Anda di halaman 1dari 20

Bedside Teaching

SNAKE VENOM OPHTHALMIA OCULI


DEXTRA DENGAN KOMPLIKASI EROSI
KORNE OCULI DEXTRA

Diajukan sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di


Bagian Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/ RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang

Oleh:
Jasmine Rana Sahirah, S.Ked
04084822225108

Pembimbing:

Dr. dr. Ramzi Amin, Sp.M (K), Subsp. VR

KELOMPOK STAF MEDIK MATA


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022

2
HALAMAN PENGESAHAN

Bedside Teaching

Topik

SNAKE VENOM OPHTHALMIA OCULI DEXTRA DENGAN


KOMPLIKASI EROSI KORNEA OCULI DEXTRA

Oleh:

Jasmine Rana Sahirah, S.Ked.

04084822225108

Laporan Bedside Teaching ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di Kelompok Staf Medik Ilmu Kesehatan Mata
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya periode 5 Desember 2022 – 1 Januari 2023.

Palembang, Desember 2022

Pembimbing

Dr. dr. Ramzi Amin, Sp.M (K), Subsp. VR

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Bedside teaching dengan judul “Snake Venom
Ophthalmia Oculi Dextra dengan Komplikasi Erosi Kornea Oculi Dextra”.
Bedside teaching ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 5 Desember 2022
– 1 Januari 2023.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada Dr. dr. Ramzi Amin, Sp.M (K), Subsp. VR selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian bedside teaching ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para residen, teman-teman dokter
muda dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Bedside
teaching ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan bedside teaching ini masih jauh dari
sempurna, baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan bedside teaching ini.
Semoga bedside teaching ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, November 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................v
BAB I. STATUS PASIEN................................................................................................1
1.1 Identifikasi........................................................................................................1
1.2 Anamnesis (autoanamnesis).............................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik............................................................................................2
1.4 Diagnosis Kerja................................................................................................4
1.5 Tatalaksana.......................................................................................................4
1.6 Prognosis...........................................................................................................5
BAB II. ANALISIS KASUS............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
LAMPIRAN....................................................................................................................13

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tampak oculi dextra dan sinistra terbuka………………………….. 13


Gambar 2. Tampak oculi dextra dan sinistra tertutup…………………………..13
Gambar 3. Oculi dextra……………………………………………………….... 13
Gambar 4. Oculi Sinistra……………………………………………………….. 14
Gambar 5. Gambaran oculi dextra setelah ekstraksi…………………………… 14
Gambar 6. Gambaran oculi dextra pada Slit Lamp sebelum ekstraksi………… 15
Gambar 7. Gambaran oculi dextra pada Slit Lamp saat FT ………………….....15

vi
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 Identifikasi
Nama : Tn. R

Tanggal lahir/Usia : 4 Mei 1996/ 26 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Palembang

Tanggal Pemeriksaan : 11 Desember 2022 (19.30 WIB)

1.2 Anamnesis (Autoanamnesis pada tanggal 11 Desember 2022)


a. Keluhan Utama

Mata kanan terasa perih sejak 2 jam lalu

b. Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien mengeluh terkena semburan bisa ular sejak


pukul 17.00 WIB saat sedang mencoba mengusir ular di atas
lemari pasien. Pasien mengaku ular berwarna coklat dengan
bentuk kepala seperti sendok. Saat terkena semburan, pasien
hanya mengira terkena bagian pipi kanan pasien, lama
kelamaan mata kanan pasien terasa perih. Keluhan perih juga
disertai dengan mata merah, berair-air, dan terasa mengganjal.
Pasien juga mengeluh pandangan sedikit buram. Pasien sempat
mencuci matanya dengan air bersih mengalir. Pasien kemudian
dibawa ke IGD RSMH.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

1
● Riwayat mengucek mata tidak ada

● Riwayat mencuci mata dengan air kran ada

● Riwayat darah tinggi disangkal

● Riwayat kencing manis disangkal

● Riwayat memakai lensa kontak disangkal

● Riwayat memakai kacamata disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

e. Riwayat Pengobatan

Tidak ada

1.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80x/menit reguler, isi dan tegangan cukup


Frekuensi napas : 22x/menit

Suhu : 36,6°C

b. Status Oftalmologis

Oculi Dekstra Oculi Sinistra

Visus 6/7,5 ph 6/6 6/6

Tekanan P=N+0 P=N+0


Intraokular

2
Kedudukan Bola Orthoforia
Mata

Gerakan Bola
Mata

Segmen Anterior

Palpebra Tenang Tenang

Konjungtiva Hiperemis minimal Tenang

Kornea FT (+) dari jam 2 sampai 9 Jernih


dengan ukuran 9x5 mm di
arah parasentral

Bilik Mata Sedang Sedang


Depan

Iris Gambaran baik Gambaran baik

Pupil Bulat, sentral, refleks cahaya Bulat, sentral, refleks cahaya

(+), diameter 3 mm (+), diameter 3 mm

Lensa Jernih Jernih

Segmen Posterior

Refleks Fundus RFOD (+) RFOS (+)

Papil Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna merah
merah normal, C/D ratio : 0,3, normal, C/D ratio : 0,3, A:V 2:3
A/V 2:3

Makula Refleks fovea (+) normal Refleks fovea (+) normal

3
Retina Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik

1.4 Diagnosis Kerja


Snake venom ophthalmia OD dengn komplikasi erosi kornea OD

1.5 Tatalaksana
1. Non Farmakologi

a. Komunikasi, Informasi, Edukasi

1) Menjelaskan kepada pasien bahwa pada mata pasien


terdapat trauma zat kimia yang mengakibatkan rasa pedih
serta mengganjal mata.

2) Menjelaskan kepada pasien mengenai pentingnya


penggunaan APD standar pada saat pasien bekerja dan
berkendara.

3) Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari mengucek


mata untuk menghindari komplikasi.

4) Menjelaskan terapi yang diberikan dan meminta pasien


menggunakan obat sesuai aturan pakai

5) Menjelaskan kepada pasien apabila keluhan bertambah


berat setelah dilakukan tindakan seperti mata bertambah
merah, adanya kotoran, bengkak atau disertai penurunan
tajam penglihatan, segera kontrol ke dokter.

6) Menjelaskan kepada pasien untuk konsul ke poli mata


keesokan harinya.

b. Spooling mata

● Spooling menggunakan spuit 10 cc berisi 9 cc larutan


Aquades + 1 cc Povidone Iodine 10%. Saat spooling, pasien
4
diminta menggerakkan matanya ke segala arah, bagian
konjungtiva tarsal juga dibersihkan.

2. Farmakologi

a. Chloramphenicol ED UE 1gtt per 4 jam OD

b. (Sodium chloride 4,4 mg + Potassium chloride 0.8 mg) 1 gtt per


4 jam OD

1.6 Prognosis
● Quo ad vitam : bonam

● Quo ad functionam : bonam

● Quo ad sanationam : bonam

5
BAB II
ANALISIS KASUS

Tn. R, 26 tahun, datang dengan keluhan mata kanan terasa perih


setelah terkena semburan bisa ular. Pasien mengaku ular berwarna cokelat
dengan bentuk kepala seperti sendok. Pasien juga mengeluh mata merah,
berair, dan terasa mengganjal. Pasien juuga mengeluh pandangan kabur.
Riwayat mencuci mata kanan menggunakan air kran ada. Riwayat
mengucek mata tidak ada. Pasien kemudian berobat ke IGD RSMH untuk
tatalaksana lebih lanjut.

Pada anamnesis pasien mengeluh mata kanan perih setelah terkena


semburan bisa ular. Semburan bisa ular termasuk ke dalam trauma kimia
mata yang merupakan kegawatdaruratan mata. Pada anamnesis disebutkan
bawa ciri-ciri ular tersebut mengarah pada ular kobra. Pada bisa

Pada pemeriksaan fisik didapatkan mixed injeksi pada segmen


anterior konjungtiva kanan. Pada kornea kanan tampak corpus alienum
berupa gram di tepi limbus pada arah jam 9, ukuran 2x1 mm, dengan FT
(+).

Corpus alienum atau benda asing adalah salah satu penyebab


terjadinya cedera mata. Benda asing dapat mengenai beberapa bagian mata,
yaitu konjungtiva, kornea, lensa dan sklera dimana pada kornea lebih sering
bersifat ringan. Penyebab corpus alienum lebih sering dikaitkan dengan
pekerjaan pasien yaitu sebagai pekerja di pabrik kaca, besi, keramik,
ranting pohon dan sebagainya1. Sebagian besar benda asing kornea dapat
menyebabkan cedera ringan, tanpa menyebabkan morbiditas visual yang
signifikan atau gangguan saat bekerja. Beratnya kerusakan mata tergantung
dari besarnya corpus alienum, kecepatan masuknya, ada atau tidaknya
proses infeksi, dan jenis benda. Corpus alienum yang masuk ke dalam bola

6
mata akan berkomplikasi menimbulkan infeksi sekunder dan kerusakan
lebih parah pada mata.2,3

Pada anamnesis didapatkan keluhan utama pasien adalah mata kanan


yang terasa mengganjal. Hal ini disebabkan oleh adanya benda asing pada
kornea berupa serpihan yang menempati permukaan kornea mata sehingga
menimbulkan sensasi menganjal. Pada anamnesis juga ditemukan gejala
seperti perih, mata merah, dan berair-air. Pada pasien juga ditemukan faktor
risiko terjadinya keluhan yaitu pekerjaan pasien sebagai tukang las dan
tidak menggunakan kacamata pelindung yang standar saat bekerja.

Perih yang dirasakan dapat terjadi oleh karena adanya benda asing
pada kornea berupa serpihan yang melukai segmen anterior mata. Keluhan
nyeri tersebut terjadi karena epitel kornea mengandung banyak ujung serat
saraf bebas, dimana konjungtiva dan kornea dipersarafi nervus trigeminus
yang sensiitf akan rangsangan nyeri sehingga kerusakan mata yang
mengandung serabut aferen nervus trigeminus akan membawa informasi
nyeri padan mata.

Benda asing pada kornea dapat merangsang timbulnya reaksi


inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah arteri konjungtiva
posterior sehingga menyebabkan terjadinya injeksi konjungtiva dan untuk
injeksi siliar berasal dari a. siliaris anterior. Keadaan ini menyebabkan mata
tampak menjadi merah.

Mata berair merupakan mekanisme proteksi dimana ketika terdapat


benda asing, mata akan mengeluarkan air mata yang mengandung lisozim
untuk menetralisir zat asing, apabila zat asing tersebut tidak dapat diatasi
oleh air mata maka air mata akan keluar terus-menerus selama benda asing
tersebut belum diekstraksi. Hal ini dapat terjadi akibat benda asing
merangsang nervus trigeminus yang menimbulkan refleks
trigeminoautonomik yang berakibat aktivasi efektor parasimpatis ganglion
pterigopalatin yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan lakrimasi
pada mata (aktivasi ganglion siliar). Gesekan benda asing dapat

7
menyebabkan komplikasi seperti erosi korena akibat terkelupasnya epitel
kornea.4,5

Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan visus mata kanan dan kiri


6/6. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan visus normal atau menurun
bergantung letak benda asing, Pasien tidak memiliki riwayat keluhan
pandangan kabur ataupun penggunaan kacamata sebelumnya. Jika dilihat
dari aksis visual pasien, letak benda asing tidak menutupi jalan cahaya
sehingga tidak mengganggu perubahan indeks refraksi kornea.8
Konjungtiva mata kanan juga terdapat mixed injeksi yang disebabkan
benda asing mengenai epitel kornea yang merangsang reaksi inflamasi dan
dilatasi pembuluh darah arteri konjungtiva. Adanya benda asing pada
kornea dapat selanjutnya untuk dilakukan tes fluorescein dalam
menentukan letak pasti benda asing dan menilai defek pada epitel kornea.6

Pemeriksaan harus dilakukan secara benar dan teliti pada kasus


corpus alienum. Semua pasien dengan benda asing kornea harus dilakukan
pemeriksaan dengan slit lamp. Perawatan harus dilakukan untuk
menginspeksi seluruh bagian mata termasuk membalikkan kelopak mata
atas, karena benda asing dapat tersembunyi di bawah konjungtiva tarsal dan
menimbulkan trauma setiap kali mata berkedip. Pemeriksaan pertama kali
dilakukan tanpa zat pewarna. Inspeksi bagian kelopak, bulu mata,
konjungtiva, sklera, lihat apakah ada injeksi, kemosis, kedalaman bilik
mata depan, sel dan flare pada bilik mata depan dan juga benda asing yang
terlihat.6

Pada kasus, ditemukan benda asing berukuran 2 x 1 mm. saat


dilakukan pemeriksaan flourescen test, didapatkan hasil yang positif. Erosi
kornea seringkali sangat halus dan dapat terlewatkan dengan inspeksi visual
tanpa bantuan menggunakan slit lamp. Oleh karena itu, tindakan pewarna
fluorescein yaitu alat yang diperlukan untuk mendiagnosis kerusakan epitel
kornea yang tersembunyi dapat dikerjakan. Pada fluorescein test dengan slit
lamp dan menggunakan filter cobalt blue, pemeriksaan fluoresein
dilakukan untuk menilai adanya defek pada kornea, caranya adalah mata
8
ditetes pantocain 0.5% 1 tetes pada mata yang ingin diperiksa lalu zat
warna fluoresein diteteskan pada mata yang ingin diperiksa (1 tetes).
Selanjutnya zat warna yang diirigasi dengan menggunakan aquades atau
larutan garam fisiologik sampai air mata tidak berwarna hijau lagi. Kornea
dilihat dengan lampu biru apakah ada yang berwarna hijau atau tidak.
Fluorescein (+) ditandai dengan adanya bagian kornea yang berwarna hijau
saat dilihat dibawah sinar biru, hal ini terjadi karena ketika sel epitel kornea
rusak akan mengeluarkan enzim lisozim yang mengikat fluorescence yang
berwarna orange/kuning, warna ini akan terlihat dibawah sinar biru sebagai
warna hijau. Dapat juga dilakukan pemeriksaan seidel test untuk
mengetahui apakah terdapat laserasi luas pada kornea, dalam membantu
pemilihan tatalaksana yang tepat selanjutnya.

Komplikasi yang dapat ditimbulkan apabila tidak segera ditatalaksana


meliputi infeksi, nekrosis jaringan, konjungtivitis, keratitis, ulkus kornea
dan penetrasi okular. Kejadian corpus alienum berulang dikaitkan dengan
munculnya parut kornea yang mengganggu tajam penglihatan.6

Tatalaksana pada kasus corpus alienum kornea dibagi secara non


farmakologis dan farmakologis. Tujuan dari penatalaksanaan adalah
mengurangi nyeri ataupun rasa tidak nyaman pada mata, mencegah infeksi,
dan mencegah kerusakan fungsi yang permanen. Dilakukan spooling pada
mata yang terkena corpus alienum dengan menggunakan spuit 10 cc berisi
9 cc larutan aquades + 1 cc Povidone Iodine 10%. Ekstraksi benda asing
mata harus dilakukan segera karena ketika benda asing mengenai kornea
akan terjadi sensasi nyeri yang biasanya diikuti dengan pasien mengucek-
ngucek matanya dengan kasar, akibatnya dapat terjadi abrasi kornea, tidak
menutup kemungkinan dapat terjadi pendorongan benda asing masuk ke
bagian dalam kornea. Benda asing logam harus di ekstraksi dalam waktu
kurang dari 24 jam. Benda asing logam dapat menyebabkan terjadinya
oksidasi dan bersifat toksik.7

Ekstraksi corpus alienum dilakukan dengan menggunakan


kapas/cotton bud, atau jarum. Pada kasus ini digunakan cotton bud untuk
9
mengeluarkan benda asing dengan bantuan slit lamp. Arah pengambilan,
dari tengah ke tepi. Lalu mata diberikan salep kloramfenikol dan dibebat
tekan selama 8 jam. Setelah 8 jam di bebat tekan, pasien diberikan
Artificial tears 1 gtt/4 jam OD dan Chloramphenicol 1 gtt/4 jam OD untuk
mencegah infeksi sekunder dan melubrikasi mata.7

Prognosis bergantung pada seberapa berat trauma pada mata dan


penanganan yang dilakukan. Pada trauma dimana benda asing berada di
permukaan mata tanpa adanya perforasi, umumnya prognosis baik karena
benda asing tersebut dapat langsung dikeluarkan dan akibatnya sangat
ringan tanpa meninggalkan bekas ataupun hanya berupa nebula bila pada
kornea. Pada kasus ini prognosis quo ad vitam ialah bonam, karena tidak
mengancam jiwa. Prognosis quo ad functionam ialah bonam, karena corpus
alienum ini tidak mengenai aksis visual (pupil) yang menyebabkan
penurunan visus pada pasien, dan secara quo ad sanationam ialah dubia ad
malam karena pada pasien sudah pernah terjadi keluhan serupa sebelumnya
dan masih dapat terjadi rekurensi karena risiko pekerjaan pasien sebagai
tukang las yang berisiko terpapar kembali dengan serpihan besi saat
bekerja.7

10
DAFTAR PUSTAKA

11
LAMPIRAN

Gambar 1. Tampak oculi dextra dan sinistra terbuka

Gambar 2. Tampak oculi dextra dan sinistra tertutup

Gambar 3. Oculi dextra


12
Gambar 4. Oculi Sinistra

Gambar 5. Oculi dextra post ekstraksi

13
Gambar 6. Gambaran oculi dextra pada Slit Lamp sebelum ekstraksi

Gambar 7. Gambaran oculi dextra pada Slit Lamp saat FT

14

Anda mungkin juga menyukai