Anda di halaman 1dari 12

Short Case

KATARAK SENILIS IMATUR OKULI DEKSTRA DAN


KATARAK SENILIS IMATUR OKULI SINISTRA

Diajukan sebagai salah satu syarat Kepanitraan Klinik di


Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:
Muhammad Fadill Akbar, S.Ked
04054822022199

Pembimbing:
dr. Prima Maya Sari, Sp.M (K)

BAGIAN/KSM ILMU KESEHATAN MATA

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Short Case

KATARAK SENILIS IMATUR OKULI DEKSTRA DAN


KATARAK SENILIS IMATUR OKULI SINISTRA

Oleh:

Muhammad Fadill Akbar, S.Ked 04054822022199

Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepanitraan Klinik di Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 2
Desember – 18 Desember 2021.

Palembang, Desember 2021


Pembimbing

dr. Prima Maya Sari, Sp.M (K)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Short Case dengan
judul “Katarak Senilis Imatur Okuli Dekstra dan Katarak Senilis Imatur Okuli
Sinistra” untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan bagian dari system
pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya Kepanitraan Klinik di Bagian/KSM
Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada dr. Prima Maya Sari, Sp.M (K) serta dokter
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) selaku pembimbing yang telah
membantu memberikan bimbingan dan masukan sehingga laporan Short Case ini
dapat selesai. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan
tugas ilmiah ini, semoga bermanfaat.

Penulis, Desember 2021

Penulis
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identifikasi
Nama : Tn. D
Umur : 86 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 7 Desember 2021

1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Pandangan kedua mata kabur seperti berasap yang memberat sejak
1 bulan SMRS.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 1 bulan SMRS, pasien mengeluh pandangan kedua mata
kabur semakin memberat. Pasien masih mengeluhkan pandangan kabur
seperti berasap. Pasien datang berobat ke Poliklinik Mata RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang untuk ditatalaksana lebih lanjut.
Sejak 1 tahun SMRS pasien mengeluhkan pandangan kedua mata
kabur seperti berasap. Keluhan mata merah, nyeri, berair, gatal dan
terdapat kotoran pada kedua mata disangkal. Pasien mengaku tidak
terdapat pandangan seperti melihat pelangi, pandangan seperti melihat
kilatan cahaya, pandangan seperti melihat terowongan, pandangan ganda
dan pandangan melihat benda terbang. Keluhan nyeri kepala, mual, dan
muntah disangkal. Pasien tidak memeriksakan terkait keluhannya ke
dokter.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat dengan keluhan serupa disangkal
- Pasien pemakaian kacamata disangkal
- Riwayat Hipertensi disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus disangkal
- Riwayat trauma pada mata disangkal
-
d. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

1.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Frekuensi Napas : 20x/menit
Suhu : 36,7 0C

b. Status Oftalmologis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus 6/21 PH (-) 6/12 PH (-)
TIO 15,6 mmHg 15,6 mmHg

Kedudukan Bola Mata Ortoforia


Gerak Bola Mata Baik ke segala arah

Baik ke segala arah


Segmen Anterior
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, sentral, reflex Bulat, sentral, reflex
cahaya (+), diameter 3 cahaya (+), diameter 3
mm mm
Lensa Keruh, shadow test (+) Keruh, shadow test (+)
Segmen Posterior
Reflek Fundus RFOD (+) RFOS (+)
Papil Bulat, batas tegas, Bulat, batas tegas,
warna kemerahan, c/d warna kemerahan, c/d
ratio 0,3, a:v 2:3 ratio 0,3, a:v 2:3
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Retina Kontur pembuluh Kontur pembuluh
darah baik darah baik

1.4 Pemeriksaan Penunjang


- Pemeriksaan USG transpalpebra

1.5 Diagnosis Kerja


- Katarak Senilis Imatur Okuli Dekstra + Katarak Senilis Imatur Okuli Sinistra

1.6 Tatalaksana
a. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pandangan kedua mata yang
kabur disebabkan katarak pada kedua lensa mata oleh proses
degenerative karena proses penuaan.
- Menjelaskan kepada pasien mengenai tatalaksana bahwa katarak
tidak dapat diobati dengan obat tetapi dapat ditatalaksana dengan
operasi dan pemberian lensa tanam pada mata.
- Menjelaskan kepada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi
katarak, jenis tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangannya.
- Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak
dioperasi.
b. Farmakologi
- Artificial tears 1 gtt ODS / 6 jam
- Catarlent 1 gtt ODS / 8 jam

1.7 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

BAB II
ANALISIS KASUS

Tn. D, 86 tahun datang dengan keluhan pandangan kedua mata kabur yang
semakin memberat sejak 1 bulan yang lalu. Sejak 1 tahun SMRS pasien
mengeluhkan pandangan kedua mata kabur seperti berasap. Keluhan mata merah,
nyeri, berair, gatal dan terdapat kotoran pada kedua mata disangkal. Pasien
mengaku tidak terdapat pandangan seperti melihat pelangi, pandangan seperti
melihat kilatan cahaya, pandangan seperti melihat terowongan, pandangan ganda
dan pandangan melihat benda terbang. Keluhan nyeri kepala, mual, dan muntah
disangkal. Pasien tidak memeriksakan terkait keluhannya ke dokter. Sejak 1 bulan
SMRS, pasien mengeluh pandangan kedua mata kabur semakin memberat. Pasien
masih mengeluhkan pandangan kabur seperti berasap. Pasien datang berobat ke
Poliklinik Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang untuk ditatalaksana
lebih lanjut.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, keluhan pandangan kabur seperti
berasap merupakan gejala khas pada penderita katarak. Sehingga bisa diduga
kemungkinan keluhan yang dirasakan pasien mengarah ke diagnosis katarak.
Pasien yang berusia 86 tahun, juga merupakan faktor risiko untuk menderita
katarak, terutama katarak senilis yang terjadi pada usia lanjut yaitu diatas 60
tahun. Pandangan seperti melihat terowongan tidak ada bisa menjadi
pertimbangan bahwa keluhan yang dirasakan pasien bukan karena glaukoma,
yang dapat menjadi komplikasi dari katarak. Pasien memiliki riwayat penggunaan
kacamata, namun pasien lupa ukuran dan tidak membawa kacamata. Pasien
mengaku sudah tidak nyaman lagi menggunakan kacamata. Hal ini dapat menjadi
pertimbangan bahwa pandangan kabur yang dirasakan oleh pasien bukan karena
kelainan refraksi.
Pada pemeriksaan status generalis didapatkan keadaan umum tampak sakit
ringan, kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90 x/menit,
isi dan tegangan cukup, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,7oC. Pada
pemeriksaan oftalmologikus didapatkan VOD 6/21 PH (-), VOS 6/12 PH (-).
Tekanan intraokular okuli dektra sinistra dalam batas normal, kedudukan bola
mata ortoforia, dan gerakan bola mata okuli dektra sinistra baik ke segala arah.
Pemeriksaan segmen anterior didapatkan palpebral okuli dektra sinistra tampak
tenang, konjungtiva okuli dektra sinistra tampak tenang, kornea okuli dektra
sinistra jernih, bilik mata depan okuli dektra sinistra sedang, iris okuli dektra
sinistra gambaran baik, pupil okuli dekstra sinistra tampak bulat, sentral, terdapat
reflex cahaya, berdiameter 3 mm, lensa okuli dekstra sinistra tampak keruh dengan
shadow test (+) pada kedua mata. Pemeriksaan segmen posterior okuli dekstra
sinistra ditemukan reflex fundus (+), papil bulat, batas tegas, warna kemerahan,
c/d ratio 0,3, a:v 2:3, refleks fovea (+), dan kontur pembuluh darah baik.
Lensa sebagian keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume
lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif, sehingga pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil dan dapat menimbulkan glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji
bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa, disebut
shadow test positif. Shadow test positif ini terdapat pada stadium katarak imatur.
Apabila hasil shadow test negatif, maka kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan
lensa. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar
sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama
kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur.
Katarak senilis terjadi karena peningkatan ketebalan lensa dan
berkurangnya kekuatan akomodatifnya. Perubahan kimia dan pembelahan
proteolitik dari kristalin (protein lensa) menghasilkan pembentukan agregat protein
dengan massa molekular yang besar. Agregat-agregat ini bisa menjadi cukup
besar untuk mengganggu fluktuasi indeks refraktif lokal lensa, yang menyebabkan
tersebarnya cahaya dan transparansi yang menurun. Perubahan kimia dari protein
nuklear lensa juga meningkatkan opasitas, seperti lensa menjadi lebih kuning atau
coklat seiring bertambahnya umur. Perubahan kimia lain seperti penurunan
konsentrasi glutathione dan kalium dan peningkatan konsentrasi natrium dan
kalsium di sitoplasma sel lensa. Terdapat dua teori proses terjadinya katarak
senilis, yaitu teori hidrasi dan teori sklerosis. Teori hidrasi, yakni kegagalan
mekanisme pompa aktif epitel lensa dan menyebabkan air tidak dapat keluar dari
lensa menyebabkan tekanan osmotik meningkat. Teori sklerosis, yakni serabut
kolagen yang bertambah sehingga terjadi pemadatan di tengah dan terjadi
sklerosis (lapisan baru serat kortikal terbentuk secara konsentris, nukleus lensa
mengompresi danmengeras) pada nukleus lensa. Jika lensa mencembung, bisa
menimbulkan hambatan pupil dan terjadi glaukoma sekunder.
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah. Operasi
pada pasien katarak berupa ekstraksi lensa dan implantasi IOL ODS bertujuan
untuk perbaikan visus, terapi diagnostik dan kosmetik. Teknik operasi
phacoemulsification menggunakan alat tip ultrasonik untuk memecah nukleus
lensa dan selanjutnya pecahan nucleus dan korteks lensa diaspirasi melalui insisi
yang sangat kecil (2,5-3 mm) dan kemudian dimasukkan lensa intraocular yang
dapat dilipat. Dengan demikian, teknik ini mempunyai kelebihan seperti
penyembuhan luka yang cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, tidak
menimbulkan astigmatisme pasca bedah, komplikasi dan inflamasi pasca bedah
minimal. Setelah dilakukan operasi, nantinya pasien akan dirawat terlebih dahulu
untuk memantau komplikasi yang dapat terjadi. Pasien post-operasi biasa akan
mengalami reaksi peradangan akut yang menimbulkan hiperemis dan perdarahan
subkonjungtiva. Komplikasi yang paling ditakutkan dan berbahaya pada pasien
post operasi katarak, yaitu endoftalmitis. Adanya kemungkinan endoftalmitis
kronis inilah yang membuat pasien post-operasi katarak harus tetap kontrol hingga
6 minggu pasca-operasi dan pada waktu yang ditentukan setelahnya. Beberapa
metode operasi katarak lain yang telah dikenal diantaranya ICCE (Intracapsular
Cataract Extraction) dan ECCE (Extracapsular Catarct Extraction), SICS (Small
Incision Catarct Surgery).
Pada pasien ini dilakukan tatalaksana pemberian artificial tears 4x1 tetes
pada mata kanan dan kiri. Selain itu juga diberikan catarlent 3x1 tetes. Tindakan
operasi belum dilakukan karena visus pasien masih baik dan katarak belum matur.
Indikasi operasi dapat dilakukan karena indikasi kosmetik. Namun pasien tidak
ingin dilakukan tindakan tersebut. Pemberian medikamentosa dilakukan hanya
untuk menghambat progresifitas katarak, bukan sebagai terapi definitif.
Prognosis ad vitam dari penyakit ini adalah bonam, dimana penyakit ini
bukanlah penyakit yang dapat berujung kepada kematian, namun merupakan
penyakit degeneratif akibat suatu proses penuaan. Prognosis ad functionam pada
pasien ini adalah dubia ad bonam karena jika pasien dioperasi katarak dengan
pemasangan IOL atau tidak (menggunakan kacamata), maka hasilnya dapat
meningkatkan visus, kemudian prognosis ad sanationam pada pasien adalah dubia
ad bonam dikarenakan penyakit ini perlu untuk diperhatikan sebaik mungkin
karena setelah di tatalaksana kemungkinan dapat terjadi komplikasi lain.

LAMPIRAN
Gambar 1. Pemeriksaan Okuli Dekstra dan Sinistra kondisi terbuka

Gambar 2. Pemeriksaan Okuli Dekstra dan Sinistra kondisi terbuka

Gambar 3. Pemeriksaan Okuli Dekstra


Gambar 4. Pemeriksaan Okuli Sinistra

Anda mungkin juga menyukai