Oleh:
M. Syihab Romzi Z
15711068
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI GINEKOLOGI
ISLAM
NIM 15711068
Tanggal Ujian
Gelombang Periode
A. IDENTITAS
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Alamat : Panjer, Kebumen
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Tanggal masuk : 1 Oktober 2020
Mondok di bangsal : Bougenvile
Nomor CM : 263***
Nama Suami : Tn. M
Pendidikan : SMA
B. ANAMNESIS
Diberikan oleh : Pasien
Tempat, waktu : Bougenvile, 4 Oktober 2020 pukul
14.00 WIB
Keluhan Utama : Sakit perut mau melahirkan sejak 1 hari
SMRS
Riwayat penyakit sekarang
Pasien G1P0A0 usia 23 tahun, UK 39 minggu kontrol kehamilan ke
poliklinik kandungan dengan keluhan sakit perut mau melahirkan dan
merasakan kenceng-kenceng sejak 1 hari SMRS, air ketuban rembes (-),
gerakan janin aktif (+), pasien datang dengan hasil VT di bidan belum ada
pembukaan.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti saat ini. Riwayat penyakit
diabetes melitus, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan alergi
disangkal. Tidak ada riwayat sakit selama masa kehamilan dan
penggunaan obat-obatan tertentu selama masa kehamilan.
Riwayat penyakit keluarga
Menurut pasien, tidak terdapat keluhan asma, alergi, diabetes mellitus
ataupun penyakit jantung pada keluarga pasien.
Riwayat perkawinan
Kawin : 1x, selama 1 tahun
Usia saat kawin : 22 tahun
Usia suami saat kawin : 24 tahun
Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Menstruasi : durasi 5-7 hari, siklus 28 hari
Jumlah darah : 1 hari 2-4 kali ganti pembalut
Perdarahan di luar siklus : tidak ada
HPMT : 1 Januari 2020
Riwayat kehamilan sekarang
HPMT : 1 Januari 2020
HPL : 8 Oktober 2020
Usia kehamilan : 39 minggu
Status obstetri : G1P0A0A
Mual muntah : tidak
Sesak nafas : tidak
Gangguan BAK/BAB : tidak
Hipertensi : tidak
Kejang : tidak
Antenatal Care (ANC) : rutin
Riwayat fertilitas
I : hamil ini
Riwayat keluarga berencana
Belum pernah.
C. PEMERIKSAAN FISIK
KU : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign : TD: 134/86 N: 84 R: 24 S: 36,4
Status gizi : baik
Berat badan : 43 kg
Tinggi badan : 152 cm
Kepala : mesosephal, konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik
(-/-), pandangan kabur (-/-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks
Jantung : murmur (-) gallop (-)
Paru : suara dasar vesikuler (+/+)
ronkhi (-/-)
wheezing (-/-)
Abdomen : bising usus (+), nyeri tekan (-), TFU 30 cm, teraba
janin tunggal intrauterin, punggung kanan,
presentasi kepala, DJJ 138 x/menit, his (+). TBJ:
2790 gram
Ekstremitas : akral hangat (+/+) edema (-/-)
Genital : tidak dilakukan VT/inspekulo
Status Obstetric
Inspeksi : Tampak dinding abdomen lebih tinggi dari dinding
dada, linea nigrae (+), striae gravidarum (+)
Palpasi :
Leopold 1 : pada bagian fundus uteri teraba bulat, lunak dan
tidak melenting bokong
Leopold 2 : bagian kanan ibu teraba seperti papan keras dan
panjang punggung kanan
Leopold 3 : pada bagian bawah teraba bulat, padat dan
melenting kepala
Leopold 4 : kepala bayi belum masuk panggul
Auskultasi : BU (+)
Inspekulo /VT : tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 12,9 g/dL (Normal: 11,7-15,5)
AL : 10,0 (Normal: 3,6-11,0)
Hmt : 38 (Normal: 35-47)
AE : 4,4 (Normal: 3,80-5,20)
AT : 227 (Normal: 150-440)
MCH : 29 (Normal: 26-34)
MCHC : 34 (Normal: 32-36)
MCV : 87 (Normal: 80-100)
HJL Eosinofil = 0,50 (Normal: 2-4)
Basofil = 0,20 (Normal: 0-1)
Neutrofil = 76,00 (Normal: 50-70)
Limfosit = 16,00 (Normal: 22-40)
Monosit = 7,30 (Normal: 2-8)
Gol. Darah :O
BT : 3,00 menit
CT : 3,30 menit
GDS : 71 mg/dL (Normal: 80-110)
Ureum : 17 mg/dL (Normal: 10-50)
Creatinin : 0,41 mg/dL (Normal: 0,6-1,1)
SGOT : 23 U/L (Normal: <31)
SGPT : 15 U/L (Normal: <32)
Albumin : 4,0 g/dL (Normal: 3,4-4,8)
HbsAg : non reaktif
CTG
- Baseline : 135 x/menit
- Variabilitas : 5-25
- Akselerasi :-
- Deselerasi :-
- Fetal movement :+
- Kontraksi :+
E. DIAGNOSIS
G1P0A0 hamil 39 minggu dengan DKP
F. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
G. TERAPI
- SC elektif
H. EDUKASI
- Mengedukasi ibu tentang kondisi yang dialami, rencana tindakan yang
akan dilakukan, dan risiko yang mungkin terjadi pada persalinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Panggul
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor
dan pelvis minor oleh bidang aperture pelvis superior (disebut juga PAP). PAP
dibentuk oleh: promontorium os sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea
(linea terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan symfisis os pubis di posterior.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut
pula false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis
minor atau true pelvis. Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang
mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik
adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa
dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge
II,III dan IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum
untuk selanjutnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas
panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah
panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic
cavity).
Jenis-Jenis Panggul
1. Jenis gynaecoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir mirip
lingkaran. Diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter
transversa. Jenis ini ditemukan pada 40% wanita. Merupakan jenis panggul
tipikal wanita (female type).
2. Jenis anthropoid
3. Jenis android
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Diameter transversa jauh lebih lebar dari diameter anteroposterior.
Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.
Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segi tiga,
yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis iskii
dengan ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis
berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus pubis). Dalam
keadaan normal besarnya sudut ini 900 atau lebih sedikit.
Disproporsi Sefalopelvik
Istilah disproporsi sefalopelvik yaitu persalinan macet akibat dari
ketidakseimbangan antara ukuran kepala janin dan ukuran panggul ibu.
Ketidakseimbangan fetopelvik bisa karena panggul sempit, ukuran janin yang
besar, atau biasanya kombinasi dari dua di atas.
Kepala janin adalah bagian tubuh yang paling besar dan paling keras
yang akan dilahirkan. Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan
dan mempengaruhi jalannya persalinan. Kepala secara garis besar dapat
dibagi menjadi tulang tengkorak (cranium), tulang dasar tengkorak (basis
kranii) dan tulang muka. Ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di
antaranya:
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang
normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah panggul,
pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya.
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus,
janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh
ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Pendekatan Diagnosis
1. Kepala belum masuk panggul (engage) oada akhir kehamilan
2. Tinggi badan ibu 145 ( <150)
3. Malpresentasi
4. Kelainan panggul
5. Kelainan pada kepala janin, dapat diketahui secara klinik atau secara
USG
6. Kegagalan tindakan persalinan pervaginam
7. Moulage kepala janin.
Disproporsi sefalopelvik (DKP) yang disebabkan oleh panggul
sempit dapat ditegakkan dengan :
a. Anamnesis
Kepala tidak masuk PAP dan ada riwayat kesalahan letak (Letak
lintang atau letak bokong), partus yang lalu berlangsung lama, anak mati
atau persalinan dibantu dengan alat-alat (ekstraksi vakum atau forsep)
dan operasi.
b. Inspeksi
Tinggi badan ibu kurang, bentuk perut gantung (pendular
abdomen), cara berjalan (pincang, miring), bentuk punggung (skoliosis,
kifosis, atau kelainan vertebra yang lain). Kelainan panggul luar (rachitis,
dan sebagainya) kalau kepala terdepan belum masuk pintu atas panggul
kelihatan kontur seperti kepala menonjol di atas simfisis.
c. Palpasi
Kepala tidak masuk pintu atas panggul atau masih goyang dan
terdapat tanda dari Osborn, yaitu kepala didorong ke arah pintu atas
panggul dengan satu tangan diatas simfisis pubis sedang tangan lain
mengukur tegak lurus pada kepala yang menonjol. Dikatakan panggul
sempit apabila teraba 3 jari.
e. Rontgen Pelvimetri
X-ray pelvimetri dilakukan dengan cara memotret panggul ibu,
menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis
seperti tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja intensitas
cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk
mengetahui ukuran panggul.
Tanpa pengambilan tindakan yang tepat, terdapat bahaya pada ibu yaitu
berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi
intrapartum, ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula
vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena
tekanan yang lama antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya
pada janin dapat berupa meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada
jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada os
parietalis.
A. Seksio sesaria
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal atau ada indikasi
untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan per vaginam belum dipenuhi.
B. Partus Percobaan
Partus percobaan adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan
pada kehamilan aterm, anak presentasi belakang kepala dengan suspek
disproporsi sefalopelvik (CPD). Ketentuan lainnya adalah umur kehamilan
tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar
sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta
janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan. Tindakan partus
percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai saat penderita
dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah
persalinan masuk fase aktif. Penilaian terhadap kemajuan persalinan,
turunnya kepala dan putar paksi dalam dilakukan setiap 2 jam. Bila
terdapat perubahan yang bermakna maka partus percobaan dikatakan ada
kemajuan dan diteruskan. Bila tidak ada kemajuan yang bermakna, maka
partus percobaan dikatakan gagal, dipastikan ada CPD dan persalinan
diakhiri dengan seksio sesaria.
Prognosis
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.