Disusun Oleh :
M. Syihab Romzi Z
15711068
Pembimbing :
dr. Elly Soraya, M. Sc, Sp.M
Penguji :
dr. Artati Sri Rejeki, Sp.M
Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny. W No RM : 265xxx
Umur : 72 th Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : OS Katarak Senilis Matur & OD Pseudofokus
Pengambilan kasus pada minggu ke : 5
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman
sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus
yang diambil ).
2
ANAMNESIS SISTEM :
- Serebrospinal : Nyeri kepala (-), pusing (-)
- Kardiovaskular : Berdebar-debar (-), nyeri dada menjalar (-)
- Respirasi : Sesak (-), batuk (-)
- Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-)
- Urogenital : BAK dbn, genital dbn
- Integumentum : Gatal (-), merah (-), bengkak (-), berkeringat (-)
- Muskuloskeletal : Nyeri otot, sendi, kelemahan ekstremitas, kesemutan
(-)
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Vital sign :-
Status Generalis
- Kepala : Normocephali
- Leher : Perbesaran limfonodi (-)
- Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
- Abdomen : Dalam batas normal
- Ekstremitas : Keterbatasan ROM (-)
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan OD OS
1. Sekitar mata
Pertumbuhan Pertumbuhan
• Supercilia
baik baik
2. Kelopak mata
• Pasangan Simetris Simetris
Bebas ke segala Bebas ke segala
• Gerakan
arah arah
3
• Lebar rima Simetris Simetris
Hiperemis(-) Hiperemis(-)
• Kulit Edem (-) Edem (-)
Benjolan (-) Benjolan (-)
Sekret (-) Sekret (-)
• Tepi kelopak Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion(-) Entropion(-)
Benjolan (-) Benjolan (-)
• Margointermarginalis Sumbatan (-) Sumbatan (-)
Infeksi (-) Infeksi (-)
3. Apparatus lakrimalis
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• Sekitar gld lakrimalis
Edem (-) Edem (-)
• Sekitar saccus Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Lakrimalis Edem (-) Edem (-)
• Uji fluoresin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Uji regurgitasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4. Bola mata
• Pasangan Simetris Simetris
Bebas ke segala Bebas ke segala
• Gerakan
arah arah
• Ukuran Normal Normal
5. Tekanan bola mata 12 mmHg 12 mmHg
6. Konjungtiva
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• K. Palpebra superior
Benjolan (-) Benjolan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• K. Palpebra inferior
Benjolan (-) Benjolan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• K. Fornik
Benjolan (-) Benjolan (-)
Injeksi Injeksi
konjungtiva (-) konjungtiva (-)
• K. Bulbi
Jaringan Jaringan
fibrovaskular(-) fibrovaskular(-)
7. • Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)
• Episklera Hiperemis (-) Hiperemis (-)
8. Kornea
• Ukuran Normal Normal
• Kecembungan Normal Normal
Batas tegas (+) Batas tegas (+)
• Limbus Jaringan. Jaringan.
fibrovaskular(-) fibrovaskular(-)
• Permukaan Licin Licin
• Medium Jernih Jernih
4
Keratik Keratik
• Dinding belakang
Presipitat (-) Presipitat (-)
• Uji Fluresin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. Camera oculi anterior
• Ukuran kedalaman Dalam Dalam
• Isi Jernih Jernih
10. Iris
• Warna Coklat Coklat
• Pasangan Simetris Simetris
Kripta(+) Kripta (+)
• Gambaran
Sinekia (-) Sinekia (-)
• Bentuk Bulat Bulat
11. Pupil
Normal, ukuran Normal. ukuran
• Ukuran
3 mm 3 mm
• Bentuk Bulat Bulat
• Tempat Sentral Sentral
Reguler, Reguler,
• Tepi berbatas tegas berbatas tegas
Sinekia (-) Sinekia (-)
• Reflek direk + +
• Reflek indirek + +
12. Lensa
• Ada/Tidak ada IOL Ada
• Kejernihan Jernih Keruh
• Letak Sentral Sentral
• Warna kekeruhan - Keabuan
13. Korpus viterum Jernih Sulit dinilai
14. Reflek fundus + -
Kesimpulan Pemeriksaan
OD OS
Visus 6/45 Visus 1/300
Pinhole tidak maju PSPW baik
IOL (+) Lensa keruh keabuan
Reflek fundus -
Diagnosis :
OS Katarak Senilis Matur & OD Pseudofokus
Rencana Terapi :
5
- Operasi ekstraksi katarak dengan implantasi IOL
- Lyteers 4 x 1 ODS
Edukasi :
- Datang kembali 1 minggu kemudian untuk kontrol rutin pasca operasi
- Mata yang dioperasi jangan kena air untuk mencegah terjadinya infeksi
Prognosis :
- Ad visam : Dubia ad bonam
- Ad vitam : Bonam
- Ad sanam : Bonam
- Ad functionam : Bonam
6
Islam sangat memuliakan ilmu kesehatan dan kedokteran sebagai perawat
kehidupan dan misi kemanusiaan dengan izin Allah SWT. Bahkan Ia
memerintahkan kita semua sebagai fardhu ‘ain (kewajiban individual) untuk
mempelajarinya secara global dan mengenali sisi biologis diri kita sebagai media
peningkatan iman untuk semakin mengenal Allah Al-Khaliq disamping sebagai
kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan dan menjaga hidupnya.
7
Qll/58) juga telah meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa ‘Utsman (bin
‘Affan) pernah memasang mahkota gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat (tahan
lama).
Ketika Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, ilmu bedah sudah dikenal di
berbagai negara dunia khususnya negara-negara maju saat itu seperti dua negara adi
daya yaitu Romawi dan Persia. Namun saat itu belum mengalami perkembangan
yang berarti, meskipun sudah ditempuh berbagai upaya untuk mengembangkannya.
Pembuatan dan pemasangan organ buatan sepanjang untuk alasan syar’i
yakni karena pertimbangan kebutuhan (haajah) medis untuk menormalkan atau
memperbaiki kelainan serta penggantian yang lepas untuk dapat mengunyah dan
menggigit kembali merupakan perbuatan dan profesi yang terpuji karena membawa
kepada kemaslahatan.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam,
sesuai ayat:
Firman Allah SWT yang artinya: “Barang siapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya.” (Qs. al-Ma’idah [5]: 32).
Yang menjadi permasalahan adalah keharusan mengambil kembali organ
buatan itu jika pasien meninggal. Sesungguhnya, saat meninggal dunia manusia
tidak boleh membawa barang-barang dunia, kecuali kain kafan. Contohnya pada
pemasangan gigi palsu, bahwa ada kebolehan memasang gigi palsu dari emas dan
perak jika dalam keadaan darurat dan membutuhkan, makanya jika seseorang sudah
meninggal dunia, keadaan darurat tersebut sudah hilang, sehingga harus diambil dari
mayit, kecuali jika hal itu justru menyakiti atau menodai mayit, maka hukumnya
menjadi tidak boleh dicabut. Hal tersebut menjadi tidak boleh dikarenakan mayit
walaupun sudah mati, tetapi masih dalam keadaan terhormat dan tidak boleh dinodai
ataupun disakiti, sebagaimana orang hidup. Layaknya seperti pasien yang patah
tulang dan mendapat pemasangan skrup pada tulang yang patah, sampai detik ini
8
belum pernah terjadi ada yang melepaskan ketika pasien tersebut telah meninggal,
sehingga hal tersebut juga bisa diterapkan pada kondisi pemasangan lensa tanam ini.
Pasien merupakan orang dari kalangan keluarga yang kurang mampu. Pasien
datang ke dokter Spesialis Penyakit Mata menggunakan KIS/BPJS sehingga pasien
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berobat di RSUD Kebumen. Saat dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan, dokter curiga diagnosis pasien mengarah ke Katarak
Matur. Hal ini dikarenakan tampak pada pemeriksaan segmen anterior mata lensa
tampak keruh di mata pasien, pada pemeriksaan oftalmoskop reflek fundus negative
dikarenakan lensa keruh, dari gejala pasien semakin keliatan yaitu mata tampak
seperti berkabut ketika melihat. Pada kasus ini, masalah yang menarik bagi penulis
adalah adanya usaha yang diupayakan oleh keluarga pasien untuk bisa mencapai
pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk kepentingan pasien.
Penulis mencoba merefleksikan kasus yang terjadi pada pasien diatas dari
aspek sosial ekonomi. Pada pasien diatas, kesadaran dan kepedulian keluarga pasien
terhadap pasien terbilang baik. Hal ini bisa dilihat dari tampaknya usaha keluarga
pasien untuk control rutin penyakit Katarak tersebut.tetapi karna alasan transpotasi
dikarenankan jauh serta kesibukan anaknya juga terkadang menyempatkan waktu
untuk kontrol penyakitnya agak susah, meskipun begitu pasien merasa sangat
terbantu karena keluarga yang lain yaitu keponakan masih bisa mendampingi beliau
periksa ke rumah sakit.
9
mendapatkan transportasi ke rumah sakit kebumen dan pemeriksaan tersebut bisa
dilakukan. Demikian juga dengan pasien sendiri.
Dari kasus ini juga bisa direfleksikan bahwa pencapaian derajat kesehatan
yang lebih baik tidak hanya membutuhkan biaya tetapi juga kemauan, dukungan,
dan motivasi . Selama ini ketiadaan biaya selalu dijadikan alasan penyebab
rendahnya kualitas kesehatan di Indonesia tetapi ternyata hal tersebut tidak
selamanya benar. Terbukti pada pasien diatas, dari segi biaya keluarga pasien tidak
perlu mengeluarkan biaya sendiri tetapi terdapat keterbatasan alat transportasi,
meskipun begitu karena kemauan untuk sembuh yang bagus maka ikhtiar tetap
senantiasa dilakukan pasien dengan penuh kelapangan hati.
10