Oleh :
M. Syihab Romzi Z
15711068
Dokter Penguji :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
Page 2
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
______________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : M. Syihab Romzi Z NIM: 15711068
Stase : Ilmu Kesehatan Anak
Identitas Pasien
Nama / Inisial : An. MG No RM : 452***
Umur : 15 tahun Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosis/ kasus : Epilepsi
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil ).
Identitas Pasien
Nama : An. MG
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Landasan Ulin, Banjarbaru, Kal-Sel
Agama : Islam
Orangtua Ayah/Ibu : N/S
Tanggal Masuk : 20 November 2020
No RM : 452***
Pembiayaan RS : BPJS kelas 2
Page 3
Anamnesis :
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada ibu pasien.
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 3 hari SMRS. Keluhan kejang
sebanyak 20 kali dengan durasi 10-15 detik, kejang seluruh tubuh dan pasien tidak
sadar ketika kejang. 1 hari SMRS pasien kejang sebanyak 18 kali serta terjatuh
terkena api dan mengalami luka bakar pada bagian punggung tangan kiri. Keluhan
demam (-), batuk (+).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat kejang pertama kali pada usia 5 tahun, kejang dialami
beberapa kali selama 1 bulan, kemudian tidak ada keluhan kejang selama 2 tahun.
Pada usia 7 tahun pasien mengalami kejang kembali dan diperiksakan ke dokter.
Dokter mendiagnosis pasien mengalami epilepsi dan diberikan pengobatan rutin.
Pengobatan terus dilakukan hingga sekarang, riwayat pengobatan sudah sekitar 8
tahun ini karena keluhan kadang-kadang kambuh pada malam hari terutama ketika
pasien kelelahan atau ketika pasien libur sekolah dan tidak ada kegiatan.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga tidak ada mengeluhkan hal yang serupa sebelumnya, tetapi sepupu dari
ibu pasien pernah mengalami kejang.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien termasuk anak yang aktif, sekarang kelas 1 SMP dan selama bersekolah
sering mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Tetapi pasien dan ibu dan saat
ini baru pulang ke kampung halaman di Kebumen sekitar 2 bulan dan pasien
pindah sekolah di Kebumen. Tetapi semenjak terjadi pandemi Covid-19 sekarang
pasien sekolah dari rumah dan jarang melakukan kegiatan lain serta jarang keluar
rumah.
Pemeriksaan fisik :
Dilakukan pada tanggal 26 November 2020
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : E4V5M6, compos mentis
Antropometri
BB : 53 kg
Page 4
TB : 160 cm
IMT :
Status gizi :
VS HR : 75 x/m; R : 22 x/m; TD : 99/59 mmHg; S : 36 SpO2 : 98%
Kepala
Bentuk : Normsosefal
Rambut : Hitam
Mata : CA (-/-) SI (-/-) refleks cahaya (+/+) pupil isokor (3/3) mata
cowong (-/-) edem palpebra (-/-)
Mulut : Lidah kotor (-) faring hiperemis (-) pembesaran tonsil (-/-)
Leher
Pembesaran kelenjar : Pembesaran KGB submandibular (-/-)
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dan gerak dinding dada simetris dextra = sinistra,
retraksi (-), ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Fremitus raba dextra = sinistra, ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Sonor disemua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), S1S2 tunggal
regular, bising jantung (-)
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-) Bising usus (+)
Auskultasi : Bunyi usus (+) 9x/menit
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-) turgor kembali cepat
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), capillary refil test <2 detik
Pemeriksaan Penunjang :
Darah Rutin :
Hb : 14.3 g/dL
Leukosit : 7.900/uL
Hematokrit : 41 %
Eritrosit : 4.800.000/uL
Page 5
Trombosit : 217.000/uL
MCH : 30 pg
MCHC : 35 g/dL
MCV : 86 fL
Eosinofil : 1,40 %
Basofil : 0,10 %
Netrofil : 65,70 %
Limfosit : 24,30 % (L)
Monosit : 8,50 % (H)
Kimia Klinik
Gula darah sewaktu : 93 mg/dL
Elektrolit Kimia
Kalium : 3,8 mmol/L
Natrium : 140 mmol/L
Chlorida : 104 mmol/L
Page 7
keluarganya mendapat stigma yang buruk dari masyarakat. Oleh karena itu, perlu
diagnosis dini terhadap epilepsi agar dapat diobati secara tepat sehingga penderita
mengalami remisi.
Ketertarikan saya terhadap kasus pada pasien ini adalah karena banyaknya
kejadian epilepsi di kalangan anak. Penatalaksanaan yang ketat dan harus taat
sampai pengobatan selesai yang susah diaplikasikan pada anak membuat penyakit
ini membutuhkan perhatian khusus.
3. Refleksi dari aspek etika moral /medikolegal/ sosial ekonomi beserta penjelasan
evidence/ referensi yang sesuai
Pasien saat ini berusia 15 tahun dan tinggal bersama ibunya. Bapak pasien bekerja
sebagai karyawan di daerah tempat tinggal pasien sebelumnya. Ibu pasien dan pasien
memutuskan untuk pulang kampung karena rindu dengan keluarga, sehingga pasien
juga pindah sekolah di daerah tempat tinggal sekarang. Pasien merupakan anak ke-2
dari 2 bersaudara. Pasien lebih mendapat banyak perhatian dari kedua orang tuanya
karena kakaknya sudah menikah dan pasien memiliki keadaan yang memerlukan
perhatian lebih. Pasien dapat dikatakan memiliki cukup banyak teman di daerah
tempat tinggal sebelumnya dan baru 2 bulan ini pindah ke tempat tinggal sekarang.
Selama di tempat tinggal sekarang pasien belum memiliki banyak teman karena
keadaan yang pasien alami dan sering dicemooh oleh anak seusianya sehingga pasien
merasa tidak nyaman, berbeda dengan lingkungan sebelumnya yang mana telah
mengerti dengan keadaan pasien dan bisa memberikan dukungan terhadap
keluarganya.
Orangtua pasien, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang sebelumnya
berjualan kelontong, dan ayahnya adalah seorang karyawan perusahaan dengan
penghasilan yang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Secara finansial keluarga
pasien cukup mampu. Dengan keadaan pasien yang harus rutin berobat, keluarga
merasa terbantu dengan keanggotaan BPJS sehingga mendapatkan keringanan biaya
pengobatan ataupun perawatan selama di rumah sakit. Akan tetapi keluarga agak
kesusahan dalam biaya transportasi saat berbolak balik pengobatan dan perawatan
karena tempat tinggal pasien yang jauh dari rumah sakit, terutama apabila saat
kontrol ke rumah sakit setelah pasien diperbolehkan pulang.
Page 8
4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai
Dalam kitab Mukhtashar Shahih Al-Bukhari karya Nashiruddin Al-Albani dijelaskan
sebuah hadits tentang keutamaan orang-orang yang menderita epilepsi. Orang
dengan penyakit tersebut bahkan bisa diganjar surga apabila mampu bersabar
menjalankan penyakitnya. Penyakit ayan pernah disebut dalam HR al-Bukhari dan
Muslim ketika Ibnu Abbas minta ditunjukkan Rasulullah SAW tentang wanita
penghuni surga. Dalam sebuah hadits yang diceritakan Ibnu Abbas, di mana
dikisahkan seorang wanita yang menderita penyakit ayan dan auratnya selalu
tersingkap saat dia sedang kambuh. Dia kemudian meminta Rasulullah untuk
mendoakannya.
Disebutkan bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah:
Yang artinya: “Sesungguhnya aku (seorang wanita) memiliki penyakit ayan. Jika
penyakit ayanku kambuh, terkadang auratku tersingkap. Doakanlah aku kepada Allah
agar disembuhkan dari penyakit itu,”.
Kemudian Rasulullah menjawab: “Jika kau mau bersabar, kau akan mendapatkan
surga sebagai balasan atas kesabaranmu itu. Jika kau mau, aku akan mendoakanmu
kepada Allah agar kau disembuhkan dari penyakitmu,”.
Perempuan itu pun menjawab: “aku akan bersabar. Akan tetapi ketika penyakitku
datang, auratku sering terbuka. Karena itu, doakanlah aku kepada Allah agar auratku
tidak terbuka,”. Maka Rasulullah pun mendoakan perempuan tersebut.
Wanita tersebut, menurut perowi hadits bernama Ummu Zufar, beliau setidaknya
memberikan dua pelajaran berharga bagi kita, dua hal yang membuatnya layak
menjadi penghuni surga. Pertama, beliau bersabar dengan qadha’ (ketetapan Allah
SWT). Penyakit epilepsi (ayan) bukanlah penyakit ringan, dan sering membuat malu
penderitanya maupun keluarganya. Namun, tidak ada satu kata pun yang meluncur
dari lisannya yang menunjukkan bahwa ia membenci qadha’, yakni penyakit ayan,
yang kebetulan menimpa dirinya, Ummu Zufar memilih untuk sabar mengharapkan
ganjaran dari Allah swt. Pelajaran kedua dari Ummu Zufar adalah begitu luar
biasanya keterikatan beliau terhadap aturan Allah SWT, ia bukan malu karena ayan,
Page 9
namun merasa malu karena auratnya sering tersingkap saat penyakitnya kambuh.
Padahal saat penyakit ayan itu datang, ia tentu dalam keadaan tak sadar. Jika pun
tersingkap auratnya dalam keadaan tidak sadar, tentu ia tidak berdosa.
Para ulama menjadikan hadits tersebut sebagai salah satu dasar untuk memotivasi
umat agar mau bersabar saat diberi cobaan oleh Allah berupa sakit. Namun demikian
itu bukan berarti Islam memandang sebelah mata pada usaha menyembuhkan
penyakit dengan berobat. Para ulama memandang sunah (mustahabb) berobat bagi
orang yang sedang sakit.
Ada banyak hadits yang menjadi dasar pijakan. Imam Nawawi dalam kitab al-
Majmû’ Syrahul Muhadzdzab menuturkan beberapa hadits yang disabdakan oleh
Rasulullah di aantaranya
Page 10
Umpan balik dari pembimbing
…………………………….,
…………………...
TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda
----------------------------------- --------------------------------
Page 11