PENDAHULUAN
onkogenik risiko tinggi, terutama HPV-16 dan 18. Kanker serviks merupakan
salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia.
Bahkan menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO, kanker jenis ini menempati
urutan ke-2 sebagai kanker yang sering menjangkiti kaum hawa. Namun,
bahwa kanker serviks menduduki peringkat pertama pada kasus kanker yang
vaksin ini, tentunya akan memberikan pengaruh besar bagi kesehatan wanita
di negara berkembang.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
baru (neoplastic cells) yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Kanker
2.1.2 Etiologi
telah menunjukkan bahwa HPV turut berperan dalam terjadinya kanker leher
rahim. Sekitar 70% kejadian kanker leher rahim disebabkan oleh HPV tipe 16
dan 18. Penelitian yang dilakukan pada pasien dengan kanker leher rahim di
2
beberapa rumah sakit di Indonesia menemukan bahwa kejadian infeksi HPV
tipe 16 sebesar 44%, tipe 18 sebesar 39%, tipe 52 sebesar 14%, dan sisanya
tipe high risk oncogenic berintegrasi dengan genom sel leher rahim yang
prakanker yang terdiri dari CIN I, II, dan III. Lesi prakanker CIN I sebagian
besar akan mengalami regresi, sebagian kecil yang berlanjut menjadi CIN II,
2.1.3 Epidemiologi
kematian wanita akibat kanker. Setiap tahun ditemukan 510 000 kasus baru,
288 000 kasus meninggal, atau setiap dua menit seorang wanita meninggal
pertahun dan masih menduduki tingkat pertama dalam urutan keganasan pada
wanita. Angka kejadian kanker leher rahim mulai meningkat sejak usia 20
seseorang tergantung stadium kanker leher rahim; five years survival rate
Faktor risiko untuk kanker leher rahim adalah segala sesuatu yang
3
terbagi dalam tiga. Faktor pertama adalah faktor reproduksi dan seksual yang
meliputi jumlah mitra seksual, usia saat pertama kali berhubungan seksual,
faktor pasangan pria, jumlah kehamilan, kontrasepsi oral dan infeksi menular
skrining yang tepat dan pengobatan lesi prakanker yang disebut CIN
dan usia saat melakukan hubungan seks pertama kali. Risiko meningkat lebih
dari 10 kali bila wanita berhubungan seksual dengan 6 atau lebih mitra seks,
atau bila hubungan seksual pertama dibawah umur 15 tahun. Hamil pada usia
muda dan jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat
dapat pula meningkatkan resiko. Selain itu, risiko juga meningkat bila
seksual dengan banyak wanita) yang menderita kutil kelamin atau pria yang
melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. Pria yang tidak
terkena kanker leher rahim. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka
rahim. 3
Agen infeksius selain HPV adalah HSV (Herpes Simplex Virus) dan
4
resiko tidak sekuat pada HPV. Penderita dalam keadaan supresi sistem imun
seperti pada pasien transplantasi ginjal dan infeksi HIV juga meningkatkan
5 kali lebih besar daripada wanita dikelas tertinggi. Selain itu, diperkirakan
paparan bahan tertentu dari suatu pekerjaan (debu, logam, bahan kimia, atau
oli) pada wanita maupun pasangannya dapat menjadi faktor resiko. Paparan
2.1.5 Pencegahan
tahap, yaitu :
a. Pencegahan primer
pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV. Vaksin HPV terbukti efektif
5
terhadap kanker leher rahim karena kurangnya akses terhadap pelayanan
kesehatan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah penemuan dini, diagnosis dini dan terapi dini
deteksi dini, seperti pap smear, kolposkopi, pap net, dan inspeksi visual
c. Pencegahan tersier
rate, dan kualitas hidup dalam terapi kanker. Perhatian terapi ditujukan
2.2.1. Definisi
berselubung. HPV memiliki kapsid ikosahedral (L1 dan L2) tersusun dari
Setiap kapsid virion terdiri dari beberapa kapsid minor (L2). Genom HPV
mengatur transkripsi dari early region dan late region. Bagian kedua
6
adalah early region berupa E1, E2, E3, E4, E5, E6, E7, dan E8. Bagian ini
terlibat dalam replikasi virus dan onkogenesis. Bagian ketiga adalah late
jinak), DNA virus diatur secara terpisah dengan DNA sel leher rahim
7
protein tersebut masing-masing mensupresi gen p53 dan gen Rb
Pada lesi jinak, protein E6 tidak mengakibatkan efek pada stabilitas p53
sebagai hasil infeksi atau pajanan alami suatu antigen. Vaksin mengandung
patogen yang telah mati atau dilemahkan yang dapat menstimulasi respons
8
menstimulasi ulang memori imun dan mempertahankan level proteksi yang
dunia. Saat ini sedang diupayakan untuk memperoleh vaksin dalam jumlah
besar, dapat didistribusikan secara efektif dan mudah serta biaya yang
murah. Vaksin HPV sebagai vaksin kanker serviks adalah vaksin kedua di
9
diharapkan dapat memberikan efek terapeutik terhadap subyek yang
sudah terinfeksi.
terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18, yaitu tipe virus yang bertanggung
jawab terhadap 99% kanker serviks. Terdapat tipe vaksin lain yang
melindungi infeksi HPV tipe 6 dan 11. Salah satu vaksin yang sedang
dikembangkan saat ini adalah vaksin VLP yang disintesis sendiri dari
adalah vaksin kuadrivalen yang mengandung VLP dari HPV tipe 6, 11, 16,
akuiminata dan melindungi dari displasia awal yang dilihat pada infeksi tipe
6 dan 11. Vaksin lain yang sedang dikembangkan adalah VLP tipe 16 dan
terbaru adalah menggunakan vaksin dari tipe HPV yang paling sering di
dunia yaitu tipe 16, 18, 45, 31, 33, 52, 58 sehingga diharapkan dapat
VLP pada satu vaksin tunggal ditakutkan akan memberikan persoalan teknis
10
2.3.1. Efektifitas Vaksin
lengkap HPV ada wanita muda. Efektifitas vaksin juga sangat tinggi pada
infeksi HPV 16 dan 18., dan angka kejadian CIN yang dihubungkan
dengan infeksi HPV 16 dan 18. Vaksin HPV 16/18 VLP ini akan
respons alami dari infeksi virus HPV, respons kekebalan tubuh yang
infeksi alami HPV. Vaksin bivalen HPV 16 dan 18 sangat aman dan
ditoleransi oleh wanita yang mendapatkan vaksin tersebut. Vaksin HPV ini
program pemeriksaan rutin serviks secara berkala dengan benar, vaksin ini
11
abnormalitas dari hasil pemeriksaan sel serviks yang dihubungkan dengan
infeksi HPV tipe 16 dan 18. Di Amerika serikat telah dihitung preventable
unit cost dari vaksin ini berkisar jutaan dolar tiap tahunnya. Proteksi NIS
2/3 karena HPV 16 dan 18 pada yang di vaksinasi mencapai 100%, dan
HPV persisten berkisar 85-100%. Vaksin bivalen (HPV tipe 16 dan 18)
sebelum individu terpapar infeksi HPV. Vaksin mulai dapat diberikan pada wanita
usia 10 tahun. Berdasarkan pustaka vaksin dapat diberikan pada wanita usia 10-26
sampai usia 55 tahun. Infeksi HPV yang menyerang organ genetalia biasanya
perlindungan terhadap sejumlah besar penyakit yang dihasilkan oleh infeksi virus
tersebut. Selain itu vaksin diberikan pada usia tersebut maka respon kekebalan
tubuh yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan bila diberikan setelah
pubertas, baik pada wanita maupun pada pria. Vaksinasi pada pria belum
12
Sistem kekebalan tubuh terdiri atas dua bagian besar, yaitu sistem
kekebalan humoral dan sistem kekebalan seluler yang keduanya berperan pada
kekebalan seluler benyak diperankan oleh sel T, baik sel T sitotoksis maupun sel
T helper. Pada sistem kekebalan humoral antigen yang masuk akan berinteraksi
dengan antibodi dan selanjutnya akan mengaktivasi sel B menjadi sel plasma yang
helper. Sementara itu, pada sistem kekebalan seluler (cell mediated imunity)
antigen terlebih dahulu diproses oleh Antigen Presenting Cell (APC) dan
pada sel. Reaksi tubuh melawan imunogen virus adalah dari tanpa pembentukan
antibodi sampai dengan respon imun seumur hidup. Ketika virus memasuki suatu
sel , hal ini berarti pengambil alihan terhadap pembentukan dari aparatus sel
penjamu. Protein virus diproduksi secara endogen oleh sel yang terinfeksi dan
Kompleks gen MHC ini adalah suatu polimorphic dan merupakan HLA
kelas I yang terdapat sekitar 50 alel pada lokus A dan C dan 100 alel B yang
berbeda. Molekul HLA kelas 1 terdiri atas 2 rantai protein, yaitu MHC yang
13
menyandi rantai alfa dan yang sangat berhubungan dengan rantai beta 2
mikroglobulin. Pada bagian atas dari molekul HLA kelas 1 adalah suatu alur
tempat protein virus terikat. Terdapat 3 gambaran penting pada sistem ini, yaitu:
virus
2. Dikenalnyan HLA yang mengikat peptida oleh reseptor sel T adalah HLA
yang tertentu saja. Peptida asing hanya dapat dikenali jika sel target
3. Peptida yang tepat dihadirkan oleh molekul HLA kelas I adalah spesifik
alel saja.
Pada respon kekebalan tubuh seluler yang diperantarai oleh sel T, terdapat
mengenali antigen yang dapat larut (soluble antigen). Reseptor sel T (TCR)
dari kedua kelas tersebut berhubungan secara langsung dengan antigen peptida
yang dihadirkan oleh molekul HLA pada permukaan sel yang lain. CTL ini
yang dihadirkan oleh molekul kelas II. Molekul kelas II MHC diekspresikan
pada antigen penting cell (APC) dari sistem imunologi seperti makropag dan
sel dendrit. Sel T tertentuhanya akan mengenali suatu peptida asing tertentu.
klonal yang cepat,mengalami proliferasi dan membentuk suatu klon dari sel T
yang identik dengan spesifitas yang sama untuk masing-masing target antigen.
14
CTLs yang sudah diaktifkan dapat menempel pada sel target selularnya dan
menyebabkan lisis dengan cara melepaskan cytotoxin. T sel helper yang aktif
Antigen presenting cell (APC) sangat penting untuk sistem kekebalan yang
efektif. APC mengambil alih protein eksogen atau produknya lalu diproses
nantinya akan berinteraksi dengan T helper cell. Antigen yang dihadirkan oleh
APC dapat mencapai seribu kali lebih merangsang sistem imun dibandingkan
Imunogen yang masuk dalam tubuh akan dilawan oleh tubuh melalui sel
sub bagian limfosit memberikan respons kekebalan tubuh seluler dan humoral.
(delayed type hypersensitivity) dan sitolitik yaitu aktivasi antigen yang terikat
pada MHC kelas II yang akan merangsang perpindahan CD3 dan 4 dari
thymus, selanjutnya terikat pada reseptornya dan CD3 dan 4 tersebut menjadi
Th-0 dan Th- 1 yang menghasilkan IL-2, IF-γ, TNF-β dan juga diproduksi
oleh sel NK. Th-1 memperluas pengaruh reaksi delayep type hypersensitivity
melepaskan IL-2 lebih banyak lagi. IL-2 akan menstimulasi sel NK untuk
memproduksi IFN- γ sehingga akan terjadi mekanisme umpan balik antara IL-
15
2 yang dihasilkan oleh makropag dengan IFN- γ dari sel NK yang pada
sel Th dan reaksi langsung ke sel B. Sel Ts mengekspresi CD8 dan spesifik
untuk epitop antigen spesifik atau untuk petanda idiotipe pada reseptor
2.3.4. Respon kekebalan tubuh pada kanker serviks terhadap pajanan HPV
penting dalam mengatasi infeksi virus. Tidak terdapat penurunan kejadian lesi
peran, mekanisme cell mediated immunity (CMI) penting dalam melawan HPV.
Selain itu mekanisme CMI yang penting adalah terdapat infiltrasi seluler
menyerupai reaksi hipersensitifitas tipe 4 pada pasien dengan warts. Saat respons
kekebalan tubuh yang efektif menurun terjadi peningkatan resiko persisten virus
dan perkembangan neoplasma . Faktor lain yang ikut berperan adalah infeksi tidak
Hanya pada stadium akhir dari lesi saat lesi yang lebih besar berkembang, antigen
kegagalan respons kekebalan tubuh telah diduga sebagai faktor utama dalam
Sel Langerhans, suatu antigen presenting cell (APC) terdapat pada epitel
16
ke kelenjar getah bening pelvis kemudian menuju ke serviks. Di sini terjadi
induksi sel T dan respons CTL melawan HPV secara umum. Peptida antigen
protein virus dipresentasikan oleh APC dalam kaitannya dengan HLA kelas II
terhadap sel Th dan dengan HLA kelas I terhadap CTL. Dengan demikian,
ekspresi HLAkelas I pada sel target penting bagi CTL untuk mengatur dan
2, yang berperan dalam respons CTL dalam delayed type hypersensitivity sel Th
tpe 2 mensekresi IL-4, IL-5 dan IL 10 yang penting untuk induksi respons
Sel T yang berasal dari sitokin anti viral IFN- γ bersama dengan antibodi
penetral akan mengontrol infeksi virus yang menyebabkan pecahnya sel dengan
virion baru dapat diproduksi adalah mekanisme yang paling efektif untuk
penetral mungkin juga penting untuk mencegah infeksi dengan melepas virion
Pada prinsipnya HPV adalah virus yang tidak menyebabkan pecahnya sel,
sehingga selama tidak terjadi pecahnya sel penjamu, infeksi ini tidak menyebar.
Dengan demikian, CTL akan menjadi mekanisme yang lebih efektif pada
berperan dalam mencegah infeksi ulang. Protein target virus untuk kedua
mekanisme tersebut dinyatakan dalam level yang berbeda pada lapisan epitel
selama siklus sel normal. CTL akan menargetkan sel yang utuh dari lapisan sel
yang intermediate di mana terjadi transkripsi dan pembentukan protein virus E1,
17
E2, E5, E6, dan E7 yang ditemukan pada lapisan sel tersebut. Protein kapsid L1
Virion HPV adalah suatu partikel ikosahedral yang terdiri dari kapsid
protein yang bersifat tidak beramplop dan double stranded DNA. Genomnya
kirakira sepanjang 8000 pasang basa dan mengandung 6 ORFs (open reading
frame) awal dan 2 ORFs akhir yang mengkode protein HPV (E1,E2, E4, E5< E6,
HPV secara khusus merupakan patogen pada lapisan epitel dengan cara
menginfeksi sel-sel parabasal pada permukaan epitel serviks yang secara normal
tumbuh ke permukaan dan berdiferensisi menjadi sel gepeng yang matur. Ketika
terjadi infeksi HPV, protein virus awalnya diekspresikan pada lapisan yang lebih
bawah dan kemudian terjadilah pembentukan virus. Jika sel-sel yang terinfeksi
protein ini membentuk kapsid virus dan melepaskan virion matur melalui sel-sel
yang terkelupas. Infeksi HPV pada serviks biasanya merupakan suatu proses yang
suatu penyebaran virus di darah atau manifestasi ke seluruh tubuh, tidak bersifat
merusak sel, infeksi virus dan pembentukannya tidak disertai radang . Tipe dari
infeksi kronik ini tidak terjadi kerusakan jaringan dan pengaktipan respons
sesuai dengan keberadaan HPV sebagai suatu agen infeksi yang secara ilmiah
18
selalu terdapat sistem kekebalan tubuh dalam membatasi dan memberantas infeksi
HPV.1
Virus yang patogen lebih rentan dalam netralisasi oleh antibodi yang
spesifik yang juga memainkan peran dalam terjadinya infeksi oleh virus melalui
antibodi yang tergantung pada sitotoksis seluler. Antibodi HPV dapat berfungsi
secara bermakna dan pada kadar tertentu, antibodi tersebut bisa dijadikan marker
dari status infeksi dan hal ini sebaiknya selalu dipantau untuk mengetahui
serum antibodi melawan protein HPV tipe 16 pada kanker serviks dan didapatkan
seropositif yang lebih besar secara bermakna pada pasien dibandingkan dengan
antigen dan peningkatan muatan virus. Dalam hal ini sistem kekebalan
memainkan peran yang penting dalam menghancurkan sel – sel yang terinfeksi
virus walaupun masih tetap ada kemungkinan bahwa antibodi akan melawan
langsung capsid protein HPV (terutama L1) yang dapat menetralisir partikel virus
19
permukaan dan mengaktifasi patogen. Pada kasus infeksi HPV, vaksinasi
pada epitel serviks yang secara langsung melawan kapsid protein L1 dari HPV
( yang memainkan peran dalam masuknya virus ke sel host). Akan tetapi, jika sel
tidak akan terjadi sehingga tidak akan terjadi pengikatan antibodi spesifik pada
epitel serviks yang secara langsung melawan capsid antigen. Ekspresi E6 dan E7
secara terus menerus sangat dibutuhkan oleh sel dalam perubahan ke arah
Terdapat dua jenis vaksin HPV L1 VLP yang sudah dipasarkan melalui uji
a. Cervarix
Adalah jenis vaksin bivalen HPV 16/18 L1 VLP vaksin yang diproduksi
oleh Glaxo Smith Kline Biological, Rixensart, Belgium. Pada preparat ini,
dan VLP dari kedua tipe ini diproduksi dan kemudian dikombinasikan
masingmasing 0,5 ml
b. Gardasil
20
Adalah vaksin quadrivalent 40 μg protein HPV 11 L1 HPV ( GARDASIL
yang diproduksi oleh Merck) Protein L1 dari VLP HPV tipe 6/11/16/18
Sebagai target populasi dari imunisasi ini adalah wanita sebelum puber
dan usia remaja. Hal ini disebabkan pada usia – usia tersebut dimulainya
21
Sebaiknya vaksiniasi secara rutin diberikan untuk wanita umur 11
diberikan sebelum usia yang rentan kontak dengan HPV yaitu wanita yang
Selain itu apabila vaksin siberikan pada usia tersebut, respons kekebalan
22
BAB III
KESIMPULAN
Dunia, WHO, kanker jenis ini menempati urutan ke-2 sebagai kanker yang sering
baru melawan Human Papilloma Virus (HPV), virus yang menyebabkan kanker
Pada tahun 2006, sebuah vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait
HPV ditetapkan hak ciptanya, dan akan disusul oleh vaksin lainnya tidak lama
lagi. Vaksin terbaru yang dipatenkan terbukti efektif dalam mencegah infeksi
HPV tipe 16 dan 18 yang telah menyebabkan 70% seluruh kanker serviks.4
Vaksin yang awalnya ditujukan bagi remaja wanita ini, langkah yang
memperkuat sistem kesehatan dan membeli vaksin HPV, baik pada tingkat
nasional maupun internasional. Selain itu harus terdapat langkah inovatif dalam
23
pengalaman berharga bagi pengenalan segala jenis vaksin untuk melawan HIV di
masa mendatang.4
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny F
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Medan B4 Kuis Dusun XIV
Tanggal Masuk : 2 Januari 2017
Pukul : 22.25 WIB
Nomor RM : 26-07-61
Identitas Suami
Nama : Tn. AN
Umur : 61 tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Medan B4 kuis Dusun XIV
ANAMNESA
Ny.F, 52 tahun, P5A0, Islam, Jawa, IRT, SMA i/d Tn.AN, 61 tahun, Islam,
Melayu, Wiraswasta, SMA. Pasien datang ke RSHM dengan:
24
Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan
Riwayat Haid :
Menarche usia : 14 tahun
Siklus : 28 hari, teratur
Lama haid : 7 hari
Banyak darah : 2-3 kali ganti pembalut dalam sehari
Dismenorea :-
Metrorrhagia :-
Menorrhagia :-
Spotting :-
Darah beku :-
Contact bleeding :-
Climacterium :-
Menopause : ya
25
Jumlah : banyak
Warna : Jernih
Bau : Tidak
Konsistensi : Encer
Gatal : (+)
Seksual/Perkawinan:
Umur kawin : 22 tahun
Lama Kawin : 30 tahun
Kemandulan : (-)
Frigiditas/vaginismus : -/-
Libido :+
Orgasmus :+
Dispareunia :-
Keluarga Berencana : Pil dan Suntik
Tuberkulosis : (-)
Penyakit Jantung/pembuluh darah : (-)
Penyakit endokrin : (-)
Riwayat penyakit Genitalia : (-)
Hipertensi : (-)
Penyakit hati : (-)
Penyakit Ginjal : (-)
26
Penyakit kelamin : (-)
Diabetes melitus dan lain lain : (-)
Pengobatan penyinaran
Lokalisasi :-
Lamanya penyinaran :-
Operasi Terdahulu :-
PEMERIKSAAN
Status Present
Keadaan umum : Baik
Keadaan gizi : Baik
Keadaan penyakit : Bisa jalan sendiri
Berat badan : 53kg
Tekanan darah : 120/80 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,80C
Anemia : (-)
Ikterus : (-)
Edema : (-)
Cyanosis : (-)
Dyspneu : (-)
PEMERIKSAAN LOKAL
Kepala : Dalam Batas Normal.
Leher : Dalam Batas Normal.
Thorax :
27
- Membesar : tidak
- Hiperpigmentasi : tidak
- Colostrums : tidak
- Sekret : tidak
- Tumor-tumor : tidak
- Tegang : tidak
Abdomen :
PEMERIKSAAN DALAM
Inspekulo
Portio : Licin
28
Vaginal Toucher
Uterus
Posisi : Antefleksi
Mobilitas : Mobile
Konsistensi : Kenyal
Portio
Bentuk : Licin
Pembukaan :-
Contact bleeding :+
Cavum douglas
Douglas crise :-
Menonjol/tidak : Tidak
Parametrium
Adnexa
Vagina
- Dinding : Normal
- Tanda-tanda peradangan :-
- Sekret :-
- Massa :-
29
Periksa sekret vaginal
Spingter ani ketat, mukosa rektum licin (tidak teraba massa, ampula recti kosong)
PAP’S SMEAR
Diambil tanggal :-
Hasil :-
Anjuran :-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tambahan
USG-TAS:
o Kandung Kemih : Terisi baik.
o UT AF >BB ukuran 8cm x 5,7cm x 5,4cm
o Tampak gambaran hiperecoic intrauterine ukuran 4,7cm x 4,8 cm
o Adneksa kanan = kiri
o Cairan bebas : -
o Kesan : mioma uteri
30
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
31
Gula darah Sewaktu 80mg/dL <140
Fungsi Hati
SGOT 11 U/I <40
SGPT 15 U/I <40
Fungsi Hati
Ureum 14 mg/dL 20-40
Kreatinin 0,79 mg/dL 0,6-1,1
DIAGNOSA
Mioma uteri.
RENCANA TINDAKAN
Lapor supv dr. Taufik Mahdi, Sp.og
Rencana operasi tanggal 4 januari 2017 pukul 13.00 WIB
TERAPI
- IVFD RL 20gtt/menit
- Inj Asam traneksamat 50gr/jam
Persiapan:
Informed consent.
Surat Izin Operasi.
Ibu berpuasa 6 jam sebelum operasi.
IVFD RL 20 gtt/i.
Injeksi ceftriaxone 2 gr. Skin test.
Pemasangan kateter.
Konsul anastesi.
Awasi vital sign.
Hygiene pribadi.
Berdoa.
32
Follow Up Pre-Operasi
Tanggal 3 Januari 2017 pukul 07.00
S : Nyeri perut bagian bawah
O : SP : Sens: Compos Mentis
TD: 110/70 mmHg,
HR: 76 x/i
RR: 20x/i
T : 37,7 oC
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) normal
TFU : Tidak teraba
P/V :-
BAB/BAK : +/+ Normal
A : Mioma uteri
P : - IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj Asam Traneksamat 50mg/8jam
LAPORAN OPERASI
Operator : dr. Taufik Mahdi, Sp.OG
- Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infus terpasang dengan
baik.
- Di bawah spinal anastesi, dilakukan tindakan septik dan aseptik pada lapangan
operasi
- Kemudian ditutup dengan duk steril kecuali lapangan operasi.
- Dilakukan insisi pfannestiel sampai menembus kutis, subkutis, dan fascia.
Fascia dilebarkan kekanan dan kekiri dengan gunting dan klem, otot dan
peritoneum di kuakkan secara tumpul.
- Identifikasi uterus dengan perlengketan, tidak ada perlengketan. Tampak uterus
lebih besar dari biasa, sebesar tinju orang dewasa. Kemudian dilakukan
hysterektomi, kemudian kontrol perdarahan, dilakukan histerektomi dan
33
bilateral salpingo oophorectomy. Kedua ligamentum rotundum kiri dan kanan
diklem, digunting kemudian diikat, dilakukan pembebasan plica vesica uterine.
Kemudian dipisahkan tuba dan ovarium dengan elektrokauter dan kontrol
perdarahan. Ligamentum infundibulo pelvikum kiri dan kanan diklem,
digunting, dan diikat.
- Kedua arteri uterine kiri dan kanan diklem, digunting dan diikat. Evaluasi
perdarahan.
- Ligamentum cardinale kiri dan kanan diklem, digunting dan diikat.
- Ligamentum sacrouterina kiri dan kanan diklem digunting kemudian diikat,
evaluasi perdarahan terkontrol Puncak vagina diklem dan diinsisi. Puncak
vagina dijahit dan evaluasi perdarahan terkontrol.
- Tuba kanan diklem, digunting, dan diikat. Tuba kiri diklem, digunting dan
diikat. Evaluasi perdarahan terkontrol.
- Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.
- Luka operasi ditutup supratul, kasa steril dan hypafic.
- Keadaan umum ibu post operasi stabil
- Awasi vital sign dan perdarahan.
Instruksi Post Operasi
Observasi vital sign dan tanda perdarahan
Pemeriksaan darah rutin post operatif
Pemeriksaan histopatologi jaringan uterus
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
POST OPERASI
Tindakan operasi : TAH-BSO.
Temuan post operasi : Ditemukan massa tumor ukuran :
1. 5,32 x 4,6 cm
2. 6,03 x 5,47 cm
3. 4,73 x 3,68 cm
4. 11,04 x 11,83 cm
34
Gambar
Hasil Pemeriksaan PA
Makroskopis : Ditemukan massa tumor dengan ukuran (5,32 x 4,6 cm, 6,03 x
5,47 cm, 4,73 x 3,68 cm , 11,04 x 11,83 cm )
Mikroskopis :
Sediaan jaringan dari cerviks dalam batas normal
Sediaan jaringan dari massa tumor tampak gambaran sel-sel bentuk spindle yang
tersusun sejajar kesegala arah dan sebagian membentuk kumparan.
Sediaan jaringan dari ovarium tampak gambaran kista yang dilapisi oleh epitel
torak dengan inti dan kromatin masih dalam batas normal.
Kesimpulan : Suatu mioma uteri.
FOLLOW UP 2 jam post oprasi
35
P/V : - P/V : - P/V : -
FOLLOW UP
Tanggal 5 Januari 2017, jam 06.00 WIB
S : Nyeri bagian operasi.
O : SP : Sensorium : Compos mentis.
Tekanan darah : 110/80 mmHg.
Nadi : 84 x/menit.
Frekuensi nafas : 22 x/menit.
Suhu : 37,5 ºC.
SL : Abdomen : Soepel (+), peristaltik (+).
L/O : Tertutup verban kesan kering.
P/V : (-) .
BAK : (+) Kateter.
BAB : (-) flatus (+ )
A : Post TAH - BSO a/i mioma uteri + H1.
P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam.
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam.
Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam.
Tanggal 6 Januari 2017, jam 06.00 WIB
S : Nyeri luka operasi
O : SP : Kesadaran : Compos mentis.
Tekanan darah : 110/80 mmHg.
Nadi : 78 x/menit.
Frekuensi nafas : 22 x/menit.
Suhu : 36,7 ºC.
SL : Abdomen : Soepel (+), peristaltik (+).
L/O : Tertutup verban kesan kering.
P/V : (-) .
BAK : (+) Kateter.
BAB : (-) flatus (+ ).
36
A : Post TAH - BSO a/i mioma uteri+H2.
P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam.
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam.
Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam.
R: Aff infuse.
Tanggal 7 Januari 2016, jam 06.00 WIB
S :-
O : SP : Kesadaran : Compos mentis.
Tekanan darah : 120/80 mmHg.
Nadi : 82 x/menit.
Frekuensi nafas : 22 x/menit.
Suhu : 37,5 ºC.
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+).
L/O : Tertutup verban kesan kering.
P/V : (-) .
BAK : (+) Kateter.
BAB : (-) flatus (+ ).
A : Post TAH - BSO a/i mioma uteri + H3
P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam.
Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam.
R : Aff kateter.
37
L/O : Tertutup verban kesan kering.
P/V : (-) .
BAK : Spontan
BAB : (-) flatus (+ ).
A : Post TAH - BSO a/i mioma uteri + H4
P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam.
Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam.
R : PBJ.
38
DAFTAR PUSTAKA
3. Wibisono Al. Vaksin HPV. Medan : Universitas Sumatera Utara. 2011. Dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25644/4/Chapter%20II.pdf
39