Disusun Oleh :
Puput Indriany
N 111 17 117
Pembimbing Klinik :
dr. Sasono Udijanto, Sp.OG
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya prolapsus belum diketahui secara pasti. Namun, secara
hipotetik disebutkan penyebab utamanya adalah persalinan pervaginam dengan
bayi aterm. Keadaan ini akibat terjadinya kerusakan pada fasia penyangga dan
inervasi syaraf otot dasar panggul. Faktor lainnya seperti kelemahan jaringan
penyokong pelvis, meliputi otot, ligament, dan fasia. Adapun disebabkan akibat
penyakit menahun yang menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdominal
seperti penyakit paru – paru obstruksi kronis, dan konstipasi menahun atau
obesitas, asites, tumor pelvis sehingga mempermudah terjadinya prolapses
genitalial.(3)
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa persalinan pervaginam dan penuaan
adalah dua faktor risiko utama untuk pengembangan prolapses. Masalah atau
gangguan fisik tersebut merupakan salah satu kontributor utama yang
mempengaruhi rendahnya kesehatan reproduksi. Meskipun prolapsus uteri jarang
menyebabkan mortalitas atau morbiditas berat, tetapi dapat mempengaruhi
aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup wanita. Wanita dengan segala usia dapat
mengalami prolapsus uteri, namun prolapsus lebih sering terjadi pada wanita
dengan usia lebih tua. (2)
2.3 Klasifikasi Prolaps Uteri
Terdapat perbedaan pendapat antara para ahli ginekologi. Friedman dan little
(1961) mengemukakan beberapa macam klasifikasi, tetapi klasifikasi dianjurkan
adalah sebagai berikut : (3)
a. Desensus uteri : uterus turun tetapi masih dalam vagina
b. Prolaps uteri derajat I : uterus turun dengan servix uteri turun paling
rendah sampai introitus vagina
c. Prolaps uteri derajat II : Sebagian besar uterus keluar dari vagina
d. Prolaps uteri derajat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina, disertai
dengan inversion uteri
Sumber : Waschke J, Paulsen F. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. 23rd ed. Vol.
2. Jakarta: EGC; 2013. p.211
2. Jaringan Penunjang Genitalia Interna pada Wanita
Uterus berada di intraperitoneal sehingga masing – masing memiliki
duplicator yang dilapisis oleh tunika serosa.ligamen dan perlekatan berikut :
a. Ligamentum Latum Uteri
Ligament yang lebar sebagai lipatan peritoneal frontal. (6)
b. Mesovar dan mesosalpinx
Duplikator peritoneal ovarium dan tuba uterine, dihubungkan dengan
ligamentum latum.(6)
c. Ligamentum kardinale (Ligamen transversum Servicis)
Jaringan ikat yang menghubungkan Cervix dan dinding pelvis
lateral.(6)
d. Ligamentum rectouterinum ( ligamentum sacrouterinum
Jaringan ikat yang menempel pada cervix di dorsal. (6)
e. Ligamentum Teres Uteri
Ligament bundar yang berjalan dari taut uterotubal melalui canalis
inguinalis menuju labia majora.(6)
f. Ligamentum ovarii proprium
Ligaamen ovarium yang menghubungkan ovarium dan uterus. (6)
A. IDENTITAS
Nama : Ny. N.K.
Umur : 82 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Tanggal Pemeriksaan : 15 Juli 2019
Rumah Sakit : RS. Madani
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan pada vagina
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli Kebidanan RS Madani dengan keluhan adanya
penonjolan dalam vaginanya yang dialami sejak lama. Awalnya hanya
benjolan kecil yang keluar dari mulut vagina dan semakin ama membesar
beberapa bulan terakhir. Benjolan tersebut keluar saat pasien sedang berjalan
atau sedang buang air besar. Pasien sebelumnya memiliki riwayat
pemasangan cincin di bagian bagina. Pasien juga mengeluh adanya nyeri perut
bagian bawah, nyeri punggung bawah dan nyeri pinggang. Pasien juga kadang
mengalami susah BAB.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tanda vital
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis, GCS = 15 (E4, M6, V5)
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Pernapasan : 22 kali/menit
Nadi : 88 kali/menit, reguler
Suhu : 36,6 °C
Thorax
a. Inspeksi : Pergerakan toraks simetris bilateral
b. Palpasi : vocal fremitus kanan sama dengan kiri
c. Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
d. Auskultasi :bunyi pernapasan vesikuler, tidak ada rhonki dan
wheezing
Jantung
a. Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
b. Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V midline clavicula
sinistra
c. Perkusi : batas jantung dalam batas normal
d. Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni reguler
Abdomen
a. Inspeksi : tampak datar
b. Auskultasi : peristaltik kesan normal
c. Perkusi : bunyi ketuk timpani
d. Palpasi : nyeri tekan seluruh kuadran bawah
Genitalia :
Inspeksi : Tampak uterus membumbung keluar dengan ukuran sebesar
8 cm X 7 cm.
D. RESUME
Pasien datang ke poli Kebidanan RS Madani dengan keluhan adanya
penonjolan dalam vaginanya yang dialami sejak lama. Awalnya hanya
benjolan kecil yang keluar dari mulut vagina dan semakin ama membesar
beberapa bulan terakhir. Benjolan tersebut keluar saat pasien sedang berjalan
atau sedang buang air besar. Pasien sebelumnya memiliki riwayat
pemasangan cincin di bagian bagina. Pasien mengeluh adanya nyeri perut
bagian bawah, nyeri punggung bawah dan nyeri pinggang. Pasien juga kadang
mengalami susah BAB.
Tanda vital didapatkan Tekanan Darah 120/90 mmHg, nadi 88x/menit
respirasi 22x/ menit, suhu 36,6OC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Konjungtiva Anemi dan pada palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan seluruh
kuadran bawah. Pada pemeriksaan genitalia tampak uterus membumbung
keluar dengan ukuran sebesar 8 cm X 7 cm.
E. DIAGNOSIS KERJA
Prolapsus Uteri Grade II
F. PENATALAKSANAAN
Pemasangan cincin pesarium
G. FOLLOW UP
Laporan pemasangan cincin pesarium
H. PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pilihan terapi yang dilakukan pada pasien ini yaitu melakukan pemasangan
cincin pesarium. Tujuan pemasangan cincin pesarium adalah untuk menopang
dinding vagina dan membantu mengkoreksi posisi uterus yang bergeser. Pada pasien
ini dilakukan pemasangan cincin pesarium untuk mengurangi gejala yang ada dan
pasien ini belum siap untuk dilakukan operasi. Pesarium dapat dipakai bertahun–
tahun asal tetap selalu dilakukan kontrol secara rutin ke dokter tetap diperlukan. Bila
penematan cincin pesarium tidak benar atau ukuran yang terlalu besar makan akan
menimbulkan perlukaan pada dinding vagina dan dapat menyebabkan perdarahan. (3)
Prognosis pada pasien ini baik, akan tetapi pasien tetap harus melakukan
kontrol secara rutin. Pada wanita yang mempunyai prolaps derajat awal biasanya
timbul gejala minimal atau tidak terdapat gejala sama sekali. Latihan otot dasar
panggul dapat membantu atau mencegah perburukan prolaps derajat awal.(7)
DAFTAR PUSTAKA
2. hardianti BC, Pramono BA. Fator Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Prolapsus Uteri di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Media Medika Muda. Semarang.
Oktober 2015;4(4):p.498-500.
4. Anggareni A, Darto. Prolaps Uteri Grade IV, Sistokel Grade IV dan Rektokel
Grade III dengan Giant Vesicolithiasis dan Prolaps Rekti. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. 2012; .p.54-56.
8. Purwara BH. Armawan E, Sasotya RMS. Achmad ED. Faktor Risiko Penderita
Prolapsus Organ Panggul terhadap Hiatus Genitalis, Panjang Total Vagina, dan
Perineal Body. Majalah Kedokteran Bandung. Maret 2014;46(1):p.58.