Anda di halaman 1dari 17

Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkah Laku

Anak dalam Masa Tumbuh Kembang


Bernadus F. Elvas Wara
102015119
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Abstrak
Selama manusia hidup, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari segi fisik dan
mentalnya. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif. Perkembangan adalah proses
perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan.
Ada beberapa teori yang mengemukakan menegenai perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan
psikoseksual Freud, perkembangan psikososial Erikson, perkembangan kognitif piaget, dan perkembangan
moral Kohlberg. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka dewasa ketika mereka
sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya. Jika ada tahapan yang tidak terlewati, anak bisa mengalami
gangguan tingkah laku dan kepribadiannya. Untuk memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa
dilakukan terapi psikoterapi pada anak.
Kata kunci : Perkembangan psikoseksual, perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, perkembangan
moral, terapi psikoterapi.

Abstract
During human life, human growth and development in terms of physical and mental. Growth is a
process of quantitative change. The development is a process of change that is diproleh quality through the
process of learning, growth, and maturation. There are several theories that suggested someone menegenai
development, namely Freud's theory of psychosexual development, Erikson's psychosocial development,
cognitive development Piaget and Kohlberg's moral development. Each stage of this development must be
passed by children until they are adults when they are ripe in terms of physical and mental. If no steps are not
exceeded, the child may experience behavioral and personality disorders. To rectify this situation can impaired
behavior psychotherapy therapy in children.

Key Words : Psychosexual development, psychosocial development, cognitive development, moral development,
psychotherapy therapy.

Pendahuluan

1
Setiap manusia pasti akan mengalami siklus kehidupannya. Dimulai dari saat
terbentuknya janin dalam rahim, menjadi bayi, anak, remaja, dewasa, dan akhirnya menjadi
tua. Dalam siklusnya, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik yang
dapat dilihat secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. Pertumbuhan perubahan tubuh yang
bersifat kuantitatif dan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif. Dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan ini, banyak hal yang mempengaruhinya, seperti
faktor herediter, lingkungan, dan internal.1 Faktor ini yang nantinya akan menentukan akan
menjadi seperti apa seseorang. Tahap perkembangan dan pertumbuhan anak juga akan
berubah sesuai dengan tahapan usianya. Namun, tidak setiap manusia mengalami
perkembangan yang sempurna. Ada juga beberapa manusia yang mengalami gangguan
dalam perkembangannya, baik perkembangan fisik, maupun perkembangan mental dan
emosinya. Gangguan yang terjadi bisa terjadi karena berbagai macam faktor baik eksternal,
maupun internal.

Perkembangan Psikoseksual

Perkembangan psikoseksual menurut Freud, insting seksual yang semakindewasa


maka, fokusnya akan berpindah dari satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang lain dan
setiap perpindahan itu akan membawa individu ke tahap perkembangan psikoseksual yang
lebih tinggi.Perkembangan psikoseksual menurut freud di bagi menjadi 5 tahap:

1. Tahap oral (0-1 tahun)


Selama masa bayi sumber utama mencari kesenangan berpusat pada aktivitas oral
seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan berbicara. Anak boleh memilih dari
salah satu yang disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih
dapat memeberikan beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk
2. Tahap anal (1-3 tahun)
Ketertarikan selama tahun kedua kehidupan berpusat pada bagian anal saat otot-
otot sfingter berkembang dan anak-anak mampu menahan atau mengeluarkan
feses sesuai keinginan.Pada tahap ini suasana di sekitar toilet training dapat
menimbulkan efek seumur hidup pada kepribadian anak.
3. Tahap falik (3-6 tahun)
Selama tahap falik, genital menjadi alat tubuh yang menarik dan sensitif.Anak
mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan
tersebut. Pada periode ini terjadi masalah yang kontroversi tentang Cedipus dan
Electra kompleks, pelvis envy, dan ansietas terhadap kastrasi
4. Periode laten (6-12 tahun)

2
Selama periode laten anak-anak melakukan sifat dan keterampilan yang telah
diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan pengetahuan dan
bermain.
5. Tahap genital (12 tahun keatas)
Tahap signifikan yang terakhir dimulai pada saat pubertas dengan maturasi sistem
reproduksi dan produksi hormon-hormon seks. Organ genital menjadi sumber
utama ketegangan dan kesenangan seksual, tetapi energi juga digunakan untuk
membentuk persahabatan dan persiapan pernikahan.1

Perkembangan psikososial

Teori perkembangan kepribadian yang paling banyak diterima adalah teori


yang dikembangkan oleh Erikson (1963).Meskipun dibuat berdasarkan teori Freud,
teori ini dikenal sebagai teori perkembangan psikososial dan menekankan pada
kepribadian yan sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik.Erikson juga
menggunakan konsep-konsep biologis tentang periode kritis dan epigenesis,
menjelaskan konflik atau masalah inti yang harus dikuasai individu selama periode
kritis dalam perkembangan kepribadian. Pendekatan tentang kehidupan Erikson
terhadap perkembangan kepribadian terdiri atas delapan tahap; namun, hanya lima
yang berkaitan dengan masa anak sampai remaja, yaitu:

Percaya vs tidak percaya (lahir-1 tahun)


Hal pertama yang paling penting bagi perkembangan kepribadian yang sehat
adalah rasa percaya dasar. Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi
tahun pertama kehidupan dan menggambarkan semua pengalaman kepuasan
anak pada usia ini. Berkaitan dengan tahap oral Freud, saat ini merupakan saat
untuk mendapatkan dan mengambil apapun melaui semua indera. Hal ini hanya
terjadi dalam kaitannya dengan sesuatu atau seseorang; oleh karena itu asuhan
yang konsisten dan penuh kasih oleh orang yang berperan sebagai ibu
merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan rasa percaya.Rasa tidak
percaya terjadi jika pengalaman yang meningkatkan tidak terpenuhnya rasa
percaya atau jika kebutuhan dasar tidak dipenuhi secara konsisten atau adekuat.
Meskipun pecahan-pecahan rasa tidak percaya terjadi di seluruh kepribadian,
namun rasa percaya dasar terhadap orang tua membentuk rasa percaya terhadap
dunia, orang lain, dan diri sendiri.Hasilnya adalah kepercayaan dan optimisme.
Autonomi vs malu-malu dan ragu-ragu

3
Jika dikaitkan dengan tahap anal Freud, masalah autonomi dapat diartikan
dengan menahan atau merelakan otot sfingter.Perkembangan autonomi selama
periode todler berpusat pada peningkatan kemampuan anak untuk
mengendalikan tubuh mereka, diri mereka dan lingkungan mereka.
Mereka ingin melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, menggunakan
keterampilan motorik yang baru mereka peroleh seperti berjalan, memanjat, dan
memanipulasi, serta menggunakan kekuatan mental mereka dalam memilih dan
membuat keputusan. Pembelajaran yang mereka peroleh sebagian besar didapat
dari meniru aktivitas dan perilaku orang lain. Perasaan negatif seperti ragu dan
malu muncul ketika anak-anak diremehkan, ketika pilihan-pilihan mereka
membahayakan, atau ketika merek dipaksa untuk bergantung dalam beberapa
hal yang sebenarnya mereka mampu melakukannya.Hasil yang diharapkan
adalah kontrol diri dan ketekunan.
Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap falik Freud dan dicirikan dengan perilaku
yang instrisif dan penuh semangat, berani berupaya dan imajinasi yang
kuat.Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indera dan kekuatan
mereka.Mereka membentuk suara hati.Tidak lagi hanya dibimbing oleh pihak
luar, terdapat suara dari dalam yang memperingatkan dan mengancam. Anak-
anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktivitas yang bertentangan
dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain, dan dibuat merasa bahwa
aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga
menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak harus belajar mempertahankan rasa
inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah
arahan dan tujuan.
Industri vs inferioritas (6-12 tahun)
Tahap industri adalah periode laten dari Freud. Setelah mencapai tahap yang
lebih penting dalam perkembangan kepribadian, anak-anak siap untuk bekerja
dan berproduksi.
Mereka mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka lakukan
sampai selesai; mereka memerlukan dan menginginkan pencapaian yang nyata.
Anak-anak belajar berkompetisi dan bekerja sama dengan orang lain, dan
mereka juga mempelajari aturan-aturan. Periode ini merupakan periode
pemantapan dalam hubungan sosial mereka dengan orang lain.

4
Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang
diharapka dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka tidak dapat
memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk mereka. Kualitas ego yang
berkembang dari rasa industri adalah kompetensi.
Identitas vs kebingungan (12-18 tahun)
Berhubungan dengan periode genital Freud, perkembangan identitas dicirikan
dengan perubahan fisik yang cepat dan jelas. Rasa percaya terhadap tubuh
mereka yang sudah terbentuk sebelumnya mengalami kegoncangan, dan anak-
anak menjadi sangat terpaku dengan penampilan mereka di mata orang lain
dibandingkan dengan konsep diri mereka. Remaja berusaha menyesuaikan diri
dengan peran yang mereka mainkan dan mereka berharap dapat bermain dalam
peran dan gaya terbaru yang dilakukan oleh teman-teman sebaya mereka, untuk
mengintegrasikan konsep dan nilai-nilai mereka terhadap lingkungan, dan
pembuatan keputusan tentang okupasi. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan
konflik ini menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil dari penguasaan
yang sukses adalah kesetiaan dan ketaatan terhadap orang lain serta terhadap
nilai-nilai dan ideologi.1

Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan mental


anak. Menurut Piaget, anak-anak mencoba berusaha memahami hal-hal baru untuk
mengembangkan pola pikir anak dan jika pemahaman anak tidak tercapai, maka anak akan
berusaha untuk menyesuaikannya dengan cara membatasinya. Piaget mengidentifikasi 4
(empat) tahapan utama perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, pra-operasional,
operasional konkrit dan operasional formal.2

Tahap Sensorimotor (lahir 2 tahun)


Perkembangan kognitif bayi sampai kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya
mengandalkan observasi dari panca indera dan gerakan tubuh mereka.Satu tanda dari
perkembangan ini adalah memahami objek tetap / permanen. Bayi berkembang
dengan cara merespon kejadian dengan gerak refleks atau pola kesiapan. Mereka
belajar melihat diri mereka sebagai bagian dari objek yang ada di lingkungan.

Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)


Pra-operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan
memanipulasi simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan keterikatan

5
atau hubungan di antara mereka. Pemikiran atau sifat anak yang aneh /ganjil
menunjukkan fakta bahwa mereka pada umumnya tidak mampu menunjukkan
operations (eksploitasi) atau jika mereka bisa menunjukkan operation maka
keadaannya akan terbatas. Mental operations pada tahap ini sifatnya fleksibel dan
dapat berubah. Tahap pra-operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara lain :
egosentrisme, ketidakmatangan pikiran / ide / gagasan tentang sebab-sebab dunia di
fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang mereka wakili, kemampuan untuk
fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan
objek.
Tahap Concrete Operational (6 atau 7 th 12 tahun)
Pada tahap konkrit operasional, penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan
bukan merupakan aktivitas yang mudah.Konkrit operasional anak mengenal bahwa
ada hubungan antara angka-angka dan bahwa operasi dapat dilaksanakan menurut
aturan tertentu.Pada tahap ini anak menunjukkan permulaan dari kapasitas logika
orang-orang dewasa.Mereka mengerti aturan dasar dari logika. Bagaimanapun juga,
proses berfikir, atau operasi, pada umumnya melibatkan objek yang kelihatan
(konkrit) daripada ide yang abstrak. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai
berkurang. Kemampuan mereka untuk menggunakan peran dari orang lain dan
melihat dunia, dan mereka sendiri, dari perspektif orang-orang lain sudah berkembang
dengan pesat. Mereka mengenal bahwa orang melihat sesuatu dengan cara yang
berbeda, karena perbedaan situasi dan perbedaan nilai. Mereka dapat fokus pada lebih
dari satu dimensi pada beberapa waktu. Pada tahap ini juga sudah menunjukkan
pemahaman akan hukum kekekalan (konservasi).
Tahap Formal Operational ( 12 tahun ke atas)
Tingkat operasi formal merupakan tahapan terakhir dari skema Piaget, yang
merupakan tingkatan dari kedewasaan kognitif. Formal operational biasanyadimulai
pada masa pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun.Akan tetapi tidak semua anak
memasuki tingkatan ini pada saat pubertas, dan beberapa orang tidak pernah
mencapainya. Tugas utama pada tahap ini meliputi kemampuan klasifikasi, berpikir
logis, dan kemampuan hipotetis.3
Ada beberapa feature yang memberi remaja kapasitas lebih besar untuk memanipulasi
dan menghargai lingkungan luar dan dunia imajinasi yang mencakup pemikiran
hipotetis, penyelesaian masalah yang sistematis, kemampuan untuk menggunakan
simbol dan pemikiran deduksi. Remaja dapat memproyeksikan dirinya pada situasi
yang melebihi pengalaman mereka saat itu, dan untuk alasan itu, mereka terbungkus

6
dalam fantasi yang panjang.3

Perkembangan Moral

Secara sederhana, moralitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membedakan


yang benar atau baik dan yang salah atau buruk.Namun dalam kenyataan, tidaklah
sesederhana itu, karena konsep tersebut mencakup tiga aspek kemampuan seseorang, yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek perilaku. Seseorang dikatakan memiliki norma moral
yang tinggi, bila ia mempunyai kesadaran dan pengertian mengenai kebutuhan atau perasaan
orang lain, memiliki kepedulian dan mampu merasakan (affection, empathy) perasaan orang
lain, dan mampu mengungkapkan pengertian dan empati itu dalam perilakunya terhadap
orang lain. Menurut Kohlberg, perkembangan moral itu terjadi secara gradual melalui 6 fase,
menurut orientasi moralitas yang dominan digunakan :

a. Level penalaran pra-konvensional ( 0 - 9 tahun )


Pada tahap ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nila-nilai moral- penalaran
moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Aturan dikontrol
oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan
tingkah laku yang buruk akan mendapatkan hukuman.4
Fase 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan (Punishment and Obedience
orientation)
Fase ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang
dewasa menuntut mereka untuk taat
Fase 2 : Orientasi Individualisme dan tujuan (Satisfaction of own needs
orientation)
Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap
menghasilkan hadiah.4

b. Level penalaran Konvensional ( 9 13 tahun )


Penalaran konvensional menaati standar-standar internal tertentu, tetapi tidak menaati
standar-standar orang lain (eksternal) seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat
Fase 3 : Norma-norma Interpersonal (Good boy, good girl orientation)
Seseorang menghargai kebenaran/kepedulian/kesetiaan kepada orang lain
sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak
mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik
Fase 4 : Orientasi Moralitas Sistem Sosial (Law and Order Orientation)

7
Mulai ada pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.

c. Level Penalaran Pasca-konvensional ( 13 tahun meninggal )


Moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar
orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-
pilihan dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode4
Fase 5 : Orientasi Hak-hak Masyarakat versus hak-hak individual (Social
Contract Orientation)
Nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relative dan bahwa standar dapat
berbeda dari satu orang ke orang lain
Fase 6 : Orientasi Prinsip-prinsip etis universal (Universal Good Orientation)
Seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada
hak-hak manusia universal. Bila seseorang menghadapi konflik antara hukum
dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati.4
Faktor Biologis
Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik.
Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh
anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone seksual membuat remaja
menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada
kondisi fisiknya.Misalnya : remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat atau
poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.

Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan
fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik
tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture)
dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik
yang tidak proporsional.Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan
upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada
penyimpangan perilaku seksual.

Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, kadang-kadang


lebih cepatdaripada perkembangan badan.Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang
remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan
kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar
terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting

8
terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya telah
memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal
ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri.4

Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :

Perempuan

Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)

Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)

Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)

Menarche/menstruasi (10 16 tahun, kadang 7 thn)

Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)

Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

Laki-laki

Pertumbuhan testis (10 13,5 tahun)

Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 15 tahun)

Pembesaran badan (10,5 16 tahun)

Pembesaran penis (11 14,5 tahun)

Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)

Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)

Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

9
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat
dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu.
Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha
sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan
masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke
pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.

Faktor lingkungan

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, disatu pihak remaja
mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan
kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai memikirkan kehidupan secara mandiri,
terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa
remaja yang tersulitadalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang awalnya belum
pernah ada, juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga
dan sekolah.5
Untuk mencapai tujuan polasosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
penyesuaian baru. Ia harus mempertimbangkan pengaruhkelompok sebaya, perubahan dalam
perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru dan nilai-nilai baru memilihteman.

- Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak.
Umur 4 6 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut jenis
kelamin, peranan ibu dan ayah atau orang tua pengganti ( nenek, kakek dan orang
dewasa lainnya ) sangat besar. Peran sebagai wanita dan Pria harus jelas. Dalam
mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten , terbuka, bijaksana, bersahabat,
ramah, tegas, dan dapat lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah.
Masa remaja merupakan pengembangan identitas diri, dimana remaja berusaha
mengenal diri sendiri, ingin mengetahui bagaimana orang lain menilainya, dan
mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.5

10
- Lingkungan Sekolah
Pengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja adalah
lingkungan sekolah. Umumnya orang-tua menaruh harapan yang besar pada
pendidikan di sekolah, oleh karena itu dalam memilih sekolah orangtua perlu
mempertimbangkan hal sebagai berikut :
1. Susunan Sekolah
Prasyarat terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajar mengajar
adalah suasana sekolah, Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada
kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin
sekolah. Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja
yaitu dalam hal :
a. Kedisiplinan
Sekolah yang tertib dan teratur akan membangkitkan sikap dan
perilaku disiplin pada siswa. Sebaliknya suasana sekolah yang kacau dan
disiplin longgar akan berisiko, bahwa siswa dapat berbuat semaunya dan
terbiasa dengan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling menghormati,
cenderung brutal dan agresif.

b. Kebiasaan belajar
Suasana sekolah yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar
akan berpengaruh terhadap menurunnya minat dan kebiasaan belajar.
Akibatnya, prestasi belajar menurun dan selanjutnya diikuti dengan perilaku
yang sesuai dengan norma masyarakat, misalnya sebagai kompensasi
kekurangannya di bidang akademik,siswa menjadi nakal dan brutal.
Pengendalian diri
Suasana bebas di sekolah dapat mendorong siswa berbuat sesukanya tanpa
rasa segan terhadap guru. Hal ini akan berakibat siswa sulit untuk
dikendalikan , baik selama berada di sekolah maupun di rumah. Suasana
sekolah yang kacau akan menimbulkan hal-hal yang kurang sehat bagi remaja,
misalnya penyalahgunaan Napza,perkelahian, kebebasan seksual, dan tindak
kriminal lainnya.5

- Bimbingan Guru

11
Di sekolah remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, Orang tua dan
saratmya kurikulum sehingga dapat menimbulkan beban mental.Dalam hal ini peran
wali kelas dan guru pembimbing sangat berarti Apabila guru pembimbing sebagai
konselor sekolah tidak berperan, maka siswa tidak memperoleh bimbingan yang
sewajarnya.Untuk menyalurkan minat, bakat dan hobi siswa, perlu dikembangkan
kegiatan ekstrakurikuler dengan bimbingan guru.Dalam proses belajar mengajar, guru
tidak sekedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurilukum
tertulis (Written Curriculum), melainkan juga memberikan nilai yang terkandung
didalamnya (hidden curriculum), misalnya kersama, sikap empati, mau
mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap lain yang dapat membuahkan
kecerdasan emosional. Apabila guru tidak peduli terhadap hal tersebut, sulit
diharapkan perkembangan jiwa siswa secara optimal. Oleh sebab itu dalam upaya
mengoptimalkan perkembangan jiwa remaja di sekolah guru diharapkan :
Memperhatikan ,pendekatan yang berbeda.
Bersedia mendengarkan dan memperhatikan keluhan siswa individual ,karena
setiap siswa memiliki sifat, bakat,minat dan kemampuan
Memiliki kepekaan membaca kondisi batin ( mood ) siswa
Perilaku guru dapat dijadikan teladan bagi siswa.
Memperhatikan dan menciptakan rasa aman bagi seluruh siswa di sekolah.
Menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui proses pembiasaan misalnya sopan
santun , menghargai orang lain ,bekerja sama,mengendalikan emosi, kejujuran dan
sebagainya.
Berpikir positif ( positive thinking ) terhadap siswa
Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa
Bersikap sadar,dewasa dan terbuka dalam menilai perilaku siswa.
Memahami prinsip dasar perkembangan jiwa remaja agar dapat memahami dan
menghargai siswa
Menghindari sikap mengancam terhadap siswa.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasi kan diri
Mengendalikan emosi dan menyusuaikan diri dengan cara siswa berkomunikasi.5

- Lingkungan Teman Sebaya

12
Remaja lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya, Jadi dapat
dimengerti bahwa sikap, Pembicaraan, minat, Penampilan dan perilaku teman sebaya
lebih besar pengaruhnya daripada keluarga misalnya, jika remaja mengenakan model
pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka
kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok menjadi lebih besar
Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol. rokok atau zat adiktif
lainnya, maka remaja cenderung mengikuti tanpa mempedulikan akibatnya. Didalam
kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan dirinya. Disini ia dinilai oleh teman
sebayanya tanpa mempedulikan sanksisanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya
memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi
dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa
melainkan oleh teman seusianya, Disinilah letak berbahayanya bagi perkembangan
jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai
yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini cenderung tertutup
(closed group), dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompok nya dan
harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok, sikap, pikiran,
perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya.5
- Lingkungan Masyarakat
Dalam kehidupanya, manusia dibimbing oleh nilai-nilai yang merupakan
pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai yang baik harus diikuti,
dianut, sedangkan yang buruk harus dihindari, sesuai dengan aspek rohaniah dan
jasmaniah yang ada pada manusia, maka manusia dibimbing oleh pasangan nilai
materi dan nonmateri. Apabila manusia hendak hidup secara damai di masyarakat,
maka sebaiknya kedua nilai yang merupakan pasangan tadi diserasikan akan tetapi
kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa nilai materi mendapat tekanan lebih besar
daripada nilai non-materi atau spiritual. hal ini terbukti dari kenyataan bahwa sebagai
tolok ukur peranan seseorang dalam masyarakat adalah kebendaan dan kedudukan.
Lingkungan masyarakat terdiri dari Sosial Budaya dalam era globalisasi, dunia
menjadi sempit, budaya lokal dan budaya nasional akan tertembus oleh budaya
universal, dengan demikian akan terjadi pergeseran nilai kehidupan, kemajuan ilmu
Pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruhterhadap pesatnya informasi. Segala
sesuatu yang terjadi di muka bumi dengan sekejap diketahui oleh seluruh penghuni
bumi.Di rumah dan di sekolah, Orang tua dan guru, lebih banyak mengharapkan
nilai spiritual menjadi pegangan remaja.Namun, kenyataan membuktikan sebaiknya

13
ini karena yang diajarkan berbeda dengan yang dilihat di luar rumah dan di luar
sekolah.Remaja menjadi bingung, mana yang harus dilakukan.Situasi ini
menimbulkan konflik nilai yang dapat berakibat terjadinya penyimpangan perilaku,
seperti yang terlihat di masyarakat, misalnya waria, pergaulan bebas, mabuk, dan
homoseksualitas.Dalam era globalisasi pengakuan akan hak asasi manusia mulai
memesyarakat. Bagi Indonesia yang kini sedang dalam era reformasi, pelaksanaan
hak asasi manusia merupakan masalah tersendiri. Nilai sosial yang selama ini
diutamakan bergeser pada nilai individual. Bagi remaja yang sedang dalam masa
mencari identitas diri dan penyesuaian sosial, situasi Ini merupakan titik kritis, Bukan
tidak mungkin hal ini akan berakibat terjadinya konflik kejiwaan pada sebagian
remaja, Remaja akan merasakan adanya nilai kekolotan pada orang dewasadan
nilai inovatif atau Pembaharuan pada orang dewasa dan nilai inovatif atau
pembaharuan pada generasinya.5

Sementara itu ada tuntutan dari pihak orang dewasa agar remaja mengikuti
aturan budaya, kecemasan akan menghadapi hukuman, ancaman dan tidak adanya
kasih sayang merupakan dorongan yang menyebabkan remaja terpaksa mengikuti
tuntutan lingkungan budaya (socialized anxity) . Kalau kecemasan ini terlalu berat,
akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku. Remaja yang bersangkutan
jadi serba ragu, serba takut, dan dapat menjurus kepada keadaan cemas yang
patologis. Tetapi dalam kondisi yang tepat, Kecemasan ini mendorong remaja untuk
lebih bertanggung jawab, hati-hati dan menjaga tingkah lakunya agar selalu sesuai
dengan norma yang berlaku. Remaja dapat bertingkah laku normal sesuai dengan
harapan masyarakat.
Sebenarnya remaja sadar akan pentingnya kebudayaan sebagai tolok ukur
terhadap tingkah laku sendiri. Kebudayaan memberikan pedoman arah, persetujuan,
pengingkaran, dukungan, kasih sayang dan perasaan aman kepada remaja.Akan tetapi
mereka juga punya keinginan untuk mandiri. Inilah yang menyebabkan remaja
membuat tolak ukur mereka sendiri, yang berbeda dari tolak ukur orang dewasa,
Mereka membuat kebudayaan sendiri yang berbeda dari kebudayaan masyarakat
umumnya. Kebudayaan yang menyimpang inilah yang dikenal sebagai kebudayaan
anak muda (youth culture). Nilai yang dominan dalam budaya anak muda adalah
keunggulan dalam olah raga, disenangi teman, senang hura-hura senang pesta, tidak
dianggap pengecut, dan sebagainya.5

14
Dampak

Dampak dari gangguan kesehatan mental dalam pandangan psikososial

a) Low Self Esteem

Self esteem adalah evaluasi diri yang dibuat seorang individu, sikap
seseorang terhadap dirinya sendiri,dalam rentang dimensi positif-negatif.
Orang yang dengan Self esteem yang rendah akan mempengaruhi dia dalam
mengevaluasi dirinya atau dia akan mengevaluasi dirinya secara negatif.
Evaluasi diri yang negative akan menyebabkan keterampilan sosial yang tidak
memadai,kesepian, depresi dan kinerja lebih buruk.Contohnya, ketika masalah
muncul disekolah , di tempat kerja atau diantara teman akan terjadi penurunan
self esteem, dan akan terjadi peningkatan kecemasan dari individu tersebut.6

b) Depression and panic attacks.Serangan Panik muncul secara berulang dan


tidak terduga. Serangan-serangan panik melibatkan rekasi kecemasan yang
intens di sertai dengan sintom fisik,seperti jantung berdebar-debar,nafas
cepat,nafas tersengal atau kesulitan bernapas,berkeringat banyak dan rasa
lemas.Orang yang mengalami serangan panic akan mengalami perubahan
tingkah laku yang signifikan. Misalnya, menolak meninggalkan rumah atau
keluar kemasyarakat karena takut mendapat serangan lagi.6

Penatalaksanaan

Psikofarmakologi

Penggunaan obat untuk mengubah perilaku anak adalah controversial.Pengaruhnya


pada perilaku dipengaruhi oleh kematangan system saraf sentral, oleh factor-faktor intrapsikis
dan psikososial, oleh kepribadian atau karisma dokter yang meresepkannya, oleh masalahnya
itu sendiri, dan oleh lingkungan (penderita, orang tua, waktu hari pemberian). Obat-obat
stimulan seperti Metilfenidat , Dekstroamfetamin, dan Pemolin merupakan golongan
psikotropika yang digunakan untuk mengobati tanda-tanda dan gejala-gejala hiperaktivitas
defisit perhatian. Meskipun mekanisme kerjanya tidak seluruhnya jelas, obat ini terbukti

15
mampu menstimulasi, merangsang saraf sentral supaya meningkatkan kemampuan anak
untuk mengikuti berbagai situasi, memperbaiki situasi dikelas, dan meningkatkan penerimaan
social.Namun tetap stimulant ini harus digunakan secara bersama dengan terapi individu,
keluarga dan masyarakat, namun hal ini sering tidak dilakukan.

Beberapa orang tua menentang penggunaan obat psikotropik.Kalaupun


digunakan,harus sesingkat mungkin karena obat-obat psikotropik memiliki pengaruh
biokimia yang bermakna pada perkembangan anak, adalah penting untuk dokter memberikan
penjelasan yang tepat kepada orang tua dan anak tentang alasan pengobatan.7

Psikoterapi

Ada beberapa tipe psikoterapi perseorangan. Sebagian besar melibatkan


perkembangan persekutuan dengan penderita yang memberikan kesempatan untuk melihat
masalah-masalah terapi yang timbul. Anak yang lebih kecil sering mengungkapkan apa yang
menjadi perhatiannya dan masalah-masalah perkembangan dalam terapi permainan, cara-cara
khusus yang dirancang untuk membantu ekspresi simbolik dan metaforik individu. Anak
yang lebih tua dan remaja nampaknya lebih berperan serta dalam pembicaraan selama terapi.
Terapi dinamik dirancang untuk memahami motivasi psikologis masalah-masalah anak dan
untuk mengembangkan proses terapeutik yang didasarkan pada pemahaman tersebut. Terapi
perilaku digunakan untuk mengubah perilaku-perilaku positif dengan pemberian penguatan
positif dan negative secara konsisten.

Ada beberapa terapi keluarga, yaitu direktif, structural,strategic dan relasi-objek. Pada
masing-masing tipe, therapist bekerja terutama dengan keluarga untuk menanamkan
pengertian atau membantu mengorganisasi perubahan.Pendekatan direktif tertentu
,pelatihanmanajemen orang tua, sangat berguna dalam penanganan gangguan tingkah laku.
Pendekatan ini melibatkan pelatihan orang tua untuk merespon cara-cara spesifik dan
konsisten perilaku anak.

Terapi kelompok terutama berguna pada anak yang sedang menderita kemampuan
social yang kurang berkembang. Terapi kelompok untuk praremaja cenderung
menitikberatkan pada aktivitas terstruktur sampai ahli terapi dan anak-anak sama-sama dapat
menemukan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain dan mendapatkan cara-cara
untuk mengubahnya. Cara ini terutama merupakan pendekatan yang menguntungkan untuk
penanganan masalah-masalah social remaja.

16
Pada intinya, psikoterapi terutama menitikberatkan pada mendengar dan
mewawancarai ,namun diperlukan keterampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup
bagi therapist untuk bisa mencapai hasil yang optimal untuk kesembuhan pasien.7

Kesimpulan

Berkaitan dengan kasus seorang remaja putri yang malu bergaul dengan teman
sabayanya dapat disimpulkan bahwa adanya penyimpangan pada tahap perkembangan
psikososial menurut teori Erikson yang berdampak kekosongan pada diri anak ,merasa
kurang perhatian dan cenderung malu untuk bersosialisasi dengan lingkungan maupun teman
sebayanya. Penatalaksanaan yang paling baik dilakukan adalah dengan psikoterapi, terapi
kelompok dirasa cocok untuk kasus ini, namun peran orang tua dan dokter juga dibutuhkan
untuk mengawasi perkembangan anak dan supaya dapat menggali informasi dari anak
tersebut sehingga dapat dicapai hasil yang maksimal.

Daftar pustaka

1. Supartini Y, Ester M (editor). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.
2. Elvira D, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Cetakan ke-1. Jakarta : FKUI; 2010.P.
393-7.
3. Suparno P.Teori perkembangan kognitif. Yogyakarta: Kanisius; 2001.h.26-88
4. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak, Volume 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2002.h. 2319-21.
5. Santock JW. Adolescence perkembangan remaja. Edisi ke-6. Jakarta:
Erlangga;2003.h.82-4

6. Hidayat, Alimul AA.Pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;2006.

7. Bagian Ilmu Keshatan Anak. Hassan R, Alatas H, editor. Buku kuliah ilmu kesehatan
anak 1. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1988.

17

Anda mungkin juga menyukai