HALAMAN PENGESAHAN
Nama
NIM
Bagian
: Danu Kamajaya
: 22010114210074
: Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
Judul
Pembimbing
Pembimbing
Dibacakan oleh
: Danu Kamajaya
Dibacakan tanggal
: 11 Januari 2016
I.
PENDAHULUAN
Retinopati diabetik (RD) adalah penyebab kebutaan utama pada
penderita
diabetes
melitus
(DM).
Seiring
meningkatnya
jumlah
II.
III.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. T
Umur
: 43 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Brebes
Pekerjaan
ANAMESIS
Anamnesis dilakukan dengan penderita sendiri pada tanggal 6 Januari
2016 di poli mata
Keluhan Utama
IV.
PEMERIKSAAN
: Baik
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda vital
: TD
suhu : 36,20C
: 120/80 mmHg
nadi : 84x/menit
Pemeriksaan fisik
RR: 18x/menit
: Kepala : mesosefal
Thoraks :
cor
paru
Abdomen
Ekstremitas
Oculus Dexter
3/60
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bola ke segala arah baik
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
VISUS
KOREKSI
SENSUS COLORIS
PARASE/PARALYSE
SUPERCILIA
PALPEBRA SUPERIOR
Oculus Sinister
6/20
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bola ke segala arah baik
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
PALPEBRA INFERIOR
CONJUNGTIVA
edema (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
PALPEBRALIS
CONJUNGTIVA FORNICES
edema (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-)
Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan
Jernih
Kedalaman cukup,
CONJUNGTIVA BULBI
SCLERA
CORNEA
CAMERA OCULI
edema(-)
Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan
Jernih
Kedalaman cukup,
ANTERIOR
IRIS
PUPIL
d : 3mm, RP (+) N
Keruh tidak rata
< cemerlang
T(digital) normal
Tidak dilakukan
LENSA
FUNDUS REFLEKS
TENSIO OCULI
SISTEM CANALIS
Tidak dilakukan
LACRIMALIS
TEST FLUORESCEIN
d : 3mm, RP (+) N.
Keruh tidak rata
< cemerlang
T(digital) normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium
Fotografi Fundus Angiografi
Okuli Dextra
Okuli Sinistra
Deskripsi Funduskopi :
ODS : papil N II : bulat, batas tegas, CDR 0.4 , warna kuning kemerahan
Vasa
Retina
: Hard exudat (+), Soft exudate (-), edema (+) Perdarahan dot
blot, flame shape hemorage (-), neovaskularisasi (-)
Makula
V.
RESUME
Seorang wanita 43 tahun datang ke poli RSDK dengan penglihatan
kabur secara mendadak pada mata kanan dan kiri. Pandangan kabur
dirasakan terus menerus hingga pasien kesulitan untuk melakukan
aktivitas sehari - hari. Penglihatan kabur dirasakan ketika membaca jarak
jauh maupun dekat. Penglihatan mata kanan kabur disertai seperti melihat
kabut (putih putih ). Penglihatan mata kirinya tidak disertai kabut namun
terdapat floater (+). Mata hiperemis (-), nyeri/cekot-cekot (-), lakrimasi (-),
fotofobia (-), sekret mata (-), cephalgia (-). Pasien sudah periksa mata di
optik namun pandangan kabur tidak membaik dengan kacamata bahkan
semakin memburuk. Pasien memiliki riwayat DM + 8 tahun tidak
terkontrol. Pasien memiliki luka yang sulit sembuh pada tahun 2014,
karena luka tersebut, pasien mulai kontrol teratur dan konsumsi obat
teratur. Dulu menggunakan obat 2 tablet ( metformin dan pasien lupa nama
obatnya ), sekarang menggunakan obat suntik (insulin) dan 1 obat tablet
(metformin). Riwayat Batuk lama hingga rutin kontrol untuk pengobatan
selama 9 bulan ( + dari februari hingga desember 2015 ). Ayah kandung
dan adik kandung juga menderita penyakit DM.
Pemeriksaan fisik : status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal
Status Oftamologis
-
VOS = 6/20
ODS : papil N II : bulat, batas tegas, CDR 0.4 , warna kuning kemerahan
Vasa
Retina
Makula
VI.
DIAGNOSIS KERJA
o ODS Moderate Non Proliferatif Retinopati Diabetika dengan
clinically significant makula edema (CSME) + Katarak Diabetika
VII.
DIAGNOSIS BANDING
o ARMD
o PDR
o NPDR
VIII. TERAPI
Diprogramkan untuk injeksi Anti Vascular Endothelial Growth Factor
IX.
PROGNOSIS
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmeticam
X.
OD
Dubia ad bonam
Dubi ad bonam
ad bonam
ad bonam
OS
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
ad bonam
ad bonam
EDUKASI
XI.
DISKUSI
RETINOPATI
Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang.
Akan dibicarakan kelainan retina yang berhubungan dengan penglihatan seperti
retinopati akibat anemia, diabetes melitus, hipotensi, hipertensi, retinopati
leukemia.9
Cotton wool patches merupakan gabaran eksudat pada retina akibat
penyumbatan arteri prepapil sehingga terjadi daerah nonperfusi di dalam retina.
Terdapat pada hipertensi, retinopati diabetes, penyakit kolagen, anemia, penyakit
Hodkin dan keracunan monooksida.9
RETIONOPATI DIABETIK
Retinopati diabetes adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan
pada penderita diabetes melitus. Retinopati akibat diabetes melitus lama berupa
aneurisma, melebarnya vena, perdarahan eksudat lemak.9
Pada retinopati diabetik terjadi suatu mikroangiopati progesif yang
ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh darah halus yang meliputi
arteriol pre-kapiler retina, kapiler kapiler, dan vena retina.10
Retinopati merupakan gejala diabetes melitus utama pada mata, dimana
ditemukan pada retina :9
1. Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler. Terutama darah
vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat
pembuluh darah terutama polus posterior. Kadang kadang pembuluh
darah ini demikian kecilnya sehingga tidak terlihat sedang dengan bantuan
10
11
12
Faktor Risiko10
1. Lamanya pasien menderita diabetes. Setelah 10 tahun. 60 % pasien
mengalami retinopati dan setelah 15 tahun, 80 % pasien mengalami
retinopati.
2. Beratnya hiperglikemia. Pasien DM tipe I lebih banyak mendapat
keuntungan dari pada pasien DM tipe 2 dengan kontrol kadar gula darah
yang baik. Peningkatan HbA1c merupakan faktor resiko kejadian penyakit
proliferatif
3. Peningkatan kadar lipid serum
4. Kehamilan
5. Hipertensi
13
6. Nefropati
7. Lain lain (merokok, usia, jenis diabetes, inaktivitas fisik, dan
penggunaan penghambat ACE)
SKRINING
Deteksi dan terapi retinopati diabetik sejak dini penting dilakukan.
Kelainan kelainan yang mudah terdeteksi timbul sebelum penglihatan
terganggu. Skrining retinopati diabetik harus dilakukan dalam 3 tahun sejak
diagnosis diabetes tipe I, pada saat diagnosis diabetes tipe II, dan selanjutnya
setahun sekali pada keduanya. Fotografi fundus digital terbukti merupakan
metode skrining yang efektif dan sensitif. Fotofrafi tujuh bidang merupakan
pemeriksaan skrining baku emas, tetapi pemeriksaan dua bidang 45 derajat, satu
difokuskan pada makula dan satunya lagi pada diskus telah menjadi metode
pilihan pada sebagian besar program skrining. Midriasis diperlukan untuk
mendapatkan foto yang berkualitas baik, terutama bila terdapat katarak.11
Retinopati diabetik dapat berkembang dengan cepat selama masa
kehamilan. Setiap wanita diabetes yang hamil harus diperiksa oleh seorang
oftamolog atau dilakukan pemeriksaan fotografi fundus digital pada trisemester
pertama dan sedikitnya setiap 3 bulan sampai waktu persalinan.11
Skrining pencegahan diperuntukan bagi :10
1. Penderita DM tipe 1 : 3 5 tahun setelah diagnosis DM tipe 1, dan
dilanjutkan dengan follow-up setiap tahun
14
KLASIFIKASI
Klasifiikasi retinopati diabetik dapat dilihat di Tabel 1 penjelasan :10
-
15
16
Retinopati Nonproliferatif
Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai
oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh pembuluh yang kecil. Kelainan
patologik yang paling dini adalah penebalan membran basal endotel kapiler dan
17
nonproliferatif
ringan
ditandai
oleh
sedikitnya
satu
Makulopati
Makulopati diabetik bermanifestasi sebagai penebalan atau edema retina
setempat atau difus, yang terutama disebabkan oleh kerusakan sawa darah retina
pada tingkat endotel kapiler retina, yang menyebabkan terjadinya kebocoran
cairan dan konstituen plasma ke retina sekitarnya, makulopati lebih sering
dijumpai pada pasien diabetes tipe II dan memerlukan penanganan segera setelah
kelainannya bermakna secara klinis, yang ditandai oleh penebalan retina dibagian
manapun pada jarak 500 mikron dari fovea, eksudat keras pada jarak 500 mikron
dari fovea yang berkaitan dengan penebalan retina, atau penebalan retina yang
18
ukurannya melebihi satu diameter diskus dan terletak pada jarak satu diameter
diskus dari fovea. 11
Makulopati juga bisa terjadi karena iskemia, yang ditandai oleh edema
makula, perdarahan dalam, dan sedikit eksudasi. Angiografi fluoresein
menunjukan hilangnya kapiler kapiler retina disertai pembesaran zona avaskular
fovea. 11
Retinopati Proliferatif
Komplikasi mata yang paling parah pada diabetes melitus adalah retinopati
diabetik proliferatif. Iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang
pemberntukan pembuluh pembuluh halus yang menyebabkan kebocoran protein
protein serum (dan fluoresens) dalam jumlah besar. Retinopati diabetik
proliferatif awal ditandai oleh kehadiran pembuluh pembuluh baru pada diskus
optikus (NVD) atau di bagian retina manapun (NVE). Ciri yang beresiko tinggi
ditandai oleh pembuluh darah baru pada diskus optikus yang meluas lebih dari
sepertiga diameter diskus, pembuluh darah baru pada diskus optikus yang disertai
perdarahan vitreus, atau pembuluh darah baru di bagian retina manapun yang
besarnya lebih dari setengah diameter diskus dan disertai perdarahan vitreus. 11
Gejala bergantung kepada luas tempat kelainan dan beratnya kelaianan.
Umumnya berupa penurunan tajam penglihatan yang berlangsung perlahan
perlahan.9
Fundus dapat ditemui kelainan kelainan seperti di atas berupa :9
1. Mikroaneurisma
19
2. Peradarahan retina
3. Exudate
4. Neovaskularisasi retina
5. Jaringan proliferasi di retina atau badan kaca
Pembuluh pembuluh darah baru yang rapuh berproliferasi ke permukaan
posterior vitreus dan akan menimbul saat vitreus mulai berkontraksi menjauhi
retina. Apabila pembuluh tersebut berdarah, perdarahan vitreus yang masif dapat
menyebabkan penurunan penglihatan mendadak. Sekali terjadi pelepasan total
vitreus posterior, mata beresiko mengalami neovaskularisasi dan perdarahan
vitreus. Pada mata retinpati diabetik proliferatif dan adhesi vitreoretinal persisten,
jaringan neovaskular yang menimbul dapat mengalami perubahan fibrosa dan
membentuk pita pita fibrovaskular rapat, yang menyebabkan traksi vitreoretina.
Hal ini dapat menyebabkan ablatio retina, ablatio retina regmatogenosa, ablatio
retina dapat ditandai atau ditutupi oleh perdarahan vitreus. Apabila kontraksi
vitreus di mata tersebut telah sempurna, retinopati proliferatif cenderung masuk ke
dalam stadium involusional atau burned out. Penyakit mata diabetik lanjut
juga dapat disertai komplikasi neovaskularisasi iris (rubeosis iridis) dan glaukoma
noevaskular. 11
Retinopati proliferatif berkembang pada 50 % pasien diabetes tipe I dalam
15 tahun sejak onset penyakit sistemiknya. Retinpati proliferatif lebih jarang
ditemukan pada diabetes tipe II; namun karena jumlah pasien diabetes tipe II lebih
banyak, pasien retinopati proliferatif lebih banyak yang mengidap diabetes tipe II
diabandingkan tipe I. 11
20
Jika gambaran fundus mata kiri tidak sama beratnya dengan mata kanan
maka digolongkan pada derajat yang lebih berat.
PENCITRAAN
Optical Coherence Tomography sangat bermanfaat dalam menentukan dan
memantau edema makula. Umumnya pengobatan diperlukan pada penebalan
retina lebih dari 300 mikron.11
Angiografi fluoresein berguna untuk menentukan kelainan mikrovaskular
pada retinopati diabetik. Defek pengisian yang besar pada jalinan kapiler
nonperfusi kapiler menunjukan luas iskemia retina dan biasanya lebih jelas pada
daerah mid perifer. Kebocoran fluoresein yang disertai dengan edema retina,
mungkin membentuk gambaran petaloid edema makula kistoid atau mungkin
membentuk gambaran difus. Ini dapat membantu menentukan prognosis serta luas
dan penempatan terapi laser. Mata dengan edema makula dan iskemia yang
21
bermakna mempunyai prognosis penglihatan yang lebih buruk, dengan atau tanpa
terapi laser, dibandingkan mata edema dengan perfusi yang relatif baik.11
TERAPI
Progresivitas retinopati terutama dicegah dengan melakukan pengendalian
yang baik terhadap hiperglikemia, hipertensi sistemik, dan hiperkolesterolemia.
Terapi pada mata tergantung dari lokasi dan keparahan retinopatinya. Mata
dengan edema makula diabetik yang belum bermakna klinis sebaiknya dipantau
secara ketat tanpa dilakukan terapi laser. Yang bermakna klinis memerlukan focal
laser bila lesinya setempat, dan grid laser bila lesinya difus. Laser Argon pada
makula sebaiknya hanya cukup untuk menghasilkan bakaran sinar karena parut
laser dapat meluas dan mempengaruhi penglihatan. Terapi di bawah ambang tidak
tampak adanya retina yang terbakar saat dilakukan terapi dan micropulse laser
telah memberikan hasil sama efektif dengan parut lebih sedikit. Penyuntikan
intravitreal anti VEGF juga efektif.11
Injeksi intravitreal saat ini merupakan salah satu pilihan penatalaksanaan
untuk retinopati diabetika yang meningkatkan efek terapi dari beberapa agen.
Pada beberapa penelitian menunjukan pada beberapa agen intravitreal memiliki
efek tidak hanya mencegah hilangnya penglihatan tetapi juga meningkatkan tajam
penglihatan. Obat intravitreal yang biasa digunakan pada penatalaksanaan
Diabetic Macular Edema dan Retinopati Diabetika ada dua kategori yaitu
kortikosteroid dan anti VEGF.12
22
Injeksi steroid memiliki efek anti inflamasi dan anti angiogenik yang dapat
menghambat peningkatan jumlah faktor yang meningkatkan permeabilitas
vaskular seperti VEGF, kerusakan protein endothelial tight junction dan produksi
mediator inflamasi. Studi penelitian telah meneliti peranan intravitreal
triamcinolone sebagai terapi tambahan untuk laser fokal makula. Group DRCR
net membandingkan penggunaan intravetral triamcinolone di kombinasikan
dengan laser dan group ranibizumab, menunjukan bahwa hasil ketajaman
penglihatan untuk group yang diterapi dengan ranizumab lebih baik dibandingkan
dengan group yang diterapi dengan steroid.13
Aflibercept merupakan anti VEGF yang sudah digunakan untuk terapi
Cystoid Macular Edem, Central Retinal Vein Occlusion (CRVO), Choroidal
Macular Edem. Retinopati diabetika merupakan komplikasi dari diabetes melitus
yang disebabkan oleh adanya kebocoran pada . Retinopati diabetika merupakan
komplikasi dari diabetes melitus yang disebabkan oleh adanya kebocoran pada
blood retina barrier sehingga menyebabkan inflamasi dan iskemik. Anti VEGF
dapat berperan sistemik atau lokal (intraokuler), salah satunya aflibercept yang
merupakan fusi protein yang mempunyai afinitas tinggi pada VEGFR1 dan
VEGFR 2. Aflibercept atau VEGF Trap adalah soluble decoy receptor yang
merupakan reseptor yang mampu menangkap VEGF. VEGF trap mempunyai
kemampuan untuk mengikat VEGF dan berkompetisi dengan reseptor VEGF.
Aflibercept ini berfungsi menghambat proses angiogenesis sehingga dapat
menginduksi regresi CNV.12
23
Terapi fotokoagulasi laser pan retina (PRP) juga dapat merangsang regresi
pembuluh pembuluh baru, sehingga menurunkan insidens gangguan penglihatan
berat akibat retinopati diabetik proliferatif hingga 50 %. Beberapa ribu bakaran
laser dengan jarak teratur diberikan diseluruh retina untuk mengurangi rangsangan
angiogenik dari daerah daerah iskemik. Daerah sentral yang dibatasi oleh diskus
dan cabang cabang pembuluh temporal utama tidak dikenai. Yang beresiko besar
kehilangan penglihatan adalah pasien dengan ciri ciri risiko tinggi. Jika
pemgobatan ditunda hingga ciri tersebut muncul, fotokoagulasi laser pan-retina
yang memadai harus segera dilakukan tanpa penundaan lagi. Pengobatan pada
retina nonproliferatif berat belum mampu mengubah hasil kahir penglihatan;
namun, pada pasien pasien dengan diabetes tipe II, kontrol gula darah yang
buruk, atau sulit dipantau dengan cermat, terapi harus diberikan sebelum
kelaianan proliferatif muncul.11
Vitrektomi dapat membersihkan perdarahan vitreus dan mengatasi traksi
vitreoretina. Sekali perdarahan vitreus yang luas terjadi, 20 % mata akan menuju
kondisi penglihatan dengan visus tanpa persepsi cahaya dalam 2 tahun. Vitrektomi
dini diindikasikan untuk diabetes tipe I dengan perdarahan vitreus luas dan
proliferatif aktif yang berat dan kapanpun penglihatan mata sebelahnya buruk.
Tanpa kondisi kondisi tersebut, vitrektomi dapat ditunda hingga setahun karena
perdarahan vitreus minimal hanya bermanfaat untuk mata yang telah menjalani
fotokoagulasi laser pan-retina dan memiliki pembuluh pembuluh baru yang
telah mulai mengalami fibrosis. Mata dengan ablatio retinae akibat traksi tidak
memerlukan vitrektomi hingga pelepasan telah mengenai fovea. Ablatio retinae
24
c. NPDR berat
25
Keberadaan
Follow
Panretinal
Fluoresin
Focal
Retinopati
edema
up
photocoagul
angiography
dan / atau
(bulan)
ation laser
12
Tidak
Tidak
Tidak
dikerjakan
dikerjakan
dikerjakan
6 12
Tidak
Tidak
Tidak
24
dikerjakan
Tidak
dikerjakan
Biasanya
dikerjakan
Biasanya
yang
Normal
makula
bermakna
secara klinis
Tidak ada
atau NPDR
minimum
NPDR
Tidak ada
ringan
Ada
grid laser
hingga
dikerjakan
sedang
NPDR
Tidak ada
24
Terkadang
Jarang
Tidak
Ada
24
Terkadang
Biasanya
dikerjakan
Biasanya
Tidak ada
24
Terkadang
Jarang
Tidak
Ada
Tidak ada
24
24
Terkadang
Biasanya
Biasanya
Jarang
dikerjakan
Biasanya
Tidak
Ada
24
Biasanya
Biasanya
dikerjakan
Biasanya
berat
PDR risiko
rendah
PDR risiko
tinggi
26
PDR inaktif
Tidak ada
6 12
Tidak
Tidak
Biasannya
Ada
24
dikerjakan
Tidak
dikerjakan
Biasanya
Biasanya
dikerjakan
XII.
ANALISA KASUS
Pada kasus ini didapatkan diagnosis Moderate Nonproliferatif
Retinopati Diabetik dengan clinically significant makula edema (CSME)
dan Katarak Diabetika pada kedua mata berdasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjuang yang mengarah pada
diagnosis tersebut.
Anamnesis
Seorang wanita 43 tahun datang ke poli RSDK dengan penglihatan
kabur secara mendadak pada mata kanan dan kiri. Pandangan kabur
dirasakan terus menerus hingga pasien kesulitan untuk merias
pelanggannya. Penglihatan kabur dirasakan ketika membaca jarak jauh
maupun dekat. Penglihatan mata kanan kabur disertai seperti melihat kabut
(putih putih ). Penglihatan mata kirinya tidak disertai kabut namun
terdapat bintik bintik hitam. Mata hiperemis (-), nyeri/cekot-cekot (-),
lakrimasi (-), fotofobia (-), sekret mata (-), cephalgia (-). Pasien sudah
periksa mata di optik namun pandangan kabur tidak membaik dengan
kacamata bahkan semakin mumburuk. Pasien memiliki riwayat DM + 8
tahun tidak terkontrol. Pasien memiliki luka yang sulit sembuh pada tahun
2014, karena luka tersebut, pasien mulai kontrol teratur dan konsumsi obat
27
teratur. Dulu menggunakan obat 2 tablet ( metformin dan pasien lupa nama
obatnya ), sekarang menggunakan obat suntik (insulin) dan 1 obat tablet
(metformin). Riwayat Batuk lama hingga rutin kontrol untuk pengobatan
selama 9 bulan ( + dari februari hingga desember 2015 ). Ayah kandung
dan adik kandung juga menderita penyakit DM.
Pemeriksaan fisik : status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pemeriksaan oftalmologis
-
VOS = 6/20
ODS : papil N II : bulat, batas tegas, CDR 0.4 , warna kuning kemerahan
Vasa
Retina
: Hard exudat (+), Soft exudate (-), edema (+) Perdarahan dot
blot, flame shape (-), neovaskularisasi (-)
Makula
Penatalaksanaan
Pemberian terapi injeksi Anti Vascular Endothelial Growth Factor
dilakukan mengingat berbagai pertimbangan bagi pasien. Edukasi yang diberikan
kepada pasien bertujuan untuk mencegah progresivitas retionopati secara cepat
dan mempertahankan keadaan penglihatan sebaik mungkin.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Zhang X, Saadine JB, Chiu-Fang C, Cotch MF, Cheng YJ, Geiss LS, et al.
Prevalence of diabetic retinopathy in United States, 2005-2008. JAMA.
2010;304(6):649-56.
2. Pedersen ML, Jacobsen JL, Lynge AR. Micro- and macrovascular
complications among Greenlanders and Danes with type 2 diabetes
mellitus in Nuuk, Greenland. Int J Circumpolar Health. 2010; 69:195-207.
3. Manaviat MR, Rashidi M, Afkhami-Ardekani M, Shoja MR. Prevalence of
dry eye syndrome and diabetic retinopathy in type 2 diabetic patients.
BMC Ophthalmology. 2008;8:10. Downloaded from
http://www.biomedcentral.com/1471-2415/8/10.
4. Read O, Cook C. Retinopathy in diabetic patients evaluated at a primary
care clinic in Cape Town [scientific letter]. South African Med J.
2007;97:941-3.
5. Tam TKW, Lau CM, Tsang LCY, Ng KK, Ho KS, Lai TC.
Epidemiological study of diabetic retinopathy in a primary care setting in
Hong Kong. Hong Kong Med J. 2005;11:438-44.
6. Soewondo P, Soegondo S, Suastika K, Pranoto A, Soeatmadji DW,
Tjokroprawiro A. The DiabCare Asia 2008 study Outcomes on control
and complications of type 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indon.
2010;19(4):235-43.
7. Rahman K. Epidemiologi retinopati diabetika di Bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/Perjan RS Dr. M. Djamil
Padang. Majalah Kedokteran Andalas. 2002; 26:49-58.
8. American Diabetes Association. Diabetic retinopathy. Diabetes Care.
2002;25(supp1):590-3.
29
30