Anda di halaman 1dari 15

Short Case

KERATOKONJUNGTIVITIS OCULLI SINISTRA e.c


BACTERIAL
Diajukan sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh :
Ahmad Azwin Fadhlan
04081882225007

Pembimbing :

Dr. dr. Hj. Fidalia, Sp.M (K), Subsp.GL

KELOMPOK STAF MEDIK ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RSUP DR. MOHAMMAD
HOESIN PALEMBANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Short case
Keratokonjungtivitis Oculli Sinistra e.c Bacterial

Oleh :
Ahmad Azwin Fadhlan. S.Ked.
04081882225007

Pembimbing :
Dr. dr. Hj. Fidalia, Sp.M (K), Subsp.GL

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
ujian kepaniteraan klinik di Kelompok Staf Medik Mata RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Periode 2 Januari – 29 Januari 2023

Palembang, Januari 2023


Pembimbing

(Dr. dr. Hj. Fidalia, Sp.M (K), Subsp.GL


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Short Case dengan
judul “Keratokonjungtivitis Oculli Sinistra e.c Bacterial” untuk memenuhi tugas
ilmiah yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik,
khususnya Kepaniteraan Klinik di Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Hj.
Fidalia, Sp.M (K), Subsp.GL, serta Dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) selaku pembimbing yang telah membantu memberikan bimbingan dan
masukan sehingga laporan Short Case ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah
ini, semoga bermanfaat.
BAB 1
STATUS PASIEN

1. Identifikasi
Nama :An.TJ
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Talang Jambe

2. Anamnesis (Autoanamnesis )
a. Keluhan Utama
Mata kiri merah dan pandangan kabur 7 hari SMRS
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
7 hari yang lalu, pasien mengeluhkan mata kiri mengeluarkan
kotoran bewarna kekuningan berlebih dan berair-air terutama di pagi hari.
6 hari yang lalu pasien mengeluhkan pandangan mata kiri kabur, mata
merah, dan terdapat perasaan mengganjal. Nyeri pada mata tidak ada, sulit
membuka dan menutup mata tidak ada. Penglihatan seperti terowongan
tidak ada, seperti melihat pelangi tidak ada, seperti melihat asap tidak ada,
Mual, muntah dan nyeri kepala tidak ada. Riwayat mengucek-ucek mata
kiri ada. Riwayat mencuci dengan air keran ada, riwayat mencucui mata
dengan air sirih tidak ada. Riwayat pengobatan disangkal. Pasien datang
ke RSKM untuk mendapatkan pengobatan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat trauma pada mata disangkal
- Riwayat operasi pada mata ada
- Riwayat memakai kacamata disangkal
- Riwayat menggunakan kontak lensa disangkal
- Riwayat alergi disangkal

d. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit yang sama di keluarga disangkal

e. Riwayat Pengobataan
Tidak berobat

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Genealis
Keeadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/ 700 mmHg
Nadi : 99 x/min regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 20 x/min
Suhu : 36,4 oC
Status Gizi : Baik
a. Status Oftalmologis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus 6/6 pinhole (-) 6/7,5 pinhole (-)
Tekanan
12.0 mmHg 15.0 mmHg
intraocular

KBM Ortoforia

0 0 0 0
GBM 0 0 0 0
0 0 0 0
Segmen Anterior
Palpebra Tenang Tenang
Injeksi konjungtiva dan injeksi
Konjungtiva Tenang
siliar (+)
Keruh, Fluorescein Test (+)
punctata multiple pada
Kornea Jernih
permukaan kornea

BMD Sedang Sedang


Iris Gambaran baik Gambaran baik
Bulat, Central, Refleks Bulat, Central, Refleks Cahaya
Pupil
Cahaya (+), diameter 3 mm (+), diameter 3 mm
Lensa Jernih Jernih
Segmen Posterior
Refleks Fundus RFOS (+) Tidak dilakukan

Bulat, batas tegas, warna Tidak dilakukan


Papil merah normal, c/d rasio 0.3,
a:v 2:3
Refleks fovea (+) Tidak dilakukan
Makula

Kontur pembuluh dara baik, Tidak dilakukan


Retina
eksudat (-), darah (-)

1.1 Pemeriksaan Penunjang

a. Tes fluorescein
Tes fluorsein menunjukan hasil yang positif ditandai dengan defek
bewarna hijau di epitel kornea.

1.2 Diagnosis Banding

- Keratokunjungtivitis vernal
- Keratokonjungtivitis viral
- Keratokonjungtivitis bacterial
- Keratokonjungtivitis amoeba
- Konjungtivitis atopic
- Konjungtivitis perennial

1.3 Diagnosis Kerja

Keratokonjungtivitis Oculli Sinistra e.c bacterial


1.4 Tatalaksana
a. Non-Farmakologi
Informed Consent dan Komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan prognosis
penyakit
- Melarang pasien dalam pemakaian obat tanpa indikasi
- Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari paparan debu
dan air kotor
- Menjelaskan kepada pasien cara menggunakan obat tetes mata
- Menjadwalkan konsul ulang jika keluhan dirasakan memberat

b. Farmakologi
- Tobramycin dan dexamethasone eye drop 6 x 1
- Sodium Chloride dan Potassium Chloride gtt/ 2 jam O

1.5 Prognosis

Quo ad vitam : bonam


Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
ANALISIS KASUS

Pasien An.TJ, perempuan, berusia 15 tahun dating ke poli PORSKM


dengan keluhan mata kanan merah dan pandangannya dengan keluhan mata kanan
kiri merah dan pandangan kabur. Pasien mengeluhkan mata kiri terasa
mengganjal. Pasien sering mengucek mata kiri karena mera ada yang mengganjal.
7 hari yang lalu, pasien mengeluhkan pada mata kiri keluar kotoran berlebih dan
berair-air terutama pagi hari. Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan.
Pemeriksaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis, laju pernapasan 20x/menit, nadi 111x/menit, TD
120/90 mmHg, suhu 36,6 oC. pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus okuli
dextra 6/6 dan okuli sinistra 6/7,5.. interpretasi dari pemeriksaan tajam
penglihatan okuli dextra normal, namun okuli sinistra mengalami penurunan
tajam penglihatan. Karena tajam penglihatan okuli sinistra tidak mencapai 6/6,
dilakukan pemeriksaan pinhole dengan hasil negative menunjukan tidak ada
perbaikan tajam penglihatan setelah penggunaan pinhole. Interpretasi pemeriksaan
pinhole okuli sinistra menunjukan bahwa kelainan visus bukan disebabkan
gangguan refraksi.
Tekanan intraokular okuli dextra didapatkan 12,0 mmHg, sedangkan
tekanan intraokular okuli sinistra didapatkan 15,0 mmHg Interpretasi tekanan
intraokular dekstra dan sinistra dalam batas normal. Kedudukan bola mata pasien
ortoforia yang menunjukkan bahwa pada posisi primer (primary position of gaze)
dan kerja otot-otot ekstraokular seimbang sehingga memungkinkan fusi tanpa
usaha apapun. Pemeriksaan gerakan bola mata dilakukan dengan 6 cardinal
direction of gaze. Hasil pemeriksaan gerakan bola mata pasien baik ke segala arah
yang menunjukkan tidak ada hambatan/keterbatasan dalam melakukan gerakan
bola mata.
Pada pemeriksaan segmen anterior didapatkan palpebra okuli dekstra dan
sinistra pasien tampak tenang. Pada konjungtiva okuli sinistra terdapat injeksi
konjungtiva dan injeksi siliar. Hal ini menunjukkan adanya dilatasi arteri
konjungtiva dan arteri siliaris anterior. Injeksi siliar mengindikasikan inflamasi
kornea. Injeksi konjungtiva kemungkinan melibatkan pembuluh darah
konjungtiva posterior oleh karena pembuluh darah ini letaknya lebih superfisial.
Mata merah akibat vasodilatasi kemungkinan berkaitan dengan reaksi inflamasi
baik karena proses peradangan sendiri dan cedera yang diakibatkan iritasi pasir
pada mata.
Kornea OS didapatkan tes fluoresein (+) didapatkan punctata multipel di
permukaan kornea. Defek kornea yang terletak pada bagian lateral dapat
mengganggu fungsi kornea sebagai media refraksi yang menyebabkan pandangan
menjadi kabur. Pada pasien, hasil tes fluoresein menunjukkan hasil positif pada
mata kanan yang ditandai dengan warna hijau dan terlihat gambaran infiltrat di
kornea. Tes fluoresein ditandai dengan adanya bagian kornea yang berwana hijau
saat dilihat dibawah sinar biru, hal ini terjadi karena ketika sel epitel kornea rusak
akan mengeluarkan enzim lisozim, enzim tersebut akan mengikat zat fluoresein
yang berwarna oranye, warna ini ketika dilihat dibawah sinar biru akan terlihat
berwarna hijau.
Bilik mata depan okuli dekstra dan okuli sinistra sedang. Iris okuli dekstra
dan sinistra gambaran baik. Pupil okuli dekstra dan sinistra bulat, sentral, refleks
cahaya (+), dan diameter 3 mm. Lensa okuli dekstra dan sinistra jernih.
Interpretasi pemeriksaan bilik mata depan, iris, pupil, dan lensa dalam batas
normal.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis
mengalami keratokonjungtivitis okuli sinistra . Keratokonjungtivitis adalah suatu
peradangan pada kornea dan konjungtiva yang disertai gambaran klinis berupa
mata merah dan penurunan visus mendadak. Trauma kornea menyebabkan
gangguan pada epitel kornea sehingga memudahkan penempelan mikroorganisme,
replikasi dan penetrasi mikroorganisme. Kornea bersifat avaskuler, maka
pertahanan pada waktu peradangan tidak dapat segera datang. Sel-sel inflamasi
memasuki stroma dari lapisan air mata melalui defek epitel kornea, terkadang sel
inflamasi ini dapat juga masuk dari interlamela pada limbus. Inflamasi stroma
dapat hadir dengan keberadaan pembuluh darah baru. Proses peradangan ini
kemudian disusul dengan dilatasi dari pembuluh darah pada limbus.
Kerusakan pada epitel konjungtiva yang disebabkan oleh agen berbahaya,
dalam hal ini kemungkinan adalah debu, dikarenakan pasien sering beraktivitas
ke dilruangan yang berdebu, dan kebiasaan menaiki motor tanpa menggunakan
helm berkaca, yan menyebabkan reaksi inflamasi. Sel inflamasi seperti neutrophil,
eosinophil, basofil, dan limfosit bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui
lapisan epitel ke permukaan. Sel-sel ini bergabung bersama fibrin dan mukus dari
sel goblet membentuk eksudat konjungtiva, yang produksinya meningkat terutama
di pagi hari. Epifora pada pasien ini disebabkan oleh peningkatan produksi air
mata. Peningkatan produksi air mata ini bersifat sekunder terhadap reaksi
inflamasi pada kornea dan konjungtiva yang menstimulus cabang sensori
oftalmika nervus trigeminalis dan mengaktifkan jaras eferen sistem parasimpatetik
yang menginervasi glandula lakrimal.
Tatalaksana pada kasus keratokonjungtivitis dibagi secara non
farmakologis dan farmakologis. Tatalaksana non farmakologis berupa
menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan prognosis penyakit.
menganjurkan pada pasien untuk melarang penggunaan obat tetes mata tanpa
indikasi, menjelaskan kepada pasien untuk menghindari paparan debu dan air
kotor, tidak mengucek atau menggosok mata dan cara menggunakan obat tetes
mata.
Sedangkan untuk tatalaksana farmakologis, dapat diberikan antibiotic
tobramycin eye drop dan juga artificial tears. Tujuan dari penatalaksanaan adalah
mengurangi rasa tidak nyaman pada mata, meminimalisasi komplikasi, dan
mencegah kerusakan fungsi yang permanen. Penggunaan antibiotik golongan
amynoglycoside dipilih karena dapat menekan reaksi sintesis dari bakteri
penyebab inflamasi. Penggunaan lubrikan merupakan tatalaksana lini pertama
pada iritasi okular. Pemberian artificial tears juga bertujuan untuk menghindrasi
mata, meredakan kemerah dengan memproteksi mata dari keadaan
hiperosmolaritas. Osmolaritas lapisan air mata yang tinggi menyebabkan air
berdifusi keluar dari sel epitel dan menyebabkan dehidrasi permukaan bola mata.
Artificial tears juga mampu melembabkan permukaan bola mata dengan
membentuk lapisan berminyak yang menjaga kelembaban di permukaan bola
mata dari berevaporasi.
Faktor yang mempengaruhi prognosis pada pasien dengan
keratokonjungtivitis adalah terlambatnya penanganan, terapi steroid sebelumnya,
riwayat operasi mata, tajam penglihatan buruk sebelum mengalami
keratokonjungtivitis, dan lokasi serta ukuran defek kornea. Prognosis pada pasien
ini quo ad vitam adalah bonam karena jarang sekali keratokonjungtivitis
mengancam nyawa. Prognosis quo ad functionam ini adalah dubia ad bonam
karena fungsi penglihatan terganggu (visus menurun). Prognosis quo ad
sanationam adalah dubia ad bonam.
LAMPIRAN

Gambar 1. Oculi Dextra et Sinistra dalam Keadaan Terbuka

Gambar 2. Oculi Dextra et Sinistra dalam Keadaan Tertutup


Gambar 3. Oculi Dextra Gambar 4. Oculi Sinistra

Gambar 5. Hasil Fluorosence Test Pada Oculi Sinistra

Gambar 6 Pemeriksaan Slit Lamp Oculli Sinistra


DAFTAR PUSTAKA

1. Susiyanti M, Aziza Y. Keratitis. Dalam: Sitorus RS, Sitompul R,


Widyawati S, Bani AP, editor. Buku ajar oftamologi. Edisi 1. Jakarta:
Pusat penerbitan departemen ilmu kesehatan mata Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2020.
2. Edwar L, Banni A, Aziza Y. Konjungtivitis. Dalam: Sitorus RS, Sitompul
R, Widyawati S, Bani AP, editor. Buku ajar oftamologi. Edisi 1. Jakarta:
Pusat penerbitan departemen ilmu kesehatan mata Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2020.
3. Ophtalmology AA of 2014-2015 Basic and Clinical Science Course
(BSSC) Section 2: Fundamentals and Principles of Ophtalmology. Edisi
2014. American Academy of Ophtalmology. San Fransisco. 2014; 75-121.
4. Asbury T, Augsburger J, Biswell R, Campbell RJ. Vaughan Asbury’s
General Ophtalmology. McGraw-Hill; 2011: 5-34.
5. Pradhan S, Prajna NV. Topical Fluoroquinolones: Current Perspectives.
DJO [serial online] 2015; 25: 267-271.
6. Larson, T. Artificial Tears: A Primer. University of Iowa Department of
Ophtalmology and Visual Sciences. 2016.

Anda mungkin juga menyukai