Oleh
04054821820023
Pembimbing
Oleh:
Gwendolyn Sharon Emeralda Prasetyo, S.Ked
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
periode 11 Maret - 14 April 2019
1
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. IY
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Bukit Agung Sejahtera LK II, Sekayu
Tanggal pemeriksaan : 21 Maret 2019
2
terdapat perbaikan sehingga pasien dirujuk ke RSMH.
3
b. Status Oftalmologikus
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus 6/6 < 1/300
Tekanan
P = N+0 P= N+ 0
intraokular
KBM Simetris
GBM
4
Pemeriksaan slitlamp
Pemeriksaan USG mata
Pemeriksaan mikrobiologi gram dan KOH
V. Diagnosis Banding
Ulkus Kornea Sentral OS cum Hipopion OS ec susp Fungi
Ulkus Kornea Sentral OS cum Hipopion OS ec susp Bakterialis
Ulkus Kornea Sentral OS cum Hipopion OS ec susp Viral
Endoftamitis OS
Uveitis anterior OS
VII.Tatalaksana
Informed consent
KIE
Menjelaskan pada pasien bahwa keluhan bintik putih pada mata
dan pandangan kabur pada pasien disebabkan oleh jamur.
Meminta pasien untuk menjaga hygiene dengan mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh mata
Menjelaskan pada pasien untuk tidak menggosok mata
Menjelaskan pada pasien tentang pentingnya alat pelindung diri
saat bekerja
Menghimbau pasien jika mata terkena benda asing segera periksa
ke dokter khususnya dokter spesialis mata
Farmakologi
Antibiotik : Levofloxacin HCl 5 mg/ml ED 1 tetes/jam OS
Anti fungal topikal : Natamycin ED 1 gtt/ 3 jam OS
Anti kolinergik : Sulfas Atrofin 1% ED 1 gtt/ 8 jam OS
5
Artificial Tears ED 1 gtt/ 6 jam OS
Timol 0,5% 1gtt/12jam OS
PCT 500mg/8jam PO
Operatif
Pro irigasi aspirasi hipopion + amnion graft OS
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
6
LAMPIRAN
7
8
ANALISA KASUS
9
Diagnosis Ulkus kornea dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dengan tanda khas silau akibat cahaya terdispersi (kornea tidak
dapat merefraksikan cahaya), blefarospasme (sulit membuka mata), dan mata
berair-air (tanda proses inflamasi). Tanda-tanda ini dapat ditemukan pada pasien
dan didukung gambaran pemeriksaan oftalmologikus kornea didapatkan defek
menggaung dengan hasil FT (+). Penyebab ulkus didapatkan berdasarkan
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik letak ulkus pada
kasus di sentral dengan dasar ulkus memungkinkan penyebabnya proses infeksi
jamur atau bakteri. Diagnosis ini diperkuat dengan riwayat perjalanan penyakit
pasien terkena bilah kelapa sawit, media pertumbuhan jamur yang baik dengan
onset 10-14 hari. Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan
mikroskopik dari kerokan kornea dengan cara scrapping dan penetesan KOH
10%.
Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan secara nonfarmakologi dan
farmakologi. Penatalaksaan nonfarmakologi yaitu dengan inform consent dan
konseling, informasi, edukasi terhadap pasien mengenai penyakit yang dialami
dan kemungkinan penyebab terjadinya penyakit, serta pencegahan terjadi penyakit
berulang. Penatalaksanaan farmakologi adalah dengan antijamur dan antibiotik.
Antijamur yang diberikan adalah natamycin tetes berdaya anti fungi dengan
mengikat dinding sel jamur dan mengganggu permeabilitas membran jamur
sehingga terjadi ketidakseimbangan intraseluler. Polyene dengan molekul kecil
seperti Natamycin menyebabkan lisis permanen pada membran dibanding
perubahan reversibel oleh molekul besar seperti Nystatin. Antibiotik topikal yang
diberikan yaitu levofloxacin karena penyebab ulkus kornea yang belum ditentukan
secara pasti dan untuk mencegah infeksi sekunder karena terganggu flora normal
yang berada pada mata. Pemberian siklopegik berupa sulfas Atropin 1% untuk
menekan proses peradangan dan mencegah terjadinya sinekia anterior, karena
sulfas atropin memiliki efek sikloplegik yang menyebabkan pupil midriasis,
sehingga mencegah perlengkatan iris pada kornea. Artificial tears diberikan agar
terjadi penyerapan obat tetes mata dengan baik.
Tindakan operatif berupa irigasi aspirasi cairan hipopion dan amniongraft
10
dilakukan pada pasien karena
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ulkus kornea dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012. Hal. 159-67.
2. Biswell R. Cornea. Dalam: Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology.
California: Mc Graw Hill; 2011: p. 120-33
3. Ilyas HS, Yulianti SR. Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak.
Dalam: Ilmu Penyakit Mata, Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015: p.167-74
4. Farida Y. “Corneal Ulcers Treatment”. J Majority. 2015; 4(1): p. 119-27
5. Cantor LB, Rapuano CJ, dan Cioffi GA. Infectious Diseases of the
External Eye: Basic Concepts and Viral Infections dan Microbial and
Parasitic Infections. Dalam: External Disease and Cornea. San Fransisco:
American Academy of Ophthalmology; 2015-2016: p. 111-80
6. Ross M. “Fungal Keratitis”. Medscape. 2018.
(https://emedicine.medscape.com/article/1194167-overview#a5, diakses
pada 5 Desember 2018)
7. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta: FKUI. 2004.
8. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta,
2000
9. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam :
Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran,
edisike 2. Jakarta: Sagung Seto. 2002.
10. Suwono, W. Ulkus Kornea. 20017, Maret 2002. Cermin Dunia
Kedokteran.
12