Melitus Tipe 2
B3
Septin Permata Sari 102014274
Skenario :
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik
karena ia merasa semakin lemas sejak 1 bulan yang lalu
Identifikasi Istilah :
Tidak Ada
Rumusan Masalah
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik
karena ia merasa semakin lemas.
Analisis
Masalah Anamnesis :
Keluhan Utama
Keluhan Penyerta
Pemeriksaan
Prognosis Fisik
Pemeriksaan
Komplikasi Penunjang
Rumusan
Masalah
Patofisiologi Diagnosis
Diferensial
RPS
Pasien memiliki riwayat diabetes sejak 5 tahun yang lalu dan rutin
minum metformin dan glibenklamid secara teratur
RPD
-
RPK
-
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Lab
Gula Darah Sewaktu ( GDS ) : 252 mg/dL
HbA1C : 10 %
Homa IR :8
Diagnosis Diferensial
LADA ( Laten Autoimmune Diabetes of the Adults )
MODY ( Maturity Onset Diabetes of The Young )
DM Tipe 1
DD Definisi Mnifestasi Klinik
LADA ( Laten LADA adalah gangguan di mana adanya o Dimulai sejak usia 30 tahun,
Autoimmune Diabetes antibodi islet pada diagnosis diabetes o Non-obese
of the Adults ) dan lambatnya perkembangan auto o Kontrol gula darah awalnya baik hanya
immune β-cell failure. dengan diet namun dalam waktu yang
singkat kontrol dengan diet gagal dan
membutuhkan obat hipoglikemik oral
yang pada akhirnya menjadi tergantung
insulin.
MODY ( Maturity
MODY adalah tipe diabetes yang lebih o Biasanya pasien datang dengan riwayat
Onset Diabetes of The
cenderung diwariskan daripada jenis keluarga yang mengidap diabetes (tipe
Young )
diabetes lain, karena faktor risiko apapun). Dan setelah dekade kedua
genetik pada diabetes MODY lebih sampai dekade kelima di usia pasien,
kuat. barulah mulai timbul gejala-gejala
MODY ini.
o Meningkatnya rasa haus dan seringnya
buang air kecil (polidipsia dan
poliuria).
DD Definisi Mnifestasi Klinik
DM Tipe 1 Adalah gangguan metabolisme oleh o Sering kencing
berbagai macam etiologi disertai oHaus yang berlebihan
hiperglikemia kronis akibat gangguan oCepat lapar
sekresi insulin atau gangguan kerja oKehilangan BB yang cepat
insulin atau kedua-duanya oCepat lelah
oIritabel
oGangguan penglihatan
Diagnosis Kerja
Dibetes Melitus ( DM ) Tipe 2
Dibetes Melitus ( DM ) Tipe 2
Definisi
American Diabetes Association ( ADA ) tahun 2010 :
Diabetes Melitus ( DM ) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
Beta-Cell Exhaustion
Type 2 Diabetes
Manifestasi Klinik DM Tipe 2
Gejala akut :
Poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum), poliuria (banyak
kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namu
berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu),
mudah lelah.
Gejala kronik :
Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa
kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai
kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun
bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi
keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat
lahir lebih dari 4kg.
Pemeriksaan Penunjang
HbA1C ( <6.5 % )
Mikroangiopati :
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
Disfungsi ereksi
Neuropati :
Neuropati perifer
Neuropati otonom-Charcot arthropathy
Tata laksana
a. Evaluasi medis terarah
b. Evaluasi medis berkala/pemantauan
c. Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi Nutrisi Medis ( TNM )
3. Aktivitas Fisik
4. Terapi farmakologis
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diterapkan bersama-sama dengan pengaturan diet
dan latihan jasmani. Terapi farmakologis dapat berupa ADO atau insulin.
Berdasarkan cara kerjanya, ADO dibagi menjadi 5 golongan :
Pemicu sekresi insulin : sulfonylurea ( dikonsumsi 15-30 menit
sebelum makan ) dan glinid ( sesaat sebelum makan )
Peningkatan sensitivitas terjadap insulin : metformin ( dikonsumsi
sebelum/saat/sesudah makan) dan tiazolidindion (tidak bergantung
jadwal makan)
Metformin
Penghambat absorbsi glukosa : penghambat glukosidase alfa (bersama
makan suapan pertaama )
DPP-IV inhibitor (bersama makan atau sebelum makan.
Terapi farmakologis bertahap juga dapat dikelompokkan
berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1C, antara lain :
Tahanp I : HbA1C 7-8%
Tahap II : HbA1C 8-9%
Tahapa III : HbA1C >9%
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang
yang termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum
menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita DM.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan
merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat
diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin
ilmu seperti ahlipenyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-lain.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal
penyakit.
Pilar utama pengelolaan DM meliputi:
Penyuluhan
Perencanaan Makanan
Latihan Jasmani
Obat berkhasiat hipoglikemik
Prognosis
Jika pasien cepat didiagnosa dan diobati maka akan
memperlambat terjadinya komplikasi pada pasien sehingga
morbiditas dan mortalitasnya menurun. Namun, jika terlambat
didiagnosa dan diobati, maka tingkat mortalitas dan
morbiditasnya akan meningkat karena komplikasi mudah
terjadi.
Kesimpulan
DM T2 adalah adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel Beta
pankreas dan atau gangguan fungsi insulin yang terjadi melalui 3
cara, yaitu : rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar,
penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas atau kerusakan
reseptor insulin di jaringan perifer.
TERIMA KASIH