virion terdiri dari beberapa kapsid minor (L2).
Genom HPV secara fungsional terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama
adalah noncoding upstream regulatory region (URR). Bagian ini memiliki
p97 yang merupakan promotor inti yang meregulasi replikasi DNA dengan
mengatur transkripsi dari early region dan late region. Bagian kedua adalah
early region berupa E1, E2, E3, E4, E5, E6, E7, dan ES. Bagian ini terlibat
dalam replikasi virus dan onkogenesis. Bagian ketiga adalah late region yang
mengkode struktur protein L1 an L2 untuk kapsid (Fentia et al., 2022).
Sampai saat ini sudah diketahui lebih dari seratus tipe HPV, dengan 33 tipe
diantaranya diketahui menginfeksi saluran genital dan sekurangnya 13 tipe
dapat menyebabkan kanker.
2.2 Klasifikasi HPV
HPV memiliki lebih dari 100 genotipe yang dikelompokkan menjadi
tipe kulit dan mukosa. HPV dapat menginfeksi sel-sel epitel basal dari kulit
atau lapisan dalam jaringan dan dikategorikan sebagi tipe kulit atau kutaneus
bersifat epidemiprotik dan memiliki target lapisan kulit tagan dan kaki. Tipe
mukosa menginfeksi lapisan mulut, tenggorokan, saluran pernafasan, atau
epitel anogenital. Menurut Agustiawan et al., (2022) pembagian HPV tipe
mukosa selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan pengaruh terhadap kanker
serviks dan lesi prekursor yaitu:
a. HPV Risiko Tinggi (HPV-RT)/High-Risk HPV
Tipe HPV-RT termasuk tipe 16, 18, 31,33, 35, 39, 45, 51. 52, 56, 58, 59,
66, 68, dan 70. Tipe 16, 18, 45, dan 56 memiliki pengaruh yang sangat erat
dengan kanker serviks. Tipe 16 dan 18 merupakan dua tipe utama HPV-
RT yang paling sering terdeteksi pada daerah anogenital, lebih dari 90%
kanker serviks, dan secara kausal berpengaruh dengan lebih dari 50%
karsinoma invasif anogenitasi lainnya
b. HPV Risiko Rendah (HPV-RR)/Low-Risk HPV
Tipe kelompok ini meliputi tipe 6, 11, 42, 43, 44, dan 53
2.3 Faktor Risiko HPV
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) biasa terjadi pada perempuan
di usia reproduksi (Aulia, 2016). Infeksi ini dapat menetap, berkembang
menjadi displasi atau sembuh sempurna. Faktor risiko yang menyebabkan
perempuan terpapar HPV adalah:
a. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 20
tahun).
b. Berganti-ganti pasangan seksual.
c. Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan.
d. Riwayat infeksi di daerah kelamin atau randang panggul.
e. Perempuan perokok dan perokok pasif, perempuan perokok berisiko 2.5
kali lebih besar, sedangkan perokok pasif risikonya 1.4 kali lebih besar.
f. Tidak adanya tes pap yang teratur.
2.4 Manifestasi Klinis HPV
Gejala fisik yang terlihat pada wanita :
a. Kutil pada organ kelamin, dubur atau anus atau pada permukaan vagina.
b. Pendarahan yang tidak normal.
c. Vagina menjadi gatal, panas atau sakit.
HPV risiko rendah atau non-onkogenik menghasilkan gambaran klinis kutil
anogenital, yang mungkin kondilomatosa, papula, atau keratotik. Bentuk
subklinis dari infeksi HPV genital dapat hadir dengan lesi “aceto-white” yang
terdapat pada serviks yang akan muncul saat diperiksa menggunakan larutan
asam asetat dievaluasi dengan kolposkopi, dan dapat memberikan bentuk lain
yaitu squamous intraepithelial lesi (SIL) secara mikroskopis, pemeriksaan
dengan sitologi dan histopatologi.
Infeksi Human Papillomavirus dapat dibagi menurut letaknya yakni di
kulit dan mukosa. Veruka vulgaris merupakan infeksi Human Papillomavirus
terbanyak (Rahmawati et al., 2020)
a) Veruka vulgaris
Disebabkan oleh HPV tipe 1, 2, 4. Veruka vulgaris bersifat asimtomatis,
hiperkeratosis, eksofitik, papul dan nodul berbentuk kubah, permukaan
verukous, ukurannya lebih kecil dari 1mm hingga 10 mm (namun jarang
sekali). Lokasi tersering ditemukan di tangan (terutama jari tangan), selain
itu bisa terdapat di lutut, siku atau bagian tubuh lain yang terkena trauma.
Veruka di periungual dapat terjadi dibeberapa tempat, di sekitar tepi kuku,
termasuk di proksimal nail fold dan hiponikium
b) Veruka Filliformis
Veruka yang timbul terutama pada muka, leher, dan area perioficial.
Memberikan gambaran bentuk yang memanjang dengan fiksasi di dasar.
c) Veruka Plana
Lesi ini paling banyak di wajah, tangan bagian dorsum, bagian depan kaki
dari lutut sampai mata kaki. Manifestasi klinis lesi dengan bentuk
lentikuler, jumlahnya banyak terdiri dari papul dengan pemukaan halus
dan datar, papul kecil dengan peninggian yang jelas, berwarna abu-abu,
kekuningan, atau dapat berwarna seperti kulit, diameter kurang dari 5 mm.
Pada veruka plana ini dapat terjadi fenomena Koebner. Serotipe HPV
tersering yang menyebabkan veruka plana ini adalah HPV tipe 3 dan 10.
Penyembuhan lesi terkadang terjadi spontan, dan terkadang memiliki
gejala gatal, dengan inflamasi di sekitarnya atau depigmentasi
d) Veruka plantaris
Terjadi pada telapak kaki dan banyak terjadi pada anak-anak. Penyebab
tersering dari veruka plantaris adalah serotipe HPV tipe 1. Memiliki dua
bentuk endofitik dan eksofitik. Veruka plantaris berbentuk endofitik pada
umumnya unik, dalam dan nyeri berbentuk plak keratinosit batas jelas di
tengahnya terdapat sebuah titik hitam (thrombosed capillaries) dan cincin
keratin keputihan tebal dengan sisi tepi menurun dan depresi ditengah.
Veruka plantaris terdapat pada telapak kaki yang merupakan titik tumpu
berat badan. Veruka plantaris yang eksofitik atau mosaik berbentuk plak yang
ukurannya luas dan koalesen.
e) Veruka Berpigmen
Gambaran klinis veruka berpigmen adalah variasi warna yang bermacam-
macam dari abu-abu hingga kecoklatan, dan gambaran histologis spesifik
adanya badan inklusi yang homogen di sitoplasma. Terdapat peningkatan
melanosom pada lesi. Veruka tipe ini berhubungan dengan HPV tipe 4, tipe 65
dan tipe 60.
f) Veruka Butcher’s
Veruka ini lebih banyak akibat kerja. Pekerja pemotong daging, ayam, dan
ikan. Memberikan gambaran klinis papul verukous yang meluas atau lesi
seperti cauliflower pada punggung, telapak tangan dan tepi periungual pada
tangan dan jari tangan. Serotipe yang sering menyebabkan adalah HPV tipe7
dan HPV tipe 2
d. Keadaan psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien
meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah
pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak
berguna atau menyusahkan orang lain.
e. Data khusus
1. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir.
2. Aktivitas dan Istirahat
a) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
b) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam
hari.
c) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas dan keringat malam.
3. Integritas ego
faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan,
keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis dan
perasaan putus asa.
4. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya
nyeri.
5. Makan dan minum
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet.
6. Nyeri dan kenyamanan
Gejala adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan proses
penyakit.
7. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama.
8. Integritas social
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan
lingkungan, perasaan acuh.
9. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi.
10. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok dan mudah tercabut
b) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
c) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
akibat tumor menekan saraf lumbosakralis.
d) Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
e) Genitalia
Terdapat kutil pada daerah kemaluan yang banyak dan lama
kelamaan akan menyatu dan membesar, keputihan,
peradangan, pendarahan dan lesi
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI, kemungkinan
masalah yang muncul adalah sebagai berikut: (PPNI, 2017)
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
c. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
d. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil
1 perfusi perifer Setelah dilakukan Manajemen sensasi perifer
tidak efektif b.d asuhan keperawatan Observasi
penurunan 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab
konsentrasi perfusi perifer perubahan sensasi
Hemoglobin meningkat dengan 2. Periksa sensasi panas
kriteria hasil : atau dingin
1. Denyut nadi 3. Monitor perubahan kulit
perifer 4. Monitor adanya
meningkat tromboflebitis dan
2. Warna kulit tromboemboli vena
pucat menurun Terapeutik
3. Pengisian kapiler 1. Hindari pemakaian
membaik benda-benda yang
4. Akral membaik berlebihan suhunya
5. Turgor kulit Edukasi
membaik 1. Anjurkan penggunaan
thermometer untuk
menguji suhu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan agen selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
pencedera diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
fisiologis nyeri menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria intensitas nyeri
hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
2. Meringis memperingan nyeri
menurun Terapeutik
3. Kesulitan tidur 1. Berikan teknik non
menurun farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
ketidakadekuatan tindakan Observasi
pertahanan tubuh keperawatan 3x24 1. Monitor tanda dan gejala
sekunder jam tingkat infeksi infeksi local dan sistemik
(penurunan menurun dengan Terapeutik
hemoglobin). kriteria hasil : 1. Batasi jumlah
Nafsu makan pengunjung
meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan
Kadar sel sesudah kontak dengan
darah pasien dan lingkungan
membaik pasien
3. Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan.
4 Disfungsi seksual Setelah dilakukan Edukasi seksualitas
berhubungan tindakan Observasi
dengan perubahan keperawatan 3x24 1. Identifikasi kesiapan dan
struktur tubuh jam tingkat infeksi kemampuan menerima
menurun dengan informasi
kriteria hasil : Terapeutik
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan anatomi dan
fisiologi system
reproduksi laki-laki dan
perempuan
2. Jelaskan perkembangan
seksualitas sepanjang
siklus kehidupan
3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun
dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi
yaitu mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (Jannah,2019).
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah hasil asuhan keperawatan sebagai tahap akhir dari poses
keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan
keperawatan yang telah dilakukan (Cahyanti, 2016).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang paling sering dijumpai
pada penyakit menular seksual dan diduga berperan dalam proses terjadinya
kanker. Virus ini terutama ditularkan melalui hubungan seksual termasuk oral
sex, anal sex, dan hand sex. Gejala fisik yang terlihat pada wanita yaitu Kutil
pada organ kelamin, dubur atau anus atau pada permukaan vagina, Pendarahan
yang tidak normal, Vagina menjadi gatal, panas atau sakit. Ada beberapa upaya
pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi HPV seperti : Vaksinasi
HPV, Hindari menyentuh kutil secara langsung, Hindari berganti-ganti pasangan
dan gunakan kondom setiap kali berhubungan intim, Menjaga kebersihan,
Hindari berbagi pemakaian barang pribadi, seperti pisau cukur atau gunting
kuku.
4.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan
dengan baik terhadap penderita penyakit Human papillomavirus (HPV). Oleh
karena itu, perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini
melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun
keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia. (2016). Kenali Gejala Kanker Serviks Sejak Dini. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/kenali-gejala-kanker-
serviks-sejak-dini
Cahyanti, Nopi Nur. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Yang Mengalami
Kanker Serviks Stadium Iii A Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Samarinda
Fentia, L., Erica, & Carles. (2022). Buku Ajar Penyakit Menular Seksual. Penerbit
NEM.
https://www.google.co.id/books/edition/BUKU_AJAR_PENYAKIT_MENU
LAR_SEKSUAL/0qFqEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=0
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI