Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS

VERTIGO BERAT

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti


Program Pendidikan Klinik Bagian Ilmu Saraf
di RSUD Dr. Soedirman Kebumen

Disusun oleh :
M. Syihab Romzi. Z 15711068
Pembimbing :
dr. Tri Hastuti, Sp.S

SMF ILMU SARAF


RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
FORM REFLEKSI KASUS FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA

Nama Dokter Muda : M. Syihab Romzi. Z NIM : 15711068


Stase : Ilmu Saraf

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny. S No RM : 294366
Umur : 39 thn Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosis / Kasus : Vertigo berat

Pengambilan kasus dilakukan pada minggu ke-4


Jenis Refleksi (lingkari yang sesuai, minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman
sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman
b. Sosialekonomi
c. Etika moral
d. Medikolegal

Form Uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/kasus yang
diambil):
Keluhan utama: Pusing berputar
Riwayat Penyakit
 Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 4 hari SMRS. Pusing
dirasakan seolah-olah ruangan sedang berputar yang terus menerus dan
telinga terasa tersumbat, kepala kadang terasa berdenyut. Pusing dirasakan
memberat ketika duduk dan berdiri dan dirasakan lebih berkurang dengan
memejamkan mata dan berbaring. Keluhan disertai mual (+), muntah (-)
demam (-) serta BAK & BAB dbn.
 Riwayat penyakit dahulu : Riwayat keluhan serupa sebelumnya sekitar 5
bulan yang lalu dengan keluhan pusing berputar dan riwayat tekanan darah
tinggi
 Riwayat penyakit keluarga : di keluarga tidak ada yang mengeluhkan hal
serupa sebelumnya
 Riwayat kebiasan dan lingkungan : kebiasaan makan dan minum pasien
seadanya, konsumsi sayuran cukup dan sudah mengurangi makanan berlemak
dan manis, tetapi masih suka makanan yang asin.
 Pasien tinggal bersama dengan anak sedangkan suaminya bekerja merantau,
sedangkan pasien sebelumnya bekerja berdagang. Kondisi perekonomian
keluarga tergolong cukup, meskipun tidak seperti sebelumnya karena
sekarang bergantung dengan gaji suami dan bantuan keluarga.

Pemeriksaan fisik
Didapat keadaan umum cukup, GCS E4M6V5, TD: 153/99, N: 78x/menit, S:
36,4 ºC, RR: 20 x/menit. KGB tidak ada limfadenopati dan limfadenitis.
Status gizi obesitas. Kepala normosepal dan mesosepal, pupil isokor
3mm/3mm, RC (+/+). Pemeriksaan nervus kranialis terdapat tidak ditemukan
kelainan. Sikap dan gerakan leher tidak ditemukan kelainan. Paru-paru
ditemukan suara dasar vesikuler pada kedua lapang paru, ronki -/-. Jantung
suara S1-S2 tunggal regular. Hepatomegali (-). Splenomegali (-). Pemeriksaan
ekstremitas, inspeksi anggota gerak atas dan bawah dalam batas normal.
Kekuatan otot ekstremitas atas 5 dan kekuatan otot ekstremitas bawah 5.
Refleks fisiologis bisep, trisep, dan brachioradialis dalam batas normal serta
refleks fisiologis ekstremitas bawah dalam batas normal. Tonus dan trofi
kedua ekstremitas atas dan bawah normal. Fungsi vegetative seperti miksi dan
defekasi dalam batas normal tidak terdapat inkontinensia maupun retensi urin
dan alvi

Pemeriksaan Penunjang
Hb 15,5 g/dL MCV 82 fL GDS 123 mg/dL
AL 11,8 x 10^3/uL Eosinofil 4,00% Ureum 32 mg/dL
Hmt 46% Basofil 0,20% Creatinin 0,69 mg/dL
AE 5,5 x 10^6/uL Netrofil 62,30% SGOT 17 U/L
AT 495 x 10^3/uL Limfosit 27,90% SGPT 12 U/L
MCH 28 pg Monosit 4,80%
MCHC 34 g/dL Gol. Darah O
2. Latar belakang/alasan ketertarikan pemilihan kasus
 Berdasarkan hasil pengamatan Sjahrir (2008), nyeri kepala menduduki
komposisi jumlah pasien terbanyak yang berobat jalan ke dokter saraf, ini
dapat dibuktikan dari hasil pengamatan insidensi jenis penyakit dari praktek
klinik di Medan selama tahun 2003 didapati 10 besar penyakit dan satu
diantaranya adalah vertigo. Vertigo ialah ilusi bergerak dan ada juga yang
menyebutnya halusinasi gerakan yaitu, penderita seperti merasakan atau
melihat lingkungannya bergerak, padahal lingkungannya diam, atau
penderita merasakan dirinya bergerak, padahal tidak (Lumbantobing,
2013). Pada tahun 2009 dan 2010 di Indonesia angka kejadian vertigo
sangat tinggi sekitar 50% dari usia 40-50 sampai orang tua yang berumur
75 tahun dan menurut prevalensi angka kejadian di Amerika Serikat vertigo
perifer cenderung terjadi pada wanita (Sumarliyah et al., 2011). Angka
kejadian vertigo terkait migrain sebanyak 0,89% dan benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV) sebanyak 1,6%. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Breven et al., (2007), di Jerman dalam jangka waktu satu
tahun diperkirakan sebanyak 1,1 juta orang dewasa menderita BPPV.

3. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence/referensi yang sesuai


Shalat selamanya akan menjadi kewajiban manusia selama di jasadnya
masih ada ruh dan akal. Hanya saja, syariat memberikan keringanan, dimana
manusia boleh melaksanakan shalat sesuai kemampuannya. Sebagaimana sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‫ فإن لم تستطع فعلى جنب‬،ً‫ فإن لم تستطع فقاعدا‬،ً‫صل قائما‬
“Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan jika
tidak mampu juga maka dengan berbaringa.” (HR. Bukhari).
Jika selama keadaan sakit ini tidak mampu untuk shalat dengan berdiri
seperti umumnya maka tidak gugur kewajibannya untuk tetap shalat. Sebagaimana
firman Allah:
‫فَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬
“Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian.” (QS. At-Taghabun: 16).
Allah juga berfirman:
‫الَ يُ َكلِّفُ هّللا ُ نَ ْفسًا إِالَّ ُو ْس َعهَا‬
“Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sesuai kemampuannya.” (QS. Al-
Baqarah: 286).
Terkait dengan keadaan pasien yang masih susah untuk berdiri, dan dengan
keadaannya dikhawatirkan akan menambah parah sakitnya atau memperlambat
kesembuhannya atau sangat susah berdiri, diperbolehkan shalat dengan duduk
[11]. Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan, “Yang benar adalah
kesulitan (masyaqqah) membolehkan sholat dengan duduk. Apabila seorang
merasa susah shalat berdiri maka ia boleh shalat dengan duduk, berdasarkan
firman Allah Ta’ala:
‫ي ُِري ُد هّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َوالَ ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر‬
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu”. (Qs. Al-Baqarah/2:185)
Orang yang sakit apabila sholat dengan duduk sebaiknya duduk bersila
pada posisi berdirinya berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha yang
berbunyi:
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي‬
‫ُصلِّي ُمتَ َربِّعًا‬ ُ ‫َرأَي‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬
َ ‫ي‬
“Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat dengan bersila”. [13]
Juga karena bersila secara umum lebih enak dan tuma’ninah (tenang) dari
duduk iftirâsy [14]. Apabila rukuk maka rukuk dengan bersila dengan
membungkukkan punggungnya dan meletakkan tangannya di lututnya, karena
ruku’ berposisi berdiri. [15]

4. Refleksi Sosio-Ekonomi
Segi Sosial
Pasien menceritakan sudah sekitar 2 bulan ini tidak bisa beraktivitas seperti
biasa. Setiap beraktivitas pasien selalu merasa pusing berputar dan pasien khawatir
kalau dipaksakan malah membahayakan dirinya. Oleh karena hal tersebut pasien
merasa khawatir dengan keadaannya. Pasien juga sering memikirkan akan sakitnya
ini, kenapa sakit dirasakan terus menerus padahal sebelumnya sudah sembuh dari
keluhan yang serupa. Pasien juga merasa sedih ketika ingin beribadah seperti sedia
kala, karena dia merasa belum bisa berdiri dan duduk dalam waktu yang lama.
Oleh karena hal ini pasien sudah memiliki rencana untuk memulai hidup sehat
dengan sering mengkonsumsi makanan yang sehat dan menghindari hal yang
nantinya dapat mempengaruhi kesehatan tubuhnya.
Segi Ekonomi
Pasien memiliki mata pencaharian sebagai pedagang makanan yang merantau
ke Jakarta. Kondisi pasien yang sedang sakit tentunya berpengaruh pada
perekonomian keluarga. Pasien memiliki latar belakang keluarga yang
berkecukupan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan baik.
Namun semenjak pasien sakit hanya mengandalkan penghasilan suami serta dari
uang tabungan.
Sakit yang dialami pasien sendiri memang tidak memerlukan biaya yang
lumayan banyak tetapi pasien merasa kasihan dengan keluarga karena harus
membantunya ketika ingin melakukan hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan
secara mandiri dan pasien khawatir akan menjadi beban untuk keluarga. Dengan
keadaan pasien saat ini, pasien juga mengijinkan suami untuk tetap bekerja demi
mencukupi kebutuhan keluarga.

Umpan balik dari pembimbing

Kebumen, 12 Maret 2020


Tanda Tangan Dokter Pembimbing Tanda Tangan Dokter Muda

dr. Tri Hastuti, Sp.S M. Syihab Romzi. Z

Anda mungkin juga menyukai