Oleh:
Manggala Senapati
112018136
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Rumah Sakit Family Medical Center-Sentul
Tanda Tangan
Nama : Manggala senapati
NIM : 112018136
Dr. Pembimbing : dr Vanessa M Tina , Sp.M -------------------
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn.S
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Ks tubun
Tanggal Pemeriksaan : 21 januari 2020
II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 21 januari 2020
Keluhan Utama:
Mata kiri merah sejak 1 minggu SMRS
Keluhan Tambahan:
Mata terasa mengganjal
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli mata FMC dengan keluhan mata kiri merah dan terasa
kelilipan sejak tadi pagi. Keluhan kelilipan dirasakan seperti ada binatang yang masuk
ke mata pasien. Keluhan kelilipan ini juga disertai rasa mengganjal pada mata kiri.
Pasien juga mengaku matanya dikucek-kucek. Terdapat mata merah pada pasien.
Pasien juga mengeluh matanya terasa berair. Keluhan berair ini dirasakan pasien
kadang banyak kadang sedikit dengan cairan berwarna jernih. Keluhan perih pada mata
kanan disangkal oleh pasien.
Pasien mengaku matanya sudah diberi obat tetes mata tetapi belum ada perbaikan.
Riwayat penggunaan kacamata disangkal oleh pasien. Riwayat hipertensi dan diabetes
juga disangkal oleh pasien. Pasien memiliki riwayat alergi obat tetapi pasien tidak tahu
obat apa.
b. Mata
- Riwayat sakit mata sebelumnya : tidak ada
- Riwayat penggunaan kaca mata :tidak ada
- Riwayat operasi mata : tidak ada
- Riwayat trauma mata sebelumnya : tidak ada
B. STATUS OPTHALMOLOGIS
V. RESUME
Anamnesis
Pasien datang ke poli mata FMC dengan keluhan mata kiri terasa kelilipan sejak tadi
pagi. Keluhan kelilipan juga disertai rasa mengganjal pada mata kiri. Pasien mengaku
mengucek-ngucek mata. Terdapat mata merah pada pasien. Mata berair. Keluhan berair
dirasakan pasien kadang banyak kadang sedikit dan berwarna jernih. Riwayat perih
disangkal oleh pasien. Pasien sudah menggunakan obat tetes untuk matanya tetapi tidak
perbaikan. Riwayat penggunaan kacamata disangkal. Riwayat diabetes dan hipertensi
juga disangkal. Pasien memiliki alergi obat.
Dari status oftalmologis didapatkan:
1.0-2 Visus 0.63
tenang Palpebra superior/inferior Tenang
Tidak ada kelainan Konjungtiva Hiperemis
Jernih Kornea Jernih
Dalam COA Dalam
Tidak tampak kelainan Iris Tidak tampak kelaiana
Bulat, refleks cahaya + Pupil Bulat, refleks cahaya +
Jernih Lensa Jernih
Positif Refleks fundus Positif
Jernih Vitreus Jernih
Bulat, jingga , batas tegas Papil Bulat, jingga, batas tegas
0,3-0,4 mm C/D ratio 0,3-0,4
2:3 Ratio arteri/vena 2:3
Positif Refleks makula Positif
Tidak ada perdarahan, tidak Retina Tidak ada perdarahan, tidak
ada eksudat ada eksudat
Baik ke segala arah Gerak bola mata Baik ke segala arah
VI. DIAGNOSIS KERJA
Konjungtivitis viral akut OS
X. EDUKASI
- Memberi tahu pasien bahwa konjungtivitis virus adalah penyakit yang terjadi
karena infeksi virus dan dapat sembuh sendiri.
- Jangan mengucek – ngucek mata
- Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah memegang
mata , penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
- Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah
lainnya
- Pakai obat teratur
XI. PROGNOSIS
OCCULI DEXTRA (OD) OCCULI SINISTRA (OS)
Ad Vitam :Bonam Bonam
Ad Fungsionam : Bonam Bonam
Ad Sanationam :Bonam Bonam
TIJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Konjungtiva
B. Histologi Konjungtiva
Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris
bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas
caruncula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri atas sel-
sei epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat
atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi
dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara merata.9
Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan di dekat
limbus dapat mengandung pigmen. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan
adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung
jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa
sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2
atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat
papilar bukan folikular dan mengapa kemudian menjadi folikular. Lapisan fibrosa tersusun
dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan
gambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada
bola mata.
C. Definisi Konjungtivitis
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, sensasi seperti adanya
benda asing, rasa gatal, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papilar, kemosis, folikel,
pseudomembran dan membran, granuloma, dan adenopati preaurikular. Hiperemia adalah
tanda klinis konjungtivitis akut yang paling menyolok. Kemerahan paling jelas di forniks
dan makin berkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva
posterior. Dilatasi perilimbus atau hiperemia siliaris mengesankan adanya radang kornea
atau struktur yang lebih dalam. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri,
dan tampilan putih susu mengesankan konjungtivitis alergika. Hiperemia tanpa infiltrasi
sel mengesankan iritasi oleh penyebab fisik seperti matahari, asap, dan lain-lain, tetapi
sesekali bisa muncul pada penyakit yang berhubungan dengan ketidakstabilan vaskular
(mis. acne rosacea).9
Mata berair (epifora) sering kali menyolok pada konjungtivitis. Sekresi air mata
diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau tergores, atau oleh rasa
gatalnya. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan
menambah jumlah air mata tersebut. Kurangnya sekresi air mata yang abnormal
mengesankan keratokonjungtivitis. Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut.
Eksudatnya berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada
konjungtivitis alergika
.9
Bakteri: Parasit:
• Neissera meningitidis • Thelazia californiensis
• Pneumococcus: Streptococcus pneumoniae • Loa loa
(iklim sedang) • Ascaris lumbricoides
• Haemophillus Influenzae (iklim sedang) Imunologik :
• Staphyococcus aureus • Reaksi hipersensitivitas segera:
• Streptococci konjungtivitis hay fever (serbuk sari, bulu
Virus: hewan)
• Konjungtivitis folikular viral akut • Reaksi hipersensitivitas lambat:
• Demam faringokonjungtivitis oleh Fliktenulosis
adenovirus tipe 3 dan 7 dan serotipe lain. Kimiawi atau iritatif :
• Virus Herpes Simpleks • Iatrogenik: Miotik, Idoxurine
Rickettsia: Etiologi tidak diketahui :
• Konjungtivitis non-purulen dengan • Folikulosis
hiperemia dan sedikit infiltrasi • Rosasea okular
Jamur: Berkaitan dengan penyakit sistemik :
• Eksudatif kronik: Clamidia • Penyakit tiroid (pajanan, kongestif)
• Granulomatosa: Rhinosporidium sereberi • Konjungtivitis gout
• Konjungtivitis karsinoid
Bakteri
Virus Purulen Non- Fungus Alergi
purulen &
Parasit
Sekret Sedikit Banyak Sedikit Sedikit Sedikit
Air mata Banyak Sedang Sedang Sedikit Sedang
Gatal Sedikit Sedikit - - Hebat
Injeksi Umum Umum Lokal Lokal Umum
Nodul pre-aurikular Sering Jarang Sering Sering -
Pewarnaan usapan Monosit Bakteri Bakteri Negatif Eosinofil
Limfosit PMN PMN
Sakit tenggorokan dan
panas Kadang Kadang - - -
Tabel 4: Diagnosis banding konjungtivitis berdasarkan tanda klinis.1,2
G. Epidemiologi
Mikroorganisme masuk ke dalam tubuh dengan cara adhesi, evasi, dan invasi. Adhesi
adalah penempelan molekul mikroorganisme ke epitel mata yang dimediasi oleh protein
permukaan mikroorganisme. Evasi adalah upaya mikroorganisme untuk menembus
pertahanan sistem imun.19
Mikroorganisme juga dapat bertahan melewati sistem pertahanan tubuh dan bereplikasi
seperti pada infeksi HSV, virus varisela serta herpes zoster namun sebagian besar infeksi
lainnya dapat dieradikasi oleh sistem imun tubuh.19
I. Penatalaksanaan
J. Prognosis
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan dan dapat sembuh
sendiri atau prognosisnya dubia ad bonam. Namun, bila penyakit radang mata tidak segera
ditangani atau diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata atau gangguan yang dapat
menimbulkan komplikasi.9
Daftar Pustaka
1. lyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2015.
2. American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern: conjunctivitis, 2nd
ed. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2003.
3. Stenson S, Newman R, Fedukowicz H. Laboratories studies in acute conjunctivitis.
Arch Opthalmology.1982; 100: 1275-1277.
4. Weiss A, Brinser J, Nasae-Stewart V. Acute conjunctivitis in childhood. J Pediatr Med.
1993; 122:10-14.
5. Gigliotti F, Williams WT, Hayden FG. Etiology of acute conjunctivitis in children. J.
Pediatr. 1981;98: 531-536.
6. Fitch CP, Rapoza PA, Owens S. Epidemiology and diagnosis of acute conjunctivitis at
an inner-city hospital.Opthalmology. 1989;96:1215-1220.
7. Sambursky RP, Fram N, Cohen Ej. The prevalence of adenoviral conjunctivitis at the
Wills Eye Hospital emergency room.Optometry. 2007;78:236-914.
8. G. Lang. Ophtalmology – A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Thieme; 2006
9. Riordan Eva P, Whitcher JP. Vaughaan and Asbury Oftalmologi Umum 17th ed.
Jakarta: EGC; 2009
10. Jack J Kanski. Clinical Ophtalmology – A Systematic Approach 5th ed. Butterworth-
Heinemann;2003
11. American Academy of Ophthalmology; Cornea/External Disease Panel.Preferred
Practice Pattern Guidelines: Conjunctivitis-Limited Revision. San Francisco, CA:
American Academy of Ophthalmology; 2011.
12. Amir A, Azari. Conjunctivitis, A Systematic Review of Diagnosis and Treatment.
JAMA. 2013 October: Volume 310, Number 16