Anda di halaman 1dari 20

INFEKSI HUMAN PAPILLOMAVIRUS

Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Reproduksi


Dosen Pengampu : Ns. Niken Sukesi M.Kep

NAMA KELOMPOK :
1. M. NUROKHIM ( 2217023 )
2. MURWANI ASTUTI ( 2217027 )
3. RAFIKA NOVA NDARI ( 2217030 )
4. WAHYU HIDAYAT ( 2217040 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human papilloma virus( HPV) ialah sesuatu virus yang bisa menginfeksi man
usia serta terdiri dari 200 jenis. Peradangan HPV bisa terjalin pada siapa saja tanpa pa
ndang umur. Penularan bisa terjalin lewat ikatan intim( anal, vaginal, serta oral) maup
un kontak serta paparan secara langsung dengan pengidap. Ada 2 tipe HPV bersumber
pada tingkatan risikonya, ialah high risk HPV( berisiko besar menimbulkan kanker, bi
asanya kanker serviks) serta low risk HPV( berisiko rendah serta nyaris tidak menimb
ulkan penyakit).
Bagi Prodia Occupational Health Institute( 2014), ada sebesar 70% peristiwa k
anker serviks pada perempuan di dunia akibat dari HPV jenis 16 serta 18, serta 20% y
ang pula berisiko besar serta diakibatkan oleh jenis yang lain yang pula tercantum hig
h risk- HPV semacam jenis 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, serta 68. Bersumber
pada informasi yang diperoleh dari HPV Information Centre( 2019), tiap tahunnya de
kat 569. 847 perempuan terdiagnosis mengidap kanker serviks di dunia, serta 311. 36
5 perempuan hadapi kematian akibat kanker serviks tersebut. Kanker serviks ialah tip
e kanker no 3 yang menimbulkan kematian pada perempuan di dunia. Indonesia tiap t
ahunnya mempunyai permasalahan kanker serviks pada 32. 469 perempuan, serta 18.
279 hadapi kematian tiap tahunnya yang pula dipaparkan oleh HPV Information Centr
e( 2019). Permasalahan kanker serviks tersebut menempati posisi kedua dengan perm
asalahan paling banyak di Indonesia pada perempuan dengan rentang umur 15- 44 tah
un. Bagi informasi yang diperoleh dari HPV Information Centre( 2019), jenis HPV ya
ng dominan terjalin di Indonesia merupakan jenis HPV 16, 18, 45, serta 52.
Kanker mulut rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker ya
ng 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim. Di Indonesia hanya 5 persen yang melakukan Penapisan Kan
ker mulut rahim, sehingga 76,6 persen pasien ketika terdeteksi sudah memasuki Stadi
um Lanjut. Penapisan dapat dilakukan dengan melakukan tes Pap smear dan Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA)
.
Vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks.Pap smear mer
upakan bagian dari pencegahan sekunder. Pencegahan yang terbaik adalah dengan me
lakukan vaksinasi dan pap smear untuk menjangkau infeksi HPV risiko tinggi lainnya.
Vaksinasi HPV diberikan dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap infeksi vi
rus HPV terutama yang dapat menyebabkan kanker serviks yaitu HPV tipe 16 dan 18.
Vaksinasi diberikan 3 kali pada 0 – 1 – 6 bulan atau 0 – 2 – 6 bulan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami infeksi HPV
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami infeksi HPV
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami infeksi
HPV
c. Menyuusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami infeksi
HPV
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami infeksi
HPV
e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami
infeksi HPV
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Human papillomavirus (HPV) adalah virus deoxyribonucleic acid (DNA) untaian gan
da yang menular secara seksual dan menginfeksi permukaan kulit dan mukosa epitel (Kah
n, 2009 dalam Wibisono, 2011). Infeksi HPV pada genitalia merupakan infeksi yang serin
g terjadi dan bersifat asimtomatik (Rusmil, 2008 dalam Wibisono, 2011). Terdapat 100 ti
pe HPV yang telah diketahui. Beberapa diantaranya berperan dalam terbentuknya lesi pra
kanker, kanker leher rahim, dan kutil kelamin (WHO, 2007 dalam Wibisono, 2011).
Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai genom be
runtai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada tempat infeksi pa
da sel) yang tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri ikosahedral. Berkembang
biak pada inti sel menyebabkan infeksi laten dan kronis pada pejamu alamiahnya dan dap
at menyebabkan tumor pada beberapa binatang (Contoh : Virus Papilloma manusia (kutil),
Virus BK (diasingkan dari air kemih penderita yang mendapat obat-obat imunosupresif))
(Thoma, 2008).
Ada lebih dari seratus virus yang dikenal sebagai virus papilloma manusia (human pa
pilloma virus/HPV). HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim karena dapat membuat
pertumbuhan sel menjadi tidak normal (dengan cara virus masuk ke dalam inti sel di leher
rahim dan mengubah bentuk sel sehingga sel menjadi mudah rapuh dan pertumbuhannya
menjadi tidak beraturan) Infeksi HPV telah dibuktikan menjadi penyebab lesi prakanker,
kondiloma akuminatum, dan kanker. Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi,
30 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual.

B. Etiologi

Human papillomavirus (HPV) merupakan etiologi berbagai kondisi medis, ter


masuk kanker serviks, kondiloma akuminatum, dan beberapa bentuk karsinoma se
l skuamosa, terutama yang terjadi pada orofaring. Faktor risiko yang paling jelas u
ntuk HPV adalah hubungan penetrasi tanpa pelindung atau kontak fisik kulit-ke-k
ulit yang dekat yang melibatkan area yang terinfeksi. HPF adalah virus dengan D
NA untai ganda dari famili Papillomaviridae. HPV hanya menginfeksi manusia.
Mode Transmisi
Beberapa jenis infeksi HPV tidak menimbulkan gejala serta sembuh secara sponta
n. Infeksi HPV dapat menyebabkan pertumbuhan kutil bahkan lesi prekanker. Seb
anyak 70% kanker serviks diakibatkan oleh infeksi HPV 16 dan HPV 18, sedangk
an HPV 11 dan HPV 6 berhubungan dengan papilomatosis respiratorik dan kondil
oma akuminatum.
Mode transmisi dari infeksi HPV termasuk kontak seksual, perinatal,
pembedahan, dan pemakaian barang bersamaan dengan orang lain
a) Kontak seksual
Kontak seksual merupakan salah satu faktor risiko mayor infeksi HPV. Faktor
risiko mengalami infeksi HPV berkaitan dengan perilaku seksual, termasuk hu
bungan seksual pertama kali di usia muda, sering berganti pasangan seksual,
serta melakukan hubungan seksual melalui anal.
b) Perinatal
Selama persalinan, HPV dapat ditransmisikan dari ibu ke bayi. Meskipun infe
ksi ini jarang menimbulkan gejala klinis, virus dapat bertahan lama di tubuh b
ayi. Neonatus dapat mengalami juvenile onset recurrent respiratory papilloma
tosis  (JORRP) akibat infeksi HPV11 dan HPV6. Namun, kejadian ini sangat j
arang dimana terjadi pada 2 di antara 1 juta nenonatus. Angka kejadian
JORRP dapat meningkat jika ibu memiliki kondiloma acuminatum.
c) Pemakaian benda bersamaan
HPV dapat menular melalui kontak kulit langsung seperti pemakaian benda se
cara bersamaan. Pemakaian benda yang terkontaminasi HPV dapat menyebab
kan infeksi HPV. Selain itu, virus ini dapat bertahan lama tanpa adanya inang
pada suhu rendah
d) Pemberdahan
Infeksi HPV dapat menyebar melalui inhalasi zat berbahaya virus oleh setiap o
rang yang berada di ruang operasi selama melakukan ablasi laser pada penang
anan kondiloma atau melakukan elektrokauter. Infeksi tersebut dapat
menyebabkan terjadinya papilomatosis laring.
C. Manifestasi Klinis
Telah diketahui bahwa HPV dapat menyebabkan terjadinya kutil kelamin (gen
ital warts), juga lesi pre-kanker dan kanker serviks. HPV, diperkirakan, ikut terlib
at sebagai penyebab keganasan pada daerah vulva, vagina, penis dan anus serta be
berapa keganasan pada kulit dan pharing. Saat ini, telah diketahui, ada 40 tipe HP
V yang diketahui dapat menyebabkan infeksi pada mukosa genital dan telah terkla
sifikasi menurut derajat kemampuan oncogenic (pencetus atau penyebab kanker).
HPV tipe resiko rendah dapat menyebabkan lesi yang bersifat jinak (benign), term
asuk kutil kelamin dan lesi tingkat ringan di daerah genital, tetapi tidak ditemukan
pada kasus–kasus kanker genital. HPV tipe resiko tinggi mampu menyebabkan les
i pra-kanker tingkat ringan maupun berat, namun begitu istilah “resiko tinggi” diber
ikan karena HPV tipe ini sering ditemukan pada kanker yang invasive.
Masa inkubasi untuk perkembangan gejala klinis, setelah infeksi HPV, sangat bervari
asi. Kutil kelamin akan timbul dalam waktu beberapa bulan setelah terinfeksi HPV, sedan
gkan perkembangan untuk menjadi kanker serviks membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Yang perlu diwaspadai, sebagian besar infeksi HPV bersifat asimptomatis dan hanya dapa
t terdeteksi setelah melakukan tes DNA HPV. Pada individu yang tampak sehat meski teri
nfeksi HPV, lebih dari 75% diantaranya akan sembuh dari infeksi dalam waktu 30 bulan.
Hal ini terutama terjadi pada mereka yang terinfeksi HPV tipe resiko rendah.

D. Patofisiologi
Sikluas hidup HPV tidak jauh berbeda dengan virus DNA lainnya. Tahap awal siklus
hidup HPV dimulai dengan terpaparnya virus pada sel pejamu. Paparan ini terjadi karena
adanya luka atau lesi pada lapisan epitel sel pejamu. Setelah terpapar dengan sel, virus ke
mudian akan melekat pada sel pejamu melalui reseptor yang terdapat dipermukaan sel pa
da lapisan basal epitel.6 Umumnya, HPV akan berikatan dengan reseptor primer Syndeca
n-1 (isotip Heparan Sulfat Proteoglycans (HSPGs) yang dominan ada di permukaan sel ep
itel) lebih dulu, kemudian HPV akan memodifikasi kapsidnya dan berikatan dengan resep
tor sekunder yakni reseptor kelompok integrin.
Ikatan yang terbentuk antara virus dengan reseptor yang spesifik dari sel pejamu akan
memberikan signal kepada sel pejamu untuk mengendositosis virus.Endositosis virus di a
wali dengan terbentuknya lekukan pada plasma membran di sekitar tempat melekatnya vi
rus. Lekukan ini kemudian membentuk vesikel yang melingkupi virus. Virus yang telah d
iendositosis oleh sel, selanjutnya akan mengalami uncoating. Proses uncoating difasilitasi
oleh penghilangan ikatan intracapsomer sulfide sehingga kapsid terbuka. Proses ini berlan
gsung dalam lingkungan sel host. Setelah mengalami uncoating DNA virus akan
keluar dari vesikel dan mengikat mikrofilamen melalui interaksi region L2 dengan protein
motor kompleks dinein untuk membantu transportasi dalam sitolasma dan inti sel.11,21,2
3 Genom HPV akan masuk ke dalam inti sel dan mengaktifkan cascade ekspresi gen virus.
Pertama virus akan mengekpresikan protein yang berperan sebagai factor replikasi yakni
protein E1 dan E2. Protein E2 berikatan dengan viral origin of replication virus yang terd
apat di DNA virus, ikatan ini memberikan signal pada protein E1 helikase untuk memisah
kan untai ganda DNA virus dan membentuk kompleks replikasi. Kompleks replikasi ini a
kan memberikan signal untuk enzim polymerase dan protein asesori sel pejamu untuk me
mulai proses replikasi DNA virus. Seiring degan proses diferensiasi sel epitel, aktivitas pr
omoter akhir (late promoter) akan meningkat. Promoter akhir pada virus HPV akan mengi
nisiasi ekspresi dari dua gen yang mengkode protein struktural (kapsid) virus, yaitu L1 da
n L2. Selanjutnya, partikel DNA, bersama dengan protein virus akan dirakit membentuk p
artikel infeksius pada bagian atas lapisan epitel. Protein L2 berperan membungkus genom
virus, sedangkan protein L1 berperan membentuk kapsid icosahedral pada bagian luar vir
us. Kemudian virus HPV akan mengalami eksositosis dan keluar dari sel untuk menginfe
ksi sel lain yang belum terinfeksi (non-litik).
E. Pathway
Perluasan epitel kolumnar
-Infeksi virus HPV , Genetik Pathway
Terjadi lesi pada serviks,inflamasi,
(ekstroserviks dan endoserviks)
‐ Hygiene yang tidak bersih di organ vital timbul nodul

‐ Hubungan seksual <16 tahun ,Merokok


Proses metaplastik (erosive)
‐ Ganti-ganti pasangan

Tumor Dysplasia Penyebaran tumor

Eksolistik Endolitik Karsinoma invasive serviks Pelvis Ke arah


parametrium

Ke arah lumen Ke stroma serviks Menekan saraf


Perubahan epiteldisplastik Metastase ke
lumbosakrali vagina
vagina serviks

Massa proliferasi Infiltrasi


Perdarahan stimulus Menginfiltrasi
septum rektovagina
dan kandung kemih
Nekrosis jaringan Ulkus
Anemia Ditangkap reseptop
nyeri
Obstruksi
Keputihan, bau busuk Imunitas ↓ Curah jantung↓ kandung kemih
Gangguan
Nyeri kronis
integritas
Perubahan pola
kulit Resiko Sirkulasi ke Gg Pola
seksual
Infeksi Eliminasi
jaringan ↓
Harga diri
rendah Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Therapi

Pembedahan Non Bedah

Histerektomi
Pra operasi Kemoterapi Radioterapi

Luka Operasi
Mual & muntah
Kurang pengetahuan Kerusakan jaringan

Perdarahan
Post Operasi Nafsu makan ↓ Turgor kulit buruk
O2 ke sel berkurang
Metabolisme & Berat badan ↓
Proteksi kurang energy ↓ Kerusakan
Jaringan integritas
Resiko Infeksi Kelemahan fisik Defisit Nutrisi

Hambatan
F. Penatalaksanaan
mobilitas fisik
Penatalaksanaan pada infeksi human papillomavirus (HPV) seringkali tidak di
perlukan terapi medikamentosa. Sebagian besar infeksi HPV bersifat swasirna dan
akan sembuh dalam waktu 2 tahun. Meski demikian, kutil akibat infeksi HPV dap
at mengalami rekurensi.
Individu dengan kutil kulit dapat diterapi dengan eksisi, krioterapi, obat iritan a
tau imunomodulasi, dan pengangkatan laser. Tujuan dari modalitas tersebut adala
h mengiritasi area secara manual atau kimiawi, untuk memicu respons imun inang
dan membantu membersihkan jaringan yang terinfeksi.
Jika pasien imunokompeten, kutil anogenital dan orofaringeal dapat diobati de
ngan cara yang sama seperti kutil kulit. Apabila lesi berkembang menjadi karsino
ma terkait HPV di lokasi ini, dapat dilakukan reseksi atau terapi kemoradiasi.
Lesi serviks dapat mengalami regresi tanpa intervensi apa pun. Wanita muda i
munokompeten dengan dysplasia disarankan menjalani pemantauan dengan interv
al lebih pendek dibandingkan interval standar (3 tahun). Pemantauan dapat dilaku
kan dengan Pap smear, tes HPV, dan koloskopi. Displasia serviks yang persisten pa
da usia berapapun atau displasia derajat tinggi pada wanita yang lebih tua, dapat di
terapi dengan krioterapi, loop electrosurgical excision procedure (LEEP), atau eks
isi cold knife cone (CKC). Jika terjadi progresi maligna, maka pasien perlu diperti
mbangkan untuk menjalani reseksi, kemoterapi, atau radiasi.

Medikamentosa
Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas, mortalitas, dan mence
gah komplikasi. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati infeksi HPV diran
cang terutama untuk mengikis lesi berdasarkan sifat korosifnya.
a) Asam Salisilat
Asam salisilat bersifat keratolitik, mengurangi ketebalan kutil, dan juga dapat
merangsang respon inflamasi. Salep yang mengandung asam salisilat 17% dap
at dibeli bebas di apotek. Asam salisilat memiliki harga yang murah, aplikasin
ya mudah, dan cukup efektif. Meski demikian, pengobatan dapat membutuhka
n waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Efek samping berupa der
matitis kontak dapat terjadi. Selain itu, untuk menghindari toksisitas sistemik,
aplikasi harus dibatasi pada area tertentu saja.
b) Podofilotoksin
Obat salep lain yang dapat diberikan adalah podofilotoksin. Tidak lebih dari 0,
5 g gel per hari harus digunakan. Batasi total jaringan  yang dirawat hingga ku
rang dari 10 cm2.
c) Asam Trikloroasetat
Asam trikloroasetat (TCA) digunakan sebagai kauterisasi kimia. TCA menden
aturasi dan menghancurkan protein dalam sel  kutil. Obat ini tidak mudah dise
rap oleh jaringan.
Pengobatan dengan larutan TCA 60-90% paling efektif bila mengobati bebera
pa lesi kecil yang lembab. Hilangnya kutil pada 70% pasien yang menerima hi
ngga 6 perawatan TCA telah dilaporkan dalam suatu studi. Meski begitu, ada r
isiko efek samping ulserasi di area aplikasinya.
d) Imiquimod
Imiquimod adalah amina heterosiklik non-nukleosida yang bertindak sebagai
modulator respon imun yang dapat merangsang sitokin, termasuk interferon-α,
interleukin-1, dan interleukin-6. Imiquimod diberikan 3 kali seminggu sebelu
m tidur dan dilanjutkan sampai kutil benar-benar hilang, hingga maksimal 16
minggu.
e) Interferon Alfa
Interferon alfa adalah sitokin alami yang memiliki efek imunomodulator yang
kuat dan efek antivirus langsung. Interferon alfa digunakan untuk pengobatan i
ntralesi kutil anogenital eksternal dan kondiloma akuminatum. Obat disuntikk
an ke dasar setiap kutil, sebaiknya melalui jarum 30-gauge, dalam dosis 3 juta
IU, dengan frekuensi pemberian 3 kali per minggu selama 3 minggu. Untuk ku
til besar, obat ini dapat disuntikkan di beberapa titik pinggiran lesi dengan dosi
s total 250.000 IU per kutil.
f) 5-Fluorouracil
5-fluorouracil (5-FU) dapat menyebabkan deskuamasi kimia pada kutil. Form
ulasi krim 5% dapat membantu dalam pengobatan beberapa kutil kelamin. 5-F
U diberikan 1-3 kali per minggu selama beberapa minggu sesuai kebutuhan. S
ebelum aplikasi, bersihkan area yang terkena secara menyeluruh. Hindari kont
ak dengan jaringan sehat. Oleskan obat tipis-tipis dan biarkan hingga benar-be
nar kering. Lap krim kering 3-10 jam setelah aplikasi.

g) Sinecathecins
Salep sinecathecins dapat digunakan sebagai terapi pada infeksi HPV, terutam
a pada kutil area genitalia eksterna. Sebuah studi menunjukkan bahwa pasien y
ang diobati dengan 15% sinecatechins salep 3 kali per minggu hingga 16 ming
gu, klirens kutil anogenital diperoleh pada 57% dari 502 pasien.

Tindakan Medis
a) Kuretase diikuti dengan kauterisasi adalah metode pengangkatan kutil yang m
asih banyak dipraktikkan. Tingkat keberhasilannya dilaporkan berkisar 65-85
%. Risiko dari Tindakan ini adalah pembentukan jaringan parut dan rekurensi.
b) Krioterapi
Krioterapi dapat mengatasi kutil dengan membekukan cairan intraseluler, men
gakibatkan kerusakan sel. Metode ini efektif untuk sebagian besar kutil kulit s
ederhana dan untuk neoplasia intraepitel serviks derajat rendah (CIN I). Kekur
angan utama dari prosedur ini adalah rasa tidak nyaman, ulserasi, dan keropen
g di area perawatan. Krioterapi dilakukan dengan mengoleskan nitrogen cair k
e kutil menggunakan aplikator berujung kapas, cryoprobe, atau semprotan. Ga
s seperti dinitrogen oksida dan karbon dioksida, juga dapat digunakan. Setelah
2-4 perawatan dalam periode 6 hingga 12 minggu, 75-80% pasien mengalami
pembersihan kutil secara total.
c) Electrosurgery
Electrosurgery menggunakan arus frekuensi tinggi dapat digunakan untuk me
motong dan mengentalkan kutil. Elektrodesikasi dengan jarum bipolar efektif
digunakan untuk kutil kelamin eksternal. Sementara itu, LEEP umumnya digu
nakan untuk mengobati lesi intraepitel skuamosa serviks setelah konfirmasi de
ngan biopsi serviks, serta dapat pula digunakan untuk menghilangkan kutil kel
amin eksternal yang besar.
Nyeri setelah Tindakan umum ditemukan. Nyeri dapat diobati dengan analgesi
k narkotik sistemik atau analgesic topical, seperti jeli lidocaine. Dalam suatu u
ji klinis, dilaporkan tingkat kekambuhan sebesar 22% dibandingkan dengan 44
% untuk podofilin.
d) Eksisi Bedah
Eksisi bedah sederhana dengan pisau bedah, gunting, atau kuret dapat dilakuka
n untuk menghilangkan kutil, terutama kutil kelamin besar, dan mengobati lesi
intraepitel skuamosa pada traktus genital. Eksisi umumnya hanya digunakan p
ada kasus refrakter atau penyakit yang luas.
e) Bedah Laser
Penguapan laser karbon dioksida biasanya digunakan untuk pengobatan penya
kit HPV refrakter atau kutil ekstensif dari mukosa anogenital. Tindakan ini jug
a bermanfaat dalam pengobatan kutil periuretra dan vagina, serta lesi intraepit
el skuamosa vagina. Tindakan ini adalah pengobatan pilihan untuk wanita ham
il dengan lesi yang luas atau lesi yang tidak berespon terhadap TCA.

G. Pemeriksaan Penunjang
Dokter akan mendiagnosis infeksi HPV dengan melakukan wawancara medis, pe
meriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:
a) Tes larutan asam asetat
Tes ini dilakukan dengan cara mengolesi area–biasanya organ genital–yang ter
indikasi dengan HPV dengan larutan asam asetat. Jika area tersebut berubah m
enjadi putih, maka indikasinya adalah memang benar terinfeksi HPV.
b) Pap smear dan tes DNA
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi keabnormalan sel serviks yang dapat beru
bah menjadi kanker.

H. Komplikasi
Berbagai jenis HPV menyebabkan kutil umum pada tangan atau kaki. HPV ju
ga dapat mengakibatkan masalah pada mulut atau pada lidah dan bibir. Beberapa j
enis HPV dapat menyebabkan kutil kelamin pada penis, vagina dan dubur. Jenis H
PV lain dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal yang disebut disp
lasia. Displasia dapat berkembang menjadi kanker dubur pada laki-laki dan perem
puan, dan kanker leher rahim (cervical cancer), atau kanker penis. Displasia di sek
itar dubur disebut neoplasia intraepitelial anal (anal intraepithelial neoplasia/AIN).
Epitel adalah lapisan sel yang meliputi organ atau menutupi permukaan tubuh yan
g terbuka. Neoplasia berarti perkembangan baru sel yang tidak normal. AIN adala
h perkembangan sel baru yang tidak normal pada lapisan dubur. Displasia pada da
erah leher rahim disebut neoplasia intraepitelial serviks (cervical intraepithelial ne
oplasia/CIN)
Kondiloma genital dapat ditularkan melalui sentuhan dan hubungan seksual. P
enyakit ini dapat menyerang siapa saja, namun ada sebagian orang yang berisiko u
ntuk terjangkit penyakit ini antara lain: orang yang sering kontak dengan air/beker
ja di tempat basah (seperti tukang ikan, tukang daging, pemotong hewan), orang y
ang hiperhidrosis/ telapak tangan atau kakinya selalu basah, anak-anak. Penyakit i
ni menular baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung seperti pemakaia
n handuk dan baju yang bersamaan.
Kanker serviks, peristiwa kanker serviks diawali dari normal serviks yang teri
nfeksi HPV dan menyebabkan timbulnya displasia sehingga menimbulkan kanker.
Kanker Serviks cenderung muncul pada wanita usia 35-55 tahun (pada saat usia pr
oduktif). Namun dapat pula muncul pada perempuan berusia lebih muda. Penyeba
b dari kanker ini adalah Human Papilloma Virus yaitu sejenis virus yang menyera
ng manusia dan berpotensi menyebabkan terjadinya komplikasi dan kemandulan.
Serviks normal bentuknya lurus, sedangkan serviks yang terinfeksi bentuknya me
mbesar, keluar karena berkutil. Inilah yang menyebabkan rasa sakit pada penderita
kanker serviks saat melakukan hubungan seks.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah
anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa, tanggal ma
suk rumah sakit, nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.
2. Identitas Penanggungjawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Riwayat Kesehatan sekarang
c) Riwayat Kesehatan dahulu
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Keadaan Psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap pen
gobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari su
mber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji ju
ga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa ti
dak berguna atau menyusahkan orang lain
5. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan head to toe
b) Pemeriksaan gynekologi dan obstetric
- Keluhan haid
- Riwayat Kehamilan
- Riwayat Persalinan
6. Pola aktivitas dan Istirahat
7. Integritas ego
8. Eliminasi
9. Makan dan minum
10. Seksualitas
11. Pemeriksaan penunjang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan yang mungkin mungkin muncul sesuai SDKI PPNI :

1. D.0078 Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan imunitas


2. D.0069 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh
(proses penyakit)
3. D.0080 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
4. D.0111 Difisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
5. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (imunosupresi)

C. INTERVENSI

No Kode Dx SLKI SIKI


Tujuan dan kriteria
hasil
1 D.0078 Setelah dilakukan Manajemen nyeri I.08238
Nyeri kronis tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
berhubungan diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi,kualitas, dan
dengan gangguan menurun. Dengan kriteria intensitas nyeri
imunitas hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
(Tingkat nyeri L.08066) 3. Identifikasi respons nyeri
1. Keluhan nyeri nonverbal
menurun 4. Kontrol lingkungan yang
2. Perasaan depresi memperberat rasa nyeri
menurun 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Perasaan takut 6. Jelaskan penyebab, periode,
mengalami cedera pemicu nyeri
berulang menurun 7. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetic
2. D.0069 Setelah dilakukan Konseling Seksualitas I.07214
Disfungsi seksual
tindakan keperawatan 1. Monitor stress, kecemasan, depresi,
b.d perubahan
fungsi/struktur diharapkan disfungsi dan penyebab disfungsi seksual.
tubuh (proses
seksual menurun. Dengan 2. Identifikasi waktu
penyakit)
kriteria hasil : disfungsi seksual dan kemungkinan
(Tingkat depresi penyebab
L.09097) 3. Fasilitasi komunikasi antara pasien
1. Perasaan tidak dan pasangan
berharga menurun 4. Berikan kesempatan
2. Sedih menurun kepada pasangan untuk
3. Putus asa menurun menceritakan permasalahan seksual
4. Perasaan negative 5. Berikan pujian
menurun terhadap perilaku yang benar
5. Perasaan bersalah 6. Jelaskan efek pengobatan,
menurun Kesehatan, dan penyakit terhadap
disfungsi seksual.
7. Kolaborasi dengan spesialis
seksologi, jika perlu

3. D.0080 Setelah dilakukan Reduksi ansietas I.09314


Ansietas b.d tindakan keperawatan 1. Identifikasi tingkat ansietas
krisis situasional diharapkan ansietas berubah
menurun. Dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda ansietas
hasil : 3. Motivasi mengidentifikasi situasi
(Tingkat ansiestas yang memicu kecemasan
L.09093) 4. Diskusikan perencanaan realistis
1. Verbalisasi khawatir tentang peristiwa yang akan datang
tehadap kondisi yang 5. Informasikan secara factual
dihadapi menurun mengenai diagnosis, pengobatan, dan
2. Perilaku gelisah prognosis
menurun 6. Kolaborasi pemberian obat
3. Perilaku tegang ansietas, jika perlu
menurun
4. D.0111 Setelah dilakukan Edukasi Proses Penyakit I.12444
Difisit tindakan keperawatan 1. identifikasi kesiapan dan
Pengetahuan b.d diharapkan defisit kemampuan
kurang terpapar pengetahuan menurun. Menerima informasi
informasi Dengan kriteria hasil : 2. Sediakan materi dan media
(Tingkat pengetahuan Pendidikan kesehatan
L.12111) 3. Jadwalkan Pendidikan kesehatan
1. Pertanyaan tentang sesuai kesepakatan
masalah yang dihadapi 4. Beri kesempatan untuk bertanya
menurun 5. Jelaskan penyebab dan faktor,
2. Persepsi yang keleru risiko penyakit
terhadap masalah 6. Jelaskan proses patofisiologi
menurun munculnya penyakit
3. Menjalani pemeriksaan 7. Jelaskan tanda dan gejala yang
yang tidak tepat menurun ditimbulkan oleh penyakit
8. Jelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi
9. Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang dirasakan
10. Ajarkan cara meminimalkan efek
samping dari intervensi atau
pengobatan
11. Informasikan kondisi pasien saat
ini
1.2 Anjurkan melapor jika merasakan
tanda dan gejala memberat atau tidak
biasa
5. D.0142 Setelah dilakukan Pencegahan InfeksiI.14539
Risiko infeksi b.d tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
ketidakadekuatan diharapkan resiko infeksi lokal dan sistemik
pertahanan tubuh menurun. Dengan kriteria 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
sekunder hasil : kontak dengan pasien dan lingkungan
(imunosupresi) (Status imun L.14133) pasien
1. Infeksi berulang 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menurun 4. Jelaskan cara mencuci tangan
2. Imunisasi meningkat dengan benar
3. Suhu tubuh membaik 5. Anjurkan meningkatkan asupan
4. Sel darah putih nutrisi
membaik 6. Kolaborasi pemberian antibiotic

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun dengan
menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi yaitu
mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (NANDA, 2015). Tujuan dari
implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan keperawatan untuk mecapai tujuan
yang berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan
dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas tindakan dan
pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses
keperawatan, serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan (NANDA, 2015). Tujuan
dari evaluasi adalah untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, serta mengkaji
penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
KESIMPULAN

HPV, Human Papiloma Virus, bisa menginfeksi laki-laki dan wanita. Masuk ke dalam
tubuh manusia melalui hubungan seksual. Beberapa strain HPV menyebabkan penyakit ke
lamin yang dikenal dengan nama condyloma accuminata atau kutil kelamin. Beberapa str
ain yang lain, terutama tipe 16 dan 18, bersifat onkogenik atau dapat menyebabkan kanke
r.
Remaja yang telah aktif secara seksual, mempunyai resiko tinggi terinfeksi HPV.
Meskipun HPV dapat dikontrol oleh system imun, pada wanita usia dewasa muda, infeksi
HPV dapat bermanifestasi menjadi kutil kelamin, gambaran hasil pemeriksaan sitologi
serviks yang abnormal dan kanker serviks. Kegagalan system imun akan menyebabkan
terjadinya infeksi HPV, tipe high risk yang bersifat menetap dan pada akhirnya menjadi
kanker serviks.
Vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks.Pap smear merupakan
bagian dari pencegahan sekunder. Pencegahan yang terbaik adalah dengan melakukan va
ksinasi dan pap smear untuk menjangkau infeksi HPV risiko tinggi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

WHO (World Health Organization). Human Papilloma Virus (HPV) and


Cervical Cancer. 2014.
Amin Huda Nuratif, H. K. (2015). NANDA NIC-NOC (jilid 1)
Evriarti, P. R., & Yasmon, A. (2019). Patogenesis Human Papillomavirus (HPV) pada Kank
er Serviks. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 8(1), 23-32.
Jannah, S. R. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CA. SERVIKS DI
RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRA
NIE SAMARINDA. repository.poltekkes-kaltim.ac.id diakses pada 05 Maret 2023
pukul 08.21
Rahayu, A. S. (2018). Inveksi Human Papilloma Virus (HPV) dan Pencegahannya pada Re
maja dan Dewasa Muda. J. Biol. Papua, 2(2), 81-88.
Setiawati, D. (2014). Human papilloma virus dan kanker serviks. Al-Sihah: The Public Hea
lth Science Journal.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Cetakan III Rev, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Yasmon, A. (2019). Patogenesis human papillomavirus (hpv) pada kanker serviks. Jurnal B
iotek Medisiana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai