Anda di halaman 1dari 66

PRESENTASI KASUS PORTOFOLIO

TRAUMA KIMIA PADA MATA


ASRIAN HENDIANI
Pembimbing : dr. Hj. Ani Ruliana
Identitas Pasien
• Nama : Tn. D
• Jenis kelamin : Laki – laki
• Umur : 57 tahun
• Alamat : Sukorejo, PNG
• Pekerjaan : Petani
• No. RM : 436xxx
• Pembayaran : Umum
KELUHAN UTAMA
Mata kanan dan kiri
tersemprot cairan
pestisida
Anamnesis - RPS
• Pasien datang dengan keluhan mata kiri
dan kanan tersemprot cairan pestisida
kurang lebih 15 menit sebelum masuk
RS. Perih (+), pengelihatan kabur (+),
keluar cairan bening terus menerus dari
mata.
• Kronologi kejadian : pasien sedang
mencoba memperbaiki alat penyemprot
pestisida dihadpkan ke wajah pasien
kemudian tersemprot pestisida. Mual (-),
muntah (-), nyeri kepala (-).
Anamnesis – RPD & RPK
RPD :
• Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
• Riwayat HT (-)
• Riwayat DM (-)
• Penyakit mata (-)

RPK :
• Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang
sama dengan pasien
Pemeriksaan Fisik (1)
• KU : Kompos Mentis, tampak sakit,
status gizi cukup
• GCS : E4V5M6
• TD : 120/80 mmHg
• Nadi : 90x/menit
• RR : 18x/menit
• Suhu : 36,5 °C
Pemeriksaan Status Oftalmologi
• Pemeriksaan Umum

OD Pemeriksaan OS
Tenang Keadaan Sekitar Tenang
Mata
Merah Keadaan Umum Merah
Mata
Simetris Posisi Bola Mata Simetris
Bebas ke segara Pergerakan bola Bebas ke segara
arah Mata arah
Oculli Dextra Pemeriksaan Oculli
(OD) Sinistra (OS)
4/60 Visus 4/60
Normal Proyeksi Normal
Sinar
Tidak Proyeksi Tidak
dilakukan Warna dilakukan
Pemeriksaan OD OS Penilaian
1. Sekitar mata Kedudukan Kedudukan Simetris, scar (-)
(supersilia) alis baik, scar alis baik,
(-) scar (-)
- Gerakan bola N N Baik ke segala arah
mata

2. Palpebra Superior dan Inferior


- Pasangan N N Simetris
- Gerakan N N Ptosis (-), spasme (-)
- Kulit N N Blefaritis (-)

- Tepi kelopak N N Trikiasis (-), entropion (-),


ekstropion (-)
3. Konjungtiva Palpebra Superior dan Inferior
- Hiperemis + +
- Folikel Tidak ada Tidak ada
- Papil Tidak ada Tidak ada
- Sikatriks Tidak ada Tidak ada

4. Konjungtiva Bulbi
- Injeksi Konjungtiva + +

- Injeksi Siliar Tidak Tidak


- Injeksi Pericorneal Tidak Tidak

- Perdarahan Tidak ada Tidak ada


Subkonjungtiva

- Pterigium Tidak ada Tidak ada


5. Kornea
- Kejernihan Tidak ada defek Tidak Terdapat
defek
- Edema Ada Ada
- Uji Flurosensi - - Tak dilakukan
- Placido - - Tak dilakukan

6. Camera oculi anterior


- Kedalaman Dalam Dalam
- Isi Jernih Jernih
7. Iris
- Warna Coklat Coklat Coklat
- Pasangan Simetris Simetris Simetris
- Bentuk Bulat Bulat Bulat, reguler
- Nodul Iris Tidak ada Tidak ada
- Sinekia Posterior Tidak Ada Tidak ada
8. Pupil
- Ukuran Ø 3 mm Ø 3 mm Pada ruangan
dengan cahaya
cukup, N= Ø 3-5
mm
- Bentuk Bulat Bulat Isokor
- Tempat Sentral Sentral Sentral
- Tepi Reguler Reguler Dbn
- Reflek direct + + Dbn
- Reflek indirect + + Dbn
9. Lensa
- Ada/tidaknya Ada Ada Afakia (-)
lensa
- Kejernihan Jernih Jenih Dbn
- Letak Sentral, belakang Sentral, belakang Dbn
iris iris
- Shadow Test - -
10. Fundus Oculi
- Refleks Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Palpasi
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
- TIO Normal Normal
12. Kampus Visi

- Tes konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


DIAGNOSIS
Trauma Basa ODS
TERAPI
• Irigasi NaCl 500 cc ODS
• Amoxiciline 3 x 1
• Mefinal 3 x 1
• KIE untuk kontrol ke poli mata
Identitas Pasien
• Nama : An. GS
• Jenis kelamin : Laki – laki
• Umur : 9 tahun
• Alamat : Tegalombo, Pacitan
• Pekerjaan : Pelajar
• No. RM : 438xxx
• Pembayaran : Umum
KELUHAN UTAMA
Mata kanan terkena
spirtus
Anamnesis - RPS
• Pasien datang dengan keluhan mata
kanan terkena spirtus 3 jam sebelum
datang ke RS. Pasien merasakan
nyeri (perih) dan pandangan kabur.
Pandangan kabar mendadak.
• MOI : pasien sedang bermain dengan
spirtus yang dinyalakan kemudian
tersembur.
Anamnesis – RPD & RPK
RPD :
• Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
• Penyakit mata (-)

RPK :
• Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang
sama dengan pasien
Pemeriksaan Fisik (1)
• KU : Kompos Mentis, tampak sakit
sedang, status gizi cukup
• GCS : E4V5M6
• BB : 15 kg
• Nadi : 90x/menit
• RR : 20x/menit
• Suhu : afebris
Pemeriksaan Status Oftalmologi
• Pemeriksaan Umum

OD Pemeriksaan OS
Edema Keadaan Sekitar Tenang
Mata
Merah Keadaan Umum Tenang
Mata
Simetris Posisi Bola Mata Simetris
Bebas ke segara Pergerakan bola Bebas ke segara
arah Mata arah
Oculli Dextra Pemeriksaan Oculli
(OD) Sinistra (OS)
1/tak hingga Visus 6/60
Normal Proyeksi Normal
Sinar
Tidak Proyeksi Tidak
dilakukan Warna dilakukan
Pemeriksaan OD OS Penilaian
1. Sekitar mata Kedudukan Kedudukan Simetris, scar (-)
(supersilia) alis baik, scar alis baik,
(-) scar (-)
- Gerakan bola N N Baik ke segala arah
mata

2. Palpebra Superior dan Inferior


- Pasangan N N Simetris
- Gerakan N N Ptosis (-), spasme (-)
- Kulit N N Blefaritis (-)

- Tepi kelopak Bulu mata N Trikiasis (-), entropion (-),


terbakar ekstropion (-)
(+)
3. Konjungtiva Palpebra Superior dan Inferior
- Hiperemis + -
- Folikel Tidak ada Tidak ada
- Papil Tidak ada Tidak ada
- Sikatriks Tidak ada Tidak ada

4. Konjungtiva Bulbi
- Injeksi Konjungtiva + -

- Injeksi Siliar Tidak Tidak


- Injeksi Pericorneal Tidak Tidak

- Perdarahan Tidak ada Tidak ada


Subkonjungtiva

- Pterigium Tidak ada Tidak ada


5. Kornea
- Kejernihan Keruh berwarna Tidak Terdapat
putih defek
- Edema - -
- Uji Flurosensi - - Tak dilakukan
- Placido - - Tak dilakukan

6. Camera oculi anterior


- Kedalaman tdn Dalam
- Isi tdn Jernih
7. Iris
- Warna tdn Coklat Coklat
- Pasangan tdn Simetris Simetris
- Bentuk tdn Bulat Bulat, reguler
- Nodul Iris tdn Tidak ada
- Sinekia Posterior tdn Tidak ada
8. Pupil
- Ukuran tdn Ø 3 mm Pada ruangan
dengan cahaya
cukup, N= Ø 3-5
mm
- Bentuk Tdn Bulat Isokor
- Tempat Tdn Sentral Sentral
- Tepi Tdn Reguler Dbn
- Reflek direct Tdn + Dbn
- Reflek indirect Tdn + Dbn
9. Lensa
- Ada/tidaknya Tdn Ada Afakia (-)
lensa
- Kejernihan Tdn Jenih Dbn
- Letak Tdn Sentral, belakang Dbn
iris
- Shadow Test - -
10. Fundus Oculi
- Refleks Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Palpasi
- Nyeri tekan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- TIO Tidak dilakukan Tidak dilakukan
12. Kampus Visi

- Tes konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


DIAGNOSIS
Trauma Asam OD
TERAPI
• Tetes pantocain 2 tetes  irigasi menggunakan NaCl
• Putih – putih pada kornea dibersihkan dengan cotton
buds  berhasil  visus 6/60
• Kloramfenicol salp mata 2 x 1
• Levofloxacin tetes mata 6 x 1 tetes
• Vitamin c 1 x 250 mg
• Metilprednisolone 3 x 4 mg
• Sanmol 3 x ½ tablet
TRAUMA PADA MATA
TRAUMA KIMIA (ASAM BASA)
EPIDEMOLOGI
• CDC tahun 2000  1 juta orang di AS mengalami
gangguan penglihatan akibat trauma.
• 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata
• 50.000 menderita cedera serius yang mengancam
penglihatan.
• > 2000 pekerja di AS menerima pengobatan medis
karena trauma mata pada saat bekerja.
• Dari data WHO  trauma okular berakibat :
• kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang
• 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral
• 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata.
ETIOLOGI
• Trauma kimia  bahan-bahan yang tersemprot atau
terpercik pada wajah.

Trauma Asam PH < 7


Trauma
Kimia
Trauma Basa PH > 7
PATOFISIOLOGI
TRAUMA ASAM

Molekul hidrogen
merusak
Ion hidrogen permukaan okular
dengan mengubah
pH
Trauma
Asam
anion merusak
dengan cara
anion denaturasi protein,
presipitasi dan
koagulasi.
• Koagulasi protein  mencegah penetrasi yang lebih
lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground
glass dari stromakorneal yang mengikuti trauma akibat
asam.
• Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat
kimia asam cenderung lebih ringan dari pada trauma
yang diakibatkan oleh zat kimia basa.
• Bahan kimia asam yang mengenai jaringan  denaturasi
dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya,
karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan
asam serta adanya presipitasi protein maka
kerusakannya cenderung terlokalisir.
• Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan
presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang
seluruh epitel kornea terlepas.
• Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan
proteoglikan dikornea. Bila trauma diakibatkan asam
keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.
Bahan bersifat Asam
• Asam sulfat, asam sulfit, asam hidrklorida, zat
pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat,
asam hidroflorida.
• Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan
penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan
pembersih yang kuat.
• Asam hidroflorida adalah satu pengecualian.
• Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel,
seperti alkali.
• Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan
menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan
kalsium dan magnesium membentuk insoluble
complexes.
• Nyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari
immobilisasi ion kalsium  stimulasi saraf dengan
pemindahan ion potassium.
• Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki
sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada
jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik.
• Koagulasi protein yang
berlaku pada mata
akibat trauma asam, dan
menimbulkan kekeruhan
pada kornea, dimana
yang nantinya akan
cenderung untuk masuk
kebilik depan mata dan
bisa menimbulkan
katarak.
• Mata yang pada bagian konjungtiva bulbi yang hiperemis
dan pupil yang melebar karena peningkatan tekanan
intraokular.
TRAUMA BASA
• Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam
• Basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana
dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk
ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.
• Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata
apabila dilihat dari luar. Namun,apabila dilihat pada bagian
dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu
kegawatdaruratan.
• Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai
retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
• Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen
kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi
proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.
Bahan Kimia bersifat Basa
• NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin lemari
es, sabun, shampo, kapur, semen, tiner, lem, cairan
pembersih dalam rumah tangga, soda kuat.
• Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai
oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang timbul setelah
terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan.
Trauma Basa menurut Thoft
• Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus
(prognosis sangat baik)
• Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang
masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus
(prognosis baik)
• Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut
dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah terdapat ½
iskemik limbus (prognosis kurang)
• Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih
dari ½ limbus (prognosis sangat buruk)
DIAGNOSIS
Trauma Asam Basa pada Mata
Anamnesis
• Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah
tersiram cairan atau tersemprot gas pada mata atau
partikel-partikelnya masuk ke dalam mata.
• Perlu diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana
terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau
akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan
terjadinya trauma tersebut.
• Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah
cedera atau saat cedera terjadi. Onset dari penurunan
visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara
tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur
merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai
adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat
salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai
mata yang terkena zat kimia sudah terigasi dengan air
dan pH permukaan bola mata sudah netral.
• Obat anestesi topikal atau local sangat membantu agar
pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum
dilakukan pemeriksaan.
• Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan
perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan
keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra
okular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi,
peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan
berulang.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata
adalah pemeriksaan pH bola mata secara berkala dengan
kertas lakmus.
• Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH
normal pH 7.0 – 7.2
• Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit
lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka
• Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek.
• Tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular.
TATALAKSANA
EMERGENCY
Trauma Asam Basa pada Mata
Irigasi
• Spekulum kelopak mata dan anestetik topikal dapat
digunakan sebelum dilakukan irigasi.
• Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin
selama minimal 30 menit.
• Jika hanya tersedia air non steril, maka air tersebut dapat
digunakan.
• Larutan asam tidak boleh digunakan untuk menetralisasi
trauma basa.
• Tarik kelopak mata bawah dan eversi kelopak mata atas
untuk dapat mengirigasi fornices.
Ukur pH
• Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi dihentikan,
ukurlah pH dengan menggunakan kertas lakmus.
• Irigasi diteruskan hingga mencapai pH netral (pH=7.0)
• Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva fornices diswab
dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator
atau glass rod.
• Penggunaan Desmarres eyelid retractor dapat membantu
dalam pembersihan partikel dari fornix dalam.
Trauma kimia derajat Sedang
• Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%)  mencegah
spasme silier dan memiliki efek menstabilisasi
permeabilitas pembuluh darah dan mengurangi inflamasi.
• Antibiotik topikal spektrum luas (profilaksis)  tobramisin,
gentamisin, ciprofloxacin, norfloxacin, basitrasin,
eritromisin
• Analgesik oral
• Jika terjadi peningkatan TIO > 30 mmHg dapat diberikan
Acetazolamid (4x250 mg atau 2x500 mg ,oral),
betablocker (Timolol 0,5% atau Levobunolol 0,5%).
• Air mata artifisial.
• Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan
intraocular. Peningkatan tekanan intraocular bisa terjadi
sebagai komplikasi lanjut akibat blockade jaringan
trabekulum oleh debris inflamasi.
• Diberikan pressure patch di setelah diberikan obat tetes
atau salep mata
• Dapat diberikan air mata artifisial.
Trauma kimia derajat Berat
• Rujuk ke RS
• Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing
• Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali
sehari.
• Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari;
eritromisin 2-4 kali sehari)
• Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1%
4-9 kali per hari). Steroid dapat mengurangi inflamasi dan
infiltrasi netrofil yang menghambat reepitelisasi. Hanya boleh
digunakan selama 7-10 hari pertama karena jika lebih lama
dapat menghambat sintesis kolagen dan migrasi fibroblas
sehingga proses penyembuhan terhambat, selain itu juga
meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis kornea (keratolisis).
Dapat diganti dengan non-steroid anti inflammatory agent.
Medikamentosa
• Steroid
• bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi
neutofil.
• Namun pemberian steroid dapat menghambat
penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis
kolagen dan menghambat migrasi fibroblas.
• Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan
ditappering off setelah 7-10 hari.
• Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED
diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan
Prednisolon IV 50-200 mg
Medikamentosa
• Sikloplegik
• Mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia
posterior.
• Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali
sehari
• Asam askorbat
• Mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan
meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu
pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea.
• Natrium askorbat 10 % topikal diberikan setiap 2 jam.
Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
Medikamentosa
• Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor
• Menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko
terjadinya glaukoma sekunder.
• Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg.
• Antibiotik
• Profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.
Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase,
menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi
pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara
topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).
Komplikasi
• Simblefaron  adhesi antara palpebra dan bola mata
sebagai akibat perlengketan antara konjungtiva palpebra
dan konjungtiva bulbi. Gangguan  gejala gerak mata
terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan
penglihatan terganggu.
Komplikasi
• Kornea keruh, edema, neovaskuler
• Sindroma mata kering
• Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata
sering menyebabkan katarak. Komponen basa yang
mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan
akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal
ini dapat terjadi akut ataupun perlahanlahan. Trauma
kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka
jarang terjadi katarak traumatik.
• Glaukoma sudut tertutup
Komplikasi
• Entropion dan phthisis bulbi
Prognosis
• Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan
oleh bahan penyebab trauma tersebut.
• Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan
trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling
luas pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva
memberikan prognosa yang buruk.
• Bentuk paling berat pada trauma kimia ditunjukkan
dengan gambaran “cooked fish eye” dimana
prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi
kebutaan.
• Cooked fish eyes
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai