Oleh:
Alfarisi Syukron Lillah
04084822124197
Pembimbing:
dr. Petty Purwanita, Sp.M(K)
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya / Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 28 Juni – 14 Juli 2021.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan bed side
teaching yang berjudul “Ulkus Kornea Oculi Dextra e.c. Susp. Bakteri”.
Penulisan laporan short case ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
ujian kepaniteraan klinik di Bagian Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis
BAB 1
STATUS PASIEN
1.1 Identifikasi
Nama : Tn. SI
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Petani
Alamat : Muara Enim
Tanggal Pemeriksaan : 2 Juli 2021
1.2 Anamnesis
1.2.1 Keluhan Utama
Bintik putih pada bagian hitam mata kanan sejak 5 hari yang lalu.
1
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat pemakaian kacamata disangkal.
Riwayat pemakaian lensa kontak disangkal.
Riwayat operasi pada mata disangkal.
Riwayat darah tinggi disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
GBM
Segmen Anterior
Segmen Posterior
1.6 Tatalaksana
1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE):
- Menjelaskan pada pasien mengenai kondisi penyakit dan
rencana penatalaksanaanya. Diberikan penjelasan bahwa
keluhan yang dialami merupakan peradangan kornea yang
terjadi karena trauma akibat gerindra.
- Memberikan informasi kepada pasien bahwa diperlukan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan KOH 10% dan
melakukan kultur resisten untuk dapat memastikan penyebab
dari infeksi.
- Menjelaskan kepada pasien kemungkinan bila telah diobati dapat
terbentuk adanya jaringan parut pada kornea yang bisa
mengganggu tajam pengelihatan.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan memerlukan
waktu lama dan diperlukan kepatuhan serta ketekunan dalam
pengobatan.
- Menganjurkan pasien menggunakan kacamata pelindung yang
bertujuan untuk mengurangi risiko trauma mata .
- Menganjurkan pasien agar selalu menjaga kebersihan mata dean
tidak mengucek atau menekan mata ketika perih atau gatal, serta
rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh mata
- Melakukan monitoring ulang pada mata jika dirasakan tidak ada
perbaikan
2. Natamycin 1 gtt/3 jam OD
3. Levofloxacin 1 gtt/3 jam OD
4. Timol ED 0,5% 1 gtt/12 jam OD
5. Cendo Lyteers ED 1 gtt/3jam OD
6. Cefixim 2x100mg
1.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
BAB 2
ANALISIS KASUS
Pasien mengeluh muncul bintik putih pada mata kanan sejak 5 hari yang
lalu. Pasien juga mengeluh pandangan mata kabur 2 hari yang lalu, mata merah,
tidak ada nyeri, tidak ada kotoran mata. Keluhan keluar cairan seperti putih telur
disangkal, keluhan hitam mata menonjol keluar disangkal. Awalnya ± 1 bulan
yang lalu mata kanan terkena gerindra saat bekerja. Riwayat penyakit yang sama
sebelumnya disangkal, riwayat pemakaian kacamata disangkal, riwayat
pemakaian lensa kontak disangkal, riwayat operasi pada mata disangkal, riwayat
darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan statuts generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan oftalmologis mata kanan didapatkan visus mata kanan 3/60
ph(-), tekanan bola mata normal, kedudukan bola mata ortoforia, dan gerakan bola
mata baik ke segala arah. Terdapat blepharospasme, mix injeksi pada konjungtiva,
kornea tampak defek bergaung ukuran 4x4 mm di parasentral dengan kedalaman
<1/3 stroma dengan FT (+). Pemeriksaan BMD terbentuk sedang, hipopion (-),
iris dalam gambaran baik, pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+), diameter 3 mm,
dan lensa jernih. Segmen posterior mata kanan tidak dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan oftalmologis mata kiri didapatkan visus 6/6, tekanan bola mata
normal, dan pemeriksaan segmen anterior dan posterior dalam batas normal.
Dari anamnesis didapatkan adanya mata merah dan penurunan tajam
penglihatan dapat diduga keratitis, ulkus kornea, uveitis anterior, endophtalmitis,
dan panoftalmitis. Dugaan uveitis anterior dapat disingkirkan karena pada kasus
didapatkan gambaran iris baik serta tidak terdapat eksudat pada bilik mata depan.
Dugaan endoftalmitis dan panoftalmitis dapat disingkirkan karena tidak terdapat
peradangan purulen pada cairan intraokular (aquous humour dan vitreuos
humour). Dari anamnesis dan pemeriksaan juga didapatkan bahwa terdapat bintik
putih pada bagian hitam mata sehingga kecurigaan lebih mengarah pada ulkus
kornea. Terlebih lagi, dengan hasil pemeriksaan penunjang fluorescein test (FT)
didapatkan adanya defek gaung pada kornea yang mencapai <1/3 stroma,
sehingga dugaan keratitis disingkirkan. Diagnosis ulkus kornea merupakan
diagnosis yang paling tepat pada pasien ini setelah menyingkirkan dugaan mata
merah dengan penurunan visus lainnya. Keluhan bahwa bintik putih pada bagian
hitam mata kanan dapat terjadi karena trauma serpihan gerindra yang mengenai
kornea. Trauma menyebabkan defek pada epitel yang menyebabkan infiltrasi sel
radang dan sel polimorfonuklear sehingga menimbulkan ulkus kornea.
Diagnosis banding ulkus kornea pada pasien ini adalah didasari oleh
mikroorganisme penyebabnya. Untuk pasien ini didiagnosis banding dengan ulkus
kornea OD e.c. suspek jamur dan ulkus kornea OD e.c. suspek bakteri. Untuk
mengetahui penyebabnya dapat melalui gambaran ulkusnya, namun diperlukan
pemeriksaan penunjang pasti berupa pemeriksaan kultur dan pemeriksaan gram
dan KOH 10%.
Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh infeksi kokus gram positif, akan
terlihat gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, bewarna
putih abu-abu yang supuratif. Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh infeksi
Pseudomonas maka akan terjadi pelebaran yang cepat dari ulkus sentral ke perifer
dan ditemukan sekret purulen bewarna kuning hijau yang terlihat melekat pada
permukaan ulkus. Pada ulkus kornea akibat infeksi virus herpes simpleks, ulkus
berbentuk dendrit atau bintang infiltrasi. Pada ulkus kornea akibat infeksi jamur,
infiltrat akan bewarna abu-abu yang dikelilingi infiltrat halus disekitarnya (lesi
satelit). Daerah kornea yang tidak terkena infeksi akan tetap bewarna jernih dan
tidak terlihat infiltrasi sel radang.
Tatalaksana pada ulkus kornea diberikan tergantung penyebabnya. Pada
pasien ini, masih harus menunggu hasil pemeriksaan kultur sehingga tatalaksana
pada pasien ini adalah Natamycin 1 gtt/3 jam OD sebagai antifungal topikal,
Levofloxacin 1 gtt/3 jam OD (5 hari?)sebagai antibiotik topikal spektrum luas
(bereaksi pada bakteri gram positif dan negatif), Timolol ED 0,5% 1 gtt/12 jam
OD merupakan obat beta blocker yang mengurangi produksi cairan di dalam bola
mata, Cendo Lyteers ED 1 gtt/3jam OD untuk melumasi mata yang kering dan
mengurangi rasa tidak nyaman karena iritasi akibat ulkus, Cefixim 2x100mg
sebagai antibiotik yang bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri
dengan cara mengganggu pembentukan dinding sel bakteri. Selain itu juga
tatalaksana non farmakologis diberikan KIE, pasien diberi edukasi mengenai
penyakitnya, penyebab dari ulkus kornea, menghindari menggosok-gosok mata
dengan tangan, komplikasi dari penyakitnya seperti pembentukan jaringan parut
pada kornea, penipisan kornea, kehilangan penglihatan dan perforasi, serta tujuan
dari tindakan yang akan diberikan kepada pasien. Pengobatan pada ulkus kornea
dapat dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang. Indikasi
pembedahan dapat dilakukan bila pengobatan awal tidak sembuh dan terjadinya
jaringan parut yang menganggu pengelihatan. Terapi pembedahan yang dapat
dilakukan adanya debridement ulkus, pembersihan bilik mata depan dari hipopion
dan transplantasi kornea dengan penetrating keratoplasty, lamellar keratoplasty,
maupun amnion membrane graft (AMG).
. Ulkus kornea akibat jamur cenderung memiliki outcome yang lebih
buruk daripada ulkus bakteri. Ulkus akibat jamur cenderung lebih berisiko untuk
terjadinya perforasi. Usia pasien juga dapat berpengaruh pada prognosis. Pasien
yang lebih tua mungkin memiliki prognosis dan hasil yang lebih buruk
dibandingkan dengan pasien yang lebih muda kemungkinan disebabkan oleh
penurunan imunitas pada orang tua serta peningkatan waktu untuk reepitelisasi.
Prognosis pada kasus ini quo ad vitam adalah bonam karena tidak dapat
menyebabkan kematian, quo ad functionam dubia ad bonam karena pada pasien
ini lokasi dari ulkus kornea menghalangi sentral visual axis, diharapkan dengan
tindakan yang tepat visus pasien dapat membaik, dan quo ad sanationam dubia ad
malam karena kemungkinan infeksi dapat menyebar ke bagian mata lain
(endoftalmitis dan panoftalmitis) dan komplikasi dari ulkus kornea ini dapat
berupa timbulnya jaringan parut atau perforasi kornea, serta dapat menyebabkan
kebutaan.
LAMPIRAN