Anda di halaman 1dari 34

Oleh:

Alexander Dicky K. N
1218011008/1518012165

Pembimbing:
dr. Rani Himayani, Sp. M

Stase Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung ]
2017
Kegawatdaruratan dalam ilmu penyakit mata
• Keadaan di mana mata terancam akan kehilangan fungsi
penglihatannya atau akan terjadi kebutaan apabila tidak
dilakukan tindakan atau pengobatan sesegera mungkin,
karena suatu penyakit, kelainan, atau trauma.

Keluhan
• keluhan mata merah, mata lelah, mata sakit, melihat
ganda, tajam penglihatan yang menurun, pandangan
tertutup sesuatu, adanya kilatan pada lapang pandangan
dan adanya sakit kepala
Menentukan skala
Menentukan diferential
prioritas dari diagnosis/
diagnosis dari kasus
masalah pada
kegawatdaruratan mata
kegawatdaruratan mata

Membutuhkan
Membutuhkan kecepatan dalam
ketepatan dalam terapi menentukan diagnosis
klinis pada mata

Kemungkinan terburuk
dapat teratasi
Gawat darurat Gawat

•Trauma kimia (asam •Trauma radiasi


atau basa) •Trauma jaringan
•Oklusi arteri retina ekstra okular
sentralis •Trauma tumpul
orbita
•Trauma tajam orbita
•Glaukoma sudut
tertutup akut
•Infeksi
•Ablasio retina akut
• Penggalian informasi mengenai keluhan

Anamnesis
pasien, RPS, RPD, RPK
• Menggolongkan kasus gawat darurat,
gawat, atau bukan.

• Mengukur visus
• Gerakan bola mata
Pemeriksaan • Pemeriksaan bilik depan orbita
• Reflek pupil
khusus mata • Funduskopi
• Tekanan Intra Okular
• Lapang pandang
Pecah atau rusaknya sel
Bahan kimia yang bersifat
jaringan dengan timbulnya Mempemudah penetrasi
basa/ alkali memiliki pH
proses persabunan pada bahan kimia
yang tinggi
membran sel epitel kornea

Serat kolagen, stroma


NH, NaOH, kornea yang rusak akan
Pada kasus trauma kimia Ca(OH; menimbulkan tukak pada
basa yang berat PH>7,5 kornea dan dapat terjadi
perforasi kornea

Kerusakan sel goblet


Bila terjadi perforasi kornea,
konjungtiva bulbi, produksi Gangguan sekresi musin ini
bahan ini akan merusak
musim terganggu, sehingga juga dapat menimbulkan
vaskularisasi iris, badan
menimbulkan kekeringan air keratinisasi epitel kornea
siliar dan epitel lensa.
mata dan simblefaron.
Pada pemeriksaan
didapatkan;

Penurunan tajam Tampak membran sel


penglihatan epitel rusak hingga
hilangnya epite

pH bola mata Sindroma kekeringan


meningka air mata

konjungtiva dan
Simblefaron
sklera yang pucat,
(perlengketan
peningkatan atau
konjungtiva bulbi dan
penurunan tekanan
palpebra)
intra ocular (TIO).
 Irigasi dengan larutan saline minimal 30
menit
 Dianjurkan menggunakan pembuka palpebra,
periksa PH setiap 5- 10 menit. Irigasi sampai
Ph netral kembali (pH 6.8 – 7.4)
 Bila terdapat benda asing yang menyebabkan
pH tetap tinggi, harus segera diambil.
 Obat- obatan yang diberikan antara lain;
◦ EDTA
◦ Tetes mata sikloplegik untuk mengatasi spasme
badan siliar dan mengurangi sakit
◦ Salep mata antibiotik
◦ Obat anti glaucoma bila ditemui peningkatan TIO.
Keadaan ini dapat
Asam akan merusak dan
merupakan barier yang
memutus ikatan intramolekul Terjadi koagulasi protein
menghambat penetrasi zat
protein
ke intraocular

Akan menembus stroma


kornea sehingga berubah
Bila trauma disebabkan oleh
warna menjadi kelabu dalam
zat asam kuat
24 jam dan juga timbul Sulfat (H2SO4)2. As.
kerusakan pada badan siliar Hidrofluric (HF), as. Asetat
(CHCOOH), as.hidroklorat
(HCL).
Pada pemeriksaan
didapatkan;

pH cairan mata turun


30 menit setelah hipertermia
trauma

Kerusakan pada
kemosis (edema) membran endote,yang
konjungtiva bulbi digantikan dengan
jaringan fibrosa
Faktor penyebab
•Pada orang tua: thrombus atau emboli pada
penyakit hipertensi, penyakit jantung atau
kelainan karotis , infark miokard, diabetes
mellitus.
•Pada orang yang lebih muda disebabkan
oleh trauma, spasme pembuluh darah pada
penyalahgunaan obat, penyakit koagulopati
dan riwayat penyakit arteritis temporalis.
 Ditemukan mata tenang dengan penglihatan
yang tiba-tiba hilang (hitung jari sampai
lambaian tangan) tanpa disertai sakit.
 Defek pupil aferen
 Pemeriksaan fundus tampak retina memucat,
bercak cherry-red di fovea, tampak gambaran
emboli pada bifurcation arteriola retina, dan
gangguan lapang pandangan.
 Pemeriksaan lain yang pelu dilakukan untuk
mencari penyebab timbulnya oklusi arteri,
antara lain tekanan darah, pemeriksaan lab
lengkap, evaluasi arteri karotis, dan
pemeriksaan jantung.
 Penurunan TIO dengan azetazolamid 500 mf
iv atau 500 mg oral disertai timolol 0,5%
topical
 Parasintesis bilik mata depan
 Bila dicurigai terdapat giant cell arteritis
dapat dilakukan biopsy arteri temporalis serta
diberi terapi steroid baik oral maupun
intravena.
 Yang terbaru dapat dilakukan operasi dan
pemberian obat- obatan trombolisis
Trauma radiasi:
• Sinar ultraviolet dari matahari (solar retinopati) atau sinar infra merah.
• Pengamat gerhana matahari, pelaut, tukang las.
• Sinar diserap epitel konjungtiva, dan menembus kornea, serta dapat diabsorbpsi
oleh lensa sehingga timbul denaturasi protein lensa
• Gejala : fotofobia, blefarospasme, lakrimasi, pada pemeriksaan slit-lamp
terdapat infiltrate kornea.
• Terapi: analgetik dan steroid.

Trauma jaringan ekstra okular


• Trauma tajam atau tumpul yang mengenai kelopak dan jaringan ekstra okuler
dapat menimbulkan luka robek/ laserasi, sering disertai dengan kerusakan
sistem lakrimal mata, tendon kantus internus dan eksternus, septum orbita dan
aponeurosis levator palpebra.
• Dapat dilakukan dakriosistorinostomi
Trauma tumpul bola mata
•Edema kornea sehingga kornea menjadi keruh
dan penglihatan akan menurun
•Hifema di bilik mata depan pecahnya pembuluh
darah iris atau rusaknya pembuluh darah di
badan siliar
•Periorbital ekimosis, laserasi palpebra,
perdarahan subkonjungtiva, vossius ring,
subluksasi atau dislokasi lensa, rupture bola
mata, ablasio retina, dan neuropati optic
traumatic
Periorbital Ekimosis

Vossius Ring
 Menghentikan perdarahan dengan obat-obat anti
perdarahan
 Mengendalikan TIO
 Pemberian sikloplegik
 Bila terdapat hifema penuh dilakukan parasintesis
untuk mencegah naiknya TIO dan mencegah
inhibisi kornea.
 Bed rest total dengan tidur menggunakan bantal
tinggi (60º).
 Kedua mata dianjurkan untuk ditutup agar mata
dapat diistirahatkan.
 Bila terdapat ruptur bola mata atau ablasio retina,
harus segera dilakukan tindakan operatif sebagai
usaha untuk menyelamatkan bola mata dan fungsi
penglihatan.
 Dapat menimbulkan laserasi pada sklera atau
kornea -> Tindakan yang dilakukan adalah
penjahitan kembali di bawah mikroskop.
 Tetapi bila trauma tajam tersebut menembus
bola mata, dapat merusak susunan anatomik dan
fungsional jaringan intraocular.
 Trauma tembus dapat disertai atau tanpa
masuknya benda asing intraokular, gejala yang
timbul antara lain turunnya penglihatan karena
adanya kekeruhan pada media refrakta.
 Tekanan bola mata menurun karena cairan akuos
yang keluar melalui luka tembus atau bahkan
badan kaca dapat keluar
 Pemeriksaan radiologi foto orbita
menggunakan marker (ring atau lensa kontak
Comberg) untuk menentukan ada atau tidak
benda asing dan lokasi benda asing tersebut
berada di ekstra atau intraocular
 Pemeriksaan ERG untuk mengetahui fungsi
retina dan VER untuk melihat fungsi jalur
penglihatan ke pusat penglihatan.
 Pada penderita diberikan analgetik dan
sedative, serta antibiotika spektrum luas
intravena. Dapat juga disertai antibiotika intra
kamera atau intravitreal untuk mencegah
infeksi post trauma
 Pada kondisi ini tekanan bola mata naik
secara cepat dan tiba-tiba karena adanya
blok pada pupil sehingga menimbulkan
gejala-gejala akut:
◦ mata merah
◦ rasa sakit di mata
◦ pusing, mual sering disertai muntah
◦ penglihatan turun mendadak karena edema kornea
◦ terdapat gambaran halo atau pelangi saat melihat
lampu
◦ lumpuhnya sfingter pupil
◦ atrofi iris dan TIO yang sangat tinggi.
 Pemberian obat hiperosmotik secara intravena,
 asetazolamid oral dan khemolol
 timolol 0,5 % topikal
 miotika dapat diberikan bila tekanan sudah
menurun dengan tujuan untuk membuka sudut
irido korneal
 setelah TIO dapat terkontrol dianjurkan untuk
dilakukan terapi operatif
◦ iridotomi laser atau iridektomi perifer bila trabekulum
masih berfungsi baik
◦ bila fungsi trabekulum tidak berfungsi baik dilakukan
operasi filtrasi atau trabekulektomi.
Disebabkan oleh kuman Ditemukan edema
diplokokkus gram negatif kelopak, spasme, sakit,
aerob Neiseria hiperemis, konjungtiva,
gonorhoeae dan khemosis

Pada bayi ini berwarna


kuning dan kental dan
Terdapat sekret yang
terdapat pseudomembran
mukopurulen
pada permukaan
konjungtiva

Irigasi setiap 15 menit,


Berlangsung selama 6
pemberian antibiotik baik
minggu dan sering kali
sistemik dan topical
disertai pembesaran dan
(penicillin G disertai
rasa sakit kelenjar
sectinomisin atau
preaurikular
tetrasiklin).
Staphylococcus epidermidis dan
Penyakit yang memerlukan
Dapat terjadi karena trauma, Staphylococcus aureus, kuman
perhatian dan penanganan yang
infeksi, atau setelah operasi gram negative yang sering adalah
cepat dan tepat karena penyakit
intraokuler Proteus dan Pseudomonas
ini menyebabkan kebutaan total.
aeruginosa.

Berjalan lambat, tidak ada rasa Rasa sakit pada mata dan
sakit dan gejala yang timbul turunnya tajam penglihatan
ringan, iridosiklitis dan vitritis Endoftalmitis yang dalam 24-72 jam, edema kelopak
yang progresif yang tidak mata, kemosis konjungtiva dan
disebabkan jamur
bereaksi dengan pemberian obat kekeruhan baik pada kornea dan
anti radang badan kaca
 Bila visus pada saat datang masih hitung jari
sampai lambaian tangan, maka dilakukan
penyuntikan antibiotika intravitreal.
 Bila visus saat datang hanya persepsi cahaya,
sangat dianjurkan untuk melakukan operasi
vitrektomi untuk mengeluarkan kuman dan
badan kaca.
 Peradangan jaringan ikat yang terdapat di rongga
orbita. Biasanya disebabkan oleh peradangan
pada kelopak mata atau kelenjar air mata
ataupun melalui pembuluh darah (bakterimia).
 Pneumococcus sp, Staphylococcus sp, dan
Streptococcus sp, sedangkan jamur dan sarkoid
menyebabkan selulitis orbita kronik.
 Gejala:
◦ Febris
◦ visus menurun atau dobel
◦ rasa sakit pada perabaan,
◦ kelopak mata dan konjungtiva hiperemis dan edem,
◦ konjungtiva kemosis dan proptosis,
◦ sakit hebat pada pergerakan bola mata.
◦ Terdapat malaise dan keadaan umum pasien buruk
 Penderita harus dirawat di rumah sakit dan
diberikan antibiotika dosis tinggi im dan iv.
 Selulitis orbita ini suatu kondisi yang gawat
karena dapat menyebabkan thrombosis sinus
cavernosis, meningitis, abses otak yang dapat
mengancam jiwa penderita.
 lLpasnya lapisan fungsional retina dari epitel
pigmen retina. Akibatnya akan terjadi
degenerasi dan atrofi sel reseptor retina.
 Predisposisi antara lain adalah trauma, minus
tinggi, penyakit seperti diabetes mellitus
yang tidak terkontrol, atau penyakit infeksi
sistemik lainnya.
 Gejala:
◦ turunnya tajam penglihatan, terutama bila makula
sudah terlibat
◦ timbulnya floaters, fotopsia, pandangan seperti
melihat tirai yang tertutup.
 Pemeriksaan retina terlihat berwarna abu-abu
dan pembuluh darah retina berkelok-kelok
seperti gelombang sesuai dengan retina yang
terangkat.
 Tekanan bola mata lebih rendah dari normal.

 Penanganan ablasi retina, pasien harus


dirujuk ke dokter mata, dan dirawat untuk
segera dilakukan operasi.
 Operasi pengembalian letak retina, baik itu
dengan metode skleral buckling atau pars
plana vitrektomi

Anda mungkin juga menyukai