Anda di halaman 1dari 10

Refleksi Kasus

OS Katarak Senilis Matur & OD Pseudofokus

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Kepaniteraan Klinik Bagian Mata
RSUD Dr. Soedirman Kebumen

Disusun Oleh :
M. Syihab Romzi Z
15711068

Pembimbing :
dr. Elly Soraya, M. Sc, Sp.M

Penguji :
dr. Artati Sri Rejeki, Sp.M

SMF ILMU MATA


RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
KEBUMEN
2020
FORM REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


______________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : M. Syihab Romzi Z NIM : 15711068
Stase : Ilmu Penyakit Mata

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny. W No RM : 265xxx
Umur : 72 th Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : OS Katarak Senilis Matur & OD Pseudofokus
Pengambilan kasus pada minggu ke : 5
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman
sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus
yang diambil ).

KELUHAN UTAMA : Pasien mengeluh penglihatan mata kiri kabur.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kebumen dengan keluhan
penglihatan kabur pada mata kiri sejak ± 6 bulan SMRS. Keluhan penglihatan kabur
semakin memberat sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya keluhan dirasakan seperti
bayangan berkabut dan pedes pada mata kiri. Keluhan kadang disertai dengan berair
dan sialu. Keluhan nyeri, pegal, pusing disangkal pasien. Pasien sudah mengobati
keluhan dengan dating ke polindes dan diberi obat tetes mata yang digunakan 3 kali
sehari namun keluhan belum membaik

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


Keluhan serupa (+) pada mata kanan dan sudah dioperasi pada tahun 2014, trauma
(-), riwayat Diabetes Mellitus & Hipertensi (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :
Riwayat keluhan serupa, Hipertensi, Diabetes Mellitus (-)

2
ANAMNESIS SISTEM :
- Serebrospinal : Nyeri kepala (-), pusing (-)
- Kardiovaskular : Berdebar-debar (-), nyeri dada menjalar (-)
- Respirasi : Sesak (-), batuk (-)
- Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-)
- Urogenital : BAK dbn, genital dbn
- Integumentum : Gatal (-), merah (-), bengkak (-), berkeringat (-)
- Muskuloskeletal : Nyeri otot, sendi, kelemahan ekstremitas, kesemutan
(-)

Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Vital sign :-

Status Generalis
- Kepala : Normocephali
- Leher : Perbesaran limfonodi (-)
- Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
- Abdomen : Dalam batas normal
- Ekstremitas : Keterbatasan ROM (-)

Status Lokalis Ophtalmologis


Pemeriksaan Subjektif
Penilaian
Pemeriksaan OD OS
Dikerjakan Tidak
Visus jauh 6/45 1/300
Refraksi - -
Koreksi phtm phtm
Visus dekat - -
Proyeksi sinar Tdk dilakukan Baik
Persepsi warna Tdk dilakukan Baik

Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan OD OS
1. Sekitar mata
Pertumbuhan Pertumbuhan
• Supercilia
baik baik
2. Kelopak mata
• Pasangan Simetris Simetris
Bebas ke segala Bebas ke segala
• Gerakan
arah arah

3
• Lebar rima Simetris Simetris
Hiperemis(-) Hiperemis(-)
• Kulit Edem (-) Edem (-)
Benjolan (-) Benjolan (-)
Sekret (-) Sekret (-)
• Tepi kelopak Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion(-) Entropion(-)
Benjolan (-) Benjolan (-)
• Margointermarginalis Sumbatan (-) Sumbatan (-)
Infeksi (-) Infeksi (-)
3. Apparatus lakrimalis
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• Sekitar gld lakrimalis
Edem (-) Edem (-)
• Sekitar saccus Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Lakrimalis Edem (-) Edem (-)
• Uji fluoresin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Uji regurgitasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4. Bola mata
• Pasangan Simetris Simetris
Bebas ke segala Bebas ke segala
• Gerakan
arah arah
• Ukuran Normal Normal
5. Tekanan bola mata 12 mmHg 12 mmHg
6. Konjungtiva
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• K. Palpebra superior
Benjolan (-) Benjolan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• K. Palpebra inferior
Benjolan (-) Benjolan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• K. Fornik
Benjolan (-) Benjolan (-)
Injeksi Injeksi
konjungtiva (-) konjungtiva (-)
• K. Bulbi
Jaringan Jaringan
fibrovaskular(-) fibrovaskular(-)
7. • Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)
• Episklera Hiperemis (-) Hiperemis (-)

8. Kornea
• Ukuran Normal Normal
• Kecembungan Normal Normal
Batas tegas (+) Batas tegas (+)
• Limbus Jaringan. Jaringan.
fibrovaskular(-) fibrovaskular(-)
• Permukaan Licin Licin
• Medium Jernih Jernih

4
Keratik Keratik
• Dinding belakang
Presipitat (-) Presipitat (-)
• Uji Fluresin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. Camera oculi anterior
• Ukuran kedalaman Dalam Dalam
• Isi Jernih Jernih
10. Iris
• Warna Coklat Coklat
• Pasangan Simetris Simetris
Kripta(+) Kripta (+)
• Gambaran
Sinekia (-) Sinekia (-)
• Bentuk Bulat Bulat
11. Pupil
Normal, ukuran Normal. ukuran
• Ukuran
3 mm 3 mm
• Bentuk Bulat Bulat
• Tempat Sentral Sentral
Reguler, Reguler,
• Tepi berbatas tegas berbatas tegas
Sinekia (-) Sinekia (-)
• Reflek direk + +
• Reflek indirek + +
12. Lensa
• Ada/Tidak ada IOL Ada
• Kejernihan Jernih Keruh
• Letak Sentral Sentral
• Warna kekeruhan - Keabuan
13. Korpus viterum Jernih Sulit dinilai
14. Reflek fundus + -

Kesimpulan Pemeriksaan
OD OS
 Visus 6/45  Visus 1/300
 Pinhole tidak maju  PSPW baik
 IOL (+)  Lensa keruh keabuan
 Reflek fundus -

Diagnosis :
OS Katarak Senilis Matur & OD Pseudofokus

Rencana Terapi :

5
- Operasi ekstraksi katarak dengan implantasi IOL
- Lyteers 4 x 1 ODS

Edukasi :
- Datang kembali 1 minggu kemudian untuk kontrol rutin pasca operasi
- Mata yang dioperasi jangan kena air untuk mencegah terjadinya infeksi

Prognosis :
- Ad visam : Dubia ad bonam
- Ad vitam : Bonam
- Ad sanam : Bonam
- Ad functionam : Bonam

2. Latar belakang/alasan ketertarikan pemilihan kasus

Ungkapan "Mata adalah Jendela Dunia" memang tepat, karena mata


berperan penting dalam hidup kita.  Kelainan atau gangguan penglihatan dapat
menurunkan produktifitas seseorang.
Katarak merupakan masalah nasional yang perlu ditanggulangi. katarak dapat
menyebabkan penurunan aktivitas dimana katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap.
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata yang timbul karena adanya
gangguan metabolisme pada lensa cahaya ke dalam retina. Hal ini
mengakibatkan gangguan refraksi. Hasil Survei Kebutaan Rapid Assessment of
Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014 – 2016, angka kebutaan mencapai 3% dan
katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi (81%). Katarak senilis atau katarak
terkait usia merupakan jenis katarak yang paling sering terjadi.
Pembedahan merupakan satu-satunya terapi untuk penderita katarak yang
bertujuan memperbaiki visus atau tajam penglihatan. Pembedahan katarak
dilakukan dengan mengambil lensa mata yang terkena katarak kemudian diganti
dengan lensa implan atau Intraokuler Lens (IOL). Sebanyak lebih dari 90% operasi
katarak berhasil dengan perbaikan fungsi penglihatan yang dinyatakan dengan
perbaikan visus pasien pasca operasi. Sebagian besar pasien mencapai visus
kategori baik yaitu 6/18-6/6 setelah empat sampai delapan minggu.

3. Refleksi dari aspek keislaman

6
Islam sangat memuliakan ilmu kesehatan dan kedokteran sebagai perawat
kehidupan dan misi kemanusiaan dengan izin Allah SWT. Bahkan Ia
memerintahkan kita semua sebagai fardhu ‘ain (kewajiban individual) untuk
mempelajarinya secara global dan mengenali sisi biologis diri kita sebagai media
peningkatan iman untuk semakin mengenal Allah Al-Khaliq disamping sebagai
kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan dan menjaga hidupnya.

Firman Allah SWT yang artinya : ” Dan di bumi terdapat tanda-tanda


kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada dirimu sendiri.
Maka apakah kamu tidak memperhatikan.?” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 20-21)
Sabda Nabi SAW:” Berobatlah wahai hamba Allah! karena sesungguhnya
Allah tidak menciptakan penyakit melainkan la telah menciptakan pula obatnya,
kecuali satu penyakit, yaitu tua.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Islam juga menerapkan fardhu kifayah (kewajiban kolektif) dan
menggalakkan adanya ahli-ahli di bidang kedokteran dan memandang kedokteran
sebagai ilmu yang sangat mulia. Imam Syafi’i berkata: “Aku tidak tahu suatu ilmu
setelah masalah halal dan haram (Fiqih/syariah) yang lebih mulia dari ilmu
kedokteran”.
Hukum tentang penggunaan atau pencabutan organ tubuh sintetis sebagai
suatu sarana medis modern, tergantung pada pengetahuan mengenai hukum berobat
itu sendiri, yakni apakah berobat itu wajib, mandub, mubah, atau makruh. Agar kita
dapat menetapkan hukum berdasarkan bukti yang nyata, maka harus ditelusuri dalil-
dalil yang ada dalam masalah berobat tersebut.
Pemasangan lensa tanam pada hakikatnya termasuk bagian dari praktek
transplantasi (pencangkokan) organ. Operasi yang menggunakan organ buatan atau
palsu sudah dikenal di masa Nabi SAW, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Abu
Daud dan Tirmidzi dari Abdurrahman bin Tharfah (Sunan Abu Dawud, hadits.
no.4232) “bahwa kakeknya ‘Arfajah bin As’ad pernah terpotong hidungnya pada
perang Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam perak, namun hidung
tersebut mulai membau (membusuk), maka Nabi SAW. menyuruhnya untuk
memasang hidung (palsu) dari logam emas”. Imam Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya

7
Qll/58) juga telah meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa ‘Utsman (bin
‘Affan) pernah memasang mahkota gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat (tahan
lama).
Ketika Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, ilmu bedah sudah dikenal di
berbagai negara dunia khususnya negara-negara maju saat itu seperti dua negara adi
daya yaitu Romawi dan Persia. Namun saat itu belum mengalami perkembangan
yang berarti, meskipun sudah ditempuh berbagai upaya untuk mengembangkannya.
Pembuatan dan pemasangan organ buatan sepanjang untuk alasan syar’i
yakni karena pertimbangan kebutuhan (haajah) medis untuk menormalkan atau
memperbaiki kelainan serta penggantian yang lepas untuk dapat mengunyah dan
menggigit kembali merupakan perbuatan dan profesi yang terpuji karena membawa
kepada kemaslahatan.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam,
sesuai ayat:

Firman Allah SWT yang artinya: “Barang siapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya.” (Qs. al-Ma’idah [5]: 32).
Yang menjadi permasalahan adalah keharusan mengambil kembali organ
buatan itu jika pasien meninggal. Sesungguhnya, saat meninggal dunia manusia
tidak boleh membawa barang-barang dunia, kecuali kain kafan. Contohnya pada
pemasangan gigi palsu, bahwa ada kebolehan memasang gigi palsu dari emas dan
perak jika dalam keadaan darurat dan membutuhkan, makanya jika seseorang sudah
meninggal dunia, keadaan darurat tersebut sudah hilang, sehingga harus diambil dari
mayit, kecuali  jika hal itu justru menyakiti atau menodai mayit, maka hukumnya
menjadi tidak boleh dicabut. Hal tersebut menjadi tidak boleh dikarenakan mayit
walaupun sudah mati, tetapi masih dalam keadaan terhormat dan tidak boleh dinodai
ataupun disakiti, sebagaimana orang hidup. Layaknya seperti pasien yang patah
tulang dan mendapat pemasangan skrup pada tulang yang patah, sampai detik ini

8
belum pernah terjadi ada yang melepaskan ketika pasien tersebut telah meninggal,
sehingga hal tersebut juga bisa diterapkan pada kondisi pemasangan lensa tanam ini.

4. Refleksi Aspek Sosio – Ekonomi

Pasien merupakan orang dari kalangan keluarga yang kurang mampu. Pasien
datang ke dokter Spesialis Penyakit Mata menggunakan KIS/BPJS sehingga pasien
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berobat di RSUD Kebumen. Saat dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan, dokter curiga diagnosis pasien mengarah ke Katarak
Matur. Hal ini dikarenakan tampak pada pemeriksaan segmen anterior mata lensa
tampak keruh di mata pasien, pada pemeriksaan oftalmoskop reflek fundus negative
dikarenakan lensa keruh, dari gejala pasien semakin keliatan yaitu mata tampak
seperti berkabut ketika melihat. Pada kasus ini, masalah yang menarik bagi penulis
adalah adanya usaha yang diupayakan oleh keluarga pasien untuk bisa mencapai
pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk kepentingan pasien.
Penulis mencoba merefleksikan kasus yang terjadi pada pasien diatas dari
aspek sosial ekonomi. Pada pasien diatas, kesadaran dan kepedulian keluarga pasien
terhadap pasien terbilang baik. Hal ini bisa dilihat dari tampaknya usaha keluarga
pasien untuk control rutin penyakit Katarak tersebut.tetapi karna alasan transpotasi
dikarenankan jauh serta kesibukan anaknya juga terkadang menyempatkan waktu
untuk kontrol penyakitnya agak susah, meskipun begitu pasien merasa sangat
terbantu karena keluarga yang lain yaitu keponakan masih bisa mendampingi beliau
periksa ke rumah sakit.

Keluarga pasien sangat mendukung pasien untuk memeriksakan diri ke


sarana kesehatan, sehingga pasien pun juga semangat untuk kesembuhannya. Pasien
sangat setuju dengan tindakan yang akan dilakukan karena sudah mendapatkan
penjelasan yang jelas dan pasien juga merasa ikhlas karena demi kesembuhan
beliau, dan juga dengan adanya jaminan kesehatan pasien merasa sangat terbantu
dan tidak terlalu memikirkan pembiayaan perawatan kesehatannya. Keluarga pasien
menyadari bahwa tertundanya pemeriksaan akan menyebabkan tertundanya terapi
yang bisa saja berakibat fatal pada kondisi kesehatan pasien bahkan keselamatan
pasien. Oleh karena itu keluarga pasien tetap mengupayakan agar pasien bisa

9
mendapatkan transportasi ke rumah sakit kebumen dan pemeriksaan tersebut bisa
dilakukan. Demikian juga dengan pasien sendiri.
Dari kasus ini juga bisa direfleksikan bahwa pencapaian derajat kesehatan
yang lebih baik tidak hanya membutuhkan biaya tetapi juga kemauan, dukungan,
dan motivasi . Selama ini ketiadaan biaya selalu dijadikan alasan penyebab
rendahnya kualitas kesehatan di Indonesia tetapi ternyata hal tersebut tidak
selamanya benar. Terbukti pada pasien diatas, dari segi biaya keluarga pasien tidak
perlu mengeluarkan biaya sendiri tetapi terdapat keterbatasan alat transportasi,
meskipun begitu karena kemauan untuk sembuh yang bagus maka ikhtiar tetap
senantiasa dilakukan pasien dengan penuh kelapangan hati.

Umpan balik dari pembimbing

Kebumen, 12 September 2020


TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

dr. Elly Soraya, M. Sc, Sp. M M. Syihab Romzi Z

10

Anda mungkin juga menyukai