Oleh:
Ika Puji Lestari, S.Ked
G1A218013
Pembimbing :
dr. Ameria Paramita, Sp. M. MARS
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Ika Puji Lestari, S.Ked
G1A218013
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan CRS yang berjudul “Ruptur
Kornea Okuli Dextra e.c. Trauma Mekanik” sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Program Studi Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Mata di Rumah
Sakit Umum Abdul Manap Kota Jambi
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis
Identifikasi Nama : Tn. R
Umur : 57 tahun
Alamat : Senaung, Seberang, Kota Jambi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal berobat : 30 Juli 2019
Keluhan utama Mata kanan merah sejak 3 minggu SMRS
Anamnesa Khusus Pasien datang ke poli mata Rumah Sakit Abdul Manap
dengan keluhan mata kanan merah yang sudah dirasakan
sejak 3 minggu SMRS. Keluhan diawali saat 3 minggu
yang lalu pasien mengalami kelilipan sesuatu yang
dirasakan seperti ada yang menabrak matanya dengan
cukup kuat saat mengendarai motor pada malam hari, dan
diketahui pasien tidak menggunakan pelindung mata. Pada
saat itu pasien tidak merasakan adanya keluhan, dan mata
hanya dikucek saja. Keesokan harinya pasien merasakan
gatal pada mata kanannya dan pasien menjadi sering
mengucek mata, keluhan ini disertai mata merah, perih dan
juga berair serta lebih silau. Setelah 4 hari kejadian pasien
merasakan pandangan menjadi kabur, kemudian pasien
berobat ke salah satu rumah sakit, dan diberikan obat tetes
mata. Namun pasien merasa keluhan tidak juga berkurang.
Keluhan demam (-), pusing (+), mual dan muntah (-)
Riwayat penyakit a. Riwayat keluhan serupa (-)
dahulu b. Riwayat operasi (-)
c. Trauma pada mata (-)
d. Hipertensi (-)
e. Diabetes melitus (-)
f. Alergi (-)
g. Riwayat memakai kaca mata (-)
Anamnesa keluarga Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama seperti pasien
4
Riwayat gizi Baik
Keadaan sosial Menengah, pasien seorang pekerja swasta dan tinggal
ekonomi bersama keluarga
Penyakit sistemik
Tractus respiratorius Tidak ada keluhan
Tractus digestivus Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler Tidak ada keluhan
5
Pemeriksaan Eksternal
OD OS
6
COA COA
Sedang Sedang
Pupil Pupil
Irregular Bulat, regular
Refleks Cahaya : Refleks Cahaya :
- Direct (+) - Direct (+)
- Indirect (+) - Indirect (+)
Diameter : ⼟ 2 mm Diameter : 3 mm
Iris Iris
Coklat, kripta normal, prolaps (-) Coklat, kripta normal, prolaps (-)
Sinekia anterior (+)
Lensa : Jernih Lensa : Jernih
Tekanan Intra Okuler
Palpasi : normal Palpasi : normal
TonometerSchiotz : tidak dilakukan Tonometer Schiotz : tidak dilakukan
Palpasi
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Massa (-) Massa (-)
Pembesaran Gl. Aurikuler (-) Pembesaran Gl. Aurikuler (-)
Funduskopi
Funduskopi: tidak dilakukan Funduskopi: tidak dilakukan
Ultrasonografi
7
Pemeriksaan Umum
Tinggi badan 162 Cm
Berat badan 54 Kg
Tekanan darah 110/70 mmHg
Nadi 80 kali/menit
Suhu 36,8 0C
Pernapasan 20 kali/menit
Kerdiovaskuler BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Traktus gastrointestinal Bising usus (+)
Paru-paru Vesicular (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Neurologi Tidak dilakukan
Anjuran Pemeriksaan :
- Slit Lamp
Pengobatan :
Medikamentosa :
- Levofloxacin eye drops 6 x 1 OD
Pembedahan :
Edukasi :
- Istirahat
8
- Memakai obat secara teratur
Prognosis :
Quoad vitam : ad bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang
kornea dan di depan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos
dan vitreus, berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang
bola mata, berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus
ke otak.
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visual ke otak.
Humor aqueus : caian jernih dan encer yang mengalir diantara lensa
dan kornea (mengisi segmen anterior bola mata) serta merupakan
sumber makanan bagi lensa dan kornea, dihasilkan oleh processus
ciliaris.
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di
depan retina (mengisi segmen posterior mata).
3.2 Kornea5
Lapisan kornea :
1. Epitel
- Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
11
- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur,
sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas
terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk
bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
trauma.
4. Membran Descement
- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
12
- Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 m.
5. Endotel
- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, besar 20-
40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden. 5
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan. 5
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutupi bola mata
di bagian depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk dilakukan oleh kornea.
Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata,dan rongga
orbita. Kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi
mata sebagai indra penglihatTrauma okuli dapat terjadi mulai trauma minor
13
seperti terkena sabun sampai trauma berat yang menyebabkan kehilangan
penglihatan bahkan sampai hilangnya mata.6
Trauma okuli
Bola mata merupakan komponen yang terdiri dari lapisa fibrosa bagian
luar ( kornea dan sklera). berdasarkan hal tersebut Definisi yang diutarakan oleh
American Ocular Trauma Society mengenai trauma okuler mekanik membagi lagi
menjadi6,12
14
atau keduanya. Termasuk didalamnya ruptur dan laserasi dinding bola
mata.
• Ruptur merujuk pada luka pada dinding bola mata dengan
ketebalan penuh sebagai dampak dari trauma tumpul. Luka yang
timbul disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler secara
tiba-tiba melalui mekanisme trauma inside-out.
• Laserasi merujuk pada luka pada dinding mata dengan ketebalan
penuh yang disebabkan oleh benda tajam. Luka yang dihasilkan
merupakan akibat mekanisme luar ke dalam (outside-in), termasuk
di dalamnya :
o Trauma penetrasi merujuk pada laserasi tunggal dari dinding
mata yang disebabkan oleh benda tajam
o Trauma perforasi merujuk pada dua laserasi pada dinding mata
dengan ketebalan penuh ( satu masuk dan satu keluar) yang
disebabkan oleh benda tajam. Dua luka yang terbentuk harus
disebabkan oleh benda yang sama.
o Trauma benda asing intraokuler merupakan suatu trauma
penetrasi ditambah dengan tertinggalnya benda asing
intraokuler.
15
rata 31 tahun. Trauma okuli merupakan penyebab kebutaan terbanyak pada
individu di bawah usia 25 tahun.
16
3.3.3 Etiologi Trauma Okuli6,10
1. Trauma Mekanik
Trauma tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis atau bola bulu tangkis
Trauma tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, dan peralatan
pertukangan
2. Trauma Kimia
Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai,
kapur, lem
Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan-bahan asam di laboratorium
3. Trauma Radiasi
1. Anamnesis9
17
sklera bahkan pada trauma minor.Pada kasus trauma tumpul, mekanisme,
besarnya tekanan dan arah datangnya penyebab trauma penting untuk
mengetahui adanya kemungkinan kerusakan lebih berat.Untuk kasus trauma
penetrans, penting untuk mengetahui komposisi benda asing penyebab trauma,
memastikan potensi terdapat bagian dari benda asing yang masih tertinggal di
mata.
2. Pemeriksaan Fisik9
Pemeriksaan oftalmologi
a. Pemeriksaan visus :
Visus adalah vital sign untuk mata oleh karena itu pengukuran visus
pasien merupakan tahap pertama dalam pemeriksaan oftamologi.Pengukuran
visus harus dilakukan pada semua pasien trauma okuli yang sadar dan responsif
sebagai faktor penting untuk menegakkan diagnosis dan membantu
memprediksi kondisi penglihatan pasien setelah manajemen terapi.Penggunaan
anestesi topikal saat pemeriksaan visus dapat membantu pada pasien dengan
nyeri okular akut atau blepharospasme.Pemeriksaan penglihatan sentral
mungkin mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous
dankerusakan pada sistem suplai untuk retina.
c. Pemeriksaan Pupill0
18
stimulasi cahaya (refleks pupil).Penting juga dilakukan skirining untuk
kemungkinan adanya defek aferen pupil dengan pemeriksaan swinging
flashlight. Pemeriksaan ini berdasarkan asumsi bahwa kedua mata dengan jaras
nervus optikus yang normal memiliki respon konstriksi konsensual yang
samaterhadap cahaya. Ketika fungsi nervus optikus (jalur aferen) mengalami
gangguan, pupil mata yang sakit akan tetap berkonstriksi saat cahaya diarahkan
pada mata yang normal, akan tetapi, ketika cahaya diarahkan pada mata yang
abnormal, pupil akan berdilatasi akibat dari penurunan input nukleus Edinger-
Westphal. Defek dari aferen pupil harus diwaspadai terhadap kemungkinan
adanya patologis nervus optikus atau trauma berat retina.
d. Motilitas Okular2,10
Normalnya, refleks cahaya kornea harus berada pada posisi yang relatif
sama antara kornea mata kanan dan kiri, pasien juga harus bisa menggerakkan
matanya pada semua arah (supraduksi, infraduksi, adduksi, abduksi). Adanya
keterbatasan ektraokular motilitas dapat mengindikasikan fraktur orbital,
19
kerusakan nervus kranial, tramat otot ekstraokular, pembatasana motilitas bola
mata akibat edema intraorbital atau darah.Pada pasien yang mengeluh diplopia,
penting untuk membedakan kondisi pasien adalah diplopia monokular atau
binokular.Diplopia yang menetap saat mata yang sehat ditutup (monokular
diplopia) mengarah pada kemmungkinan abnormalitas medial okular, seperti
iregularitas kornea, abnormalitas lensa, atau iridodialisis.Diplopia yang hilang
saat salah satu mata ditutup (binokular diplopia) mengindikasikan adanya defek
koordinasi pergerakan mata.
20
mengarah pada open-globe injury.Pada kasus kecurigaan perforasi kornea,
dapat dilakukan test seidel untuk mengidentifikasi kebocoran humor aqueous.
Seidel tes dilakukan dengan memberikan fluorescein pada daerah yang dicurigai
terjadi kebocoran, adanya kebocoran humor aqueous akan mendilusi warna
oranye dari fluorescein menjadi berwarna kuning kehijauan terang saat disinari
cahaya biru kobalt. Seidel test positif menandakan perforasi kornea, sementara
hasil yang negatif tidak selalu sebaliknya sebab beberapa luka pada kornea
dapat sembuh sendiri. Pemeriksaan pada iris meliputi warna, defek, bentuk yang
iregular.Adanya subluksasi lensa akibat trauma bermanifestasi berupa gambaran
bulan sabit di tengan pupil.Ditemukannya kedangkalan pada kamera okuli
anterior dapat mengarah pada open-globe injury atau dislokasi
lensa.Normalnya, COA terlihat jernih, tetapi pada kasus trauma dapat
ditemukan adanya darah (hifema) atau eksudat purulen (hipopion). Cell dan
flare adalah tanda inflamasi COA, dan dapat dilihat melalui slit lamp.
Defek epitel kornea: kerusakan epitel kornea dapat bervariasi mulai dari
keratitis epitel punctata yang ringan sampai defek kornea yang menyeluruh.
Stroma yang kabur : kekaburan stroma bervariasi, mulai dari yang ringan
sampaimenyeluruh sehingga tidak bisa melihat COA
21
Perforasi kornea: lebih sering dijumpai beberapa hari-minggu stelah trauma
yang berat
Reaksi inflamasi KOA: tampak gambaran flare dan sel di KOA.
Kerusakan kelopak mata
Inflamasi konjunctiva
Penurunan ketajaman penglihatan
3. Pemeriksaan Penunjang11
a. Ocular Imaging
Foto polos, CT, USG, dan MRI dapat digunakan untuk evaluasi trauma
okuli. CT saat ini lebih menjadi pilihan menggantikan foto polos dalam
mengevaluasi trauma okular.CT dapat menunjukkan fraktur orbital, benda
asing pada intraokular dan orbital, rupture bola mata dan perdarahan
retrobulbar.Meskipun begitu, benda asing yang bersifat radioluscent seperti
kaca, plastik, kayu sulit untuk dideteksi dengan CT atau foto polos.Standar
pemeriksaan CT meliputi potongn axial dan koronal, penggunaan kontras
sering tidak dibutuhkan.Jika CT tidak ada, foto polos dapat menjadi alat
untuk skrining benda asing berbahan metalik atau mengevaluasi fraktur
orbital dan trauma pada sinus. Dalam waktu 24 sampai 72 jam setelah trauma,
modalitas yang paling berfungsi utama adalah CT scan. Apabila pemeriksaan
okular ditutupi oleh media opak seperti darah, B-scan ultrasound dapat
memberikan anatomi intraokular secara lebih baik daripada CT. USG dapat
mendeteksi adanya benda asing intraokular, retinal detachment, perdarahan
koroidal, perdarahan vitreous, dan perdarahan orbital. Karena
penggunaantransducer dapat menekan bola mata, USG harus dihindari pada
kasus dengan kecurigaan kerusakan bola mata.
b. Hematologi
22
PATOFISIOLOGI
Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan luar
bola mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda asing. Meskipun demikian
kebanyakan trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan
pembetukan infeksi yang berasal dari terputusnya atau perlengketan pada kornea
yang mana hal ini dapat menjadi serius. Benda asing dan aberasi di kornea
menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak
mata digerakkan. Defek epitel kornea dapat menimbulkan keruhan serupa.
Fluoresens akan mewarnai membran basal epitel yang terpajan dan dapat
memperjelas kebocoran cairan akibat luka tembus (uji Seidel positif)2
23
3.3.5 Management Trauma Okuli12,13
1. Irigasi
2. Reepitelisasi kornea
3. Mengendalikan proses peradangan
4. Mencegah terjadinya infeksi
5. Mengendalikan TIO
6. Menurunkan nyeri : siklopegik
24
BAB IV
ANALISIS KASUS
datang ke poli mata Rumah Sakit Abdul Manap dengan keluhan mata kanan
merah yang sudah dirasakan sejak 3 minggu SMRS. Keluhan diawali saat 3
minggu yang lalu pasien mengalami kelilipan sesuatu yang dirasakan seperti ada
yang menabrak matanya dengan cukup kuat saat mengendarai motor pada malam
hari, dan diketahui pasien tidak menggunakan pelindung mata. Pada saat itu
pasien tidak merasakan adanya keluhan, dan mata hanya dikucek saja. Keesokan
harinya pasien merasakan gatal pada mata kanannya dan pasien menjadi sering
mengucek mata, keluhan ini disertai mata merah, perih dan juga berair dan terasa
kemudian pasien berobat ke salah satu rumah sakit, dan diberikan obat tetes mata.
Namun pasien merasa keluhan tidak juga berkurang. Keluhan demam (-), pusing
dan OS 6/6, pupil dextra irregular, terdapat ruptur kornea dextra terepitelisasi dan
25
BAB V
KESMIPULAN
Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu
fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu
penyebab yang sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak dan dewasa
muda, karena kelompok usia inilah yang sering mengalami trauma okuli yang
parah. Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan kelompok yang paling sering
mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacam-macam.
Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli
perforans dan trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli
berdasarkan etiologi trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan
trauma tajam), trauma radiasi (sinar inframerah, sinar ultraviolet, dan sinar X) dan
trauma kimia (bahan asam dan basa).
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI
Jakarta. 2008
2. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. Widya Medika Jakarta.
2010
3. Guython, Arthur C. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
4. Bashour M., 2008.Corneal Foreign Body.
https://emedicine.medscape.com/article/1195581-overview
5. Stephen, Sue. 2005. How to remove a corneal foreign body.Comm eye
health. 18 (55): 110.https://www.cehjournal.org/article/how-to-remove-a-
corneal-foreign-body/
6. Lang, GK. Ocular Trauma. In Opthamology 2nd Edition Stuttgart, New
York: Thieme. 2006
7. Yunker, JJ. Ocular Trauma and Emergencies. Retina and Vitreous Surgery
Macular Disease and Degeneration. 2010
8. Cho, RI and Savitsky E. Ocular Trauma. Opthalmology 2008
9. Thach AB, Johnson AJ, Carroll RB, et al. Severe eye injuries in the war in
Iraq, 2003-2005. Ophthalmology; 2008
10. Ilyas S. Trauma Mata Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta:
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia: 2006.
11. Kanski, JJ. Clinical Opthamology. A Approach Fifth Edition. Butterworth
Heinemann. Edinburg.2003
12. Khurana, AK. Ocular Injuries. In Comprehensive Opthamology 4th
Edition. India : New Age International (P) Ud.2007
13. Nichols, BD. Ocular Trauma: Emergency and Management. Can Fam
Physician. 2009
27