Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN KASUS

Disproporsi Kepala Panggul (DKP)

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti Program Pendidikan


Klinik bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Soedirman Kebumen

Oleh:

M. Syihab Romzi Z

15711068

Pembimbing:

dr. Deyna Primavita Pahlevi, Sp. OG

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2020
UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI GINEKOLOGI

ISLAM

INDONESIA STATUS PASIEN OBSTETRI UNTUK UJIAN

FAKULTAS KEDOKTERAN Untuk Dokter Muda

Nama Dokter Muda M. Syihab Romzi Z Tanda Tangan

NIM 15711068

Tanggal Ujian

Rumah sakit RSUD dr. Soedirman Kebumen

Gelombang Periode

A. IDENTITAS
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Alamat : Panjer, Kebumen
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Tanggal masuk : 1 Oktober 2020
Mondok di bangsal : Bougenvile
Nomor CM : 263***
Nama Suami : Tn. M
Pendidikan : SMA

B. ANAMNESIS
Diberikan oleh : Pasien
Tempat, waktu : Bougenvile, 4 Oktober 2020 pukul
14.00 WIB
Keluhan Utama : Sakit perut mau melahirkan sejak 1 hari
SMRS
Riwayat penyakit sekarang
Pasien G1P0A0 usia 23 tahun, UK 39 minggu kontrol kehamilan ke
poliklinik kandungan dengan keluhan sakit perut mau melahirkan dan
merasakan kenceng-kenceng sejak 1 hari SMRS, air ketuban rembes (-),
gerakan janin aktif (+), pasien datang dengan hasil VT di bidan belum ada
pembukaan.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti saat ini. Riwayat penyakit
diabetes melitus, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan alergi
disangkal. Tidak ada riwayat sakit selama masa kehamilan dan
penggunaan obat-obatan tertentu selama masa kehamilan.
Riwayat penyakit keluarga
Menurut pasien, tidak terdapat keluhan asma, alergi, diabetes mellitus
ataupun penyakit jantung pada keluarga pasien.
Riwayat perkawinan
Kawin : 1x, selama 1 tahun
Usia saat kawin : 22 tahun
Usia suami saat kawin : 24 tahun
Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Menstruasi : durasi 5-7 hari, siklus 28 hari
Jumlah darah : 1 hari 2-4 kali ganti pembalut
Perdarahan di luar siklus : tidak ada
HPMT : 1 Januari 2020
Riwayat kehamilan sekarang
HPMT : 1 Januari 2020
HPL : 8 Oktober 2020
Usia kehamilan : 39 minggu
Status obstetri : G1P0A0A
Mual muntah : tidak
Sesak nafas : tidak
Gangguan BAK/BAB : tidak
Hipertensi : tidak
Kejang : tidak
Antenatal Care (ANC) : rutin
Riwayat fertilitas
I : hamil ini
Riwayat keluarga berencana
Belum pernah.

C. PEMERIKSAAN FISIK
KU : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign : TD: 134/86 N: 84 R: 24 S: 36,4
Status gizi : baik
Berat badan : 43 kg
Tinggi badan : 152 cm
Kepala : mesosephal, konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik
(-/-), pandangan kabur (-/-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks
Jantung : murmur (-) gallop (-)
Paru : suara dasar vesikuler (+/+)
ronkhi (-/-)
wheezing (-/-)
Abdomen : bising usus (+), nyeri tekan (-), TFU 30 cm, teraba
janin tunggal intrauterin, punggung kanan,
presentasi kepala, DJJ 138 x/menit, his (+). TBJ:
2790 gram
Ekstremitas : akral hangat (+/+) edema (-/-)
Genital : tidak dilakukan VT/inspekulo

Status Obstetric
Inspeksi : Tampak dinding abdomen lebih tinggi dari dinding
dada, linea nigrae (+), striae gravidarum (+)
Palpasi :
 Leopold 1 : pada bagian fundus uteri teraba bulat, lunak dan
tidak melenting  bokong
 Leopold 2 : bagian kanan ibu teraba seperti papan keras dan
panjang  punggung kanan
 Leopold 3 : pada bagian bawah teraba bulat, padat dan
melenting  kepala
 Leopold 4 : kepala bayi belum masuk panggul
Auskultasi : BU (+)
Inspekulo /VT : tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 12,9 g/dL (Normal: 11,7-15,5)
AL : 10,0 (Normal: 3,6-11,0)
Hmt : 38 (Normal: 35-47)
AE : 4,4 (Normal: 3,80-5,20)
AT : 227 (Normal: 150-440)
MCH : 29 (Normal: 26-34)
MCHC : 34 (Normal: 32-36)
MCV : 87 (Normal: 80-100)
HJL Eosinofil = 0,50 (Normal: 2-4)
Basofil = 0,20 (Normal: 0-1)
Neutrofil = 76,00 (Normal: 50-70)
Limfosit = 16,00 (Normal: 22-40)
Monosit = 7,30 (Normal: 2-8)
Gol. Darah :O
BT : 3,00 menit
CT : 3,30 menit
GDS : 71 mg/dL (Normal: 80-110)
Ureum : 17 mg/dL (Normal: 10-50)
Creatinin : 0,41 mg/dL (Normal: 0,6-1,1)
SGOT : 23 U/L (Normal: <31)
SGPT : 15 U/L (Normal: <32)
Albumin : 4,0 g/dL (Normal: 3,4-4,8)
HbsAg : non reaktif
CTG
- Baseline : 135 x/menit
- Variabilitas : 5-25
- Akselerasi :-
- Deselerasi :-
- Fetal movement :+
- Kontraksi :+

E. DIAGNOSIS
G1P0A0 hamil 39 minggu dengan DKP

F. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

G. TERAPI
- SC elektif

H. EDUKASI
- Mengedukasi ibu tentang kondisi yang dialami, rencana tindakan yang
akan dilakukan, dan risiko yang mungkin terjadi pada persalinan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Panggul

Tulang-tulang panggul terdiri atas os koksa, os sacrum, dan os koksigeus.


Tulang-tulang ini satu dengan yang lainnya berhubungan. Di depan terdapat
hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri yang disebut simfisis. Di belakang
terdapat artikulasio sakro iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium.

Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor
dan pelvis minor oleh bidang aperture pelvis superior (disebut juga PAP). PAP
dibentuk oleh: promontorium os sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea
(linea terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan symfisis os pubis di posterior.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut
pula false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis
minor atau true pelvis. Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang
mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik
adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa
dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge
II,III dan IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum
untuk selanjutnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.

Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas
panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah
panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic
cavity).

Jenis-Jenis Panggul

Dalam obstetric, pangul menurut morfologinya dibagi menjadi 4 yaitu


sebagai berikut :
Gambar 1. Jenis panggul

1. Jenis gynaecoid

Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir mirip
lingkaran. Diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter
transversa. Jenis ini ditemukan pada 40% wanita. Merupakan jenis panggul
tipikal wanita (female type).

2. Jenis anthropoid

Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter


anteroposterior lebih besar dari diameter transversa. Jenis ini ditemukan
pada 25% wanita.

3. Jenis android

Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter transversal terbesar


terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk
sudut yang makin sempit ke arah bawah. Jenis ini ditemukan pada 30%
wanita. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).
4. Jenis platypelloid

Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Diameter transversa jauh lebih lebar dari diameter anteroposterior.
Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.

Pintu Atas Panggul (Pelvic Inlet)

Gambar 2. Pintu atas panggul

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh


promontorium, korpus vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan
pinggir atas simfisis. Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium lebih kurang 11 cm disebut konjugata vera. Jarak terjauh
garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5 - 13 cm, disebut
diameter transversa.

Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan


antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea
innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang
lebih kurang 13 cm. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium
dikenal sebagai konjugata diagonalis. Secara klinis, konjugata diagonalis
dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang
dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum,
promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap
menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak
antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari
telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.

Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama dengan


konjugata diagonalis dipotong dengan 1,5 cm. panjangnya lebih kurang 11
cm. Selain kedua konjugata ini dikenal juga konjugata obstetrik, jarak dari
bagian dalam tengah simfisis ke promontorium.

Gambar 3. Diameter pada Pintu Atas Panggul

A. Pintu tengah panggul (Midpelvic)


Midpelvis merupakan bidang sejajar spina ischiadica merupakan
bidang dimensi pelvic terkecil yang menjadi bagian yang penting pada
proses engagement kepala janin. Diameter interspina 10 cm atau lebih, dan
merupakan diameter terkecil dari pelvis. Diameter anteroposterior melalui
level spina ischiadica normalnya berukuran sekurang-kurangnya 11.5 cm.
Komponen posteriornya antara titik tengah diameter interspinarum dengan
sakrum disebut diameter sagitalis posterior yang sekurang-kurangnya
berukuran 4.5 cm. Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas.
Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung.
Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting
pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang
biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu
sebesar 10,5 cm.
B. Pintu bawah panggul (Pelvic Outlet)

Gambar 4. Pintu bawah Panggul

Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segi tiga,
yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis iskii
dengan ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis
berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus pubis). Dalam
keadaan normal besarnya sudut ini 900 atau lebih sedikit.

Perubahan Anatomi Panggul Pada Wanita Hamil

Pemeriksaan radiologi pada pelvis wanita tidak hamil menunjukkan


adanya celah antara tulang pubis yang normalnya sekitar 4 – 5 mm, dalam
kehamilan oleh karena pengaruh hormonal yang dapat menyebabkan relaksasi
pada ligamentum-ligamentum dan tulang hingga celah tersebut bertambah 2 - 3
mm. Sehingga suatu keadaan yang normal apabila ditemukan celah antara tulang
pubis mencapai 9 mm pada wanita hamil.

Disproporsi Sefalopelvik
Istilah disproporsi sefalopelvik yaitu persalinan macet akibat dari
ketidakseimbangan antara ukuran kepala janin dan ukuran panggul ibu.
Ketidakseimbangan fetopelvik bisa karena panggul sempit, ukuran janin yang
besar, atau biasanya kombinasi dari dua di atas.

A. Dimensi Janin Pada Disproporsi Fetopelvik


Ukuran janin sendiri jarang menjadi penjelasan yang tepat untuk
persalinan yang gagal.. Kebanyakan kasus disproporsi berasal dari janin
yang memiliki berat badan dalam rentang populasi obstetrik umum. Faktor
lainnya yaitu seperti malposisi kepala, macetnya pasase janin melalui jalan
lahir. Ini mencakup posisi oksiput posterior, dan presentasi wajah dan dahi.

B. Perkiraan Ukuran Kepala Janin


Diameter biparietal dan lingkar kepala dapat diukur dengan
ultrasonografi. Besarnya kepala rata-rata tergantung dari besarnya (berat)
janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan Berat Badan (BB)
janin.

Kepala janin adalah bagian tubuh yang paling besar dan paling keras
yang akan dilahirkan. Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan
dan mempengaruhi jalannya persalinan. Kepala secara garis besar dapat
dibagi menjadi tulang tengkorak (cranium), tulang dasar tengkorak (basis
kranii) dan tulang muka. Ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di
antaranya:

1. suboksipito-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi belakang kepala.


2. Oksipito-frontalis (11,75 cm): pada presentasi puncak kepala
3. Oksipito mentalis (13,5 cm): pada presentasi dahi
4. Submento-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi muka
5. Biparietalis (9,5 cm): ukuran terbesar melintang dari kepala
6. Bitemporalis (8 cm): ukuran antara os temporal kiri dan kanan
Bagian tubuh janin yang lain: lebar bahu (diameter biacromialis): 12
cm, lingkaran bahu: 34 cm, lebar bokong (diameter intertrokanterika): 12
cm, lingkar bokong: 27 cm.
Panggul Sempit

Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang
normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah panggul,
pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya.

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus,
janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh
ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif


ibu.
a. Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his
b. kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.
2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak
dahi, hidrosefalus.
3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang
mempersempit jalan lahir.
Disproporsi sefalopelvik (DKP) adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit
secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional terkait perbandingan
antara kepala dan panggul.

Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:


1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan
sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi
atau kelumpuhan satu kaki.
Pembagian tingkatan panggul sempit:
1. Tingkat I : C.V = 9-10 cm = borderline
2. Tingkat II : C.V = 8 – 9 cm = relatif
3. Tingkat III : C.V = 6 -8 cm = ekstrim
4. Tingkat IV : C.V = < 6 = absolut
Pembagian menurut tindakan:
1. Konjugata vera 8-10 cm = partus percobaan
2. Konjugata vera 6- 8 cm = SC primer
3. Konjugata vera <6 = S.C mutlak

Kesempitan pada Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior


terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter
transversal terbesarnya kurang dari 12 cm.

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit


bagi janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior
kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki
ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin kecil.
Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak
lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan
wanita dengan panggul sedang atau luas.

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu


atas panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara
langsung menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks.
Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko
prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan
kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi
menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali.
Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk
pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.

Kesempitan Panggul Tengah

Kesempitan PTP pada dasarnya merupakan penyempitan bidang


dengan ukuran terkecil, yakni bidang yang melalui apex dari arcus pubis,
spina ischiadica, dan sacrum. Apabila distansia interspinarum kurang dari 9
cm, atau apabila distansia interspinarum (normal 10,5 cm) ditambah dengan
diameter sagital posterior (normal 4,5 – 5 cm) kurang dari 13,5 cm maka
kemungkinan ada kesempitan pintu tengah panggul. Untuk memperoleh
ukuran yang pasti diameter-diameter ini diperlukan pelvimetri
rontgenologis. Kecurigaan klinis kesempitan PTP timbul apabila pada
pemeriksaan manual didapatkan spina ischiadica yang besar dan menonjol
serta distansia intertuberosum kurang dari 8,5 cm.
Kesempitan PTP merupakan sebab yang biasa dijumpai pada distosia
dan tindakan operatif. Penanganannya lebih sukar daripada kesempitan
PAP, sebab jika kepala janin sudah tidak dapat masuk PAP maka tidak ada
keragu-raguan lagi bahwa persalinan harus diakhiri dengan sectio saesarea.
Akan tetapi jika kepala dapat masuk kedalam panggul maka penolong segan
untuk melakukan sectio saecarea oleh karena mengharap kepala akan turun
sampai ketitik dimana dapat dilakukan extraksi dengan forceps.Kesempitan
PTP dapat menghalang-halangi putaran paksi dalam.

Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua


segitiga dengan diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya.
Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter distantia
intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah
panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu
besar dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam
menimbulkan robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang
sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah
simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga perineum
teregang dan mudah terjadi robekan.

Umumnya disproporsi juga disebabkan oleh malpresentasi dan


malposisi janin. Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan
kifose, sikap fisiologis ini menghasilkan sikap fleksi. Presentasi normal
adalah vertex dengan presentasi belakang kepala dan posisi normal adalah
occipitoanterior dimana ubun-ubun kecil berada di segmen depan sebagai
penunjuk. Untuk berbagai malprestasi dan malposisi dapat di lihat table.

Malpresentasi dan Malposisi


Pemeriksaan abdomen Pemeriksaan dalam
Malposisi  Bagian bawah Fontanelle posterior
Occiptoposterior perut rata mengarah ke sakrum.
 Tungkai janin
Fontanelle anterior
bisa dipalpasi dari
anterior mudah diraba karena
 Bunyi denyut adanya defleksi kepala.
jantung terdengar
dari samping
Presentasi Dahi  Lebih dari Fontanelle anterior dan
setengah bagian lingkarannya teraba.
kepala di atas
simfisis pubis
Muka  Lekukan teraba Muka dipalpasi, mulut
antara kepala dan mudah dibuka. Dagu
punggung
dan tulang rahang,bisa
dipaipasi.
Sungsang  Kepala teraba di Pantat dan/atau kaki
bagian atas perut bisa diraba. Mekonium
 Sungsang teraba
di bibir panggul kental berwarna gelap
 Bunyi denyut pada sungsang bawah
janin terdengar
adalah normal.
lebih tinggi dari
presentasi kepala
Lintang  Kepala atau Bahu atau lengan
pantat tidak bisa biasanya bisa diraba.
diraba pada
Bahu bisa dibedakan
simfisis pubis dan
kepala biasanya dari pantat dengan cara
teraba di satu sisi meraba iga.

Diagnosis Disporposi Kepala Panggul

a. Pendekatan Diagnosis
1. Kepala belum masuk panggul (engage) oada akhir kehamilan
2. Tinggi badan ibu 145 ( <150)
3. Malpresentasi
4. Kelainan panggul
5. Kelainan pada kepala janin, dapat diketahui secara klinik atau secara
USG
6. Kegagalan tindakan persalinan pervaginam
7. Moulage kepala janin.
Disproporsi sefalopelvik (DKP) yang disebabkan oleh panggul
sempit dapat ditegakkan dengan :

a. Anamnesis
Kepala tidak masuk PAP dan ada riwayat kesalahan letak (Letak
lintang atau letak bokong), partus yang lalu berlangsung lama, anak mati
atau persalinan dibantu dengan alat-alat (ekstraksi vakum atau forsep)
dan operasi.
b. Inspeksi
Tinggi badan ibu kurang, bentuk perut gantung (pendular
abdomen), cara berjalan (pincang, miring), bentuk punggung (skoliosis,
kifosis, atau kelainan vertebra yang lain). Kelainan panggul luar (rachitis,
dan sebagainya) kalau kepala terdepan belum masuk pintu atas panggul
kelihatan kontur seperti kepala menonjol di atas simfisis.
c. Palpasi
Kepala tidak masuk pintu atas panggul atau masih goyang dan
terdapat tanda dari Osborn, yaitu kepala didorong ke arah pintu atas
panggul dengan satu tangan diatas simfisis pubis sedang tangan lain
mengukur tegak lurus pada kepala yang menonjol. Dikatakan panggul
sempit apabila teraba 3 jari.

Pemeriksaan Osborn dapat dilakukan untuk melakukan


pemeriksaan dari luar tentang kemungkinan kesempitan panggul. Kepala
janin dipegang dan diupayakan untuk dapat masuk PAP. Jika tidak dapat
masuk PAP karena masih tinggi, harus diukur dengan jari untuk
mengetahui seberapa tinggi nya dari simfisis pubis. Jika tingginya sekitar
2 jari diatas simfisis, disebut positif. Berarti ada kemungkinan panggul
sempit. Tanpa pemeriksaan osborn, kemungkinan kesempitan panggul
akan dijumpai pada hasil pemeriksaan palpasi Leopols dimana ditemukan
kepala janin masih tinggi diatas simfisis atau masih dapat digoyangkan
diatas simfisis.

Metode muller munro kerr, tangan yang 1 memegang kepala janin


dan menekan kearah rongga panggul, sedangkan 2 jari tangan yang lain
di masukkan ke rongga vagina untuk menentukan sampai berapa jauh
kepala mengikuti tekanan tersebut. Sementara itu ibu jari tangan masuk
ke dalam rongga vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan
simpisis.
d. Pengukuran panggul
1. Pelvimetri Klinis
Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36
minggu. Caranya dengan memasukkan dua jari (jari telunjuk dan tengah)
ke jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium.
Setelah itu, hitung jarak dari tulang kemaluan hingga promontorium
untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.
Melalui pemeriksaan ini kita akan mendapatkan Conjugata diagonal
(jarak antara promontorium dengan simfisis bawah), untuk mendapatkan
Conjugata vera, maka conjugata diagonal − 1,5 cm. Jarak minimal antara
tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika kurang maka
dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang akan lahir
tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan secara
normal.

e. Rontgen Pelvimetri
X-ray pelvimetri dilakukan dengan cara memotret panggul ibu,
menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis
seperti tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja intensitas
cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk
mengetahui ukuran panggul.

Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada kecurigaan


fetopelvik disproporsi atau kecurigaan panggul sempit, riwayat operasi
seksio sesaria atau riwayat forcep serta riwayat kematian janin dalam
persalinan. X-ray pelvimetri juga dilakukan bila pada pemeriksaan klinis
didapati ukuran konjugata diagonal < 11,5 cm atau diameter
intertuberous < 8 cm serta bila kepala janin tidak masuk pintu atas
panggul dan malposisi letak janin seperti pada presentasi bokong, wajah
atau letak lintang. Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan
radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan.

Komplikasi Disporposio Kepala Panggul

Tanpa pengambilan tindakan yang tepat, terdapat bahaya pada ibu yaitu
berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi
intrapartum, ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula
vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena
tekanan yang lama antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya
pada janin dapat berupa meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada
jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada os
parietalis.

Penanganan Panggul Sempit

Tindakan utama untuk menangani persalinan pada panggul sempit, yakni


seksio sesaria dan partus percobaan.

A. Seksio sesaria
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal atau ada indikasi
untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan per vaginam belum dipenuhi.
B. Partus Percobaan
Partus percobaan adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan
pada kehamilan aterm, anak presentasi belakang kepala dengan suspek
disproporsi sefalopelvik (CPD). Ketentuan lainnya adalah umur kehamilan
tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar
sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta
janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan. Tindakan partus
percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai saat penderita
dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah
persalinan masuk fase aktif. Penilaian terhadap kemajuan persalinan,
turunnya kepala dan putar paksi dalam dilakukan setiap 2 jam. Bila
terdapat perubahan yang bermakna maka partus percobaan dikatakan ada
kemajuan dan diteruskan. Bila tidak ada kemajuan yang bermakna, maka
partus percobaan dikatakan gagal, dipastikan ada CPD dan persalinan
diakhiri dengan seksio sesaria.
Prognosis
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.

Anda mungkin juga menyukai