Anda di halaman 1dari 13

Bedside Teaching

ULKUS KORNEA SENTRAL OKULI SINISTRA CUM


HIPOPION OKULI SINISTRA SUSP FUNGSI

Oleh

Gwendolyn Sharon Emeralda Prasetyo, S.Ked.

04054821820023

Pembimbing

dr. Hj. Devi Azri Wahyuni, SpM(K), MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Bedside Teaching dengan judul


Ulkus Kornea Sentral Okuli Sinistra Cum Hipopion Okuli Sinistra

Oleh:
Gwendolyn Sharon Emeralda Prasetyo, S.Ked

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
periode 11 Maret - 14 April 2019

Palembang, Maret 2019

dr. Hj. Devi Azri Wahyuni, SpM(K), MARS

1
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. IY
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Bukit Agung Sejahtera LK II, Sekayu
Tanggal pemeriksaan : 21 Maret 2019

II. Anamnesis (autoanamnesis pada tanggal 21 Maret 2019)


a. Keluhan Utama
Penglihatan mata kiri kabur disertai bintik putih dibagian hitam mata kiri s
ejak 2 minggu yang lalu.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


±1 bulan SMRS, pasien mengeluh terkena serpihan kelapa sawit pada
mata kiri. Pasien mengeluh mata merah (+), pandangan kabur (-), mata
berair-air (+), nyeri (+), sulit membuka mata (-), keluhan mata silau (-),
melihat seperti benda terbang (-). Pasien berobat ke RSUD Sekayu,
kemudian diberikan tetes mata (pasien lupa nama obatnya) selama 1
minggu, namun keluhan tidak membaik.
±2 Minggu SMRS timbul bintik putih pada pada bagian hitam mata kiri,
mata merah (+), nyeri (+), berair-air (+), sulit membuka mata (+), mata
silau (+), rasa mengganjal (+), pandangan mata kabur (+), melihat seperti
benda terbang (-), pandangan seperti melihat terowongan (-), seperti
melihat pelangi (-), mual muntah (-), nyeri kepala hebat (-). Pasien dibawa
ke RSUD Sekayu dan dirawat selama 7 hari diberikan obat tetes
Lefovloxacin, C-Lyters, Sulfas Atropin dan antibiotik injeksi namun tidak

2
terdapat perbaikan sehingga pasien dirujuk ke RSMH.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat trauma pada mata (+) terkena serpihan kelapa sawit pada
mata kiri 1 bulan yang lalu
 Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)
 Riwayat memakai kacamata baca (-)
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat kencing manis (-)
 Riwayat darah tinggi (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat penyakit yang sama pada keluarga disangkal

III. Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78 kali/ menit
Frekuensi napas : 20 kali/ menit
Suhu : 36,5o C

3
b. Status Oftalmologikus
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus 6/6 < 1/300
Tekanan
P = N+0 P= N+ 0
intraokular

KBM Simetris
GBM

Palpebra Tenang Blefarospasme (+)


Konjungtiv Tenang Injeksi konjungtiva (+)
a Injeksi Siliaris (+)
Kornea Jernih Keruh, Infiltrat (+), edema
(+), tampak defek bergaung
di sentral berukuran 9x10
mm mencapai 2/3 stroma.
FT (+)

BMD Sedang Hipopion < 1/3 BMD


minimal
Iris Gambaran baik Tidak dapat dinilai
Pupil Bulat, Central, Refleks Tidak dapat dinilai
Cahaya (+), diameter 3 mm
Lensa Jernih Tidak dapat dinilai
Refleks RFOD (+) RFOS (-)
Fundus

Papil Bulat, batas tegas, warna Sulit dinilai


merah normal, c/d ratio 0.3,
a/v 2:3
Makula Refleks fovea (+) Sulit dinilai
Retina Kontur pembuluh darah baik Sulit dinilai

IV. Pemeriksaan Penunjang

4
 Pemeriksaan slitlamp
 Pemeriksaan USG mata
 Pemeriksaan mikrobiologi gram dan KOH

V. Diagnosis Banding
 Ulkus Kornea Sentral OS cum Hipopion OS ec susp Fungi
 Ulkus Kornea Sentral OS cum Hipopion OS ec susp Bakterialis
 Ulkus Kornea Sentral OS cum Hipopion OS ec susp Viral
 Endoftamitis OS
 Uveitis anterior OS

VI. Diagnosis Kerja


Ulkus Kornea Sentral OS cum Hipopion OS ec susp Fungsi

VII.Tatalaksana
 Informed consent
 KIE
 Menjelaskan pada pasien bahwa keluhan bintik putih pada mata
dan pandangan kabur pada pasien disebabkan oleh jamur.
 Meminta pasien untuk menjaga hygiene dengan mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh mata
 Menjelaskan pada pasien untuk tidak menggosok mata
 Menjelaskan pada pasien tentang pentingnya alat pelindung diri
saat bekerja
 Menghimbau pasien jika mata terkena benda asing segera periksa
ke dokter khususnya dokter spesialis mata
 Farmakologi
 Antibiotik : Levofloxacin HCl 5 mg/ml ED 1 tetes/jam OS
 Anti fungal topikal : Natamycin ED 1 gtt/ 3 jam OS
 Anti kolinergik : Sulfas Atrofin 1% ED 1 gtt/ 8 jam OS

5
 Artificial Tears ED 1 gtt/ 6 jam OS
 Timol 0,5% 1gtt/12jam OS
 PCT 500mg/8jam PO
 Operatif
 Pro irigasi aspirasi hipopion + amnion graft OS

VIII. Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : dubia ad malam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

6
LAMPIRAN

Gambar 1. Mata Kanan dan Kiri Penderita terbuka

Gambar 2. Mata Kanan dan Kiri Penderita tertutup

Gambar 3. Mata Kiri Penderita terbuka

7
8
ANALISA KASUS

Tn IY, 42 tahun, datang dengan keluhan penglihatan mata kiri kabur


disertai bintik putih dibagian hitam mata kiri sejak 2 minggu yang lalu. ±1 bulan
SMRS, pasien mengeluh terkena serpihan kelapa sawit pada mata kiri. Pasien
mengeluh mata merah (+), mata berair-air (+), dan nyeri (+). Pasien berobat ke
RSUD Sekayu, kemudian diberikan tetes mata (pasien lupa nama obatnya) selama
1 minggu, namun keluhan tidak membaik. ±2 Minggu SMRS timbul bintik putih
pada pada bagian hitam mata kiri, mata merah (+), nyeri (+), berair-air (+), sulit
membuka mata (+), mata silau (+), rasa mengganjal (+), pandangan mata kabur
(+), melihat seperti benda terbang (-), pandangan seperti melihat terowongan (-),
seperti melihat pelangi (-), mual muntah (-), nyeri kepala hebat (-). Pasien dibawa
ke RSUD Sekayu dan dirawat selama 7 hari diberikan obat tetes Lefovloxacin, C-
Lyters, Sulfas Atropin dan antibiotik injeksi namun tidak terdapat perbaikan
sehingga pasien dirujuk ke RSMH.

Pada anamnesis didapatkan keluhan pasien berupa penurunan tajam


penglihatan dan terdapat bintik putih pada mata hitam yang menutup aksis
penglihatan. maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya ulkus kornea, keratitis,
glaukoma akut dan uveitis anterior. Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit,
diagnosis yang sangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus kornea dan
keratitis.
Diagnosis banding glaukoma akut dapat disingkirkan karena penderita
tidak memiliki riwayat penurunan penglihatan mendadak, tidak disertai keluhan
defek lapangan pandang, dan pada pemeriksaan tekanan intraokular perpalpasi
dalam batas normal. Riwayat darah tinggi sebelumnya disangkal dan rasa mual
dan muntah disangkal.
Diagnosis banding uveitis anterior dapat disingkirkan karena pada
pemeriksaan oftalmologikus kornea ditemukan adanya infiltrat dan gambaran
tukak yang menunjukkan gambaran ini bukan uveitis anterior murni melainkan
tanda inflamasi dan infeksi pada kornea. Uveitis anterior dapat menjadi salah satu
komplikasi diagnosis utama jika infeksi menyebar ke uvea anterior

9
Diagnosis Ulkus kornea dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dengan tanda khas silau akibat cahaya terdispersi (kornea tidak
dapat merefraksikan cahaya), blefarospasme (sulit membuka mata), dan mata
berair-air (tanda proses inflamasi). Tanda-tanda ini dapat ditemukan pada pasien
dan didukung gambaran pemeriksaan oftalmologikus kornea didapatkan defek
menggaung dengan hasil FT (+). Penyebab ulkus didapatkan berdasarkan
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik letak ulkus pada
kasus di sentral dengan dasar ulkus memungkinkan penyebabnya proses infeksi
jamur atau bakteri. Diagnosis ini diperkuat dengan riwayat perjalanan penyakit
pasien terkena bilah kelapa sawit, media pertumbuhan jamur yang baik dengan
onset 10-14 hari. Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan
mikroskopik dari kerokan kornea dengan cara scrapping dan penetesan KOH
10%.
Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan secara nonfarmakologi dan
farmakologi. Penatalaksaan nonfarmakologi yaitu dengan inform consent dan
konseling, informasi, edukasi terhadap pasien mengenai penyakit yang dialami
dan kemungkinan penyebab terjadinya penyakit, serta pencegahan terjadi penyakit
berulang. Penatalaksanaan farmakologi adalah dengan antijamur dan antibiotik.
Antijamur yang diberikan adalah natamycin tetes berdaya anti fungi dengan
mengikat dinding sel jamur dan mengganggu permeabilitas membran jamur
sehingga terjadi ketidakseimbangan intraseluler. Polyene dengan molekul kecil
seperti Natamycin menyebabkan lisis permanen pada membran dibanding
perubahan reversibel oleh molekul besar seperti Nystatin. Antibiotik topikal yang
diberikan yaitu levofloxacin karena penyebab ulkus kornea yang belum ditentukan
secara pasti dan untuk mencegah infeksi sekunder karena terganggu flora normal
yang berada pada mata. Pemberian siklopegik berupa sulfas Atropin 1% untuk
menekan proses peradangan dan mencegah terjadinya sinekia anterior, karena
sulfas atropin memiliki efek sikloplegik yang menyebabkan pupil midriasis,
sehingga mencegah perlengkatan iris pada kornea. Artificial tears diberikan agar
terjadi penyerapan obat tetes mata dengan baik.
Tindakan operatif berupa irigasi aspirasi cairan hipopion dan amniongraft

10
dilakukan pada pasien karena

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ulkus kornea dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2012. Hal. 159-67.
2. Biswell R. Cornea. Dalam: Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology.
California: Mc Graw Hill; 2011: p. 120-33
3. Ilyas HS, Yulianti SR. Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak.
Dalam: Ilmu Penyakit Mata, Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015: p.167-74
4. Farida Y. “Corneal Ulcers Treatment”. J Majority. 2015; 4(1): p. 119-27
5. Cantor LB, Rapuano CJ, dan Cioffi GA. Infectious Diseases of the
External Eye: Basic Concepts and Viral Infections dan Microbial and
Parasitic Infections. Dalam: External Disease and Cornea. San Fransisco:
American Academy of Ophthalmology; 2015-2016: p. 111-80
6. Ross M. “Fungal Keratitis”. Medscape. 2018.
(https://emedicine.medscape.com/article/1194167-overview#a5, diakses
pada 5 Desember 2018)
7. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta: FKUI. 2004.
8. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta,
2000
9. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam :
Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran,
edisike 2. Jakarta: Sagung Seto. 2002.
10. Suwono, W. Ulkus Kornea. 20017, Maret 2002. Cermin Dunia
Kedokteran.

12

Anda mungkin juga menyukai