Anda di halaman 1dari 29

Prolapsus Uteri 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di Indonesia sejak zaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan turun dan
peranakan terbalik. Prolapsus uteri adalah keadaan yang sangat jarang terjadi. Frekuensi
kejadian prolapsus uteri sendri di Indonesia hanya 1,5% saja. Kebanyakan terjadi pada usia
tua dan pada usia muda. Hal ini disebabkan oleh kelemahan dari otot dan struktur fascia pada
usia yang lebih lanjut.

Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan
kesehatan ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita yang mempunyai anak
lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu atau dua anak. Prolapsus uteri lebih
berpengaruh pada perempuan di negara-negara berkembang yang perkawinan dan kelahiran
anaknya dimulai pada usia muda dan saat fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO
menemukan bahwa laporan kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada
kasus-kasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik.Penentuan letak uterus normal
dan kelainan dalam letak alat genital bertambah penting artinya karena diagnosis yang tepat
perlu sekali guna penatalaksanaan yang baik sehingga tidak timbul kembali penyulit pasca
operasi di kemudian hari.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan hal – hal apa saja
mengenai prolapsus organ panggul yang salah satunya adalah prolapsus uteri.

1.3. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dilakukannya penulisan ini adalah untuk mengetahui secara teori


mengenai prolapsus uteri dan contoh kasus yang menyertainya.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 1
Prolapsus Uteri 2015

1.4. MANFAAT PENULISAN

Diharapkan semua pembaca dapat mengetahui mengenai prolapsus uteri dan


bagaimana penatalaksanaan yang seharusnya sehingga diharapkan bagi pihak rumah
sakit dapat memberikan informasi pada ibu guna mengetahui faktor risiko terjadinya
prolapsus uteri.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 2
Prolapsus Uteri 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI PROLAPS ORGAN PANGGUL (POP)


POP atau yang biasa juga disebut dengan prolaps urogenital adalah suatu
penurunan organ panggul perempuan ke dalam vagina bahkan mungkin ke luar dari
vagina. Organ panggul di sini yang termasuk di dalamnya adalah uterus, kandung
kemih, urethra dan rektum. Jadi dalam hal ini POP ini dapat disamakan dengan suatu
hernia di mana akibat adanya kelemahan pada otot, fasia dan ligament penyokong
organ panggul yang akan menyebabkan penurunan dari organ panggul tersebut.

Kelemahan ini akan menyebabkan penonjolan ke arah vagina melalui dinding


vagina anterior, posterior dan puncak vagina. Prolaps melalui dinding vagina anterior
terdiri dari sistokel dengan atau tanpa pergerakan dari urethra. Prolaps dinding vagina
posterior merupakan herniasi dari rektum yang biasa disebut dengan rektokel.
Sedangkan pada puncak vagina terdiri dari prolaps uteri dan herniasi dari usus yang
disebut enterokel. Tentu saja prolaps ini tidak terjadi secara mendadak, namun
merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang sering tidak disadari oleh penderita.

2.2. EPIDEMIOLOGI PROLAPS ORGAN PANGGUL


Meskipun pada kenyataannya prolaps organ panggul merupakan alasan utama
seseorang melakukan operasi ginekologi, namun studi epidemiologi mengenai prolaps
ini sangat jarang dipelajari. Sebagian besar data didapat dari register rumah sakit yang
isinya pasien-pasien yang melakukan pemeriksaan dan operasi pada rumah sakit
tersebut. Secara umum prolaps organ panggul yang tercatat pada beberapa rumah sakit
berkisar antara 43-76%, dan prolaps yang hingga melewati hymen berkisar 3-6%.
Tercatat pula 41% perempuan berusia 50-79 tahun menunjukkan adanya prolaps
organ panggul, terdiri dari 34% sistokel, 19% rektokel dan 14% prolaps uteri. Pada
studi beberapa senter kesehatan yang melibatkan 1006 perempuan usia 18-83 tahun
didapatkan 24% perempuan memiliki otot dasar panggul yang normal, 38% termasuk
prolaps grade I, 35% stage II, 2% stage III dan didapatkan bahwa semakin tua usia
kejadian prolaps semakin rneningkat. Begitu pula data mengenai insiden prolaps dalam

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 3
Prolapsus Uteri 2015

hubungannya dengan operasi ginekologi sangatlah terbatas. Angka insiden dari prolaps
yang memerlukan operasi tercatat 1,5-4,9 kasus per 1000 perempuan per tahun. Usia
tertinggi yang memerlukan tindakan operasi adalah usia 60-69 thn dengan jumlah 42,1
kasus per 10.000 perempuan, sedangkan tindakan operasi yang paling sedikit
didapatkan pada usia 80 tahun yaitu sekitar 7%. Dan hampir 13% pasien memerlukan
operasi ulangan kembali dalam 5 tahun (Nguyen et al. 2000 ; Swift et al 2005).

2.3. PEMBAGIAN PROLAPS ORGAN PANGGUL


Prolaps organ panggul dapat dibagi menjadi:

 Sistokel : turunnya kandung kemih melalui fasia puboservikalis, sehinnga dinding

vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan ke dalam lumen vagina.

 Rektokel : kelemahan dari dinding vagina belakang yang menyebabkan penonjolan

dari rectum ke dalam vagina.

 Enterokel : biasanya berisi usus halus atau omentum dan mungkin menyertai uterus

turun ke dalam vagina.

 Urethrokel : hilangnya penyokong dari fasia puboservikalis dan fasia pubourethralis.

 Prolapsus uteri : terjadi karena kelemahan ligament endopelvik terutama ligamentum

transversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus

uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel.

2.4. FAKTOR RESIKO PROLAPS ORGAN PANGGUL


Banyak faktor risiko yang dipelajari dan telah terbukti di kemudian hari akan
meningkatkan kejadian POP. Secara garis besar, faktor risiko dikelompokkan menjadi 2
yaitu faktor risiko yang sudah pasti meningkatkan kejadian POP dan faktor risiko yang
berpotensi menyebabkan POP.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 4
Prolapsus Uteri 2015

2.5. GEJALA KLINIS PROLAPS ORGAN PANGGUL


Perempuan dengan POP akan mengalami lebih dari satu gejala seperti adanya
sesuatu menonjol ke luar dari vagina, perasaan tertekan pada daerah panggul, serta
keluhan lain termasuk keluhan pada kandung kemih dan perut. Beberapa kasus prolaps
menunjukkan keluhan akibat prolaps dinding vaginanya sendiri dan beberapa lainnya
menunjukkan gejala disfungsi kandung kemih, saluran pencernaan bagian bawah serta
disfungsi dari otot dasar panggul. Keluhan pada saluran kencing yang biasa
dikemukakan adalah inkontinensia urin yang berarti suatu keadaan di mana seseorang
tidak dapat mengontrol kencing sendiri. Pada beberapa kasus kelemahan dinding
vagina akan berpengaruh secara langsung terhadap saluran kencing, namun pada kasus
lain hubungan POP dengan inkontinensia urin masih kurang jelas. Dinding vagina
bagian anterior akan menopang kandung kemih dan urethra. Kelemahan pada dinding
anterior ini akan menyebabkan sistokel yang mengakibatkan hipermobilitas dari
urethra serta penurunan kandung kemih sehingga berakhir sebagai stres inkontinensia
urin. Pada kenyataannya POP dengan stress inkontinensia urin kadang tidak saling
berhubungan terutama pada POP derajat ringan. Berbeda dengan POP yang melewati
hymen di mana akan ditemukan keluhan pada saluran kencing. Pada prolaps vagina
anterior yang berat dapat menimbulkan kesulitan berkemih. Pada kasus semacam itu
prolaps muncul dibawah urethra dan menyebabkan kompresi dari bawah atau
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 5
Prolapsus Uteri 2015

menekuk (kinking) urethra sehingga akan timbul apa yang disebut dengan retensio
urin. Sebanyak 30-40% perempuan dengan POP grade III-IV memiliki residu urin >
100 ml.

Gejala Klinis Pada Pasien Dengan POP

2.6. KLASIFIKASI PROLAPS ORGAN PANGGUL

Untuk mengklasifikasikan POP telah dikembangkan beberapa sistem. Untuk


keperluan praktik klinis, sistem Baden-Walker telah digunakan secara luas, sementara
sistem Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) mulai banyak digunakan untuk
keperluan praktik klinik dan penelitian. Beberapa ahli berpendapat 9 poin yang dinilai
pada sistem POP-Q lebih cocok untuk keperluan penelitian. Sistem Baden-Walkercukup
adekuat digunakan dalam praktik klinik selama penurunan atau protrusi dari semua
kompartemen panggul (anterior, apikal, dan posterior) diperiksa.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 6
Prolapsus Uteri 2015

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 7
Prolapsus Uteri 2015

Sedangkan menurut Friedmann dan Little, derajat prolapsus uteri adalah:

 I : Dimana serviks uteri turun sampai introitus vaginae

 II : Dimana serviks menonjol keluar dari introitus vaginae

 III : Dimana seluruh uterus keluar dari vaginae

2.7. PATOFISIOLOGI PROLAPS ORGAN PANGGUL

Sebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat dari
yang paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan khususnya
persalinan pervaginam yang susah, terdapatnya kelemahan ligamen-ligamen yang tergolong
dalam fasia endopelvik dan otot-otot dasa serta fasia panggul. Juga dalam keadaan tekanan
intraabdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus terutama
apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita menopause.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 8
Prolapsus Uteri 2015

Persalinan Spontan Tekanan intraabdominal Faktor resiko lainnya


Pervaginam susah meningkat dan kronik

Beban kerja ligamen


meningkat

Ligamen melemah

Posisi uterus tidak dapat


dipertahankan

Prolapsus Uteri

2.8. DIAGNOSIS PROLAPS ORGAN PANGGUL


A. Anamnesis

Anamnesis yang terinci sangat penting dilakukan dalam menegakkan diagnosis.


Anamnesis meliputi identifikasi faktor risiko serta keluhan yang dialami penderita.

Beberapa hal yang menjadi catatan untuk gejala POP adalah:

 Gejala benjolan dipengaruhi oleh gravitasi sehingga makin berat pada posisi
berdiri.
 Semakin lama, benjolan akan terasa semakin menonjol terutama setelah adanya
aktifitas fisik berat jangka panjang seperti mengangkat benda berat atau berdiri.
 Derajat prolaps tidak berhubungan dengan gejala urgensi, frekuensi atau
inkontinensia urin.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 9
Prolapsus Uteri 2015

 Pada studi yang menilai korelasi antara gejala dengan lokasi dan derajat prolaps,
ditemukan bahwa korelasi antara gejala BAB dan prolaps posterior lebih kuat
dibandingkan korelasi antara gejala berkemih dengan prolaps anterior.
 Gejala seperti rasa tekanan, ketidaknyamanan, benjolan yang terlihat dan
gangguan seksual tidak spesifik untuk kompartemen tertentu.
 Klinisi perlu memberikan pertanyaan secara spesifik, karena kebanyakan
pasien tidak akan secara sukarela memberikan informasi mengenai gejala yang
dirasakannya.

B. Pemeriksaan Ginekologi

Pemeriksaan dilakukan pada pasien dalam keadaan istirahat, dan meneran. Ada
dua posisi yaitu posis:

 Posisi Litotomi

Labia dibuka lalu diamati apakah ada penonjolan dinding vagina pada keadaan
istirahat (tanpa pengedanan). Pasien kemudian diminta untuk mengedan seolah-olah
akan buang air besar, dan penderita diminta untuk batuk. Struktur tulang panggul, pintu
vagina, dinding vagina anterior dan posterior serta badan perineum harus dievaluasi
secara menyeluruh. Apa yang terlihat pertama kali pada introitus dapat menunjukkan
lokasi kelainan utama yang dialami. Jika mengalami kesulitan karena kendornya
dinding vagina maka spekulum sims dapat dipergunakan. Letakkan speculum sims pada
dinding posterior vagina untuk mengidentifikasi dinding anterior begitu pula
sebaliknya. Pemeriksaan rektovaginal dapat mengidentifikasikan adanya enterokel
yang menonjol ke dalam rongga antara rektum dan dinding vagina posterior.

 Posisi Berdiri

Informasi yang paling diandalkan juga dapat diperoleh dengan mengulang


pemeriksaan ketika pasien sedang berdiri dan mengedan secara maksimal.

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tambahan perlu dilakukan pada perempuan POP yang mengalami


keluhan pada saluran kencingnya. Urinalisis serta pemeriksaan residu urin pasca

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 10
Prolapsus Uteri 2015

berkemih dengan menggunakan kateter atau ultrasonografi sering dilakukan. Sama juga
halnya dengan pemeriksaan endoskopi pada saluran anus juga perlu dilakukan pada
pasien POP dengan keluhan inkontinensia feses.

Secara umum pemeriksaan radiografi untuk mendiagnosis pasien prolaps


tidaklah perlu untuk dilakukan. Dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan
ginekologi diagnosis sudah dapat ditegakkan. Disamping itu hasil dari pemeriksaan
radiografi belum didefinisikan secara nasional. Selama ini pemeriksaan radiografi
dengan menggunakan kontras dan MRI digunakan untuk mengetahui lokasi kelemahan
dari otot-otot dasar panggul sebelum melakukan terapi bedah dan sering pula
digunakan dalam hal penelitian.

2.9. PENATALAKSANAAN PROLAPS ORGAN PANGGUL

Pemilihan tatalaksana dapat dikategorikan menjadi tinda-kan tanpa


pembedahan dan pembedahan.

A. KONSERVATIF
 Mencegah Faktor Resiko
Prolaps jarang mengan-cam jiwa dan banyak wanita akan memilih untuk
membiarkannya jika tidak ada gejala atau tidak menganggu. Jika telah
didiagnosis prolaps, coba uNtuk menghindari mengangkat beban berat,
mengedan lama seperti karena konstipasi, dan mengurangi be-rat bedan
karena hal ini dapat memperberat prolaps
 Pesarium
Pesarium adalah alat yang diletakkan dalam vagina dengan berbagai bentuk
dan ukuran. Pesarium membantu untuk menyanggga organ yang prolaps,
sehingga mengurangi gejala. Pesarium lebih cocok dipilih apabila pasien
berkeinginan untuk menunda atau menghindari pembedahan. Komplikasi
tersering dari pemasangan pesarium adalah iritasi dari mukosa vagina yang
bersifat hipoestrogen sehingga menimbulkan duh tubuh, bau busuk, ulserasi
atau perdarahan.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 11
Prolapsus Uteri 2015

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 12
Prolapsus Uteri 2015

 Latihan Otot Dasar Panggul (Latihan Kegel)


 Melatih otot dasar panggul yang melemah dapat meningkatkan atau
mencegah perburukan dari stadium awal prolaps. Seperti beberapa program
latihan lainnya, latihan dasar panggul memerlukan waktu, motivasi dan
teknik yang benar.
 Penggunaan Hormon Estrogen
Esterogen diduga dapat mencegah atau membantu penatalaksanaan POP bila
dikombinasikan dengan intervensi lainnya melalui mekanisme penguatan
struktur penunjang dan mencegah penipisan jaringan vagina dan panggul.

B. OPERATIF

Seperti yang telah diterangkan, indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri
tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginanya untuk masih mendapat

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 13
Prolapsus Uteri 2015

anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus dan adanya keluhan. Macam-
macam operasinya:

 Ventrofiksasi
Pada wanita yang tergolong masih muda dan masih menginginkan anak dilakukan
operasi ini untuk membuat uterus ventofiksasi dengan cara memendekkan ligamentum
rotundum atau mengikatkan ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi
Purandare.

 Operasi Manchester
Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri dan penjahitan ligamentum
kardinale yang telah dipotong di muka serviks. Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas,
abortus, partus prematurus, dan distosia servikalis pada persalinan. Bagian yang penting pada
operasi ialah penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini
ligamentum kardinale diperpendek sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi
dan tururnya uterus dapat dicegah.

 Histerektomi Vaginal
Operasi ini tepat dilakukan pada prolapsus uteri dalam tingkat lanjut dan pada wanita
yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada
ligamentum rotundum kanan kiri, atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian
operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah
prolaps vagina di kemudian hari.

 Kolplokleisis (operasi Neugebauer - Le Fort)


Pada waktu obat-obat serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca operasi
belum baik untuk wanita tua yang seksual tidak aktif lagi dapat dilakukan operasi sederhana
dengan menjahitkan dinding vagina depan dengan dinding belakang sehingga lumen vagina
tertutup dan uterus terletak diatas vagina. Akan tetapi, operasi ini tidak menghilangkan
keluhan stress inkontinensia dan obstipasi serta keluhan prolaps lainnya juga tidak hilang.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 14
Prolapsus Uteri 2015

2.10. LAPORAN KASUS

STATUS ORANG SAKIT


SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

1. IDENTITAS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 15
Prolapsus Uteri 2015

Alamat : Jl. Stabat lk. I Jati Mulia, Medan.


Nomor RM : 23.62.69
Tanggal Masuk : 9-09-2015
Pukul : 11.14 WIB

1.2 Identitas Suami


Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Stabat Lk. I Jati Mulia, Medan.

2. ANAMNESA
Ny. N, 58 tahun, G3P2A0, Islam, Jawa, S1, PNS, istri dari Tn. S, 60 tahun,
Islam, Jawa, SI, PNS, Jl. Stabat Lk. I, Jati Mulia, Medan, datang ke Rumah Sakit Haji
Medan pada tanggal 08 September 2015 pukul 11.14 WIB dengan:
KU : Adanya benjolan dari kemaluan.
Telaah : Hal ini telah dialami sejak 1 tahun ini. Sebelum masuk RS. Haji Medan
pasien telah didiagnosa Prolapsus Uteri dan direncanakan melakukan operasi
TVH oleh dr. Muslich Sp. OG. OS mengatakan ada benjolan yang keluar dari
kemaluan OS pada saat OS mengedan dan berdiri, nyeri (+) benjolan tersebut
terasa sangat menggangu aktivitas. Riwayat keluar darah dari kemaluan (+),
riwayat perut dikusuk (+), riwayat angkat benda berat (-), riwayat trauma (-),
BAB (+) normal, BAK (+) normal.

RPT : Operasi usus buntu pada tahun 1983


RPO : (-)
Riwayat KB : Tidak ditemukan
Riwayat Operasi : Operasi usus buntu pada tahun 1983

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 16
Prolapsus Uteri 2015

2.1. Anamnesa Ginakologik/ keluarga :


Menarche : 12 tahun HPHT :-
Haid : 7-8 hari (2-3x ganti duk/hari) TTP :-
Dysmenorrhea: (-) Hamil kembar : (-)
Flour albus : (-) Lain-lain : (-)

2.2. Riwayat persalinan: P3A0


 Anak laki-laki, cara Persalinan Spontan Pervaginam, Aterm, ditolong oleh bidan,
hidup.
 Anak perempuan, cara Persalinan Spontan Pervaginam, Aterm, ditolong oleh
bidan, hidup.
 Anak perempuan,cara Persalinan Spontan Pervaginam, Aterm, ditolong oleh
bidan,hidup.

2.3. Penyakit yang Pernah diderita :


Anemia : (-) Tuberculosis : (-)
Hipertensi : (-) Penyakit jantung : (-)
Penyakit Ginjal: (-) Penyakit lain : (-)
Diabetes : (-)

3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status present
Sens : CM Anemis : (-/-)
TD : 150/80 mmHg Ikterik : (-/-)
HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,8,0C Oedem : (-)
TB : 158 cm BB : 52 kg

1.2. Status Lokalisata


• Keadaan gizi: Baik
• Tenang/gelisah: Tenang

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 17
Prolapsus Uteri 2015

• Cor : Bunyi Jantung normal, reguler, bunyi tambahan (-)


• Pulmo: Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)

1.3. Status Obstetrikus


Abdomen : Simetris, Peristaltik (+) Normal
P/V :-
BAK :+
BAB :+
Flatus :+

1.4. Status Ginekologis


 Inspeksi :
Tampak benjolan berwarna merah muda keluar dari introitus vagina, bulat,ukuran
sekepal tangan orang dewasa. Kesan: Uterus
 Inspeculo :
Portio licin, erosi (-), fluor albus (-), massa (-), darah (-).
 Vaginal Toucher :
Uterus antefleksi, lebih kecil dari biasa, permukaan rata, dapat digerakkan,
Parametrium kanan kiri lemas, Adneksa kanan kiri tidak teraba massa, Cavum
Douglas tidak menonjol.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 18
Prolapsus Uteri 2015

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4.1. USG TAS

4.2. Hasil Laboratorium (Tanggal 08 – 09 – 2015, Pukul: 10.23 WIB)


Hematologi
Darahrutin Nilai Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 13,2 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,3 3,9 - 5,6 10*5/µl
Hitung leukosit 7.500 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 36,4 36-47 %
Hitung trombosit 301.000 150,000-450,000 /µl
Index eritrosit
MCV 85,6 80 – 96 fL
MCH 30,9 27 – 31 pg
MCHC 36,2 30 – 34 %

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 19
Prolapsus Uteri 2015

Hitung jenis leukosit


Eosinofil 2 1–3 %
Basofil 0 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 67 53–75 %
Limfosit 25 20–45 %
Monosit 6 4–8 %
Laju Endap Darah 25 0 – 20 mm/jam
Kimia Klinik Nilai Rujukan Satuan
Glukosa Darah
GDS 86 < 140 mg/dL
Fungsi Hati
Billirubin Total 0,74 0,3 – 1 mg/dL
Bilirubin Direk 0,38 <0,25 mg/dL
AST (SGOT) 14 <40 U/I
ALT (SGPT) 8 <40 U/I
Fungsi Ginjal
Ureum 11 20 – 40 mg/dL
Kreatinin 0.58 0.6 – 1.1 mg/dL

Urine Nilai Rujukan Satuan


Urin Rutin
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
pH 5.0 4.6 – 8.0
Berat Jenis 1.020 1.013 – 1.030
Protein Positif (+) Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif 0.1 – 1 UE

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 20
Prolapsus Uteri 2015

Mikroskopis
Eritrosit Penuh /LPB
Leukosit 2–3 /LPB
Epitel 0–1 Negatif
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif /LPB

5. DIAGNOSA
Prolaps Uteri
Konsul ke dr. Muslich P., Sp.OG
Advis:
- Rencana operasi TVH pada 10 September 2015

6. LAPORAN OPERASI
Operator : dr. Muslich P., Sp.OG
Tanggal :10/09/2015
Jam :10.00 WIB
Laporan TVH a/i Prolapsus Uteri
Laporan Operasi:
 Pasien dibaringkan dalam posisi litotomi dibawah spinal anastesi dengan infus
dan kateter terpasang baik.
 Dilanjutkan dengan insisi dan dilakukannya Total Vaginal Histerektomi
 Dilakukan tindakan disinfektan pada jaringan yang prolapsus pada bagian
vulva vagina
 Persempit lapang operasi dengan duk steril
 Dilakukan insisi melingkar pada portio, dilanjutkan pengeluaran dinding
anterior blas.
 Selanjutnya identifikasi arteri uterina, dilakukan lagi ligasi arteri uterina sampai
pangkal tuba ovarium dari ligamentun rotundum
 Dilakukan pemotongan pada ligamentum rotundum dan tuba kemudian
dilakukan histerektomi
 Kemudian dinding vagina dicuci dan dibasahi. Operasi selesai.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 21
Prolapsus Uteri 2015

 Evaluasi perdarahan
 Dilakukan lagi dengan melakukan kolpoperineuraphy.
 Keadaan umum ibu post operasi : stabil
 Instruksi : Awasi vital sign, kontraksi dan tanda – tanda perdarahan

FOLLOW UP
1. 10 September 2015
Keluhan :-
Vital sign : Sens : Compos mentis Anemis : -/-
TD : 130/80 mmHg Ikterik : -/-
HR : 82x/menit Sianosis :-
RR : 20 x/menit Dypsnoe :-
Temp : 37,0 OC Oedem : -/-
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N.
P/V : (-)
Lochia rubra : (-)
L/O : Tertutup verban kesan kering
BAK : (+) via kateter, ± 80 cc/Jam
BAB : (-)
Flatus : (-)
Dx : Post TVH a/I Prolapsus Uteri + H0
Terapi :
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam
- Inj. Vicilin 80 mg/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Pronalges Supp No. I

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 22
Prolapsus Uteri 2015

2. 11 September 2015
Keluhan :-
Vital sign: Sens : Compos mentis Anemis : -/-
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -/-
HR : 82x/menit Sianosis :-
RR : 18 x/menit Dypsnoe :-
Temp : 36,5 OC Oedem : -/-
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N.
P/V : (-)
L/O : Tertutup verban kesan kering
BAK : (+) via kateter, 80 cc/jam
BAB : (-)
Flatus : (+)
Dx : Post TVH a/I Prolapsus Uteri + H1
Terapi :
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam
- Inj. Vicilin 80 mg/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Pronalges Supp No.I

3. 12 September 2015
Keluhan :-
Vital sign: Sens : Compos mentis Anemis : -/-
TD : 120/70 mmHg Ikterik : -/-
HR : 80x/menit Sianosis :-
RR : 20 x/menit Dypsnoe :-
Temp : 36,2 OC Oedem : -/-
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N.
P/V : (-)
L/O : Tertutup verban kesan kering

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 23
Prolapsus Uteri 2015

BAK : (+) via kateter, 80 cc/jam


BAB : (-)
Flatus : (+)
Dx : Post TVH a/i Prolapsus Uteri + H2
Terapi :
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj. Vicilin 80 mg/ 12 jam
- Tramal Supp No. 2
- Inj. Ketorolak 30 mg/8 jam

4. 13 September 2015
Keluhan :-
Vital sign: Sens : Compos mentis Anemis : -/-
TD : 120/70 mmHg Ikterik : -/-
HR : 78x/menit Sianosis :-
RR : 16 x/menit Dypsnoe :-
Temp : 37,0 OC Oedem : -/-
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N.
L/O : Tertutup verban kesan kering
BAK : (+) Normal, 80 cc/jam
BAB : (-)
Flatus : (+)
Dx : Post TVH a/i Prolapsus Uteri + H3
Terapi :
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj. Vicilin 80 mg/ 12 jam
- Tramal Supp No. 2
- Inj. Ketorolak 30 mg/8 jam

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 24
Prolapsus Uteri 2015

5. 14 September 2015
Keluhan :-
Vital sign: Sens : Compos mentis Anemis : -/-
TD : 110/70 mmHg Ikterik : -/-
HR : 80x/menit Sianosis :-
RR : 20 x/menit Dypsnoe :-
Temp : 36,8 OC Oedem : -/-
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N.
L/O : Tertutup verban kesan kering
BAK : (+) Normal, 80 cc/jam
BAB : (-)
Flatus : (+)
Dx : Post TVH a/i Prolapsus Uteri + H4
Terapi :
- Kateter AFF
- Infus set AFF
- Three way pertahankan
- Inj. Vicillin 80 mg/ 12 jam
- Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam
- Pondex 2x1
- Antasida syr 3x1
- Grahabion 1x1

6. 15 September 2015
Keluhan :-
Vital sign: Sens : Compos mentis Anemis : -/-
TD : 110/70 mmHg Ikterik : -/-
HR : 80x/menit Sianosis :-
RR : 20 x/menit Dypsnoe :-
Temp : 36OC Oedem : -/-
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N.
L/O : Tertutup verban kesan kering

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 25
Prolapsus Uteri 2015

BAK : (+) Normal


BAB : (-)
Flatus : (+)
Dx : Post TVH a/i Prolapsus Uteri + H5
Terapi :
- Three way AFF
- Pondex 2x1
- Antasida syr 3x1
- Grahabion 1x1
- GV
- PBJ

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 26
Prolapsus Uteri 2015

BAB III
PENUTUP

POP atau yang biasa juga disebut dengan prolaps urogenital adalah suatu
penurunan organ panggul perempuan ke dalam vagina bahkan mungkin ke luar dari
vagina. Organ panggul di sini yang termasuk di dalamnya adalah uterus, kandung
kemih, urethra dan rektum. Jadi dalam hal ini POP ini dapat disamakan dengan suatu
hernia di mana akibat adanya kelemahan pada otot, fasia dan ligament penyokong
organ panggul yang akan menyebabkan penurunan dari organ panggul tersebut.

Kelemahan ini akan menyebabkan penonjolan ke arah vagina melalui dinding


vagina anterior, posterior dan puncak vagina. Prolaps melalui dinding vagina anterior
terdiri dari sistokel dengan atau tanpa pergerakan dari urethra. Prolaps dinding vagina
posterior merupakan herniasi dari rektum yang biasa disebut dengan rektokel.
Sedangkan pada puncak vagina terdiri dari prolaps uteri dan herniasi dari usus yang
disebut enterokel. Tentu saja prolaps ini tidak terjadi secara mendadak, namun
merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang sering tidak disadari oleh penderita.

Faktor penyebab prolapsus uteri adalah, kelemahan ligamen endopelvik, fasia dan
otot-otot panggul, proses melahirkan,asites dan tumor-tumor di daerah pelvis, dan bila
prolapsus uteri dijumpai pada nullipara berarti faktor penyebabnya berupa kelainan bawaan
berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.

Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:


1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna
2. Rasa sakit di panggul dan pinggang, biasanya jika penderita berbaring keluhan
menghilang atau berkurang
3. Mengganggu penderita waktu berjalan dan bekerja
4. Gesekan porsio uteri dengan celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus
pada porsio uteri
5. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta
luka pada porsio uteri

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 27
Prolapsus Uteri 2015

Friedmann dan Little menganjurkan dengan cara pemeriksaan sebagai berikut,


penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan jari,
apakah porsio uteri pada posisi normal atau porsio sampai introitus vagina, atau apakah
serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring dalam posisi
litotomi ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari
biasanya dinamakan elongasio kolli.Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri, yaitu
keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri, dekubitus, hipertrofi serviks uteri dan elangasio
kolli, gangguan miksi dan stress inkontinensia, infeksi saluran kemih, kemandulan, kesulitan
waktu partus, haemorrhoid dan inkarserasi usus halus.

Salah satu cara yang efektif yang dapat yang dilakukan untuk mencegah resiko adalah
dengan melatih otot-otot panggul (senam Kegel). Pengobatan medis seperti latihan-latihan
otot dasar panggul, stimulasi otot-otot dengan listrik dan pengobatan dengan pessarium.
Pengobatan operatif seperti, ventrofiksasi, operasi Manchester, Histerektomi vaginal,
kolplokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort). Jika ada prolaps dalam kehamilan maka baiknya
uterus ditahan dengan pessarium sampai bulan keempat, kalau dasar panggul terlalu lemah
sehingga pessarium terus jatuh maka pasien dianjurkan istirahat tirah baring sampai bulan
keempat. Istirahat dapat mengurangi penderitaan wanita dan memungkinkan uterus tumbuh
secara wajar sampai kehamilan mencapai cukup bulan.

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 28
Prolapsus Uteri 2015

DAFTAR PUSTAKA

1. Koblinsky, M, dkk, Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta, 2001

2. Bulletins--Gynecology ACoP. ACOG Practice Bulletin No. 85: Pelvic organ prolapse.

Obstetrics &amp; Gynecology. Vol 1102007:717-729.

3. Lowder JL, Ghetti C, Nikolajski C, Oliphant SS, Zyczynski HM. Body image perceptions

in women with pelvic organ prolapse: a qualitative study. YMOB. Jun 01

2011;204(5):441.e441-441.e445.

4. Hagen S, Thakar R. Conservative management of pelvic organ prolapse. Obstetrics,

Gynaecology &amp; Reproductive Medicine. Jun 01 2012;22(5):118-122.

5. Prawirohardjo, Sarwono, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta, , 2005

6. At a Glance, Obstetri & Ginekologi Edisi 2, EMS, Jakarta, 2006

7. Putz, R, dkk, Atlas Anatomi Manusia Edisi 22 Jilid 2 Batang Badan, Panggul,

Ekstremitas Bawah, EGC, Jakarta, 2005

8. Baradero, M, Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas, EGC, Jakarta, 2007

9. Saunders, W.B, Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29, EGC, Jakarta, 2002

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RS. HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA Page 29

Anda mungkin juga menyukai