Anda di halaman 1dari 39

ASMA

PADA ANAK
Asma
Penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi
kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat
bervariasi.

Manifestasi Klinis
- Batuk
- Wheezing
- Sesak napas
- Dada tertekan timbul secara kronik atau
berulang
- Reversibel
- Cenderung pada malam/ dini hari
- Biasanya timbul jika ada pencetus

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
KARAKTERISTIK YANG MENGARAH
KE ASMA

• Bersifat episodik atau berulang


• Variabilitas : intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam.
Biasanya gejala lebih berat pada malam hari (nokturnal).
• Reversibilitas : gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat
pereda asma.
• Diawali oleh faktor pencetus (asap rokok, debu, cuaca dingin, infeksi, aktivitas fisik)
• Adanya riwayat atopi/alergi pada pasien atau keluarga.

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan stabil tanpa gejala : tidak ditemukan kelainan

• Keadaan sedang bergejala batuk atau sesak : terdengar wheezing (terdengar langsung) atau
terdengar dengan stetoskop.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Uji fungsi paru dengan spirometri

• Uji provokasi bronkus

• Uji inflamasi saluran respiratori

• Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
ALUR DIAGNOSIS
ASMA PADA ANAK

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
KLASIFIKASI ASMA
1. Asma bayi-baduta (bawah 2 tahun) 3. Asma usia sekolah (5-11 tahun)
Berdasarkan Umur
2. Asma balita (bawah lima tahun) 4. Asma remaja (12-17 tahun)
1. Asma tercetus infeksi virus 4. Asma terkait obesitas
Berdasarkan Fenotip 2. Asma tercetus aktivitas 5. Asma dengan banyak pencetus

3. Asam tercetus alergen

Berdasarkan Kekerapan 1. Asma intermiten 3. Asma persisten sedang


Timbulnya Gejala
2. Asma persisten ringan 4. Asma persisten berat

Berdasarkan Derajat 1. Asma serang ringan-sedang 3. Asma dengan ancaman henti napas
Serangan
2. Asma serangan berat
1. Asma terkendali penuh 2. Asma terkendali sebagian
Berdasarkan Derajat
Terkendali • Tanpa obat pengendali: asma intermitten 3. Asma tidak terkendali

• Dengan obat pengendali: asma persisten


1. Tanpa gejala 4. Serangan berat
Berdasarkan Keadaaan
2. Ada gejala 5. Ancaman gagal napas
Saat Ini
3. Serangan ringan-sedang

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
KRITERIA PENENTUAN DERAJAT
ASMA
Derajat Asma Uraian Kekerapan Gejala Asma

Intermitten Episode gejala asma < 6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu

Persisten ringan Episode gejala asma > 1x/bulan, < 1x/minggu

Persisten sedang Episode gejala asma > 1x/minggu, namun tidap setiap hari

Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir setiap hari

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
TAHAPAN PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Diagnosis: Asma

Dibuat sesuai alur diagnostik asma anak, kemudian diberi tatalaksana umum yaitu
pengendalian pencetus, pereda, dan tatalaksana penyakit penyulit.
• Diagnosis Kekerapan

Dibuat dalam waktu 6 minggu setelah dibuat diagnosis asma, dapat kurang dari 6 minggu bila
informasi klinis sudah kuat. Untuk menilai derajat kekerapan dengan lebih akurat, minimal pasien
sudah mengalami gejala asma selama 6 bulan.
• Diagnosis Derajat Kendali

Dibuat setelah 6 minggu menjalani tatalaksana jangka panjang awal sesuai klasifikasi kekerapan.

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
ANATOMI & FISIOLOGI
SISTEM RESPIRATORI
Hidung
■ Hidung Iuar berbentuk piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas sampai bawah: pangkal hidung,
dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela dan
lubang hidung
■ Kerangka tulang  tuIang hidung (os nasalis), prosesus
frontalis os nlaksila dan prosesus nasalis os fronta
■ Rongga hidung merupakan kavum nasi yang dipisahkan
oleh septum
■ Rongga hidung memiliki 4 dinding dan pada dinding
lateralnya terdapat 3 buah konka : konka superior,
konka media dan konka inferior
■ Rongga hidung  saluran respiratori primer pada saat
bernapas
Faring
■ 3 bagian yang terdiri dari nasofaring  bagian yang langsung berhubungan dengan rongga
hidung, kemudian dilanjutkan dengan orofaring dan terakhir adalah Iaringofaring
Laring
■ Terletak setinggi servikal ke-6
■ Fungsi : berperan pada proses fonasi dan sebagai katup untuk melindungi saluran respiratori
bawah
■ Organ ini terdiri dari tulang dan kumpulan tulang rawan yang disatukan olah ligamen dan
ditutupi oleh otot dan membran mukosa.
Trakea dan Bronkus
■ Trakea  bagian dari saluran respiratori yang
bentuknya seperti pipa, serta memanjang mulai dari
bagian inferior laring, yaitu setinggi servikal 6 sampai
daerah percabangannya (bifurkasio) yaitu antara
torakaI 5-7
■ Terdiri dari 15-20 kartilago hialin yang berbentuk
menyerupai huruf C
■ Trakea terbagi menjadi 2 bronkus utama bronkus
utama kanan dan kiri
■ Bronkus kemudian akan bercabang menjadi bagian
yang tebih kecil dan halus yaitu bronkiolus
Alveolus

■ Bronkiolus berakhir pada suatu struktur yang menyerupai kantung  alveolus

■ Alveolus mengandung 2 tipe sel utama sel tipe 1 yang membentuk struktur dinding alveolus
dan seI tipe 2 yang yang menghasilakn surfa ktan

■ Diameter : 0,I mm
Tujuan respirasi

■ Ventilasi paru  pertukaran gas antara udara di atmosfer dan alveolus paru

■ Pertukaran gas di dalam paru

■ Transpor oksigen dan karbondioksida dari darah dan cairan tubuh ke dalam sel dan
sebaliknya

■ Regulasi respirasi
Mekanika Ventilasi Paru
■ Paru dapat mengembang dan mengempis dengan 2 cara, yaitu:

1) Gerakan turun naiknya diafragma yang menyebabkan memanjang dan memendeknya

rongga dada

2) Gerakan naik turunnya tulang rusuk yang menyebabkan bertambah dan berkurangnya

diameter anteroposterior rongga dada


Mekanika Ventilasi Paru
Pernapasan normal yang tenang  gerakan diafragma

■ Selama inspirasi  kontraksi diafragma akan menarik permukaan bawah paru ke bawah

■ Ekspirasi diafragma berelaksasi, kemudian elastisitas paru, dinding dada, dan struktur abdomen
akan menekan paru

Pernapasan normal yang tenang  gerakan tulang rusuk

■ Inspirasi  tulang rusuk terangkat sehingga sternum tertarik ke depan menjauhi tulang belakang,
menyebabkan bertambahnya diameter anterioposterior
Mekanika Ventilasi Paru
Pernapasan yang berat/sulit  gaya elastisitas tidak cukup untuk dapat menyebabkan ekspirasi
cepat yang normal
■ Dibutuhkan kontraksi otot-otot perut untuk mendorong isi perut ke atas  menyebabkan bagian
bawah diafragma terdorong.
Dinamika Ventilasi Paru
■ Resistensi dinamis terdiri dari :

1. Resistensi saluran napas terhadap aliran udara yang masuk ke dalam paru

2. Resistensi jaringan paru (viskositas), yaitu resistensi yang timbul pada saat terjadi pergeseran
,antara satu bagian- jaringan dengan bagian yang lain.
Dinamika Ventilasi Paru
Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi saluran napas

1. Volume paru

■ Volume paru yang keciI cenderung menyebabkan paru kolaps dan menekan saluran respiratori
diameter saIuran respiratori berkurang sehingga ↑ resistensinya

■ Volume paru yang besar cenderung meningkatkan carikan radial, sehingga menambah panjang dan
diameter saluran respiratori.
Dinamika Ventilasi Paru
2. Otot poIos bronkiolus

■ Kontraksi otot polos bron kiolus (bronkokonstriksi) akan meningkatkan resistensi saluran
respiratori, sedangkan bronkodilasi menyebahkan ↓resistensi.

3. Perubahan diameter saluran napas

■ Perubahan diameter saIuran napas dapat disebabkan oleh adanya penyakit/ benda asing di
saluran respiratori.

4. Perubahan densitas dan viskositas gas


Volume Paru
– Volume tidal (tidal volume) – Volume cadangan ekspirasi (expiratory
■ volume udara yang diinspirasi dan reserve volume)
diekspirasi pada setiap pernapasan ■ volume udara tambahan yang dapat
normal; jumlah hanya kira-kira 500 dikeluarkan dari paru setelah
ml. ekspirasi maksimum; jumla hanya
biasanya kira- kira 1100 mI.
– Volume cadangan inspirasi (inspiratory
reserve volume) – Volume residu (residual volume)
■ volume udara tanmbahan yang masih ■ volume udara yang rersisa di dalanm
dapat masuk ke paru pada saat paru setelah ekspirasi paksa;
inspirasi maksimum; jumlahnya jumlahnya sekitar 1200 ml.
biasanya sekitar 3000 ml.
Kapasitas Paru
1. Kapasitas inspirasi (inspiratory
3. Kapasitas vital (vital capacity):
capacity)
 Volume cadangan inspirasi + volume tidal +
• volume tidal + volume cadangan volume cadangan ekspirasi. Kapasitas ini
inspirasi. Jumlahnya kira-kira 3500 ml merupakan jumlah maksimum udara yang
jumIah udara yang 'dapat diinspirasi dapat dikeluarkan dari paru oleh seseorang
seteIah ekpirasi normal, dan yang melakukan ekspirasi maksimal setelah
menyebabkan mengembangnya paru meIakukan inspirasi maksimal (jumIahnya
sampai maksimum. kira-kira 4600 mI).

2. Kapasitas residu fungsional (functional 4. Kapasitas paru total (total lung capacity)
residual capacity)  Kapasitas vital + volume residu. merupakan
volume maksimurn udara dalam paru yang
• volume cadangan ekspirasi + volume dikembangkan dengan upaya sebesar
residu. Kapasitas ini merupakan mungkin.
jumlah udara yang tersisa di paru pada
akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300
ml).
Volume dan kapasitas paru
Volume
Ventilasi Ruang rugi
respirasi
alveolar (dead space)
semenit
• Tujuan  memperbaharui • Bagian saluran respiratori
udara pada area yang tidak berperan
• Jumlah total udara baru pertukaran gas, yang daIam pertukaran gas :
yang keluar masuk terletak paling dekat hidung dan mulut, faring,
saluran respiratori setiap dengan peredaran darah laring, trakea, bronkus
menit. Volume respirasi paru, secara dan bronkiolus, serta
semenit rata- rata adalah berkesinambungan. bronkiolus terminalis,
sekitar 61/menit. disebut ruang rugi
• Area pertu karan gas  anatomis (anatomical
alveolus, sakus alveolus, dead space)
duktus alveolus, dan
bronkiolus respiratorik.
Patofisiologi Asma
Patofisiologi Asma
Patofisiologi Asma
TATALAKSANA ASMA PADA ANAK

TATALAKSANA NONMEDIKAMENTOSA
• Pengendalian lingkungan
• Penghindaran pencetus
• KIE pada penderita dan keluarganya

TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA
OBAT PEREDA (RELIEVER) OBAT PENGENDALI
• Meredakan serangan atau gejala (CONTROLLER)
• Mengatasi masalah dasar asma
asma • Mencegah serangan asma
• Digunakan seperlunya • Dipakai terus menerus dalam jangka
• SABA, antikolinergik, steroid waktu lama
sistemik • steroid anti-inflamasi inhalasi,
antileukotrien, kombinasi steroid–
agonis β2 kerja panjang, teofilin
lepas lambat, dan anti-
imunoglobulin E

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
• Bila suatu jenjang sudah berlangsung selama 6-8 minggu & asma belum
terkendali  STEP UP
• Bila suatu jenjang sudah berlangsung selama 8- 12 minggu & asma terkendali
penuh  STEP DOWN
• Pada Jenjang 4, jika belum terkendali  ditambahkan omalizumab
UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
ALUR TATALAKSANA
SERANGAN ASMA ANAK > 5
TAHUN
UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
SKEMA KEMUNGKINAN ASMA PADA BALITA

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
TATALAKSANA JANGKA PANJANG ASMA PADA
BALITA

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
ALUR TATALAKSANA SERANGAN ASMA PADA
BALITA

UKK RESPIROLOGI IDAI. Pedoman Nasional


Asma Anak. Edisi ke-2. 2016
PENCEGAH ■ SEKUNDER
(mencegah inflamasi pada anak yang telah

AN tersentisisasi)
– Menghindari pajanan asap rokok, serta
• PRIMER allergen dalam ruangan terutama tungau
debu rumah
(mencegah sensitisasi pada bayi dengan
risiko asma)
■ TERSIER
1. Menghindari asap rokok dan polutan
lain selama kehamilan & masa (mencegah manifestasi asma pada anak yang telah
perkembangan bayi/anak menunjukkan manifestasi penyakit alergi)
2. Diet hipoalergenik ibu hamil – Pemberian cetirizine selama 18 bulan 
pada anak atopi dan IgE spesifik terhadap
3. Pemberian ASI eksklusif serbuk rumput dan tungaua debu rumah
4. Diet hipoalergenik ibu menyusui menurunkan kejadian asma sebanyak 50%
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai