Pembimbing:
dr. Margrette P. Fansiscus, Sp. M, MSc
Disusun Oleh:
Minati Puspawardani
112018020
........................................
.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Tempat/Tanggal lahir : 25 Maret 1996
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Tanggal pemeriksaan : 31 Januari 2020
Pemeriksa : Minati Puspawardani
II. ANAMNESIS
- Keluhan tambahan : Nyeri, mata perih, gatal, berair, sakit kepala, mual-
muntah disangkal
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Polikilinik Mata dengan keluhan tidak bisa melihat pada
mata kanan dan kiri sejak 1 tahun yang lalu. Mula-mula pasien mengaku
pandangannya buram, lalu semakin gelap dan tidak bisa melihat apapun.
Pasien mengaku selama ini hanya berobat ke pengobatan alternatif dan baru
pertama kali berobat ke dokter setelah ia merasa tidak bisa melihat sama
sekali. Keluhan pasien tidak disertai dengan nyeri, mata perih, gatal, berair,
sakit kepala, mual-muntah.
- Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat trauma pada mata dan konsumsi obat-
obat tertentu disangkal. Pasien mengaku sering mengkonsumsi minuman
beralkohol sejak lama. Riwayat DM, HT disangkal.
- Status Generalis :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 120/70 mmHg, HR 88x/menit, RR 20x/menit,
T 36.7˚C
Kepala : Normocephali
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax, Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Dalam batas normal
III. STATUS OPTHALMOLOGI
V. RESUME
Pasien Tn. P usia 24 tahun datang ke Polikilinik Mata dengan keluhan tidak bisa
melihat pada mata kanan dan kiri sejak 1 tahun yang lalu. Mula-mula pasien mengaku
pandangannya buram, lalu semakin gelap dan tidak bisa melihat apapun. Pasien
mengaku selama ini hanya berobat ke pengobatan alternatif dan baru pertama kali
berobat ke dokter setelah ia merasa tidak bisa melihat sama sekali. Keluhan pasien
tidak disertai dengan nyeri, mata perih, gatal, berair, sakit kepala, mual-muntah.
Riwayat trauma pada mata dan konsumsi obat-obat tertentu disangkal. Pasien
mengaku sering mengkonsumsi minuman beralkohol sejak lama. Riwayat DM, HT
disangkal. Pada pemeriksaan status opthalmologi :
VIII. TATALAKSANA
Medikamentosa
- Kortikosteroid
- Vitamin
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam Bonam Bonam
Ad Fungsionam Vitam Vitam
Ad Sanationam Vitam Vitam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Neuropati optik toksik yaitu suatu sindrom yang ditandai oleh kerusakan papillomakular
bundle, defek penglihatan skotoma sentral maupun sekosentral, dan defisit pada penglihatan
warna atau suatu kondisi yang ditandai oleh gangguan penglihatan yang disebabkan oleh toksin
yang merusak nervus optikus. Walaupun sindrom tersebut diklasifikasikan sebagai neuropati
optik, lesi primernya tidak selalu pada nervus optikus, namun bisa saja ditemukan pada retina,
Etiologi
Penyebab neuropati optik toksik yang sering diantaranya yaitu konsumsi metanol (alkohol
kayu), glikol etilen (antibeku otomotif), disulfiram (digunakan untuk mengobati alkoholisme
etambutol dan isoniazid (pengobatan TB), dan antibiotik seperti sulfonamid, linezolid dan
kloramfenikol, tembakau, alkohol dan faktor nutrisi juga merupakan penyebab dari neuropati
optik toksik. Biasanya faktor toksik dan nutrisi berperan bersamaan pada gangguan tersebut.1
Visual pathway bermula di retina, dan terdiri dari saraf optik, kiasma optikus traktus
optikus, lateral geniculate bodies, optic radiations dan korteks visual. Panjang saraf optik ± 45-
- Area intraocular dari nervus optik yang disebut diskus optik yang terbagi atas prelaminar
dan laminar ( ±1 mm )
Optic nerve head atau disebut papil berbentuk oval dengan diameter 1,5 mm dan aksis
vertikal yang lebih panjang. Aliran darah saraf optik dan papil sangat kompleks. Saraf optik,
anatominya bermula di diskus optikus tetapi menurut fisiologi dan fungsinya bermula di lapisan
sel ganglion retina. Saraf optik terdiri dari 1-1,2 juta ganglion sel akson. Kehidupan akson saraf
optik sangat tergantung pada produksi metabolik di dalam ganglion sel retina, merupakan suatu
sistem yang bergantung pada konsentrasi oksigen di dalamnya. Sistem transport aksonal sangat
peka terhadap proses iskemik, inflamasi dan kompresi. Terputusnya transport aksonal akibat
berbagai penyebab akan menyebabkan gangguan pada diskus optik dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan.2
Gambar 1. retina normal dilihat dari oftalmoskop.
Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual, lapisan ketiga dan terdalam
dari bola mata. Sebagaimana halnya nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun
secara fisik terletak di perifer dari sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari
retina adalah sel-sel reseptor sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras
penglihatan. Lapisan terdalam (neuron pertama) retina mengandung sel-sel fotoreseptor (sel
batang dan sel kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar
(lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan neuron ketiga). Sel-sel fotoreseptor
berperan untuk mengubah rangsang cahaya menjadi impuls saraf. Dari fotoreseptor, impuls
diteruskan ke sel bipolar kemudian ke sel ganglion. Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion
ini berjalan pada lapisan serat retina ke papila atau diskus optikus kemudian keluar dari bola
Diskus optikus merupakan tempat keluarnya persarafan bola mata, Pada bagian tengah
diskus optikus tersebut keluar cabang-cabang dari arteri retina sentral yang merupakan cabang
dari a.oftalmika dan vena retina sentral. Cabang dari arteri retina sentral berfungsi memberi
nutrisi ke permukaan anterior retina. Vena retina sentral mengalirkan darah dari retina ke diskus
optikus.
tubersinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu berkas
membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan kiri bergabung
menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal dari masing-
masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain
membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan
kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari sirkulus Willisi. Serabut saraf
yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual sedangkan serabut saraf
yang berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks
Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls
penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau traktus
tersebut mendapat vaskularisasi dari a. kalkarina yang merupakan cabang dari a. serebri
posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum lateral membawa impuls
lapang pandang bawah sedangkan serabut yang berasal dari lateral membawa impuls dari lapang
pandang atas.3
Gambar 3. jalur visual.
Banyak penyebab neuropati optik toksik dapat diidentifikasi melalui anamnesis riwayat
pasien. Gejala yang muncul biasanya progresif. Umumnya pasien datang dengan keluhan
hilangnya penglihatan yang bersifat simetris bilateral tanpa disertai nyeri. Beberapa pasien
awalnya datang dengan keluhan diskromatopsia terhadap warna tertentu, seperti warna merah
yang tidak terlalu terang. Biasanya melibatkan hanya satu mata pada tahap awal, yang kemudian
memberat dan akhirnya melibatkan mata yang lainnya. Pada neuropati optik toksik, dari
anamnesis dapat diketahui riwayat eksposur zat toksik atau obat yang dikonsumsi pasien,
riwayat keluarga, dan riwayat konsumsi makanan. Umumnya penderita mempunyai riwayat
mendapat terapi antibiotik atau agen kemoterapi, penyalahgunaan zat atau obat, atau mengalami
eksposur dari limbah industry. Gambaran saraf optik biasanya normal, tapi pembuluh darah di
peripapiler melebar dan terdapat perdarahan. Penurunan penglihatan dapat terjadi sebelum
Patofisiologi
Pada banyak kasus, penyebab optik neuropati toksik adanya gangguan suplai pembuluh
darah jaringan atau gangguan metabolisme. Konfigurasi yang tidak biasa dari suplai pembuluh
darah ke diskus optikus mungkin menjadi penyebab berakumulasinya zat toksik, namun hal
berat mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya optik neuropati nutrisional karena mereka
cenderung menjadi malnutrisi. Penyebab tersering neuropati toksik nutrisional yaitu karena
Alkohol, seperti tembakau memproduksi efek toksik melalui metabolik. Paparan alkohol
dalam tubuh secara kronis dapat menyebabkan defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Seiring
berjalannya waktu, defisiensi tersebut mengakibatkan berakumulasinya formic acid. Formic acid
dapat menginhibisi rantai transport elektron dan fungsi mitokondria, yang mengakibatkan
Sehingga, optik neuropati toksik sebenarnya yaitu optik neuropati mitokondrial yang didapat.1
Diagnosis Banding
gangguan penglihatan akibat kerusakan nervus optic yang disebabkan oleh adanya
defisiensi nutrisi. Gambaran klinis dan gejala neuropati umumnya sama dengan neuropati
optik toksik. Neuropati optik nutrisional terjadi utamanya berhubungan dengan adanya
piridoksin (vitamin B6), niacin (vitamin B3), riboflavin (vitamin B2), dan atau asam folat
telah dibuktikan dapat mengakibatkan terjadinya neuropati optik. Gejala klinik dan
patofisiologi dasar terjadinya penyakit hampir sama dengan neuropati optik toksik.
non-spesifik. Saat ini, terapi yang dianjurkan terbatas pada pemberian intensif vitamin
b. Neuritis optik akibat demielinasi, inflamasi, atau infeksi. Neuritis optik akibat
demielinasi, inflamasi, atau infeksi dapat terjadi simultan pada kedua mata, dan kadang
membingungkan dengan neuropati optik toksik. Defek lapang pandang keduanya mirip,
tetapi pada neuritis optik biasanya disertai nyeri dan atau edema diskus optik lebih dari
dan pemeriksaan laboratorium khusus untuk memastikan adanya infeksi sistemik dan
inflamasi.7,8
Tatalaksana
Terapi neuropati optik toksik tergantung pada agen toksik yang menyebabkan neuropati
optik toksik tersebut. Langkah pertama dalam terapi neuropati optik toksik karena metanol
adalah menghentikan penggunaan metanol. Selain itu, terapi dapat dilakukan dengan
hemodialisis dan metilprednisolon 1000 mg/hr selama 3 hari berturut-turut dan dilanjutkan
dengan prednison 1 mg/kgbb/ hari selama 11 hari selanjutnya dosis diturunkan sesuai kondisi
klinis. Tujuan hemodialisis adalah menghilangkan kadar metanol dari tubuh penderita dan untuk
mengeliminasi asam format. Hemodialisis dilakukan bila kadar metanol dalam darah lebih dari
50 mg/dL atau bila pH darah kurang dari 7,35. Pemberian metilprednisolon dan prednison
bertujuan untuk mengurangi edema papil saraf optik yang terjadi pada fase akut sehingga
diharapkan mencegah terjadinya kebutaan.9
Prognosis
Langkah pertama dalam terapi neuropati optik adalah menghentikan penggunaan agen
toksik yang dicurigai sebagai penyebab. Terapi neuropati optik toksik tergantung pada agen
toksik yang menyebabkan neuropati optik toksik tersebut. Terapi medis termasuk suplemen
multivitamin yang dibutuhkan pada neuropati toksik khususnya dengan ambliopia akibat
alkohol-tembakau.5,7
Penderita dengan neuropati optik toksik harus diobservasi setiap 4-6 minggu, dan
selanjutnya tergantung pada proses penyembuhannya, umumnya setiap 6-12 bulan. Tajam
penglihatan, pupil, nervus optik, penglihatan warna, dan lapangan pandang harus dinilai pada
setiap kunjungan. Penglihatan akan membaik secara bertahap lebih dari beberapa minggu,
pemulihan penuh membutuhkan waktu beberapa bulan dan selalu ada risiko defisit penglihatan
yang permanen. Tajam penglihatan biasanya membaik mendahului penglihatan warna,
berkebalikan dengan onset proses penyakit, dimana penglihatan warna biasanya lebih dahulu
memburuk dibanding tajam penglihatan.5,7
Kejadian morbiditas penyakit tergantung pada faktor risiko, etiologi penyebab, dan
lamanya gejala muncul sebelum mendapat terapi. Penderita dengan atrofi optik yang berat akan
mengalami kesulitan dalam perbaikan fungsi visual dibandingkan dengan penderita yang tidak
mempunyai perubahan patologis. Prognosisnya bervariasi tergantung pada agen toksik, total
eksposur sebelum terapi, dan derajat beratnya hilangnya penglihatan pada saat diagnosis
penyakit atau sebelum mendapat terapi awal.1,8
DAFTAR PUSTAKA
1. Sharma P, Sharma R. Toxic optic neuropathy Indian J Ophthalmol. 2011 Mar-Apr; 59(2):
137–141.)
2. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. The special senses. 12 th
ed. John Wiley & Sons, Inc. 2009. USA.
3. Chibis,W.G, Hillary A.B, James, J.T., John, S.B., Karla J., Shalesh K . Fundamentals
and Principles of Ophthalmology, Basic and Clinical Science Course, Sec. 2, AAO, San
Fransisco, 2008-2009. Hal 76-87.
4. Trobe JD. The neurology of vision. Optic Neuropathy. Oxford University Press, Inc.
2001. New York.
5. Chan JW. Nutritional adn toxic optic neuropathies in Optic nerve disorders. 1st ed..
Springer. New york ; 2007: 150-164.
6. Liu GT ,Volve NJ ,Galetta SL. Visual loss : Optic neuropathies in Neuro-ophthalmology,
Diagnosis and Management. W.B. Saunders company . Philadelphia. 2001 : 103-170.
7. Miller RN, Biousse V, Newman JN, Kerrison BJ. Toxic and deficiency optic
neuropathies in Walsh and Hoyt’s Clinical neuroophthalmology: the essential.2nd ed.
Lippincott Wiliiam and wilkins. Philadelpia ; 2008 : 202-210.
8. Kanski,Jack., Menon, Jay. Neuor-ophthalmology in Clinical Ophthalmology.ed.
Toronto. Butterworth Heinemann, 2003 :596-609.
9. Triningrat AA, Rahayu NM, Manuaba IB. Desember 2010. Visual acuity of methanol
intoxicated patiens before and after hemodialysis, methylprednisolone and prednisone
therapy. Jurnal Oftalmologi Indonesia. Vol 7 (4)
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/JOI%20Vol%207%20No%204%20Des%202010%20(AA%20Mas
%20Putrawati).pdf
Keracunan metanol adalah keracunan akibat mengkonsumsi metanol yang dapat mengakibatkan
gangguan pada papil saraf optik secara simetris, asidosis metabolik dan bahkan kematian. Gejala awal
keracunan metanol adalah gangguan pada tajam penglihatan. Gangguan tajam penglihatan umumnya
terjadi dalam 18 sampai 24 jam setelah minum/ terpapar metanol. Dampak keracunan metanol pada
setiap orang sangat bervariasi, dengan minimum lethal dose antara 300 sampai 1000 mg/kgbb. Dosis
minimum yang mengakibatkan kebutaan belum diketahui, namun pernah dilaporkan kebutaan terjadi
setelah minum metanol sedikitnya 4 ml. Penatalaksanaan keracunan metanol antara lain dengan
hemodialisis dan metilprednisolon 1000 mg/hr selama 3 hari berturut-turut dan dilanjutkan dengan
prednison 1 mg/kgbb/ hari selama 11 hari selanjutnya dosis diturunkan sesuai kondisi klinis.7 Tujuan
hemodialisis adalah menghilangkan kadar metanol dari tubuh penderita dan untuk mengeliminasi asam
format. Hemodialisis dilakukan bila kadar metanol dalam darah lebih dari 50 mg/dL atau bila pH darah
kurang dari 7,35. Pemberian metilprednisolon dan prednison bertujuan untuk mengurangi edema papil
saraf optik yang terjadi pada fase akut sehingga diharapkan mencegah terjadinya kebutaan.