BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. F
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 19 Maret 2018
Usia : 11 Bulan 24 hari
Alamat : Kp Cikiray Kaler
Agama : Islam
Anak ke : 3 dari 3 bersaudara
Tanggal Masuk RS : 08-03-2019
Tanggal Pemeriksaan : 09-03-2019
Caregiver : Ibu
• Nama Ibu : Ny. E
• Usia : 38 thn
• Alamat : Kp Cikaray Kaler 5
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Pendidikan: SD
• Suku : Sunda
• Agama : Islam
• Sebagai caregiver
Identitas Orang Tua
• Nama Ayah : Tn. U
• Usia : 38 thn
• Alamat : Kp. Cikaray Kaler
• Pekerjaan : Buruh bengkel
• Pendidikan: SD
• Suku : Sunda
• Agama : Islam
• Pendapatan : ± Rp 1000.000-1500.000juta / bulan
Anamnesis
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal
8 Maret 2019
Keluhan Utama :
Pucat
Riwayat trauma
disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Ibu
Ny E
38 tahun
Tn U
38 thn
Kakak Pasien, 11
Kakak laki
laki laki, bulan 24
laki, 11
usia 9 hari
tahun
tahun
Riwayat Imunisasi
0 hari 6 bulan
Di berikan ASI
Durasi ± 10 menit
8 kali sehari, siang sore dan malam
6 bulan 11 bulan
Di berikan Makanan Pendamping ASI (dgn bentuk makanan
lumat)
Bubur buah, bubur saring, bubur cerelac
2-3 kali sehari
Riwayat Tumbuh Kembang
(0) – (-2)
11 bulan
BB :7.5Kg
PB : 70 cm
0-(-2)
11 bulan
BB :7.5Kg
PB : 70 cm
0-(-2)
11 bulan
BB :7.5Kg
PB : 70 cm
0-(-2)
LK : 42 cm
Normosefali
STATUS GIZI
• WFA : 0-(-2)
• LFA : 0-(-2)
• WFL : 0-(-1)
• Wajah : simetris
• Mata : air mata (+/+), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), pupil isokor 3/3mm,
refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
• Mulut : bibir tidak kering, mukosa oral basah, mukosa bibir pucat (+) palatum intak, coated tounge (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Ekstremitas : Ekstremitas lengkap, akral hangat, CRT < 3 detik, edema (-),
sianosis (-)
• Kulit : Turgor kulit baik, lesi kulit, ikterik (-)
• Thalasemia Mayor
• Status Gizi Baik menurut WHO
• Status Imunisasi lengkap menurut KEMENKES
• Status perkembangan sesuai menurut developmental milestones
DIAGNOSIS BANDING
Tinjauan Pustaka
Thalassemia
• Kelompok penyakit genetik dimana terjadi gangguan produksi rantai
globin
• Ketidakseimbangan antara produksi rantai globin α dan rantai globin β
Epidemiologi
• β-Thalassemia Intermedia
• Tidak perlu transfusi kronis saat bayi kemudian
sesekali perlu transfusi
• Eritropoiesis tidak efektif anemia mikrositik (kadar Hb
6-10 g/dL)
• Komplikasi seperti thalassemia mayor derajat
keparahan sesuai ketidakefektifan eritropoiesis
• Transfusi bila gejala klinis signifikan
β-Thalassemia Syndrome
• β-Thalassemia trait
• seringkali didiagnosis sebagai defisiensi besi
Pemeriksaan Defisiensi besi β-Thalassemia α-Thalassemia
MCV Rendah Rendah Rendah
RDW Tinggi Normal, tinggi Normal
Ferritin Rendah Normal Normal
Mentzer index >13 <13 <13
untuk anak
(MCV/jumlah
eritrosit)
Elektroforesis Hb Normal Peningkatan HbA2, Dewasa: normal
kemungkinan Neonatus: HbH
peningkatan HbF atau Hb Bart
Diagnosis β-Thalassemia
• Profil klinis + etnisitas pasien + hasil laboratorium
• Elektroforesis Hb
• CBC dan morfologi darah tepi
Diagnosis β-Thalassemia
Diagnosis β-Thalassemia
• Serum besi dan saturasi transferrin normal atau meningkat (meningkat
terutama pada anak yang telah berulang kali mendapatkan transfusi).
• Serum ferritin paling sering digunakan untuk diagnosa kelebihan zat besi.
• Kuantifikasi Variasi Hb Microcolumn chromatography
Diagnosis β-Thalassemia
• Radiologis
• pelebaran medulla akibat hiperplasia sumsum tulang
• penipisan korteks dan trabekulasi dan fraktur pada
tulang panjang, metacarpal, dan metatarsal.
• tengkorak AP/lat “hair on end”.
Komplikasi
Pada β-thalassemia, 70% kematian terjadi akibat komplikasi
jantung
• Kelebihan zat besi toksik
• Gagal tumbuh pada 30% pasien di negara maju dan
hampir seluruh pasien di negara berkembang
• Disfungsi endokrin
• Anemia
• Hipersplenism
• Penyakit hepar
Komplikasi
• Disfungsi endokrin
• kelenjar pituitari, tiroid, paratiroid, pankreas, dan gonad
• Pemeriksaan berkala deteksi
• 5 tahun DM
• 10-11 tahun Perawakan pendek
• Pemeriksaan toleransi glukosa, fungsi tiroid, serum kalsium, dan fosfat tiap tahun,
mulai usia 5 tahun
Komplikasi
• Gangguan tulang osteopenia dan osteoporosis
• DEXA SCAN: menilai BMD
• Evaluasi biokimia seperti serum kalsium, serum fosfat, serum
alkaline fosfatase: menilai defisiensi vit D, hipokalsemia
• Urin
• rasio kalsium:kreatinin >0,2
• rasio fosfor:kreatinin >0,6
Komplikasi
Zat besi
Deposisi zat
merusak sel,
besi pada Gagal
Akumulasi menginduksi
Kelebihan dinding jantung dan
zat besi proksidase
zat besi ventrikel, aritmia
bertambah lipid, dan
terutama ventrikuler
ruptur
ventrikel kiri
lisosom
• Deteksi awal
– serum ferritin
– pemeriksaan fungsi jantung seperti elektrokardiograf,
ekokardiograf, stress test, dan sebagainya
• T2 weighted cardia MRI menilai secara akurat derajat
kelebihan zat besi
Tatalaksana
1. Terapi Transfusi
2. Terapi Kelasi
3. Hidroksiurea
5. Splenektomi
6. Nutrisi
1. Terapi Transfusi
Indikasi memulai terapi :
• Tujuan : 1. Hb <7 g/dL diperiksa 2x berurutan
• 1. Menjaga hemoglobin jarak 2 minggu
pretransfusi 9,5-10,5 g/dL 2. Hb ≥ 7 g/dL disertai dengan gejala
• 2. ⬇ hepatosplenomegali klinis :
dengan mengurangi a. Facies Cooley
eritopoiesis b. Gangguan tumbuh kembang
• 3. ⬇ proses hemolitik c. Fraktur tulang;
• 4. ⬆ oksigenasi jaringan. d. Curiga adanya hematopietik
ekstrameduler (massa
mediastinum)
Transfusi = 10-15 ml/kg dengan kecepatan 3-4 ml/kg/jam tiap 2-4 minggu
Efek Samping
Kelebihan
Infeksi
Besi
2. Terapi Kelasi
Indikasi :
1. Deferoxamine 2. Deferasirox 1. Serum feritin ≥1000
ng/mL
2. Transfusi telah
dilakukan >10 kali
3. Konsentrasi besi hepar
3. Deferiprone > 3,2 mg/g.
Kombinasi Terapi Kelasi
• Indikasi :
• 1. Feritin ≥ 3000 ng/mL yang bertahan minimal selama 3 bulan
• 2. Adanya gangguan fungsi jantung/kardiomiopati akibat kelebihan
besi
Lebih HLA-
Kuratif
efektif match
Suplemen
Vitamin D Vitamin E
tasi
Asam
Folat
Diagnosis Prenatal
• Pemeriksaan sintesis rantai globin pada sampel darah janin dengan fetoskopi
(gestasi 18-20 minggu)
• Analisis DNA diambil dari sampel villi chorion (usia gestasi 9-12 minggu).
• Southern Blotting dari DNA menggunakan restriction fragment length polymorphism (RELPs)
• Polymerase chain reaction (PCR)
Deteksi dini
• Tujuan:
• mencegah perburukan/komplikasi dari Thalassemia mayor
• mendapatkan carrier & penyandang Thalassemia
• Program pada kelompok:
• Program UKS
• Medical check up
• Deteksi dini pada pasien anemia (ringan/berat) kronis sebelum gejala klinis yang
lain muncul; riwayat Thalassemia dalam keluarga
Deteksi dini
• Skrining retrospektif: deteksi dini pembawa sifat Thalassemia untuk
anggota keluarga pasien
• Anamnesis dan PF, pemeriksaan laboratorium tahap awal:
• Pemeriksaan darah: Hb, Ht, MCV, MCH,RDW, dan morfologi darah tepi
Teknik dan metode skrining
• Pemeriksaan nilai indeks eritrosit
Teknik dan metode skrining
• Elektroforesis Hb
- Peningkatan kadar HbA2 merupakan baku emas dalam menegakkan diagnosis karier thalassemia
- Subjek yang positif dalam skrining awal dengan nilai indeks eritrosit dikonfirmasi dengan penilaian
kadar HbA2
- Diagnosis ditegakkan bila kadar HbA2 >3,5%
• Analisis DNA
- Amplification Refractory Mutation System (ARMS) dapat mengkonfirmasi diagnosis pada 98,3% kasus.
Pemeriksaan ini relatif murah dan dapat digunakan untuk diagnosis pranatal.